You are on page 1of 67
144 14 Elemen Dasar dan Fasor PENDAHULUAN 14.2 ‘Tanggapan elemen dasar R, L, dan C terhadap tegangan dan arus sinusoidal akan diuji dalam bab ini dengan catatan khusus mengenai bagaimana frekuensi akan mempengaruhi karakteristik yang berlawanan pada masing-masing elemen, Ke- ‘mudian notasi fasor akan diperkenalkan untuk menetapkan sebuah metode anali- sis yang memungkinkan hubungan langsung dengan sejumlah metode, teori, dan konsep yang diperkenalkan dalam bab-bab de. DERIVATIF Ja merupakan dasar bagi pemahaman mengenai tanggapan elemen dasar R, L, dan C terhadap sebuah isyarat sinusoidal yaitu Konsep mengenai derivatif yang akan diyji secara rinci, Ia tidak memerlukan syarat bahwa anda harus ahli dalam teknik ‘matematika tetapi anda harus memahami dampak hubungan yang ditentukan oleh derivatif. Ingat dari Pasal 10.11 bahwa derivatif dx/dr didefinisikan sebagai pesat peru- bahan x tethadap waktu. Jika pada suatu saat x tidak berubah, de = 0, maka derivatifaya adalah nol. Untuk gelombang sinusoidal, dx/dt berharga nol hanya pada puncak positif dan negatif (or = n/2 dan $n pada Gambar 14.1), karena x dak berubah pada saat itu, Derivatif dx/dt sebenarnya adalah lereng grafik pada sembarang waktu. Pengujian gelombang sinus juga akan menunjukkan bahwa perubahan x yang paling besar terjadi pada saat of = 0, x, dan 2n, x bertambah dengan pesat yang 163 W64 Tebouk Ranghaian Lisrik — Jild 2 GAMBAR 14.1 paling tinggi, dan derivatif ditentukan bertanda positif bila x bertambah dengan ‘adanya pertambahan waktu. Pada m, dr/dt turun dengan pesat yang sama seperti pada 0 dan 21, akan tetapi derivatifnya memiliki tanda negatif, karena x ber- kurang dengan bertambahnya waktu. Karena pesat perubahan pada 0, n, dan 2x adalah sama, magnitudo pada titk ini juga sama. Untuk bermacam-macam harga of antara puncak maksimum dan puncak minimum, derivatif akan ada dan ber- harga dari minimum sampai dengan maksimum. Gambar mengenai derivatif yang ‘erdapat pada Gambar 14.2 memperlihatkan bahwa derivatif sebuah gelombang, sinus adalah gelombang cosinus. Puncak harga gelombang cosinus berbanding lurus dengan frekuensi gelom- bbang asli, Semakin tinggi frekuensi, akan semakin curam lereng pada absis, dan akan semakin besar harga dd, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.3. GAMBAR 142 Blemen Dasar dan Fasor 165 Leh Smaller negative peak Nessie peak GAMBAR 143, Catat pada Gambar 14.3 bahwa meskipun kedua gelombang memiliki harga puncak yang sama, namun fungsi sinusoidal yang memiliki frekuensi yang lebih tinggi menghasilkan harga puncak yang lebih tinggi untuk derivatif. Sebagai tambahan, catat bahwa derivatif memiliki periode dan frekuensi yang sama de- ngan gelombang sinusoidal asl Untuk tegangan sinusoidal (0) = Em sin(wot + 8) derivatif tersebut dapat diperoleh secara langsung dengan pendiferensialan (kalkulus) untuk menghasilkan persamaan berikut: (14.1) ‘yang secara jelas mendukung bahwa derivatif sebuah fungsi sinusoidal adalah sebuah gelombang cosinus dan harga puncaknya berbanding lurus dengan frekuensinya, 166 Telouk Ronghaian Liseik — Jil 2 14.3 Dengan cara yang sama, e(f)= Em cos(ot + 8) maka 4 ety = ~ aby sinfor * at (14.2)| = ~29ff nm sinlot = TANGGAPAN ELEMEN DASAR TERHADAP TEGANGAN ATAU ARUS SINUSOIDAL Dengan menggunakan hukum Ohm dan persamaan-persamaan dasar untuk ka- pasitor dan induktor, Kini kita dapat menggunakan tegangan atau arus kepada elemen dasar R, L, dan C. Tahanan Untuk frekuensi jala-jala listrik dan frekuensi sampai beberapa kilohertz, untuk maksud praktis tahanan tidak dipengaruhi oleh frekuensi tegangan atau arus sinusoidal yang digunakan. Untuk daerah frekuensi ini, tahanan pada Gambar 14.4 dapat diperlakukan sebagai sebuah tetapan, dan hukum Ohm digunakan| sebagai berikut. Untuk v= Vn sin ct, di mana GAMBAR 144 Elemen Dasar dan Fasor 167 vn (443) R Ine ‘Scbagai tambahan, untuk harga i tertentu, v= ER=(Im sin Of)R= Im R sin of = Vin Sin OF 228 0 Sebuah grafik hubungan antara v dan i pada Gambar 14.5 mengungkap bahwa dimana untuk sebuah elemen tahanan murni, tegangan yang melintas dan arus yang melalui elemen tersebut adatah sefase. Reg a iy at in pase GAMBAR 14.5 Induktor Untuk susunan seri pada Gambar 14.6, tegangan yang tampak melintas elemen yang terdapat dalam kotak melawan sumber ¢, oleh Karena itu mengurangi mag- hitudo arus i, Magnitudo tegangan yang melintas elemen terscbut berbanding lurus dengan perlawanan elemen tersebut terhadap aliran muatan, atau arus é Untuk elemen penghambat, kita peroleh bahwa perlawanan adalah hambatannya dan Yelemen dan i ditentukan oleh persamaan vetemen = i R. ‘Untuk suatu induktor, kita peroleh dalam Bab 12 bahwa tegangan yang melin- tas sebuah induktor berbanding lurus dengan pesat perubahan arus yang melalui kumparan. Sebagai akibatnya adalah bahwa semakin tinggi frekuensi, akan se- makin besar pesat perubahan arus yang melalui kumparan tersebut, dan akan 168 Teknik Rangkaian Lisi GAMBAR 146 semakin besar magnitudo tegangan. Sebagai tambahan, kita peroleh dalam bab ‘yang sama bahwa induktansi sebuah kumparan akan menentukan pesat perubahan fluks yang menghubungkan sebuah kumparan untuk perubahan arus tertentu yang melewati kumparan tersebut. Semakin besar induktansi, akan semakin besar ‘tegangan yang dihasilkan yang melintas kumparan tersebut. ‘Oleh karena itu tegangan imbas berbanding lurus dengan frekuensi (atau lebih Khususnya kecepatan sudut arus ac sinusoidal yang melewati kumparan) dan induktansi kumparan. Untuk penambahan harga @ dan Z pada Gambar 14.7, ‘magnitudo vz akan bertambah sebagaimana yang diuraikan i atas, Dengan menggunakan kesamaan antara Gambar 14,6 dan Gambar 147, kita perolch bahwa pertambahan harga vz berbanding Iurus dengan pertambahan harga perlawanan pada Gambar 14.6. Karena vz akan bertambah dengan bertam- bahnya dan Z, perlawanan