You are on page 1of 8

Jurnal Veteriner Juni 2009

ISSN : 141 1 - 8327

Kualitas Semen Beku Kuda pada Pengerrcer Susu Skim


dengan Konsentrasi Gliserol yang Berbeda
(THE S T a L I O N FROZEN SEMEN Q U A L I r Y I N THE SKIM MILKEXTENDER
WITH VARIOUS GLYCEROL CONCENTMTION)

b i z a h , Raden Iis ArifiantiniB

Laboratorium Fisiologi dan Inseminasi Buatan, Bagian Reproduksi dan Kebidanan


Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Jl.Agatis Kampus IPB Rramaga, Bogor 16680.
email : Iis-arifiantini @ telkom.net

ABSTRACT
Cryoprotectant is one of determining factors for the success of stallion semen cryopreservation. For
most mammalian sperm cryopreservation,glycerol has been widely used a s the cryoprotectant. Glycerol in
high concentration is toxic to the sperm but in low concentration it has protective effect on the semen. The
objectives of this experiment were to find appropiate glycerol concentration by using skim milk extender in
order to maintain motility and viability of spermatozoa of stallion frozen semen. Semen was collected
from three sexually mature stallions by using artificial vagina. The semen characteristics and quality
were examined both macro and microscopically. Prior to extension, semen was centrifugated a t 3000 rpm
for 15 minutes. The pellet was re-extended with skim milk extender with glycerol 5% (G,) 7.5% (G,,), and
10% (G,,). The extended semen as then packed in mini straw (0.3ml), equilibrated a t 5 "C for 2 hours,
frozen in the liquid N, vapor for15 minutes and then stored in liquid N, container until futher evaluation.
The frozen semen, was thawed a t 37 "C for 30 seconds. The percentages of sperm motility and viability
were examihed. The result of this research showed that the sperm motility and viability in G, was (23.8 %;
35.6 %) significantly hihger (P<0.05) as compare a with G,,(18.1%; 28.6%) and G,,. (11.8%);23.1%). The
,
recovery Rate in G5 (35.4%)was significant high er (Pi0.05) than G, (26.9%) and G,, (17.6%).In conclusion,
glicerol of 5%is recornended for cryopreservation of stallion semen extended with skim milk.

Key words: Glycerol, frozen semen, stallion.

Dibandingkan dengan semen sapi dan


domba, semen kuda lebih rentan terhadap
- proses
pembekuan dan thawing serta bervariasi antar
Kuda merupakan salah satu komoditas
individu (Anon, 2006). Di samping i t u
ternak pendukung pembangunan peternakan,
kemampuan spermatozoa kuda bertahan
tetapi saat ini jurnlahnya cenderung menurun.
terhadap proses pembekuan (freezing capability)
Penerapan inseminasi buatan (IB) pada kuda
sangat rendah, yaitu hanya 24% (Linfor et al,,
merupakan salah s a t u usaha untuk
meningkatkan populasi kuda. Inseminasi dapat 2002) sampai 33% (Vidament et at., 2002) atau
3040% (Alvarenga et al,. 2004). Secara umum
dilakukan dengan menggunakan semen cair
mau pun semen beku. Semen beku atau frozen pada s a a t pembekuan semen mengalami
semen adalah semen yang disimpan pada suhu penurunan kualitas sekitar 10 - 40% (Parrish's,
2003) hingga 50% (Sorensen, 1987). Agar
di bawah titik beku 1-79 "C sampai -196 "C).
Semen beku mempmyai kelebihan karena dapat spermatozoa dapat bertahan terhadap proses
pernbekuan, perlu ditambahkan krioprotektan
disimpan lebih lama, sehingga memungkinkan
dalam pengeneernya. S a l a h s a t u jenis
dilakukan perkawinan yang selektif dimana saja
dan setiap waktu (Kacker dan Panwar, 19951, krioprotektan yang sering digunakan pada
mengurangi resiko buruk dan stress pada kuda mamalia adalah gliserol. Gliserol dapat masuk
betina serta menurunkan biaya transportasi ke dalam sel spermatozoa untuk mengikat
sebagian air bebas, sehingga kristal-kristal es
(Anon, 2002).
yang terbentuk di dalam medium pengencer
pada waktu pembekuan dapat dicegah.
Azizah Bc Arifiantini Jurnal Veteriner

