You are on page 1of 7

Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No.

2, September 2015

PENGARUH STIMULASI SENSORI


TERHADAP NILAI GLASLOW COMA SCALE
PADA PASIEN CEDERA KEPALA
DI RUANG NEUROSURGICAL CRITICAL CARE
UNIT RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG
Valentina B. M. Lumbantobing1, Anastasia Anna2
Universitas Padjadjaran
1valentina@unpad.ac.id, 2ninatobink@gmail.com

Abstract - Level of consciousness is one of indicators of criticalness and prognosis of head


injury. Decrease of consciousness in head injury patients is measured objectively by
Glasgow Comma Scale (GCS). The decrease of consciousness might give an effect to patient
basic need. Several studies show that sensory stimulation could give neuroprotective effect
to avoid brain cells damage resulted from head injury. This study is aimed to identify the
effect of sensory stimulation towards GCS among head injury patients in dr. Hasan Sadikin
General Hospital Bandung. Type of this study is Quasi Experiment with Pretest-posttest
control group design. Sampling technique used in this study was non-probability sampling
with consecutive sampling. Thirty respondents was included, 15 in control group and 15 in
intervention group. Intervention group respondents were given standard treatment and
sensory stimulation (olfactory, auditory, tactile and gustatory) for 3 days. However, for
respondents in control group, only standard treatment was given. Assessment of GCS was
done in the first day before sensory stimulation intervention and 3 days post intervention.
Different GCS score between intervention and control groups was analyzed by dependent t-
test. Meanwhile, effect of sensory stimulation was analyzed by independent t-test. The results
of the analysis show significant effect of sensory stimulation towards GCS score among
primary head injury patients (p=0.041). It is implicated from the study that sensory
stimulation as non-pharmacology treatment is expected to be considered as a complementary
therapy in handling head injury patients.
Keywords: Sensory stimulation, Glasgow Comma Scale (GCS), head injury.

Abstrak - Tingkat kesadaran merupakan salah satu indikator kegawatan dan prognosis pada
cedera kepala. Penurunan kesadaran pada cedera kepala di ukur secara objektif dengan
Glasgow Comma Scale (GCS). Penurunan kesadaran tersebut dapat mempengaruhi
pemenuhaan kebutuhan dasar pasien. Beberapa penelitian menunjukan bahwa stimulasi
sensori mampu memberikan efek neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel-sel otak dari
iskemik yang ditimbulkan cedera kepala. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala di RSUP dr Hasan
Sadikin Bandung. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan
pendekatan Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan non probability sampling jenis consecutive sampling. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 30 responden yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol
(15 responden) dan perlakuan (15 responden). Kelompok perlakuan, selain mendapatkan
terapi standar, ia juga mendapatkan stimulasi sensori (stimulasi olfaktori, auditori, taktil
dan gustatori) selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol hanya mendapatkan terapi standar
saja. Penilaian GCS dilakukan di hari pertama sebelum pemberian stimulasi sensori dan
dihari ketiga setelah

ISSN: 2338-7246 105


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

pemberian stimulasi sensori. Perbedaan nilai GCS pada kelompok kontrol dan perlakuan
dianalisis dengan dependent t test. Sedangkan pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS
dianalisis dengan menggunakan independet t test. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai GCS pada pasien cedera kepala primer (p=0,041).
Dampak dari penelitian ini adalah diharapkan stimulasi sensori sebagai terapi non-
farmakologi bisa dipertimbangkan menjadi terapi komplementer dalam penanganan pasien
cedera kepala.
Kata kunci : Stimulasi Sensori, Glasgow Comma Scale (GCS), Cedera Kepala.