pada sebuah elemen induktif ditentukan oleh perka- liannya pada Gambar 14.7. Kini kita akan membuktikan beberapa kesimpulan yang sebelumnya dengan ‘menggunakan pendekatan matematika dan kemudian menentukan beberapa be- saran penting yang digunakan dalam pasal dan bab berikutnya. Untuk induktor pada Gambar 14,8, kita ketahui bahwa diz aaery GAMBAR 147 Elemen Dasar dan Fasor 169 ee nig = tatoo 4 GAMBAR 14.8 dan, dengan menggunakan penurunan So Lg sin w= ate cee ‘Oleh Karena itu, sent al cos) = ot un vi= Vm sin(wt + 90°) di mana Vm=0L Jn Catat bahwa harga puncak vz berbanding lurus dengan dan Z sebagaimana yang, diharapkan dalam pembahasan di atas. Sebuah grafik hubungan antara vz dan iz, pada Gambar 14.9 mengungkap bahwa untuk sebuah induktor v1. mendahului iz sebesar 90°, atau iz tertinggal 99° oleh Le Tika it, = Im sin(ot + ) maka vE= 0 L Im sin(wt + 6 + 90°) 170. Telok Ranghaian Listrik — Jil 2 Len leads ig by 90° GAMBAR 149 Perlawanan terhadap arus yang dihasilkan oleh induktor dalam sebuah jaringt an ac sinusoidal dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan (4.1): penyebab perlawanan Pengaruh = yang mana untuk maksud kite persamaan tersebut dapat di Penyebab Perlawanan pengaruh Dengan menggantikan harga, kita punya persamaan Perlawanan = yang sesuai dengan hasil yang diperolch sebelumnye. Besaran @, disebut reaktansi (dari kata “reaction”) sebuah induktor, simbol nya diwakili oleh Xz dan diukur dalam ohm; jadi, Reaktansi induktif adalah perlawanan terhadap aliran arus, yang akan meng. hasilkan pertukaran energi yang terus menerus antara sumber dan medan ma; induktor. Dengan kata lain, reaktansi, tidak seperti hambatan (yang mele cenergi dalam bentuk panas), tidak melesap energi listrik. lemon Dasar dan Fasor 171 Kapasitor Kini maritah kita kembali kepada susunan seri yang terdapat pada Gambar 14.6 dan menyisipkan kapasitor sebagai elemen yang ditinjau. Akan tetapi untuk kapasitor tersebut kita akan menentukan arus i untuk tegangan tertentu yang melintas elemen tersebut. Bila pendekatan ini mencapai kesimpulannya, maka ‘hubungan antara tegangan dan arus akan diketahui, dan tegangan yang mclawan (Vetemen) dapat ditentukan untuk sembarang arus sinusoidal i, Penyelidikan kite pada induktor mengungkap bahwa tegangan imbas yang. melintas sebuah kumparan melawan perubahan arus sesaat yang melalui kum- paran tersebut. Untuk jaringan kapasitif, tegangan yang melintas kapasitor dibatasi oleh pesat arus yang disimpan pada, atau dilepaskan oleh, keping kapasi- tor tersebut, masing-masing selama fase pemuatan dan fase pengosongan. De- gan kata lain, perubahan tegangan sesaat yang melintas sebuah kapasitor dilawan ofch kenyataan bahwa di sana ada sebuah elemen yang memerlukan Waktu untuk menyimpan muatan pada (atau melepas muatan dari) keping sebuah kapasitor, dan V = Q/C. Karena kapasitansi adalah ukuran pesat kapasitor akan menyimpan muatan pada kepingnya untuk perubahan tegangan tertentu yang melintas kapasitor, semakin besar ‘harga kapasitansi, akan semakin besar arus kapasitif yang dikasilkan. Sebagai tambahan, persamaan dasar yang berhubungan dengan tegangan yang melintas sebuah kapasitor dan arus yang lewat pada sebuah kapasitor (7 = C (dv/d) menunjukkan bahwa untuk sebuah kapasitansi yang tertentu, semakin besar pesat perubakan fegangan yang melintas kapasitor tersebut, akan semakin besar arus kapasilf yang dihasitkan. ‘Tentunya, pertambahan frekuensi berhubungan dengan pertambahan pesat perubahan tegangan yang melintas kapasitor tersebut dengan demikian akan meningkatkan arus kapasitor. ‘Oleh karena itu anus pada sebuah kapasitor berbanding lurus dengan frekuensi (lebih khususnya kecepatan sudut) dan kapasitansi kapasitor tersebut, Penambah- ‘an pada salah satu besaran akan menghasilkan penambahan arus kapasitor. Akan tetapi untuk susunan dasar pada Gambar 14.10, kita tertarik untuk menentukan perlawanan kapasitor tersebut yang dihubungkan dengan hambatan sebuah tahan- aan dan oZ untuk induktor. Karena pertambahan arus berhubungan dengan dengan pengurangan perlawanan, dan ic sebanding dengan @ dan C, perlawanan sebuah kapasitor berbanding terbalik dengan oC, atau 1/aC, seperti yang diperlihatkan 172 Teknik Ranghaian Listrik — iid 2 GAMBAR 14.10 pada Gambar 14.10, Dengan kata |: |, semakin tinggi kecepatan sudut (at: frckuensi) dan kapasitansi, akan semakin berkurang perlawanan terhadap arus atau semakin rendah tegangan yang melawan pada kapasitor (vc), yang m batasi arus ic seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 14.6, ‘Kini kita akan membuktikan, scbagaimana yang kita lakukan untuk induktof, beberapa kesimpulan ini menggunakan pendekatan matematika. Kemudian t ‘Saran penting tertentu digunakan berulang-ulang dalam analisis berikut ini ak; didefinisikan. ‘Untuk kapasitor pada Gambar 14.11, kita tahu bahwa He dt a SW Sin wf) = Vy COS wot a Ym sin ox) Oleh karena itu CoS Ye = Va sine GAMBAR 14.11 Elemen Dasar dan Fasor 73 ve ic = CFE = CloVy £05 wt) = CV, C08 at atau i= Imsin(at+90°) Im=0 CVn bbahwa harga harga puncak ic berbanding lurus dengan © dan C, seperti yang diharapkan dalam pembahasan di atas. Kurva vc dan ic dalam Gambar 14.12 mengungkap bahwa untuk sebuah kapasitor, ic mendahului vc sebesar 90°, atau vc ketinggatan ic sebesar 9°. Jka ¥C= Vn sin(or 6) maka ic=@ CVm sin(wt + 8 + 90°) Penggunaan Perlawanan = Pervebsb pengaruh dan penggantian harga, kita peroleh persamaan Cf teats ve by 90" GAMBAR 14.12 174 Teknik Ranghaian Lisrik — Jilid 2 V, fates Perlawanan = Yet = Vn _ Im OCVy we ‘yang sesuai dengan hasil yang diperoteh di atas. Besaran /wC, disebut reaktansi sebuah kapasitor, secara simbolis diwali oleh X¢ dan diukur dalam ohm; jadi, Reaktansi kapasitif adalah perlawanan terhadap aliran muatan, yang a silkan pertukaran energi yang terus menerus antara sumber dan medan li kapasitor tersebut. Seperti