Konsentrasi gliserol yang digunakan Pengeneer Semen


berbeda tergantung jenis semen serta pengencer Pengencer yang disiapkan meliputi a).
yang digunakan. Penambahan 0,55 M gliserol Pengencer dasar untuk sentrifugasi terbuat dari
ke dalam pengencer susu skim-kuning telur susu skim (Tropicana slim, rasa plain) 2,4 g
mampu menghasilkan persentase motilitas dan glukosa 4 g (Merck, KgaA, Darmstadt,
spermatozoa yang lebih tinggi (61%) Germany) yang dilarutkan dengan akuades
dibandingkan jika ditambahkan dimetilfor- sampai 100 ml. Campuran tersebut dipanaskan
mamide (DMF) (38%) pada konsentrasi yang pada suhu 92-95°Cselama 10 menit, didingmkan
sama. Namun, jika konsentrasi gliserol dan ditambahkan antibiotik penisilin sebanyak
ditingkatkan (0,6 M atau 0,9 M) justru akan 100,000 ITJ serta streptomisin sebanyak 100 mg
menurun motilitasnya menjadi hanya 52% b). Pengencer u n t u k pembekuan adalah
(Squires et al., 2004). Pada semen beku pengencer d a s a r y a n g masing-masing
kambing peranakan etawah (PE) konsentrasi mengandung gliserol 5% (G,), 7,5% (G, ,I, dan
gliserol 6% dalam pengencer Tris lebih baik gliserol 10%(GI,).
dibandingkan gliseml5 dan 7% (Tambing, 1999).
Konsentrasi gliserol yang optimum pada semen Koleksi dan Perlakuan semen
beku kambing menggunakan pengencer susu Koleksi semen dilakukan dua kali dalam
skim adalah 14%, jika menggunakan Tris satu minggu menggunakan vagina buatan tipe
fruktosa dan asam sitrat 4-7 % atau 4-4% % Nishikawa yang dimodifikasi dengan tabung
{Ritar et al., 1990). Pada semen beku sapi, penampung tipe Misouri (Arifiantini et al.,
dengan pengencer Tris konsentrasi gliserol yang 2006). TJntuk menyaring fraksi gel pada mulut
digunakan adalah 6,4% (Cornea et al., 1996; botol penampung dilengkapi dengan kain kasa.
Semen yang diperoleh dievaluasi seeara
k f i a n t i n i dan Yusuf, 2006). Pada semen beku
rusa, penambahan konsentrasi gliserol 10% makroskopik, meliputi warna, volume, derajat
lebih baik dibandingkan dengan 8%dan 6% pada keasaman (pH), serta secara mikroskopik
pengencer Tris-glukosa d a n Tris-sukrosa meliputi persentase motilitas, viabilitas,
(Nalley,2006). 1. Sedangkan Yildiz et al., (2000) konsentrasi dan morfologi dari spermatozoa.
melaporkan konsentrasi gliserol terbaik untuk Semen dengan motilitas 55%, konsentrasi
pembekuan semen anjing pada pengencer Tris >200x106ml-l, morfologi spermatozoa normal
adalah 8%. Hasil tersebut memperkuat >70% diolah untuk semen beku. Segera setelah
pernyataan yang disampaikan oleh Salisbury evaluasi semen dari masing-masing individu
dan Vandemark (1984);Fahy (1986);dan Hafez diencerkan dengan perbandingan 1:1 dengan
(2000) yaitu gliserol bersifat toksik pada pengencer susu skim kemudian disentrifugasi
konsentrasi yang tinggi, sebaliknya jika menggunakan sentrifusportable (Hetrich, EBA
konsentrasi yang digunakan terlalu rendah 3 S, Tuittlingen, Jerman) dengan kecepatan
maka daya protektifnya akan berkurang. 3000 rpm selama 15 menit (Arifiantini et al.,
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan 2006). Supernatan dibuang dan endapan
konsentrasi gliserol paling tepat pada pengencer (spermatozoa) dilarutkan kembali dengan
skim glukosa dalam mempertahankan motilitas pengencer skim glukosa sesuai perlakuan yaitu
serta viabilitas spermatozoa pada pembekuan G,, G,, dan G,,. Semen yang telah diencerkan
semen kuda. dikemas ke dalam straw 0,25 ml, diekuilibrasi
selama dua jam pada suhu 5 % kemudian
dibekukan p a d a u a p nitrogen (N,) cair
menggunakan boks styrofoam ukuran 39 x 25
x 32 cm, selama 15 menit. Semen beku disimpan
Sumber Semen dalam kontainer N, cair untuk mengamatan
Sumber semen diperoleh dari tiga ekor lebih l a n j u t . Keberhasilan pembekuan
kuda jantan yaitu jantan 1 Generasi (G4) dilakukan dengan mencairkan kembali semen
Thoroughbred, jantan 2 (Americanpinto) dan beku (thawing) pada suhu 37 O C selama 30 detik.
jantan 3 (Swedish warmblood) yang sudah
dewasa kelamin. Ketiga kuda tersebut hasil Parameter dan Rancangan Percobaan
seleksi dengan kfiteria sehat, berumur antara Parameter yang diukur adalah persentase
5 dan 8 tahun dan teruji m e n u n j u b kualitas motilitas yang dilakukan secara subjektif
terbaik dari evaluasi produksi spermatozoa k u a n t i t a t i f d a r i lima l a p a n g pandang
harian (d'aily sperm output) menggunakan mikroskop cahaya listrik
Jumal Veteriner Juni 2009 Vol. 10 No, 2 : 63-70