I. PENDAHULUAN diakibatkan karena mobilitas yang


Tingkat kesadaran sendiri tinggi dikalangan usia produktif.
merupakan salah satu indikator Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
kegawatan dan prognosis pada cedera Bandung merupakan rumah sakit
kepala. Pada keadaan kritis pasien rujukan di wilayah Jawa Barat yang
mengalami perubahan psikologis dan memiliki fasilitas ruangan khusus
fisiologis, oleh karena itu peran perawat neurologi. Berdasarkan hasil studi awal
kritis merupakan posisi sentral untuk yang dilakukan peneliti di ruang NCCU
memahami semua perubahan yang RS Dr. Hasan Sadikin Bandung
terjadi pada pasien, mengidentifikasi ditemukan data rata-rata kunjungan
masalah keperawatan dan tindakan yang pasien trauma kepala pada tahun 2011
akan diberikan pada pasien. Perubahan sebanyak 35 orang per bulan, dengan
fisiologis yang terjadi pada pasien rata-rata tingkat kesadaran apatis sampai
dengan gangguan kesadaran antara lain dengan koma. Keseluruhan pasien
pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu tersebut mengalami gangguan kesadaran
gangguan pernafasan, kerusakan yang ditunjukkan dengan nilai GCS,
mobilitas fisik, gangguan hidrasi, dengan persentasi rata-rata nilai GCS
gangguan aktifitas menelan, pasien adalah 70% dengan GCS 9-13
kemampuan berkomunikasi, gangguan dan 30 % dengan nilai GCS 3-8.
eliminasi (Hudak & Gallo, 2002). sehingga dalam pemenuhan kebutuhan
Pengkajian tingkat kesadaran secara dasar pasien sangat tergantung penuh
kuantitatif yang biasa digunakan pada pada perawat dan tenaga medis lainnya.
kondisi emergensi atau kritis sebagian Keadaan pasien cedera kepala yang
besar menggunakan Glasgow Coma dirawat di ruang NCCU memerlukan
Scale (GCS). perhatian intensif karena rata-rata pasien
Angka kejadian pasti dari cedera mengalami gangguan air way, terdapat
kepala sulit ditentukan karena berbagai pasien yang terpasang ventilator/ETT,
faktor, misalnya sebagian kasus-kasus seluruh pasien terpasang NGT dan ada
yang fatal tidak pernah sampai ke rumah beberapa pasien yang dilakukan
sakit, dilain pihak banyak kasus yang tindakan trakeostomi, pasien yang
ringan tidak datang pada dokter kecuali dirawat di NCCU juga memiliki waktu
bila kemudian timbul komplikasi. yang terbatas untuk melakukan kontak
Insiden cedera kepala yang nyata yang sosial dengan keluarga dan kerabat,
memerlukan perawatan di rumah sakit pasien mengalami ketidakmampuan
dapat diperkirakan 480.000 kasus memproses stimulasi secara optimal
pertahun . Cedera kepala paling banyak karena mengalami penurunan
terjadi pada laki-laki berumur antara 15- kesadaran, sebagian pasien juga
24 tahun, dimana angka kejadian cedera mengalami retriksi mobilitas dan tirah
kepala pada laki-laki (58%) lebih baring yang lama. Hal-hal tersebut
banyak dibandingkan perempuan, ini merupakan faktor terjadinya deprivasi
sensori, dimana pasien akan