halnya induktor, kapasitor tidak melesap energi dal sembarang bentuk (dengan mengabaikan pengaruh hambatan bocor), Dalam rangkaian-rangkaian yang baru saja dibicarakan, arus telah in dalam rangkaian induktif, dan tegangan dalam rangkaian kapasitif. Hal ini Jakukan untuk menghindari penggunaan pengintegralan untuk memperoleh saran yang tidak diketahui, Dalam rangkaian induktif, ee a terapi a oon Dalam rangkaian kapasitif, are accede tetapi T rer gfice 4p) Singkatnya, kita akan mempethatikan sebuah metode penganalisis rangkaiah- rangkaian ac yang akan memungkinkan kita untuk menyelesaikan sebuah a vyang tidak diketahui dengan masukan sinusoidal tanpa harus menggunakan penk- integralan atau pendiferensialan, Ja memungkinkan untuk menentukan apakah sebuah rangkaian memiliki atau lebih elemen kapasitif atau induktif yang dominan dengan mencatat hubunk- an fase antara tegangan dan arus masukan, Elemen Dasar dan Fasor 175 Jika arus mendahului tegangan, maka rangkaian tersebut yang dominan ada- Jah rangkaian kapasitf, dan jika tegangan mendahului arus, maka rangkaian tersebut yang dominan adalah rangkaian induktif. Karena kini kita memiliki sebuah persamaan untuk reaktansi sebuah induktor atau kapasitor, maka kita tidak perlu menggunakan derivatif atau pengintegralan dalam contoh yang dibahas. Dengan menggunakan hukum Ohm, Jim = Em/Xi (atau X¢), dan ingat dalam benak bahwa hubungan fase antara tegangan dan arus untuk masing-masing elemen akan cukup untuk menyelesaikan contoh CONTOH 14.1, Tegangan yang melintas sebuah tahanan telah ditunjukkan. Tentukan pernyataan sinusoidal untuk arus jika tahanan tersebut besamya 10 Q. ‘Sketsalah kurva v dan i dengan sudut cf sebagai abs. dan i=10sin 377% Kurvanya disketsa pada Gambar 14.13. Yar root GAMBAR 14.13 25 = sing3771 + > sp S77 + 60) dan i= 25 sin(3771 + 60°) Kurvanya disketsa pada Gambar 14.14. 116 Teknik Rangkaian Listrik — Jil 2 CONTOH 142. Arus yang melalui sebuah tahanan 5-© diketahui. Tentul pemyataan sinusoidal untuk tegangan yang melintas tahanan tersebut untuk a 10 sin(3771 + 30°), Penyelesaian: v= IR = (40)(5) sin(3771 + 30°) dan y= 200 sin(377t + 30°) CONTOH 143. Arus yang melalui sebuah kumparan 0.1 H diketahui stuf Pemyataan sinusoidal untuk tegangan yang melintas kumparan tersebut. Ské salah kurva v dan i. i= 10sin 377% 7 sin(377t - 70°) 377 radis)(0.1 H) = 37.7. (0 A)(37.7:9) = 377 V dan kini kita tahu bahwa untuk sebuah kumparan, v mendahului / sebesar 9q°, Oleh karena itu, ¥ = 377 sin@377¢ + 90°) Kurvanya disketsa pada Gambar 14.15. Elemen Dasar dan Fasor 477 GAMBAR 14.15 b. xp=37.70 Vin = Int = (7 AYGT.7 1) = 263.9 V ddan kini kita tahu bahwa untuk sebuah kumparan, v mendahului i sebesar 90°, ‘Oleh karena itu, v= 263.9 sin(3771 ~ 70° + 90°) dan tess by 80" GAMBAR 14.16 CONTOH 14.4. Tegangan yang melintas sebuah kumparan 0.5 H diketahui Bagaimanakah pernyataan sinusoidal untuk arusnya? 178 Teknik Ranghaian Lisrik — iid 2 = 100 sin 20¢ Penyelesaian: Xz = ol = (20 radis}(0.5 H) = 10.0 = oie = 108 dan kita tahu bahwa i tertinggal v sebesar 90°, Oleh karena itu, 10 sin(201 ~ 90°) CONTOH 14.5. Tegangan yang melintas sebuah kapasitor 1 ju diketahu Bagaimanakah pernyataan sinusoidal untuk arusnya? Sketsalah Kurva v dan i. 0 sin 400¢ 1 102 eee = 78 2500 9 Word TOF 450 * 2500-8 Vm 30 Xe 25002 0120 A= 12 mA dan kita tahu bahwa untuk sebuah kapasitor, arus mendahului tegangan sebesat 90°. Oleh karena itu, i = 12% 107? sin(4000 + 90°) Kurvanya disketsa pada Gambar 14.17. GAMBAR 14.17 Elemen Dasar dan Fasor 179 CONTOH 14.6. Arus yang melalui sebuah kapasitor 100 uF diberikan. Ten- tukan pernyataan sinusoidal untuk tegangan yang melintas kapasitortersebut 1 = 40 sin(500r + 60°) Penyelesaian: ae ee 1 tt WO ng wC (500 rad/s(100 x 10°F) Sx 108 5 Vn = bake = (40 AX20 0) = 800V dan kita tahu bahwa untuk sebuah kapasitor, tegangan tertinggal oleh arus sebesar 90°. Oleh karena itu, 100 sin(S001 + 60° — 90°) dan v= 800 sin(S00¢— 30°) CONTOH 14.7. Untuk pasangan tegangan dan arus berikut, tunjukkan apakah clemen yang terlibat berupa sebuah kapasitor, induktor, atau tahanan, dan ten- tukan harga C, L, atau R, jika data yang diberikan mencukupi (Gambar 14.18): a. v= 100 sin(ot + 40°) 0 sin(eat + 40°) b. v= 1000 sin(377F+ 10°) i= 5 sin(3771- 80°) c 100 sin( 1571 + 30°) 4 GAMBAR 14.18 180 Telnik Ranghaion Listrik — Jilid 2 Penyelesaian: a. Karena v dan i sefase, maka elemen tersebut adalah sebuah tahanan, dan Vm _ 10 In 2A, b. Karena v mendahului i sebesar 90°, maka elemen tersebut adalah sebuah induktor, dan 1000 v vy X= ER = 200 dengan demikian maka X,= wl = 2000 200 9 377 nas OH cc. Karena i mendahului v sebesar 90°, maka elemen tersebut adalah sebuah. kapasitor, dan dengan demikian maka 1 Xoo = 500 ot atau 1 #5001 (157 radis)(500 2) eae 0 cos(at + 20°) = 50 sin(wr + 20° + 90°) 0 sin (or + 110°) ‘Karena v dan jsefase, maka elemen tersebut adalah sebuah tahanan, dan Blemen Dasar dan Fasor 181 Untuk rangkaian de, frekuensinya adalah nol, karena arus dan tegangan ‘memiliki harga yang tetap. Oleh karena itu reaktansi kumparan untuk de adalah Xp=2nfL=2n(0)L=02 maka dalam rangkaian de induktor dinyatakan dengan hubung-singkat (Bab 12). Pada frekuensi yang sangat tinggi, X= 2n{L sangat besar, dan untuk pemakaian praktis, induktor tersebut dapat diganti dengan untai-terbuka. Kapasitor dapat diganti dengan untai-terbuka dalam jaringan dc karena f= 0, dan L lene a(O)C cry sekali lagi mendukung tindakan kita sebelumnya (Bab 10). Pada frekuensi yang sangat tinggi, untuk kapasitansi yang harganya tertentu, Xel = i afte sangat kecil, dan untuk pemakaian praktis kapasitor dapat diganti dengan hubung- singkat. ‘Tabel 14.1 mengulas kesimpulan-kesimpulan sebelumnya. ———_——_———— [fect of high and low frequencies on the cireuit model of an inductor and capacitor. i very high frequencies 1 oYRf—o + —o—o— + —0 o— of 0 = ee TABEL 141 Kini kita mengenal hubungan-hubungan fase dan memahami bagaimana cle- ‘men tersebut mempengaruhi hubungan fase antara tegangan yang digunakan dan rus yang dihasilkan, penggunaan osiloskop untuk mengukur sudut fase dapat diperkenalkan. Ingat dari pembahasan yang lalu bahwa osiloskop hanya dapat digunakan untuk menampilkan harga tegangan terhadap waktu. Akan tetapi Kini 182. Telowk Ranghoian Liswik — Jil 2 eee eal Po emu ‘System Chamel », ‘System F 7 a pe oh ana se (49 ee Gate iin ‘Cusne @ . (b) © GAMBAR 14.19 ‘kita menyadari bahwa tegangan yang melintas sebuah tahanan adalah sefase| dengan arus yang melalui sebuah tahanan, kita dapat memikirkan sudut fase yang] bethubungan dengan tegangan yang melintas sembarang tahanan yang se- benamya merupakan sudut fase arus. Contohnya, anggap kita ingin menentukan| sudut fase yang diberikan oleh sembarang sistem yang tidak diketahui padal Gambar 14.19(a). Pada Gambar 14.19(b) sebuah tahanan ditambahkan pada| Kawat masukan, dan saluran “dual trace” (Kebanyakan osiloskop modern dapat ‘menampilkan dua isyarat pada saat yang sama) dihubungkan seperti yang diperli- hatkan. Salah satu saluran akan menampilkan tegangan masukan vj, sedanigkan ‘yang lain akan menampilkan vr, seperti yang diperiihatkan pada Gambar 14.9(c).| ‘Akan tetapi sebagaimana yang telah dicatat sebelumnya, karena vg dan ir, maka| ssudut fase tampak pada gambar 14.19(c) juga merupakan sudut fase antara vj dan 4 Oleh arena itu penambahan sebuah tahanan pengindera dapat digunakan untuk menentukan sudut fase yang diperkenalkan oleh suatu sistem dan dapat digunakan untuk menentukan magnitudo arus yang dihasilkan. Rincian hubungan| ‘yang harus dibuat dan bagaimana bagaimana sudut fase yang sebenamya diten- tukan akan ditinggalkan untuk acara praktikum, 14.4 TANGGAPAN FREKUENSI ELEMEN DASAR Analisis pada Pasal 14.3 terbatas untuk frekuensi tertentu yang digunakan, Apa- kah pengaruh perubahan frekuensi pada harga perlawanan yang diberikan oleh sebuah elemen resistif, induktif, atau kapasitif? Kita tahu dari pasal yang terakhir bahwa reaktansi induktif meningkat dengan adanya pertambahan frekuensi se- dangkan reaktansi kapasitif akan berkurang, Akan tetapi apakah pola terhadap Elemen Dasar dan Fasor 183 (wot ranealate wale) geseeaesB aie 10M MDMH 10002 “Files scale) GAMBAR 14.20 ‘Kurva hubungan hambatan dan frekuensi untuk tahanan majerwuk karbon, peningkatan dan penurunan perlawanan ini? Karena isyarat yang digunakan dapat ‘memiliki jangkauan frekuensi dari beberapa hertz sampai megahertz, maka pen- ting untuk mengetahui pengaruh frékuensi terhadap harga perlawanan tersebut. R Karena adanya harga kapasitansi menyimpang dan induktansi kawat, maka ham- batan sembarang tahanan akan berubah dengan adanya perubahan frekuensi ‘Akan tetapi, harga kapasitansi dan induktansi yang terlibat sedemikian kecil sehingga pengaruh mereka yang sebenarnya tidak diperhatikan sampai pada jangkauan megahertz, Kurva hubungan antara tahanan dan frekuensi untuk sc- jumlah tahanan yang terbuat dari karbon diberikan pada Gambar 14.20. Catat bahwa semakin rendah harga hambatan tampak kurang dipengaruhi oleh harga frekuensi. Tahanan 100 pada dasamya stabil sampai frekuensi 300 MHz, sedangkan tahanan 100 kO mulai turun harganya pada frekuensi sekitar 15 MHz. ‘Olch karena itu frekuensi memiliki dampak pada hambatan sebuah elemen, akan ‘etapi untuk jangkauan frekuensi yang sekarang kita tinjau, kita akan menggu- nakan kurva nubungan antara hambatan dan frekuensi pada Gambar 14.21 (seper- ti Gambar 14.20 sampai frekuensi 15 MHz), yang sebenarnya menetapkan bahwa harga hambatan sebuah tahanan tidak tergantung pada frekuensi. 184 Teknik Rangkaian Listrik — Jilid 2 GAMBAR 14.21 L Harga yang tercantum pada label sebuah induktor atau kapasitor juga akan beru- bah pada frekuensi yang sangat tinggi karena berbagai alasan yang sama seperti ‘yang telah diperkenalkan untuk tahanan. Akan tetapi untuk jangkauan frekuensi ‘yang sekarang kita tinjau harga yang tercantum pada label induktor (5 mH, 10 wH, dan lain-lain) dan Kapasitor (0.1 4F, 1000 pF, dan lain-lain) masih tetap sama harganya. ‘Akan tetapi, persamaan Xpso@L=2nfL=2nbf berbanding lurus dengan persamaan garis kurus yem+b dengan lereng (m) 2x2 dan perpotongan-y (b) berharga nol. Xz adalah variabel y dan fadalah variabel x. Jelas bahwa semakin besar induktansi, akan semakin curam lereng untuk frekuensi yang sama, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.22. Ingat dalam bbenak, sebagaimana yang ditekankan lagi pada Gambar 14.22 bahwa perlawanan sebuah induktor pada frekuensi yang sangat rendah mendekati sifat hubung singkat, sedangkan pada frekuensi yang sangat tinggi reaktansi tersebut men- dekatisifat untai terbuka, Persamaan reaktansi untuk kapasitor adalah 1 2afe Xe dapat ditulis lemen Dasar dan Fasor 187 Dengan menggunakan identitas trigonometri cos(A ~ B) ~ costa + B) in A sin B= s 2 fungsi sin(wt + B) sin((we + y) menjadi sin(ot + B) sin(ot + y) — 0sllar + B) ~ (wt + ¥)) ~ cosl(wt + B) + (wr + WD) 2 = £088 ~ ¥) ~ costar + B+ W) 2 dengan demikian maka [ Vuh 2 = [cos] -[@E corms poo] Grafik y, #, dan p pada sumbu yang sama yang diperlihatkan pada Gambar 14.25. Catat bahwa faktor yang kedua dalam persamaan sebelumnya adalah sebuah ‘gelombang cosinus yang memiliki amplitudo Vmlm/2 dan frekuensi dua kali lipat feekuensiegangan atau rus, Hargartartasuku ini adalah nol, yang mengha- silkan tidak adanya perpindahan energi dalam salah satu arah. ‘Akan tetapi suku pertama dari persamaan sebelumnya memiliki magnitudo yang tetap (yang tidak tergantung pada waktu), oleh Karena itu ada perpindahan ‘energi. Suku ini direferensikan sebagai daya rata-rata, alasannya jelas dari Gam- bar 14.25. Daya rata-rata atau kadang-kadang disebut daya nyata, adalah daya yang diberikan dan dilesap oleh beban. Hal ini berhubungan