(Olimpus CH 20) perbesaran 400 kali dengan Tabel 1 Karakteristik semen segar
kisaran 0-100% dengan skala 5% (Sorenson,
Karakteristik semen Rataan
1989). Viabilitas (persentase spermatozoahidup)
dil&&an dengan pewarna eosin-nigrosin(Bark
Makroskopis
dan Oko, 1989), spermatozoa dihitungpada 10
Volume (ml) 27,7+ 9,8
lapang p a n d a n g s e c a r a acak, kepala
Warna putih keruh
spermatozoa yang t i d a k t e r w a r n a i
Konsistensi encer
menunjukkan bahwa spermatozoa hidup dan
yang tenvarnai adalah spermatozoa yang mati. PH 7,l -c 0 , l
Mikroskopis 67,l t 7,5
Keberhasilan pernbekuan juga dinilai dari
Motilitas j%)
kemampuan spermatozoa yang dapat pulih
Viabilitas (%) 78,8 t 3,49
kembali setelah pembekuan yang disebut dengan
Morfologi spermatozoa
recouery rate (RR) (Hafez, 1993) yaitu :
abnormal (%I 26,4? 4,7
Konsentrasi spermatozoa
spernzaloza tnotil setefah thawitzg
RR = % ( 1O6/ml) 222,9 c 17,3
spermatoza nzotii semen segar

Rancangan percobaan yang digunakan Tabel 2 Persentase motilitas dan viabilitas


adalah ranc ang a n acak kel om pok (RAK). spermatozoa semen segar masing-maskjantan
Dengan tiga perlakuan dan empat ulangan.
Jantan Motilitas (8) Viabilitas (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Semen Segar


Volume semen (tanpa gel) yang diperoleh
selama penelitian adalah 27,7c9,8 ml hampir yang m e r u p a k a n u m u r optimal u n t u k
s a m a dengan laporan Morel (1999) yang digunakan sebagai pejantan. Dari ketiga kuda
melaporkan volume semen dari Thoroughbred, tersebut j a n t a n 1 (G4 Thoroughbred)
Standarbred, dan Quarterhorse masing-masing mempunyai persentase motilitas dan viabilitas
28,3 ml; 30,2 ml dan 23,8 ml. Warna semen spermatozoa semen segar paling rendah
putih-keruh dengan konsistensi encer, Derajat sedangkan jantan 2 d a n 3 menunjukkan
keasaman (pH) relatif netral, dengan rataan 7,1 kualitas semen segar yang hampir sama (Tabel
+ 0,1. Hasil tersebut dalam kisaran normal 2).
semen kuda yaitu 6,20-7,80 (Morel, 1999).
REttaan konsentrasi spermatozoa 222,9+ 17,3 Kualitas Semen Setelah Ekuilibrasi
x106 ml-'. Hasil ini berada dalam kisaran dengan berbagai Konsentrasi Gliserol
normal semen menurut Garner dan Hafez Pengaruh faktor individu pada ketiga kuda
(2000) sebesar 150-300 x lo6 ml-'. Rataan jantan yang digunakan terlihat dari kualitas
persentase motilitas, viabilitas dan abnormalitas semen setelah diekuilibrasi pada suhu 5°C
spermatozoa yang didapat adalah 67,1*7,2; selama dua jam. Pada jantan 1 ekuilibrasi
78,8rt3,5 dan 26,4+4,7% (Tabel I), hasil ini selama dua jam dalam pengencer skim yang
dalam kisaran spermatozoa yang normal mengandung berbagai konsentrasi gliserol,
menurut Garner & Hafez (2000). ternyata menurunkan persentase motilitas yang
Besarnya standar deviasi pada Table 1 sangat nyata (P<0,05) yaitu 15% (G,), 16,2%
menunjukkan kuatnya pengaruh bangsa kuda (G,,J dan sangat nyata (P<0,01)pada GI, yaitu
terhadap volume semen yang dikoleksi, h r e n a 22,2%.
ketiga pejantan berasal dari bangsa kuda yang Pada j a n t a n 2, pengencer skim yang
berbeda. Hal tersebut sesuai dengan yang mengandung konsentrasi gliserol 5% hanya
dilaporkan Dowsett dan Knott (1996) bahwa menurun rnotilitasnya sebesar 2%, sedangkan
bangsa dan umur kuda berpengaruh terhadap pada konsentrasi G,,, dan GI, turun 6,3%.
kualitas semen kuda. Dalam penelitian ini, Jantan 3, menunjukkan toleransi yang sangat
ketiga pejantan berada dalam kisaran umur tinggi pada G,, ditunjukkan dengan tidak
yang sama yaitu lima sarnpai delapan tahun berubahnya persentase motilitas setelah
Azizah & Arifiantini Jumal Veteriner

