Professional Documents
Culture Documents
Mengetahui:
Dosen Penanggung Jawab
Drs. Adnan, M. S.
NIP: 131772272
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat dasar organisme adalah memiliki kemampuan untuk membentuk
individu baru atau membentuk generasi baru untuk mempertahankan kelestarian jenis
atau speciesnya. Kemampuan ini dinamakan sebagai kemampuan bereproduksi.
Proses reproduksi seperti yang kita ketahui bukanlah merupakan sebuah
proses yang instan, akan tetapi melibatkan serangkaian proses yang
berkesinambungan, seperti gametogenesis, fertilisasi, perkembangan embrio sampai
akhirnya terlahir individu baru.
Telur adalah suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan untuk
perkembangan embrio sampai menetas. Dalam proses perkembangan embrio ayam,
terjadi proses pembentukan alat tubuh embrio yang disebut organogenesis. Salah
satunya terjadi proses perkembangan tulang embrio ayam. Dalam proses
perkembangan tulang embrio ayam, kalsium mutlak diperlukan. Cadangan kalsium
yang diperlukan oleh embrio ayam untuk pertumbuhan tulang diperoleh dari kuning
telur dan putih telur. Namun cadangan mineral yang terdapat pada kuning telur dan
putih telur hanya sekitar 2 % dari komposisi zat yang terkandung pada setiap telur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar kalsium
cangkang telur dengan kadar kalsium tulang pada tahapan perkembangan embrio
ayam kampung
Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan
perkembangan janin atau embrio. Pada tahap ini terjadi perkembangan yang
signifikan dari janin. Mulai dari awalnya hanya berupa satu sel dan kemudian terus
membelah menjadi beberapa sel dan akhirnya terbentuk organisme sempurna yang
terdiri dari ribuan bahkan jutaan sel. Semua proses tersebut terangkum dalam
beberapa tahapan seperti tahap morula, blasula, gastrula, neurula dan organogenesis.
Berdasarkan paparan di atas maka kita perlu mengadakan sebuah kagiatan
yang bisa menunjang pemahaman kita mengenai hal-hal yang menyangkut
perkembangan embrio. Salah satunya adalah dengan mengadakan praktikum, yaitu
kegiatan dimana kita bisa mengamati secara langsung semua proses-proses yang
dibicarakan di atas. Dalam praktikum ini, kita akan mengamati perkembangan
embrio ayam masa inkubasi 24, 48, dan 72 jam.
Dengan demikian, kita tidak hanya mengetahui proses perkembangan embrio
ayam melalui teori saja, tetapi juga melalui kegiatan praktikum. Dari hasil praktikum
tersebut, maka kita dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dari bangku
perkuliahan dengan pengamatan yang dilakukan secara langsung.
B. Tujuan
1. Mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal organ.
2. Mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
C. Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mempelajari lapisan embrional yang membentuk bakal
organ.
2. Agar mahasiswa dapat mempelajari tahap pembentukan organ pada berbagai
umur embrio ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telur adalah suatu tempat penimbunan zat gizi yang diperlukan untuk
perkembangan embrio sampai menetas. Dalam proses perkembangan embrio ayam,
terjadi proses pembentukan alat tubuh embrio yang disebut organogenesis. Salah
satunya terjadi proses perkembangan tulang embrio ayam. Dalam proses
perkembangan tulang embrio ayam, kalsium mutlak diperlukan. Cadangan kalsium
yang diperlukan oleh embrio ayam untuk pertumbuhan tulang diperoleh dari kuning
telur dan putih telur. Namun cadangan mineral yang terdapat pada kuning telur dan
putih telur hanya sekitar 2 % dari komposisi zat yang terkandung pada setiap telur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar kalsium
cangkang telur dengan kadar kalsium tulang pada tahapan perkembangan embrio
ayam kampung (Anonim, 2008)
Fertilisasi diikuti oleh tiga tahapan berturutan yang mulai membangun tubuh
hewan itu. Pertama pemblahan sel jenis khusus, yang disebut sebagaipembelahan
(cleavage) menciptakanembrio multiseluler, atau blastula dari zigot. Tahapan kedua,
gastrulasi, menghasilkan embrio berlapis tiga yang disebut sebagai gastrula. Tahapan
ketiga yang disebut organogenesis membangkitkan organ rudimenter yang akan
tumbuh menjadi struktur dewasa (Campbell, 2000).