dengan perhitungan daya yang dilakukan untuk jaringan dc. Sudut (B - y) adalah sudut fase antara v dan i. Karena cos(-a) = cos GAMBAR 14.25 188 Teknik Rangkaian Listrit — Jil 2 ‘magnitudo daya rata-rata yang diberikan tidak tergantung apakah v mendahu ui i atau i mendahului v. Dengan mendefinisikan 0 sama dengan | B- y!, di mana | —| menunjukkan baht yang penting adalah magnitudonya saja dan tanda tidak penting, kita pun; ersamaan (watt, W) (14.9) di mana P adalah daya rata-rata dalam watt. Persamaan ini dapat juga ditulis juga dapat ditulis sebagai meee ‘tau, karena Vn Jn Vea sfe dan hea = 375 Persamaan (14.9) menjadi P= Veale 005 @ (14. Kini marilah kita gunakan Persamaan (14.9) dan (14.10) untuk elemen dasad RL, dan. Tahanan Di dalam sebuah rangkaian hambatan murni, Karena v dan i sefase, | Poy |= 0 0°, dan cos @ = cos 0° = 1, dengan demikian maka pa vate Vertes | CW) 4.1] 2 Atau, karena maka or) (14.12] lemen Dasar dan Fasor 189 Induktor Di dalam sebuah rangkaian induktif muri, karena vy mendahului i sebesar 90°, maka | B- y| == 90°, Oleh karena itu, Vaan Vela Pema cos 90 = 2 (0) = OW daya rata-rata atau daya yang dilesap oleh induktor ideal (tidak memiliki hambatan) adalah nol watt Kapasitor Dalam sebuah rangkaian Kapasitif murni, karena i mendahului v sebesar 90°, ‘maka | B- y |=0=|-90°| = 90°, Oleh karena itu, Vaud a Yale gy oe P= ABE cos(90") = 5 (0) = 0 daya rata-rata atau daya yang dilesap otek kapasitor ideal (tidak memiliki hambatan) adalah nol wat CONTOH 14.10, Tentukan daya rata-rata yang dilesap dalam sebuah rangkaian yang memiliki arus masukan dan tegangan berikut ini i= 5 sin(or + 40°) v= 10 sin(w + 40°) Penyelesalan: Karena v dan i sefase, maka rangkaian yang tampak pada terminal-terminal masukan berupa hambatan murni. Oleh karena itu, tm _ (OVYS AY _ Yale =25W 2 2 atau Vn 10V_ Cee aR dan 190 Teknik Ranghaian Lisrik — Jilid 2 Vie _ (0.70700 VP atau [(0.707)(5 A)/*(2) = 25 W Untuk contoh berkut, rangkaian berisi gabungan hambatan dan reaktansi yang menghasilkan sudut fase antara arus dan tegangan masukan yang berbeda dari 0} atau 90°, CONTOH 14.11. Tentukan daya rata-rata yang diberikan kepada jaringan yang ‘memiliki tegangan dan arus masukan berikut ini: a. v= 100 sin(ar + 40°) 20 sin(wt + 70°) 150 sin(oe - 70°) 3 sin(or- 50°) 0, w= 70" B— |= | 40" — 70°] = | -30° | = 30° 05(30") = (1000 W)(0.866) | -70° - (50% | =10° + 50" | = | -20°| = 20° Elemen Dasar dan Fasor 191 dan _ 150 VG A) 2 = 21143 W p= “ale cos cos(20") = (225 (0.9397) Faktor Daya Frekuensi dan elemen jaringan sejajar pada Gambar 14.26(a) dipilih sedemikian rupa sehingga i) = 50 sin of in = 50 sin(or- 90°) #3 = 50 sin(or + 90°) Oleh karena itu, untuk masing-masing cabang sejajar, harga puncak (atau harga efektif) tegangan dan arus sama, Namun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14.26(a), daya pada kedua cabang tersebut sama dengan nol, dan daya ‘yang maksimum pada elemen yang ketiga. Dalam persamaan daya, faktor yang iperhitungkan untuk perubahan ini adalah cos 0, yang disebut faktor daya dan simbolnya dinyatakan dengan Fs jadi, fee —- ae 4s Sem: reaktif sebuah beban, akan semakin rendah faktor daya, dan semakin rendah daya rata-rata yang diberikan. Semakin resistif suatu beban, akan semakin 192 Telok Rangkaian Lisrik — Jiid 2 tinggi faktor daya, dan akan semakin besar daya nyata yang diberikan. Elem dalam masing-masing beban pada Gambar 14.26(a) tampak pada Gamb: 14.26(b). Catatlah faktor daya untuk masing-masing elemen dalam gambar but. Faktor daya yang rendah biasanya dihindarkan, karena akan semakin arus yang diperlukan untuk memberikan sembarang daya yang cukup besa Kebutuhan akan arus yang cukup besar ini menghasilkan rugi panas yang ddan sebagai akibatnya adalah sistem beroperasi pada efisiensi yang rendah. Dalam istilah mendahului dan tertinggal sering ditulis sehubungan dengay faktor daya. P (14.4 F, = cos @= Viale Mereka didefinisikan oleh arus yang melalui beban. Jika arus mendahuluy tegangan yang melintas beban, maka beban tersebut memiliki faktor daya mendahul arus tertinggal oleh tegangan yang melintas beban, maka bet tersebut memiliki faktor daya yang tertinggal. Dengan kata lain, Jaringan kapasitif memiliki faktor daya yang mendahului, dan jaringan induh ‘if memiliki faktor daya tertinggal. CONTOH 14.12, Tentukan faktor daya beban berikut, dan tunjukkan apakal| ‘mereka mendahului atau tertinggal. a. Gambar 14.27 b. Gambar 14.28 etm Diner + 40) ¥ = $0 sigur ~ 20") - = 120 sina + 80) 1S sistas + 30 GAMBAR 1427 GAMBAR 14.28 . Gambar 14.29 14.6 GAMBAR 14.29 Penyelesaian: a, Fy = cos 6 = cos 60° = 0.5 mendahului. b. Fy=c0s 0 = cos 50° = 0.6428 tertinggal. > 1o0W _ 10 create Velen ~@OV)SA) 100 W : Beban tersebut adalah resistif dan F, tidak mendahului atau tertinggal. BILANGAN KOMPLEKS Dalam analisis kami mengenai jaringan de, kita telah mengetahui bahwasanya perlu untuk menentukan jumlah aljabar tegangan dan arus. Karena hal yang sama juga benar untuk jaringan ac, pertanyaan yang muncul adalah, Bagaimana kita menentukan jumlah aljabar dua atau lebih tegangan (atau arus) yang berubah secara sinusoidal? Meskipun salah satu penyelesaian akan berupa penyelesaian untuk memperoleh jumtah aljabar yang berdasarttik-ke-titik (seperti yang diper- Jihatkan dalam Pasal 14.12), namun hal ini akan merupakan proses yang lama di mana ketelitiannya berbanding lurus dengan skala yang digunakan. Inilah tujuan bab ini untuk memperkenalkan sebuah sebuah teknik untuk memperoleh jumlah aljabar gelombang sinusoidal yang cepat, langsung, dan teliti, Dalam bab-bab berikutnya, teknik tersebut akan diper- Juas agar memungkinkan analisis jaringan ac mirip seperti yang digunakan untuk analisis jaringan de. Metode dan teori yang dliuraikan untuk jaringan de kemudian dapat digunakan untuk jaringan ac dengan sedikit kesulitan saja, Sebuah bilangan kompleks menyatakan sebuah ttik yang berada dalam sebuah bidang dua-dimensi yang diletakkan dengan referensi dua sumbu yang berbeda. 