ISSN: 2338-7246 106


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

mengalami gangguan persepsi sensori 2008; Leigh dkk., 2001). Terapi non
sehingga mengalami defisit perawatan farmakologis lain yang dapat diberikan
diri, hambatan komunikasi dan perawat pada pasien adalah dengan memberikan
ruangan mengatakan ada beberapa stimulasi sensori berupa stimulasi pada
pasien yang sampai mengalami visual, olfaktori, taktil, gustatori, auditori
gangguan memori, disamping akibat (Kozier, 2002). Stimulasi sensori segera
yang disebabkan oleh penurunan setelah gejala stroke terdeteksi diduga
kesadaran tersebut adalah jalan nafas dapat mencegah meluasnya kerusakan
yang tidak paten, sirkulasi yang dapat area otak (Society for Neuroscience,
terganggu akibat immobilisasi. Hal 2010).
tersebut di atas dapat menambah
kegawatan pada pasien apabila tidak III. METODE PENELITIAN
ditangani sejak dini. Perawat di ruang Penelitian ini menggunakan metode
NCCU dengan secara tidak sadar telah Quasi Experimental Design dengan
memberikan stimulasi sensori namum pendekatan Pretest-Posttest Control Group
belum memperhatikan intensitas dan Design. Populasi pada penelitian ini adalah
belum mengkaji pengaruhnya terhadap pasien cedera kepala dengan nilai GCS 3-13
peningkatan tingkat kesadaran pasien, yang dirawat di Ruang Neurosurgical
hal ini juga kemungkinan disebabkan Critical Care Unit (NCCU) RSUP dr. Hasan
karena belum adanya SOP di rumah Sadikin Bandung. Teknik pengambilan
sakit mengenai stimulasi sensori. sampel menggunakan non probability
sampling jenis consecutive sampling.
Stimulasi sensori diberikan pada kelompok
II. KAJIAN LITERATUR perlakuan dengan melakukan perangsangan
Intervensi yang dapat dilakukan pada pada indera pendengaran (audiotory), indera
klien dengan cedera kepala adalah penciuman (olfaktory), indera peraba (taktil)
dengan penanganan secara farmakologi dan indera perasa (gustatory), dengan
melalui pemberian obat-obatan dan menggunakan bahan- bahan yang digunakan
tindakan pembedahan, intervensi ini akan pasien sehari-hari, dimana stimulasi
didukung keberhasilannya melalui diberikan secara bergantian. Pemberian
tindakan non farmakologi. Berbagai stimulasi diberikan pada kondisi pasien
upaya asuhan keperawatan yang telah sedang tidak dilakukan intervensi medis
dikembangkan untuk membantu maupun intervensi keperawatan lainnya atau
meningkatkan kesadaran pasien, antara setelah aktivitas yang berat. Jarak pemberian
lain: oksigenasi, pengaturan posisi, stimulasi satu dengan lainnya diberikan ± 2-
stimulasi suara dan sentuhan (Muttaqin, 3 jam.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data tentang perubahan nilai GCS pada pasien
cidera kepala sebelum dan setelah baik pada kelompok kontrol maupun pada kelompok
perlakuan.

ISSN: 2338-7246 107


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai GCS Pre Test dan Post Test antara Kelompok Kontrol
dan Kelompok Perlakuan yang mengalami cedera kepala di Ruang NCCU RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung. April–Juni 2012. (n=30)
No Nilai GCS Kelompok Kontrol Nilai GCS Kelompok Perlakuan
Respon Pre Post Keterangan Pre Post Keterangan
Den
1 9 10 Meningkat 8 9 Meningkat
2 6 6 Tetap 9 9 Tetap
3 9 9 Tetap 5 6 Meningkat
4 10 12 Meningkat 6 6 Tetap
5 10 15 Meningkat 8 8 Tetap
6 7 7 Tetap 12 12 Tetap
7 5 5 Tetap 7 12 Meningkat
8 11 3 Menurun 9 12 Meningkat
9 10 10 Tetap 9 11 Meningkat
10 6 4 Menurun 9 9 Tetap
11 6 3 Menurun 10 9 Menurun
12 6 4 Menurun 11 13 Meningkat
13 5 5 Tetap 9 9 Tetap
14 9 9 Tetap 12 14 Meningkat
15 8 15 Meningkat 6 7 Meningkat

Tabel 2. Perbedaan Rerata Nilai GCS Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol pada Pasien
yang Mengalami Cedera Kepala di Ruang NCCU RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung pada
bulan. April – Juni 2012. (n=15)

Kelompok Pre-Test Post-Test


x SD x SD P
Kontrol 7,8 2,042 7,8 4,039 1.000

Tabel 3. Perbedaan Rerata Nilai GCS Pre-Test Dan Post-Test Kelompok Perlakuan pada
Pasien yang Mengalami Cedera Kepala Di Ruang NCCU RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung pada bulan. April – Juni 2012. (n=15)

Kelompok Pre-Test Post-test


x SD x SD P
Perlakuan 8,67 2,093 9,73 2,494 0,017

Tabel 4. Pengaruh Stimulasi Sensori Terhadap Nilai GCS pada Pasien Cedera Kepala di
Ruang NCCU RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan April – Juni 2012. (n=30)