ekuilibrasi. Pada G,, dan GI,, menunjukkan Motilitas dan viabilitas spermatozoa setelah
penurunan motilitas masing-masing 2,5 dan thawing pada konsentrasi G,,, ternyata pada
7 3 % (Tabel 3). jantan 2 (22,9+3,3; 32,4+5,7%) menunjukkan
angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Kualitas Semen setelah Thawing pada jantan 1 (13,3+2,5; 27,3+4,4%)atau jantan 3
Pengencer Susu Skim dengan Berbagai (17,9+3,3;26,0rt4,9%7. Demikian juga dengan
Konsentrasi Gliserol nilai RR nya jantan 2 (31,6%) lebih tinggi
Semen kuda mempunyai toleransi yang dibandingkan dengan jantan 1(23,1%)mau pun
rendah terhadap proses pembekuan dan thawing jantan 3 (24,7%). Motilitas dan viabilitas
dibandingkan dengan semen sapi serta sangat spermatozoa setelah thawing pada konsentrasi
bervariasi nilainya pada beberapa individu G,,temyata pada jantan 2 (15,4+7,6;27,0+5,1%'0)
(Anon,2006). Pada penelitian ini kualitas semen juga menunjukkan angka yang lebih, tinggi
setelah thawing sangat bervariasi a n t a r dibandingkan dengan jantan 1 (6,7+2,5;
konsentrasi gliserol maupun antar individu 17,1+4,4%)atau jantan 3 (13,3+2,5;25,2 +3,6%).
kuda jantan yang digunakan. Tanpa melihat Demikian juga dengan nilai RR pada jantan 2
individu pejantan secara keseluruhan perbedaan (21,6%)lebih tinggi diikuti oleh jantan 3 (18,3%)
konsentrasi gliserol yang diuji menunjukkan dan jantan 1111,7%)(Tabel 5).
perbedaan kualitas yang nyata (P<0,05), P a d a Konsentrasi G, (61,3+14,2;
,
demikian juga dengan penurunan kualitas dari 77,74+5,0%)dan G, (58,8&13,2;54,6 + 14,7%)
semen segar dibandingkan dengan semen pasca menunjukkan motiiitas dan viabilitas setelah
ekuilibrasi atau pun pasca thawing. ekuilibrasi yang sama, hamun lebih tinggi
Motilitas dan viabilitas spermatozoa dengan dibandingkan dengan G,, (54,6+.14,7;
konsentrasi G, pada j a n t a n 2 (25,9-f2,5; 66,7+8,1%). Setelah thawing motilitas dan
40,5t3,8%)menunjukkan hasil yang lebih tinggi viabilitas pada G, (23,8+3,0;36,6+ 5,8 %) nyata
dibandingkan dengan jantan 1 (22,5rt3,4; lebih tinggi, diikuti oleh G,,, (18,1+5,0;
34,4+4,8%) mau pun jantan 3 (22,9rt2,6; 28,6+5,6%1 dan GI, (11,80+4,5; 23,l-f 5,9%).
34,9rt4,1%),dan tidak ada perbedaan kualitas (Tabel 4). Selain kualitas setelah thawing lebih
setelah thawing pada ke dua jantan tersebut. tinggi, Nilai RR pada G, (35,4+5,7%)juga nyata
Jantan 1 meskipun menunjukkan kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan G7,5(26,9rt 4,5
setelah thawing yang sama dengan jantan 3, %) ataupun G,,(17,6 + 4,4%) (Tabel 5).
bahkan lebih rendah darijantan 2, tetapi karena Dalam proses pembekuan, spermatozoa
memiliki kualitas semen segar yang paling akan mengalami perubahan tekanan osmotik
rendah, maka mempunyai nilai RR yang paling akibat penambahan pengencer yang
tinggi yaitu 39,1% dibandingkan dengan jantan mengandung krioprotektan atau pun perubahan
2 (32,196)atau jantan 3 (35,6%). suhu. Perubahan suhu terjadi selama evaluasi