194 Teknik Ranghaian Lisrik — Jild 2 Titik ini juga dapat menentukan sebuah vektor jar-jari yang ditarik dari sumbul nol menuju titik tersebut. Sumbu datar disebut sumbu nyata, sedangkan sumbul tegak disebut sumbu Khayal. Keduanya ditunjukkan pada Gambar 14.30. Untuk alasan yang kemudian akan menjadi jelas, sumbu nyata kadang-kadang disebut sumbu resistansi, dan sumbu khayal disebut sumbu reakiansi. Setiap bilangan dari nol sampai + co dapat diwakili oleh beberapa ttik sepanjang sumbu nyata| ‘Sebelum mengembangkan sistem bilangan kompleks ini, telah dipercaya bahwal sembarang bilangan tidak terdapat pada sumbu nyata tidak akan ada — oleh] karena itu istilah Raval digunakan untuk sumbu tegak. GAMBAR 14.30 Dalam bidang kompleks, sumbu datar atau sumbu nyata mewakili semua| bilangan positif berada di sebelah kanan sumbu khayal dan semua bilangan negatif di sebelah kiri sumbu khayal. Semua bitangan khayal positif dinyatakan di ‘tas sumbu nyata, dan semua bilangan khayal negatif di bawah sumbu nyata.| ‘Simbol (atau kadang-kadang #) digunakan untuk menyatakan komponen khayal. ‘Ada dua bentuk yang digunakan untuk menyatakan sebuah bilangan kompleks: Persegi (rectangular) dan polar. Masing-masing dapat menyatakan sebuah ttik dalam bbidang atau veltorjari-jari yang ditarik dari sumbu nol menuju ttiktersebut. 14.7_ BENTUK PERSEGI Format untuk bentuk persegi adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 14.31. lemen Dasar dan Fasor 198 GAMBAR 1431 CONTOH 14.13. Sketsalah bilangan kompleks berikut dalam bidang kom- a. Lihat Gambar 14.32. ca3ee GAMBAR 14:32 . Lihat Gambar 14.33. . Lihat Gambar 14.34. 196 Telok Ranghaian Listrik — Jil 2 14.8 BENTUK POLAR Format untuk bentuk polar adalah di mana C hanya menunjukkan magnitudo saja dan @ selalu diukur berlawanan| dengan arah jarum jam (counter-clockwise, CCW) dari sumbu nyata positi,| seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.35, Tanda negatif memiliki pengaruh seperti yang diperlihatkan pada Gambar| 1436: GAMBAR 14.35 GAMBAR 14:36 lemen Dasar dan Fasor 197 =O=-CL0=C Lose (14.17) CONTOH 14.14. Sketsalah bilangan kompleks berikut dalam bidang kom- pleks: Penyelesaian: a. Lihat gambar 14:37 b. Lihat gambar 14.38 =) GAMBAR 14.37 GAMBAR 14.38 ¢. Lihat gambar 14.39 = -42cer=42.cer + 0 242030 c= 42 cre ns GAMBAR 14.39 198 Telnik Ramgaian Listrik — Jild 2 14.9 PERUBAHAN ANTAR BENTUK Dua bentuk tersebut dihubungkan oleh persamaan berikut Persegi (rectangular) menjadi Polar (14.18) iz a CHCLe=at ae \ Perhatikan Gambar 14.40. Polar menjadi Persegi (14.20) ae a ituk persegi berikut ini menjadi bentuk polar: C=34j4 — (Gambar 14.41) CONTOH 14.15. Ubablah d Elemen Dasar dan Fasor 199 GAMBAR 14.41 Penyelesaian: C= VOFF OH = VB =5 (4) 2 s3.33° tan (Q-9 3 dan C= 5253.19 CONTOH 14.16. Ubahtah dari bentuk polar berikut ini menjadi bentuk persegi: c= 102 45% (Gambar 14.42) c= ses GAMBAR 14.42 200 Teknik Rangkaian List — Jiid 2 SS Penyelesaian: A= 10 cos 45° = (100.707) B= 10 sin 45° = (100.707) C= 7.07+j7.07 bilangan kompleks tampak pada kuadran yang kedua, ketiga, atau keem- Pat, maka ubahiah ia dalam kuadran tersebut, dan tentukan dengan hati-hati sudut ‘yang benar yang berhubungan dengan magnitudo vektor tersebut. CONTOH 14.17. Ubahlah dari bentuk persegi berikut ini menjadi bentuk polar C=-64p (Gambar 14.43) GAMBAR 14.43, Penyelosaian: C= VOF+ OF = V5 = 6.71 p= tm'(2) = 2650 = 180 ~ 26.57° = 153.43" don C= 6.71 2153.49" Blemen Dasar dan Fasor 203 seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.45. Konjugasi C=2.230° ‘adalah 22-30" seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.46. GAMBAR 14.46 Kebalikan (Reciprocal) Kebatikan sebuah bilangan kompleks adalah 1 dibagi dengan bilangan kompleks tersebut. Misalnya, kebalikan dari CHAR adalah 1 A+B dan kebalikan dari C 2 0 adalah eon C20 Kini kita dipersiapkan untuk memperhatikan empat operasi penambahan, pe- ngurangan, perkalian, dan pembagian dengan bilangan kompleks. 204 Teknik Rangkaian Lirik — iid 2 Penambahan ‘Untuk menambah dua bilangan kompleks atau lebih, tambahkan saja bagian nyata dan Khayal secara terpisah. Misalnya, Ci=4412jB1 dan C2=442+jB2 — . Tidak perlu untuk mengingat persamaan tersebut. Hanya dengan menetapkan salah satu di atas yang lain dan perhatikan bagian nyata dan khayal secara terpisah, seperti yang diperlihatkan pada Contoh 14.19. maka CONTOH 14.19. a. Tambahkan C) = 2 + j4 dan C; b. Tambahkan C; = 3 + j6 dan C2 Penyelesaian: a. Dengan menggunakan Persamaan (14.25), +l. 6423. Cr+ Ca = (243) 444+ I= 5495 GAMBAR 14.47 (Catat Gambar 14.47. Metode alternatifnya adalah Elemen Dasar dan Fasor 205 b. Dengan menggunakan Persamaan (14.25), C+, = 3-6) + (6+ 3)=-3 +59 ‘Catat Gambar 14.48. Metode alternatifnya adalah 3456 ~6 +53 tog -3 +59 Pengurangan Dalam pengurangan, sekali lagi bagian nyata dan khayal diperhatikan secara terpisah. Misalnya, jika C1 = £41 2B) dan C2 = 4Ap 2 jB2 ‘Sekali lagi tidak diperlukan untuk mengingat persamaan tersebut jika digunakan ‘metode alternatif seperti yang digunakan pada Contoh 14.20. maka 206 Telik Ranghatan Listrik — Jiid 2 CONTOH 14.20. a. Kurangkanlah C2= 1 + 4 dari C) = 4 +6. b. Kurangkanlah C =-2 +5 dari C1 =3 +3. Penyelesalan: a, Dengan menggunakan Persamaan (14.26), C.-C =4-D+j6-4=34)2 Catat Gambar 14.49. Metode altemmatifnya adalah 4+ 56 -a +99) tog 342 PI GAMBAR 14.49 b. Dengan menggunakan Persamaan (14.26), C, = G2 = (3 = ($3) jG =) = $-j2 ‘Catat Gambar 14.50. Metode alternatifnya adalah a+;3 ~(-2 +95) tog 5-72 Elemen Dasar dan Fasor 207 GAMBAR 14.50 Penambahan dan pengurangan tidak dapat dilakukan dalam bentuk polar Kecuali bilangan kompleks tersebut memiliki sudut © yang sama atau hanya berbeda dengan kelipatan 180°. CONTOH 14.21, 2LASP +3 £48 =5 245° GAMBAR 14.51 Perhatikan Gambar 14.51. Atau 2L0°-4. 