Kelompok Kontrol Perlakuan


x SD x SD P
Pre-Test 7,80 2,042 8,67 2,093
0,041
Pos-Test 7,80 4,039 9,73 2,492

ISSN: 2338-7246 108


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

Tabel 1. Menggambarkan nilai disimpulkan bahwa tidak terdapat


GCS pada hari pertama dan hari ketiga, perbedaan rerata skor GCS pada pasien
dimana pada kelompok kontrol setelah kontrol, hal ini didukung dengan tidak
observasi selama 3 hari terhadap 15 ditemukannya peningkatan rata-rata nilai
responden ditemukan 4 responeden GCS pada kelompok tersebut.
diantaranya mengalami peningkatan nilai Setelah observasi selama 3 hari
GCS, namun terdapat juga responden yang tanpa diberikan stimulasi sensori pada
mengalami penurunan nilai GCS yaitu pasien dengan kelompok kontrol
sebanyak 4 responden dan sisanya tidak ditemukan data adanya peningkatan nilai
mengalami perubahan nilai GCS, GCS pada pasien cedera kepala, namun
sementara pada kelompok perlakuan yang terdapat juga penurunan nilai GCS dan ada
diberikan stimulasi sensori selama 3 hari beberapa pasien yang tidak mengalami
terhadap 15 responden, 8 responden perubahan nilai GCS. Melihat dari
diantaranya mengalami peningkatan nilai distribusi frekuensi responden dapat dilihat
GCS, 6 responden diantaranya tidak bahwa pasien yang tidak mengalami
mengalami perubahan nilai GCS, dan perubahan dan pasien yang mengalami
terdapat juga responden yang mengalami penurunan nilai GCS hampir seluruhnya
penurunan nilai GCS yaitu sebanyak 1 yaitu sebanyak 7 dari 10 responden adalah
orang. responden yang berada dalam rentang GCS
Tabel 2. dan tabel 3. Menunjukan 3-8 yang dikategorikan menjadi cedera
perbedaan rerata nilai GCS pre-test dan kepala berat.
post-test baik pada kelompok kontrol Data tersebut diatas menjadi
maupun kelompok perlakuan. Berdasarkan kemungkinan faktor yang dapat
tabel 2 ditemukan bahwa tidak ada mempengaruhi tidak terjadinya
perbedaan rerata skor GCS pada pasien peningkatan rerata nilai GCS pada
kontrol dimana tidak terdapat peningkatan kelompok kontrol. Berdasarkan teori yang
nilai mean dan P > 0.05 (P Value = 1.000). dikemukanan oleh Hudak & Gallo 2002,
Pada tabel 3 ditemukan peningkatan nilai mengatakan bahwa cedera kepala sedang
GCS pada kelompok perlakuan, hal ini memiliki prognosis lebih baik dari pada
dilihat dari peningkatan nilai mean pada cedera kepala berat. Hal ini dikuatkan oleh
kelompok perlakuan dari 8,67 menjadi penelitian yang dilakukan oleh Abdul
9,73, dan dengan menggunakan uji 2006, mengemukakan hasil penelitiannya
dependent t test didapatkan hasil P value dimana pada cedera kepala berat lebih
< 0.05 (P value = 0,017) sehingga Ho sering mengalami hipoksia sistemik yang
ditolak dan Ha diterima, dan dapat ditarik akan memperburuk prognosa, karena pada
kesimpulan terdapat pengaruh stimulasi cedera kepala dengan gangguan fungsi
sensori terhadap nilai GCS pada pasien otak dimana O2 kurang dari 2,5 cc per 100
kelompok perlakuan. gram otak permenit akan mulai terjadi
Uji independent t test pada Tabel gangguan mental dan umumnya bila
4. didapatkan nilai P < 0.05 (P value kurang dari 2 cc per 100 gram otak
= 0,041) sehingga Ho ditolak dan Ha permenit dapat mengakibatkan koma pada
diterima, menunjukkan bahwa terdapat pasien sehingga pada cedera kepala berat
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai membutuhkan waktu yang lebih lama
GCS pada pasien cedera kepala yang dalam peningkatan kesadaran/nilai GCS.
dirawat di ruang NCCU RSUP dr. Hasan Keadaan ini juga dipengaruhi oleh usia
Sadikin Bandung. pasien, dimana dalam penelitian ini
Berdasarkan uji Paired T Test peneliti mendapatkan karakteristik
terhadap nilai GCS pre dan post test pada responden berdasarkan kategori usia yaitu
kelompok kontrol ditemukan hasil P>0.05 setengahnya (5 dari 10 responden) yang
(P Value=1.000), sehingga Ho diterima tidak megalami perubahan bahkan
dan Ha ditolak, dan dapat