Tabel 3 Persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa setelah ekuilibrasi pada masing-masing
jantan
Konsentrasi gliserol (%) Jantan Motilitas (%I Viabilitas f %)
5 1 42,5 i 2,9c 71,7*6,6b
2 68,8t2,5b 78,4&2,7a
3 72,5 -f 2,9a 82,O~3,la
Rataan 61,3 +14,2 77,4 +6,0
7,5 1 41,3+2,5c 64,0+4,2bc
2 65,O +0,0cb 73,2t 2,2b
3 70,0+ O,Oa 75,4rt 2,2a"
Rataan 58,8 +13,2 70,8 &5,8
10 1 35,0+4,1d 56,4t4,3"
2 65,0+0,0cb 71,9 rt2,Ob
3 65,0rt20,0cb 71,9+2,1b
Rataan 54,6+14,7 66,7&8,1
Huruf berbeda yang yang mengikuti angka pada lajur dan baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0,05)
Jurnal Veteriner Juni 2009 Vol. 10 No. 2 : 63-70

Tabel 4 Kualitas semen pada berbagai tahapan pembekuan dari ketiga kuda
Konsentrasi gliserol
Tahapan pembekuan
5% 7.5% 10%
Semen segar
Motilitas (%) 67,l t 2,5a 6 7 , l t 2,5a 67,l * 2,5a
a Viabilitas (96)
78,8 3,5a i
Setelah ekuilibrasi
Motilitas (%) 61,3 i 14,2b 58,8 + 13,2b 54,6 i 14,7be
Viabilitas (%) 77,74 t 5,Oa 70,81 + 5,8b *
66,7 8,1k
Setelah thawing
Motilitas (%f 23,8 + 3,Od 18,l i 5,Oe 11,80 rt 4,5f
Viabilitas (%I 36,6 + 5,8d 28,6 rt 5,6e *
23,l 5,9ef
RR (%) 35,4 rt 5,7a 26,9 i 4,5b 17,6 _t 4 , 4 ~
Huruf berbeda yang yang mengikuti angka pada lajur dan baris yang sama menunjukkm perbedaan
yang nyata (P<0,05).

Tabel 5 Persentase motilitas, viabilitas dan recovery rate spermatozoa setelah Thawing dari ke
tiga kuda yang digunakan

Rataan 23,8=k3,0 -236 6k5L 0 35,7


7,5 I 1 3,3*2,5d 27,3&4,4' 23,1
2 22,9i 3,3ab 32,4i 5,7b 31,6
3 17,9 3,3C 26,O 1 4,9' 24,7
Rataan 18,W5,0 28,&5,6 26,6
1 6,7 i 23' 1 7,1i4,4e 11,7
2 15,4f 7,6cd 27,W5,1' 21,6
3 13,312,5~ 25,2 i3,6' 18,3
Rataan 11,8*4,5 23,1*5,9 17,2
Euruf berbeda yang yang mengikuti angka pada lajur dan k s yang sama menunjukkm perbedaan
yangnyata (P<0,05).