2 180°=6 20° Perhatikan Gambar 14.52 208 Telok Ranghaian Listrik — Jit 2 = +e Perkalian Untuk mengalikan dua buah bilangan kompleks dalam bentuk persegi, kalikan ‘agian nyata dan kompleks pada salah satu bilangan kompleks dengan bagian rnyata dan kompleks yang lain, Misalnya, jika Ci=A1+jB1 dan C2=42+jB2 maka CG = A+B Aa + JB AyAr + jB\Az + JAB + (2B. AjAz + (B\A2 + AyB,) + BB 1) dan > Pada contoh 14.22(b) kita peroleh sebuah penyelesaian tanpa harus mengingat Persamaan 14.22(b). Dengan hanya membawa faktor j pada saat mengalikan ‘masing-masing bagian salah satu vektor dengan bagian nyata dan khayal yang lain, Elemen Dasar dan Fasor 209 CONTOH 14.22, a. Tentukan Cy . C2 jika C=2+4j3 dan C2=5+j10 b. Tentukan Cy . C2 jika C1 =-2-/3 dan C2=4 -j6 Penyelesaian: a. Dengan menggunakan format di atas, Cy Ce = (2X5) — BIO] + AGS) + QUO) = = 2+ /35 . Tanpa menggunakan format tersebut, kta peroleh +712 + PIs “84 CR FID 18 dan Cy C, = ~ 26 = 26 2180" Dalam bentuk polar, magnitudo dikalikan dan sudut ditambahkan secara aljabar. Misalnya, untuk C1=C1 261 dan C2= C2202 ‘kita tis Ci Gr= CC [+ (14.28) CONTOH 14.23, a. Tentukan C1 - C2 jika C1 =5 220° dan C2= 10 230° b. Tentukan C1 » C2 jika Ci =2 2-40" dan C2=7 2 +120° 210 Teknik Rangkaian Listrik — iid 2 Penyelesaian: a. Cy + C2 = (5X10) /20° + 30° = $0 £50" b. C1 C2 = QND) /=40" + 120" = 14°2 +80" ‘Untuk mengalikan sebuah bilangan dalam bentuk persegi dengan sebuah bilangan nyata adalah dengan cara bahwa kedua bagian nyata dan Khayal dikali- kan dengan bilangan nyata tersebut. Misalnya, (10X2-+j3) = 20 +30 dan 50.2 0° (0 +6) = 300 = 300 2 90° Pembagian ‘Untuk membagi dua bilangan kompleks dalam bentuk persegi, kalikan pembilang dan penyebut dengan kebalikan dari penyebut dan bagian nyata dan khayal dikumpulkan, Jad, jika C1=A1+jB1 dan C2= Aa + jB2 maka Ci _ As + JB Az ~ 383) Cy a + JB) Aa — iB.) = Aids + ByB3) + AaB: ~ ABs) . AD+ BY dan = bd Persamaan tersebut tidak harus diingat jika langkah di atas wituk mem- erolehnya diterapkan. Jadi, pertama-tama kalikan pembilang dengan kebalikan dari penyebut dan pisahkan suku nyata dan Khayal. Kemudian bagilah dengan lemen Dasar dan Fasor 211 bilangan nyata yang diperoleh dengan mengalikan penyebut dengan kebalikan- nya, CONTOH 14.24, a. Tentukan Cy/C2 jika Cia14 jt dan C= 44y5 b, Tentukan C1/C jika Ci=-4-/8 dan C2=46-/1 Penyelesaian: a. Dengan menggunakan Persamaan (14.29), Ce) + KS), Ve) — NS) ere I aes 24 lt = MS oses + 0.268 41 4t OSes +) b. Dengan menggunakan metode altern kita peroleh -4-38 +6431 24 = 82+ 8 = -16 ~ j52 +6-Al 46471 dan Gate G37 Untuk membagi sebuah bilangan kompleks dalam bentuk persegi dengan sebuah bilangan nyata, maka kedua bagian nyata dan khayal harus dibagi dengan bilangan nyata tersebut. Misalnya, 212 Teknik Rargkaian Litrik — Jilid 2 dan $8= 0 34 p=3.420 Dalam bentuk polar, pembagian dilakukan dengan cara membagi magni pembilang dengan magnitudo penyebut dan mengurangi sudut pembilang sudut penyebut. Jadi, untuk C= C120, dan C= C220 kita tulis cs oe (14.30) G a La ‘CONTOH 14.25. a. Tentukan CxCp jika Ci =15 210° dan C2 =227° bb Tentukan Cy/Ce jika C1 =8 2 120° dan C2 = 16 2 -50° Penyelesaian: a. 2 10° - 7 = 7.5 2 bat [sae ~ (50) = 08 cx Kita peroleh harga pembagian dalam bentuk persegi dengan mengalikan pem! bilang dan penyebut dengan kebalikan penyebut kompleks: dan Elemen Dasar dan Fasor 213 SESE eeeeeseeete eS Peer Seereeesceeses tee ee eeceeceeceeree eee 14.12, FASOR Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya datam bab ini, penambahan tegangan ddan arus sinusoidal akan sering diperlukan dalam analisis rangkaian ac. Salah satu metode yang ditunjukkan untuk melakukan operasi ini adalah dengan menempat- kan dua buah gelombang sinusoidal pada sumbu yang sama dan menambahkan secara aljabar magnitudo masing-masing sepanjang absis, seperti yang diperlihat- an untuk c = a+ b pada Gambar 14.54, Akan tetapi hal ini akan merupakan proses yang sangat lama dengan ketelitian yang terbatas. Metode yang lebih singkat menggunakan vektor jari-jari yang berputar yang diperlihatkan pada Gambar 13.20. Vektor jari-jari ini, yang memiliki magnitudo (panjang) yang tetap dengan salah satu ujungnya ietap pada sumbu nol, disebut fasor bila digunakan pada rangkaian ac. Selama perputarannya menghasilkan gelombang sinus, pada saat t = 0 detik, fasor tersebut akan memiliki posisi-posisi yang diperlihatkan pada Gambar 14,55(a) untuk masing-masing gelombang pada Gam- bar 14.55(b). GAMBAR 14:54 Catat dalam Gambar 14.55(b) bahwa v2 lewat melalui sumbu datar pada saat ¢ = 0, yang memerlukan bahwa jari-jari vektor pada Gambar 14.55(a) berada pada sumbu datar. Pada Gambar 14.55(a) panjangnya sama dengan harga puncak sinusoidal yang diperlukan oleh vektor jari-jari pada Gambar 13.20. Sinusoidal 216 Teknik Rangkaian Livtik — lid 2 on tore a GAMBAR 14.55 yang lain (yang sebenamya gelombang sinus) lewat melalui 90° perputarannya Pada saat ¢= 0 dicapai, oleh Karena itu memiliki proyeksi tegak maksimumaya ‘seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14,55(a). (Ingat bahwa 90° memisahkan hharga minimum dan maksimum sembarang fungsi sinusoidal.) Karena proyeksi ‘tegak merupakan harga maksimum, harga puncak sinusoidal tersebut yang mana ia akan menghasilkan puncak dicapai pada f= 0, seperti yang diperlihatkan pada Blemen Dasar dan Fasor 217 o Gambar 14.55(b). Catat juga bahwa vr=v1 pada saat = 0 karena pada saat ini v2 Ia dapat diperlihatkan (Lihat Gambar 14.55(a) dengan menggunakan aljabar vvektor yang diuraikan dalam Pasal 14.10 bahwa LV 20°+2V 290° = 2.236 V 2 63.43" Dengan kata lain, jika kita mengubah v1 dan v2 menjadi bentuk fasor dengan ‘menggunakan Vm Sin(ot 8) => Vm Z 40 dan menambahkan mereka dengan menggunakan aljabar vektor, kita dapat mem~ peroleh bentuk fasor untuk vr dengan