Fusi pronuklei jantan dan pronuklei betina pada saat fertilisasi menghasilkan
inti diploid pada zigot. Selanjutnya zigot membelah menjadi 2, 4, 6, 8 sel dan
seterusnya. Pembelahn-pembelah tersebut memneybabkan zigot yang pada awalnya
uniseluler berubah menjadi multiseluler. Sel-sel hasil pembelahan zigot disebut
blastomer, sedangkan pembelahan yang brelangsung hingga embrio memiliki suat
rongga yang dikelilingi bkastomer disebut cleavage (Adnan, 2008).
Secara umum, periode pertumbuhan embrio menurut Yatim (1994), terdiri
atas 5 periode:
1. Periode persiapan, kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan atau
pembiakan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu
melakukan pembuahan.
2. Periode pembuahan, kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke
tempat pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan.
3. Periode pertumbuhan awal, pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan
berulang kali sampai saat embrio memiliki bentuk primitif, terdiri atas 4
tingkat yaitu tingkat pembelahan, blastula, gastrula, dan tubulasi.
4. Periode antara (transisi), perantaraan periode awal dan akhir. Di sini embrio
mengalami transformasi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga
akhirnya mencapai bentuk definitif.
5. Periode pertumbuhan akhir, pertumbuhan penyempurnaan bentuk definitif
sampai kelahiran. Pada aves beberapa hari sampai seminggu sebelum
menetas.
Setelah fertilisasi, sel telur burung mengalami pembelahan meroblastik
dimana pembelahan sel hanya terjadi dalam daerah kecil sitoplasma yang bebas
kuning telur di atas masa besar kuning telur. Pembelahan awal menghasilkan tudung
sel yang disebut sebagai blastodisk (Blastodisc), berada di atas kuning telur yang
tidak terbagi itu. Blastomer kemudian memisah menjadi dua lapisan, yaitu lapisan
atas dan lpisan bawah, atau epiblas dan hipoblas. Rongga di antara kedua lapisan ini
adalah balstocoel versi unggas (analog dengan blastocoel vertebrata tanpa amnion),
dan tahapan embrionik ini adalah ekuivalen blastula pada unggas meskipun
bentuknya berbeda bola berlubang pada embrio awal katak (Campbell, 2000).
Banyak hewan darat yang mengalami perkembangan langsung mempunyai
telur yang sedikit banyak mempunyai sistem yang mandiri. Telur yang demikian itu
disebut telur kleidoik (Yunani, kleis, bar + ōon, telur). Telur itu mempunyai semua
zat makanan yang diperlukan dan dibungkus dalam penutup pelindung, atau
cangkang. Juga mengandung air untuk mencegah pengeringan embrio dan bahkan
dapat menyimpan limbah embrio. Tetapi telur itu tidak pernah mandiri penuh, karena
harus ada pertukaran gas dengan lingkungan. Telur kledoik yang paling baik
perkembangannya terdapat pada reptilia, burung, dan insekta yang kesemuanya
merupakan hewan darat yang sangat berhasil. Burung dan mamalia mempunyai
membran ekstraembrionik yang sama dengan reptilia, darimana hewan tersebut
berkembang. Ketiga golongan hewan tersebut sering disebut amniota karena
ketiganya sama-sama mempunyai amnion. Reproduksi pada burung sangat mirip
dengan reptilia, kecuali bahwa burung mengerami telurnya. Kecuali monotremata
primitif yang bertelur, mamalia tidak mempunyai telur kleidoik, dan membran
ekstraembrionik membantu dalam pembentukan plasenta (Villee, 1989).
Pada aves, pola dasar perkembangannya hampir sama dengan embrio katak,
yaitu mealui tahap pembelahan, blastula, gastrula, neurula dan organogenesis.
Pembelahan aves merupakan pembelahan meroblastik, artinya pembelahan hanya
berlangdung di keping lembaga saja. Dari hasil pembelahan diperoleh blastoderm
sebanyak 3-4 lapisan sel. Blastula ayam memiliki epiblas, hipoblast, dan blastosol.
Epiblas bagian tengah yang lebih terang disebut area pellusida, bagian tepi yang
lebih gelap adalah daerah opaka. Hipoblas merupakan bakal lapisan ekstra embrio
(Adnan, 2008).