semen dalam suhu ruang dilaajutkan spermatozoa jantan 1 turun 16,296, jantan 2
ekuilibrasi pada suhu 5"C, pembekuan dalam turun sebanyak 6,396 dan jantan 3 juga turun
uap N, cair, penyimpanan dalam suhu -196°C 2,5%. Pada GI, penurunan cukup tinggi, pada
ataupun saat thawing pada suhu 37". Semua jantan 1 sebanyak 22,5%, pada jantan 2
perubahan tekanan osmotik atau pun suhu akan penurunan sama dengan pada G,, yaitu hanya
secara langsung mempengaruhi kualitas 6,396, sedangkan pada jantan 3 turun 73%
spermatozoa terutama motilitasnya. Penurunan (Gambar 1).
motilitas spermatozoa mulai dari semen segar Penurunan motilitas spermatozoa dari
sampai setelah ekuilibrasi umumnya masih setelah ekuilibrasi ke setelah thawing biasanya
rendah. Pada semen kuda ternyata penurunan terjadi sangat tinggi. Hal ini disebabkan
terjadi cukup tinggi dan bervariasi antar spermatozoa mengalami perubahan suhu yang
individujantan. ekstrim pada saat pembekuan atau pun pada
Pada G,jantan. 1turun 15%,jantan 2 turun saat pencairan kembali (thawing). Tanpa
hanya 2,5% sedangkan jantan 3 tidak melihat individu pejantan, penurunan motilitas
mengalami penurunan (0%). Pada G,,, motilitas spermatozoa dari setelah ekuilibrasi ke setelah
Azizah & Arifiantini lurnal Veteriner

~
25 ] 225
~
'0" 20
N 16,2
B 15
15
§'"
OJ
fir
10
6,3

~0
5
::;;: 0
5 7,5 10

Konsentrasi gliserol (%)

Gambar 1 Penurunan persentase motilitas spermatozoa dari semen segar ke setelah ekuilibrasi

6 a ,0
52, I 5 I .1

0 50,0
.,
E
~ 4 a ,0
0)
Q.

'" 30,0
'"
~
-
-
0
2 0,0

::E 10,0

0,0
5 7 .5 10
K 0 n sen t fa s i g lis e fO I (% )

Gambar 2 Penurunan persentase motilitas spermatozoa dari semen setelah ekulibrasi ke setelah
thawing.

tan 1 t!lJa

70
~
ro 60
E
~ 50
Q)
0. 40
'"
'"ro 30
-
0
20

~
10
0
5 7.5 10
Konsentrasi gliserol (%)

Gambar 3 Penurunan persentase motilitas spermatozoa dari semen segar ke setelah thawing

68
..