ISSN: 2338-7246 109


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

yang mengalami penurunan nilai GCS kebutuhan oksigen. Pemenuhan oksigen


setalah 3 hari observasi adalah responden yang tidak adekuat, dapat menimbulkan
yang berada pada rentang usia > 41 tahun. iskemi hingga kematian jaringan otak
Usia mempengaruhi prognosis cedera (Markam, Atmaja, dan Budijanto, 1999).
kepala, hal ini dikemukakan oleh Stimulasi sensori segera setelah gejala
penelitian yang dilakukan oleh Abdul 2006 stroke terdeteksi diduga dapat mencegah
yang meneliti tentang faktor-faktor yang meluasnya kerusakan area otak. Penelitian
mempengaruhi prognosa cedera kepala yang dilakukan dengan memberikan
ditemukan bahwa usia merupakan salah stimulasi melalui daerah mulut pada hewan
satu faktor epidemiologik yang dapat tikus menunjukan adanya perbaikan sistem
mempengaruhi prognosa cedera kepala, aliran darah dimana stimulasi tersebut
dimana dalam penyelidikan terhadap 1000 mampu mengembalikan darah ke dalam
penderita yang dibagi dalam masa lima sistem sirkulasi korteks yang secara efektif
tahun penelitian menemukan bahwa mengkompensasi adanya sumbatan yang
mortalitas dan morbiditas berat meningkat dapat menyebabkan stroke (Society for
secara linier, ditemukan data bahwa pada Neuroscience, 2010). Menurut (Strotmann
usia diatas 60 tahun mengalami out come dkk., 1999) stimulasi sensori olfaktori
buruk sebesar 87%, sedangkan pada usia melalui aroma terapi dapat menstimulasi
40-60 tahun out come buruk 56%, angka pengeluaran G-Protein sehingga dapat
mortalitas lebih rendah pada usia < 21 meningkatkan antibodi, penelitian ini
tahun yaitu sebesar 22%, sedangkan pada sesuai dengan penelitian yang ditemukan
usia > 65 tahun mengalami mortalitas oleh (Takeda dkk., 2008) bahwa dengan
sebesar 57%. memberikan rangsangan melalui olfaktori
Uji independent T-Test yang terhadap 13 orang dewasa dapat
dilakukan menunjukan P < 0.05 (P value merilekskan tubuh, sekretori
= 0,041), ini menunjukan Ho ditolak dan imunoglobulin meningkat, melancarkan
Ha diterima, dengan demikian terdapat peredaran darah. Penelitian lain yang
pengaruh stimulasi sensori terhadap nilai menemukan bahwa stimulasi pada organ
GCS pada pasien dengan cedera kepala. pendengaran terbukti dapat merangsang
Tingginya peningkatan rerata nilai sel-sel saraf di otak dimana dengan
GCS pada kelompok perlakuan, selain dari perangsangan melalui terapi musik yang
efek neuroprotektif terapi standar, juga diberikan pada pasien trauma kepala berat
didukung oleh efek neuroprotektif dapat meningkatkan status kesadaran
stimulasi sensori sendiri. Stimulasi yang pasien (Asrin, 2007).
diberikan pada pasien berupa situlasi pada Salah satu terapi yang diberikan
pendengaran, sensasi pada kulit, pada pasien dengan cedera kepala adalah
penciuman dan pengecapan yang diberikan dengan memberikan neuroprotektor.
secara simultan selama tiga hari menjadi Tujuan pemberian neuroprotektor adalah
faktor yang dapat meningkatkan nilai GCS menyelematkan jaringan yang terkena
pada pasien. Pengeluaran hormon kortisol iskemia, membatasi area yang infark agar
pada cedera kepala yang memicu tidak meluas, memperlama time window,
vasospasme kapiler serebral merupakan dan meminimalisir cedera reperfusi. Efek
petunjuk adanya kerusakan pada sel-sel neuroprotektif lain dari stimulasi sensori
otak. Selain kortisol, rangsangan terhadap adalah penghambatan pengeluaran
sistem saraf simpatis juga memicu kelenjar glutamate. Penelitian Pang.J, dkk (2003)
adrenal mengeluarkan epinefrin dan stimulasi sensori dapat menghambat
produksi glukagon oleh pankreas. terajadinya hiperemia dan pengeluaran
Pengeluaran kedua hormon ini memicu glutamat, sehingga dapat mencegah
peningkatan katabolisme otak yang pada kerusakan sel-sel saraf akibat iskemi .
akhirnya diikuti dengan peningkatan Dengan demikian, kontribusi
stimulasi sensori dalam meningkatkan