Pada ayam betina, terdapat sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami
atrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang
berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang
oviduct itu disebut ostium abdominalis. Dinding oviduct selanjutnya tersusun atas
musculus dan ephytelium yang bersifat glandular, yang memberi sekresi yang kelak
membungkus telur, yakni albumen sebagai putih telur, membran tipis di sebelah luar
albumen, dan cangkok yang berbahan zat kapur yang disebut oleh kelenjar di sebelah
caudal. Uterus yang sebenarnya belum ada. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh dengan
jalan melakukan kopulasi ( Jasin, 1992).
Gastrulasi pada aves berlangsung melalui kombinasi sejumlah gerakan-
gerakan morfogenik yang meliputi: (i) Poliinvaginasi, yaitu perpindahan sel-sel
blastodermuntuk membentuk lapisan hipoblas, (ii) konkresensi, yaitu sel-sel pada
blastoderm bagian anterior bermigrasi dan berhimpun pada bagian posterior, (iii)
involusi, yaitu pelentikan sel-sel darti luar ke dalam. Gastrulasi ditandai dengan
terjadinya penebalan pada baian posterior blastoderm kurang lebih pada umur 3
sampai 4 jam inkubasi. Penevalan tersebut berbentuk segitiga yang lebar kemudian
menyempit dan memanjang dan akhirnya membentuk seuatu batang yang
memanjang dari posterior ke anterior dan disebut sebagai promitive streak. Primitive
streak berlangsung kira-kira pada umur 16 jam inkubasi (Adnan, 2008).
Selama pembentukan mesoderm, penebalan blastoderm di area pelusida terus
berkembang ke arah sevalik (anterior), sampai kira-kira sepertiga bagian daerah area
pelusida. Setelah inkubasi kurang lebih tujuh sampai delapan jam, terlihat proses
pemanjangan (elongasi) ke arah anterior dan pada inkubasi 13 jam terbentuk
primitive streak menduduki kurang lebih dua per riga bagian area pelusida. Sel-sel
primitive streak melakukan proliferasi, namun tidak terjadi proses konvergensi yang
berlebihan (tumpukan sel-sel yang cembung), akhirnya terjadilah proses invaginasi
(lapisan sel-sel melekuk ke dalam), di bagian tengah membentuk alur, yaitu primitive
groove , dan dikedua sisinya megalami involusi membentuk penebalan yang disebut
promitive fold (primitive ridge). Di bagian anterior primitive streak, sel-sel lebih aktif
berproliferasi sehingga tumpukan sel-sel lebih tebal membentuk Hensen’s node
(primitive knot), dan di bagian tengahnya merupakan alur paling dalam disebut
priitive pit. Dengan demikian, pada primitive knot, sel-sel ekto, meso dan endo
berdesakan satu sama lain sehingga memberi gambaran yang padat (Syahrum, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
a. Memilih telur ayam kampong yang telah diinkubasi selama 24
jam, 48 jam, dan 72 jam.
b. Memecahkan telur yang telah diinkubasi selama 24 jam dan
menuangnya ke dalam cawan Petri yang telah berisi NaCl
fisiologis 0,9 %.
c. Membuat lubang di tengah kertas saring dengan menggunakan
gunting yang besarnya disesuaikan dengan besarnya embrio yang
akan diamati.
d. Meletakkan kertas saring di atas bakal embrio, sehingga hanya
bakal embrio yang tampak pada lubang kertas saring tersebut.
e. Mengangkat kertas saring dengan menggunakan pinset hingga
embrio yang telah dibersihkan ikut bersama kertas saring.
f. Memindahkan ke atas gelas objek dan meletakkan di bawah
mikroskop, kemudian mengamati dan menggambar bagian-
bagiannya.
g. Melakukan perlakuan yang sama untuk telur dengan masa
inkubasi 48 jam dan 72 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Telur ayam umur inkubasi 24 jam
Keterangan:
1. Rongga
segmentasi
Keterangan:
1. Embrio
2. Extraembrionic anneves
B. Pembahasan
1. Embrio ayam utuh umur 24 jam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Lapisan embrional yang
membungkus bakal organ ada tiga
yaitu lapisan endoderm (luar),
lapisan mesoderm (tengah) dan
lapisan endoderm (dalam).
B. Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Praktikan dianjurkan untuk bekerja sama dengan rekan kelompoknya agar
dapat mendiskusikan hasil pengamatan yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A; J.B Reece dan L.G Mitchell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Ville, Walker, dan Barnes. 1984. Zoology Umum Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Lampiran
Jawaban Evaluasi