lumal Veteriner luni 2009 Vol. 10 No.2: 63-70

thawing terjadi cukup tinggi yaitu 20-49,6% setelah thawing. Hal tersebut kemungkinan
pada G s , 28,0-52,1% pada G7,5 dan 28,3-51,7% gliserol dalam konsentrasi tersebut bersifat
pada G 10' Secara individu tanpa melihat toksik, atau kemungkinan lain adalah tekanan
konsentrasi gliserol yang diberikan, jantan 1 osmotik dalam pengencer terlalu tinggi sehingga
menunjukkan penurunan yang paling rendah air dari dalam sel akan tertarik keluar sehingga
antara 20 dan 28,3%, jantan 2 antara 42,9 dan mennyebabkan terjadi dehidrasi (Best, 2006).
49,6% sedangkan jantan 3 mengalami Air dalam sel terdiri atas bulk water yang
penurunan antara 49,6-52,1% (Gambar 2). mengisi 90% dari sel serta bound water yang
Sehingga total penurunan kualitas dari semen mengisi hanya 10% dari sel. Bulk water adalah
segar sampai setelah thawing terjadi sangat air yang bisa membeku dan akan keluar akibat
tinggi yaitu 35-50,8% (jantan 1), 45,4-55,9 % perubahan tekanan osmotik. Sedangkan bound
(jantan 2) dan 49,6-59,2% (jantan 3) (Gambar water adalah molekul air yang 20-100 kali lebih
3). kental dibandingkan dengan bulk water, yang
Pada ketiga gambar yang disajikan, terlihat ikatan hidrogennya terikat sangat erat pada
bahwa masing-masing individu mempunyai permukaan yang bersifat hidrofilik dari
kecenderungan penurunan motilitas makromolekul (protein, asam nukleat atau
spermatozoa yang berbeda. Jantan 1 ternyata ujung polar dari kelompok phospholipids).
mengalami penurunan yang tinggi pada saat Toksisitas gliserol akibat terjadi adanya ikatan
ekuilibrasi, tetapi lebih rendah pada saat OH gliserol pada hidrogen molekul air yang
pembekuan dan thawing dibandingkan dengan berlebihan, akibatnya terjadi perpindahan air
keduajantan yang lain. Artinya padajantan 1, keluar sel. Bukan hanya bulk water keluar
waktu ekuilibrasi dapat dilakukan lebih singkat tetapi juga mungkin perpindahan bound water
sehingga spermatozoa tidak terpapar terlalu yang seharusnya tetap berada di dalam sel.
lama dalam larutan yang mengandung gliserol, Pada penelitian ini tanpa melihat individu
sedangkan pada kedua jantan lainnya pejantan, gliserol 5% menunjukkan kualitas
ekuilibrasi selama 2 jam tidak terlalu terbaik dibandingkan dengan G 7,5 atau G10 '
berpengaruh. Penurunan kualitas pada saat pembekuan
Secara umum hasil pembekuan semen beku tertinggi pada terjadi pada G 10' diikuti oleh G 7 5
kuda hasil penelitian ini masih rendah. dan terakhir Gs. Recovery rate tertinggi pada
Konsentrasi gliserol secara umumyangpaling Gs disusul G 7,5 dan G 10 '
cocok adalah 5%, sedangkan 7,5 dan 10%,
kelihatannya terlalu tinggi pada pembekuan SIMPULAN
semen kuda tersebut. HasH ini juga sesuai
dengan pendapat Salisbury dan VanDemark Kesimpulan dari penelitian ini adalah
(1984); Fahy (1986); dan Hafez (1993) yang semen beku kuda pada pengencer skim-glukosa
melaporkan bahwa gliserol bersifat toksik pada dengan gliserol 5% memiliki kualitas terbaik
konsentrasi yang tinggi. Gliserol yang dibandingkan dengan gliserol 7,5 atau 10%.
digunakan sebagai krioprotektan berdifusi,
menembus dan memasuki spermatozoa dan oleh SARAN
spermatozoa dipakai untuk metabolisme
oksidatif, menggantikan air bebas dan mendesak Saran yang bisa diberikan adalah perlu
keluar elektrolit-elektrolit, menurunkan dilakukan penelitian lanjut menggunakan
konsentrasi elektrolit intraseluler serta gliserol dengan konsentrasi yang lebih rendah
mengurangi daya merusaknya terhadap sel (di bawah 5%) serta perlu dilakukan inseminasi
spermatozoa. Efek gliserol adalah mencegah buatan untuk mengetahui fertilitas yang
pengumpulan molekul H 2 0 dan mencegah sebenarnya. Selain itu perlu dilakukan penelitian
kristalisasi es pada daerah titik beku larutan lanjut menggunakan krioprotektan lain agar
(Mazur, 1980). Selain itu, gliserol akan kerusakan spermatozoa akibat toksisitas bisa
menurunkan konsentrasi natrium medium di dikurangi
luar sel sehingga kematian sel spermatozoa
akibat solution-effect dapat dihindarkan. DAFTAR PUSTAKA
HasH penelitian menunjukkan bahwa daya
lindung terhadap spermatozoa pada G75 dan G 10 . [Anoniml, 2002. Cryopreservatin and Storage
sangat rendah, yang ditandai dengan rendahnya of Cell Lines. www.sigmaaldrich.coml ... !
persentase motilitas dan viabilitas spermatozoa Cell_Culture! Key-Resources IECACC_

69

Azizah & Arifiantini Jumal Veteriner

Handbook/Cell_Culture_Tecniques_7.html­ Linfor J J, Pommer AC, Meyer SA. 2002.