kesulitan yang sangat sedikit, Kemudian ia dapat diubah menjadi kawasan waktu dan digambarkan pada sumbu-sumbu yang sama seperti yang diperlihatkan pada Gambar 14.55(b). Gambar 14.55(a), me- nunjukkan magnitudo danposisi relatif bermacam-macam fasor, ia disebut dia- «gram fasor. Ia sebenarnya adalah sebuah “potret” fasor yang menyatakan gelom- ‘bang sinus pada saat f= 0. fp > 10.63 snfar + 46.00") GAMBAR 1456 218 Teknik Ranghatan Listrik ~ Jilid 2 Oleh Karena itu selanjutnya jika diperlukan penambahan dua buah sinusoida ‘maka pertama-tama mereka harus diubah terlebih dahulu menjadi kawasan ddan jumlah diperoleh dengan menggunakan aljabar kompleks. Kemudian ji diperlukan maka hasilnya dapat diubah menjadi kawasan waktu. Kasus dua buah fungsi sinusoidal yang memiliki sudut fase yang berbeda 0° dan 90° tampak pada Gambar 14.56. Catat lagi bahwa tinggi tegak fungsi Gambar 14.56(b) ditentukan oleh posisi perputaran vektor jari-jari pada Gambs 14.56(a). Karena harga efektf sering digunakan dalam analisis rangkaian ac dari harga puncak, kini fasor akan didefinisikan untuk maksud-maksud keprakti dan keseragaman yang memiliki magnitudo yang sama dengan harga efekt ¢gelombang sinus yang ia nyatakan, Sudut yang berhubungan dengan fasor masi tetap sama seperti yang diuraikan sebelumnya — sudut fase. Oleh karena it diagram fasor akan diperlihatkan dalam Gambar 14.57, menggantikan diag fasor pada Gambar 14.56(a). GAMBAR 14.57 Secara umum untuk semua analisis berikutnya, bentuk tegangan atau aruq sinusoidal adalah V=VL0danIZ0 dimana V dan J adalah harga efektif dan @ adalah sudut fase. Harus ditunjukkan] bahwa dalam notasi fasor, gelombang sinus selalu merupakan referensi, dan| frekuensi tidak dinyatakan, Aljabar fasor untuk besaran sinusoidal hanya dapat digunakan untuk gelombang yang memiliki frekuensi yang sama, dengan demi- kian ia dapat disertakan tanpa sembarang notasi khusus. lemen Dasar dan Fasor 219 See gE Tese ares PScSeceeeeseseeseeseeseeee eee ee CONTOH 14.27. Ubahlah dari kawasan waktu berikut ini menjadi kawasan fasor ‘Kawasan waktu ‘Kawasan fasor SSSEEEEEEE IE Eoocsrecaabaeistsstatentebeobesbeene cesses st miessesbeshasb a, V250) sin wt 50 20° b. 69.6 sin(ar + 72") (0.707)69.6) £7 6. 45 £08 wt (0.70745) 290° = 31.82 290° CONTOH 14.28. Tulislah pernyataan sinusoidal untuk fasor berikut jika frekuensi sebesar 60 Hz: ____Kawasam waktw __ a T= 10230" i= VUX{1O) sin(2 601 + 30°) and i = 14.14 sit 3771 + 30°) batts 2-70" v= V2QU13) sin@3711 = 70 andy = 162.6 sin(3771 — 70°) CONTOH 14.29. Tentukan tegangan masukan rangkaian pada Gambar 14.58 jika Ya = 50 sin(3771 + 30°) WS ommon an | £78 GAMBAR 14.58 220 Teknik Rangkaian Lier — Jilid 2 eee a eee eee Penyelesaian: Dengan menggunakan hukum tegangan Kirchoff, kita pum persamaan fa Yet My Dengan mengubah dari kawasan waktu menjadi kawasan fasor menghasilkan ¥_ = 50 sin(377t + 30°) => V, = 35.35 V 230° Ye = 30 sin(3771 + 60°) > V, = 21.21 V 260° Dengan mengubah dari bentuk polar menjadi bentuk persegi untuk penambaha akan menghasilkan Ve = 35.35 V 230° = 30.61 + j17.68 Vy = 21.21 V 260° = 10.61 + 18.37 Kemudian Exy = Vo + Vs = (30.61 + 17.68) + (10.61 + /18.37) 41.22 + 736.05 Dengan mengubah dari bentuk persegi menjadi bentuk polar, jy = 41.22 + {36.05 = 54.76 V 241.17 Dengan mengubah dari fasor menjadi kawasan waktu, kita peroleh Buy = 54,76 V £41.17° <> eg = V2(S4.76) sin(3771 + 41.1 dan ig = 77.43 sin(377 + 41.17) ‘Sebuah grafik yang terdiri dari tiga gelombang diperlihatkan pada Gambar 14,59. Catat bahwa pada setiap saat, jumlah kedua gelombang tersebut kenyataannya| menjumlah menjadi ei. Pada saat ¢ = 0 (of = 0), ey adalah jumlah dua harga gelombang positif, sedangkan pada saat cot hampir setengah antara w/2 dan x, Jumlah harga positif va dan harga negatif vy, menghasilkan ei Hlemen Dasar dan Fasor 221 GAMBAR 14.58 CONTOH 14,30, Tentukan arus ia untuk jaringan pada Gambar 14.60, f= 90 107 sina fp = 120 107 sintue + 60 {a GAMBAR 14.60 Penyelesaian: Dengan menggunakan hukum arus Kirchoff, kita peroleh ips iti atau 222 Teknik Ranghaian Lisoik — iid 2 asirmh Dengan mengubah dari kawasan waktu menjadi kawasan fasor menghasilkan fp = 120 10°? sin(ar + 60°) -» 84.84 mA 260° = 80 x 107 sin wt - 56.56 mA ZO” ‘Dengan mengubah dari bentuk fasor menjadi persegi untuk pengurangan menghd- silkan Ty = 84.84 mA £60" = 42.42 x 10°? + 773.47 x 10°? 1, = 56.56 mA. £0" = 56.56 x 10°? + j0 Selanjuinya h-hh i = (42.42 x 10° + j73.47 x 107) ~ (56.56 x 10° + j0) lan 1 = 14.14 « 107 + 773.47 x 1079 Dengan mengubah dari bentuk persegi menjadi bentuk polar, I, = 74.82 mA £100.89° Dengan mengubah dari kawasan fasor menjadi kawasan waktu, 1; = 74.82 mA £100.89" = ig = V2(74.82 x 10%) sin(or + 100.89) dan ig = 105.8 x 10°? sin(cot + 100.89") Gambar tiga gelombang tersebut tampak pada Gambar 14.61. Gelombang terset ‘but menunjukkan dengan jelas bahwa ir = it + i. GAMBAR 1461 Elemen Dasar dan Fasor 225 Enter (1) for rectangular te polar conversion (2) for polar to rectangular conversion Choice=? 2 Enter poler date: 78 Angle (degrees), TH=? ~53.13 jectangular form is 3 -J 4 More (VES er NO)? YES Enter (1) for rectangular te polar conversion (2) for polar to rectangular conversion Choices? t Enter rectangular datat xer 10, 20 Polar form is 22.3607 at an angle of 116.565 degrees Mor@ (YES or NO)? YES Enter (1) for rectangular te polar conversion (2) for polar to rectangular conversion Choices? 2 Enter polar data: a2 fnaie (degrees), TH=? 35 Rectangular farm is 9.8298 +) 6.8829 More (YES or NOY? NO READY GAMBAR 14.62. Program 14.1 226 Teknik Ranghaian Listrk — Jiid 2 SOAL PASAL 14.2 Derivatif 1, Gambarlah gelombang berikut terhadap waktu yang memperlihatkan satu siklus lengkap yang jelas. Kemudian tentukan derivatif gelombang tersebut| dengan menggunakan Persamaan (14.1), dan sketsalah satu siklus lengkap|

You might also like