59k­ Osmotic stress induces tyrosine
______ . 2006. Cryopreservation of Equine phosphorylation of equine sperm.
Spermatozoa. www.pilchuckvet.coml Theriogenology 58 : 355-358
resources/ cryopreservation.pdf- Mazur P. 1980. Fundamental aspect of the
Alvarenga, M.A, Leao, K,M, Papa, F,O, Landim­ freezing of cells with emphasis on mamma­
Alvarenga, F.C., Medeiros, A.S.L., and lian ovarium embryos. 9 th International
Gomes, G.M. 2004. The use of alternative congress on animal reproduction and
cryoprotectors for freezing stallion semen. artificialinsemination Vol 1 :99-114.
Proceedings of a Workshop on transporting Morel DMCG.1999. Equine Artificial
Gametes and Embryos 2nd .Brewster, Insemination. Oxon: CABI Publishing,
Massachusetts: R & W Publications. Wallingford.
Arifiantini, R.I dan Yusuf, T.L 2006. Nalley WM. 2006. Kajian Reproduksi dan
Keberhasilan Penggunaan Tiga Pengencer Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan
Dalam Dua J enis Kemasan Pada Proses Pada Rusa Timor [Disertasil. Bogor: Institut
Pembekuan Semen Sapi Frisien Holstein. Pertanian Bogor.
Majalah Ilmiah Peternakan. 9 (3) 89-93 Parish's, J. 2003. Web site University of
Arifiantini RI, YusufTL, Purwantara B. 2006. Wisconsin Department of Animal Science
Daya Tahan Spermatozoa Kuda HasH for his Animal Sciences Reproductive
Sentrifugasi dengan Kadar Plasma Semen Physiology class ~="-'-'-'-'-'--'-'-'-"'-'--"-"""-'-~"""'­
yang Berbeda menggunakan Pengencer ansci repro/ [25 Juli 2003]
Skim. J. Animal Production 8 (3); 160-167 Ritar AJ, Ball PD, O'May PJ. 1990. Examination
Barth AD, Oko RJ. 1989. Abnormal Morphology of methods for the deep freezing of goat
of Bovine Spermatozoa. Iowa: Iowa State semen. Reprod Fertil Dev. 2 :27-34.
University Press. Salisbury GW, Vandemark NL. 1984. Fisiologi
Best, B. 2006. Viability, cryoprotectant toxicity Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada
and chilling injury in cryonics. www. Sapi. Penerjemah :Djanuar R. Yogyakarta:
benbest.comlresources/cryopreservation.pdf Gajah Mada University Press.
(6 September 2006) Sorensen, A.M. JR.1987. Reprod Lab A.
Correa JR, Rodriquez MC, Patterson DJ, Zavos Laboratory Manual for Animal Reprod.
PM. 1996. Thawing and processing of Animal Science Department Texas A and
cryopreserved bovine spermatozoa at various M University. 4th Ed. Massachusetts:
temperatures and their effection sperm American Press.
viability, osmotic shock and sperm Squires E L, Keith S.L, Graham JK. 2004.
membrane integrity. Theriogenology 46 : Evaluation of AlternatifCryoprotec-tans for
413-420 Preserving Stallion. Spermatozoa.
Dowsett KF, KnottLM. 1996. The influence of Theriogenology 62 :1056-1065
age and breed on stallion semen. Tambing, S.N, 1999. Efektifitas Berbagai Dosis
Theriogenology 46: 397 - 412. Gliserol di dalam Pengencer Tris dan
Fahy GM. 1986. The relevance of cryoprotectant Waktu Ekuilibrasi terhadap Kualitas
toxicity to cryobiology. Cryobiology, 23: 1­ Semen Beku Kambing Peranakan Etawah.
13. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Hafez ESE. 1993. Semen Evaluation. Dalam : Vidament M, Daire C, Yvon JM, Doligez P,
Hafez 1993. Reproduction in Farm Bruneau B, Magistrini M, Ecot P. 2002.
Animals. 6 th Philadelphia. Ed Lea and Motility and fertility of stallion semen frozen
Febiger. with glycerol and lor dimethyl formamide.
Hafez ESE. 2000. Semen evaluation. Dalam Theriogenology 58: 249-251.
Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproduction White I G. 1993. Lipids and Calcium Up take of
In Farm Animals. 7 th Ed. Philadelphia. Sperm in Relation to Cold Shock and
Lippincott Williams & Wilkins. Preservation: a review. Reprod Fertil Dev,
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Sperma-tozoa and 5: 639-658
seminal plasma. Dalam Hafez, B, Hafez, Yildiz C, Kaya A, Aksoy M, Tekeli T. 2000.
E.S.E. 2000. Reproduction In Farm Influence of sugar supplementation of the
Animals. 7th Ed. Philadelphia. Lippincott extender on motility, viability and acrosomal
Williams & Wilkins. integrity of dog spermatozoa during freezing.
Kacker RN. Panwar BS. 1995. Text Book of Theriogenology 54: 579-585.
Equine Husbandry. 1't Ed. New Delhi.
Vikas Publishing House PVT LTD.
70

You might also like