ISSN: 2338-7246 110


Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 2, September 2015

nilai GCS pasien cedera kepala, selain Daftar Pustaka


dengan membantu mengoptimalkan efek Abdul Gofar. S. 2006. Memahami Faktor-
terapeutik dari terapi standar dengan Faktor Yang
mengatasi efek samping yang Mempengaruhi Prognosa Ceera
ditimbulkannya, juga melalui beberapa Kepala. Majalah Kedokteran
mekanisme neuroprotektif dari stimulasi Nusantara, vol 39. No.3.
sensori. Stimulasi sensori merupakan Asrin.,Mardiyono.,Saryono. 2007.
bagian dari terapi komplementer yang Pemanfaatan terapi musik untuk
terbukti memberikan keuntungan dalam meningkatkan status kesadaran
proses pemulihan pasien cedera kepala. pasien trauma kepala berat. Jurnal
Selain memberikan rangsangan pada keperawatan Soedirman, vol 2. No
sistem RAS dan area kortek otak, ia juga 2.
memiliki berbagai mekanisme Hudak & Gallo. 2002. Keperawatan
neuroprotektif yang mencegah kerusakan kritis:pendekatan holistik. Edisi 6.
sel otak akibat iskemi. Oleh karena itu Vol 2. Jakarta:EGC
stimulasi sensori dapat dijadikan sebagai Kozier.,Erb.,Berman.,Snyder. 2002. Buku
salah satu alternatif intervensi keperawatan ajar fundamental keperawatan:
dalam upaya meningkatkan proses konsep, proses & praktik. Edisi 7.
pemulihan pasien cedera kepala yang Vol 2. Jakarta:EGC
ditandai dengan kenaikan nilai GCS. Leigh, K. 2001. Communicating with
unconsciouness patient. Nursing
V. Penutup practice, 97(4): 35.
Berdasarkan hasil penelitian dan Markam, Atmaja, & Budijanto. 1999.
pembahasan, maka dapat Cedera Tertutup Kepala. Jakarta:
disimpulkan FKUI.
bahwa Stimulasi sensori dapat Muttaqin, A. 2008. Asuhan klien dengan
mempengaruhi nilai GCS pada pasien gangguan sistem persyarafan.
cedera kepala di ruang Neurosurgical Jakarta: Salemba Medika.
Critical Care Unit (NCCU) RSUP dr. Purnama,I 2011. Pengaruh acupressure
Hasan Sadikin Bandung. Manajer terhadap nilai GCS pada pasien
pelayanan keperawatan diharapkan dapat cedera kepala sedang di RSUP dr
mensosialisasikan stimulasi sensori hasan sadikin bandung. Bandung.
sebagai salah satu terapi komplementer Thesis FIK UNPAD
dalam meningkatkan nilai GCS pada Strotmann, J. , Levai, O., Fleischer, J.,
pasien cedera kepala di ruang NCCU Schwarzenbacher, K., Breer, H.
RSUP. dr. Hasan Sadikin Bandung, yang 2004. Olfactory Receptor Proteins
akan berpengaruh pada kepuasan pasien in Axonal Processes of
dan keluarga, kemungkinan besar dapat Chemosensory Neurons. The
menurunkan ALOS dan pencapaian cost Journal of Neuroscience:
yang efektif dan menjadi pertimbangan 24(35):7754 –7761
dalam membuat suatu Standard Operating Society for Neuroscience. 2010. Sensory
Procedure (SOP) mengenai stimulasi stimulation protects against brain
sensori dan bagi peneliti selanjutnya dapat damage caused by stroke.
meneliti dan mengukur keefektifan ScienceDaily.
masing-masing jenis stimulasi sensori Takeda,H.,Tsujita,J.,Kaya,M.,Takemura,
terhadapat nilai GCS yang dapat diukur M. 2008. Differences Between the
melalui potensial aksi yang dihasilkan oleh Physiologic and Psychologic Effects
masing-masing stimulasi tersebut . of Aromatherapy Body Treatment.
The journal of alternative and
complementary medicine. Volume
14, Number 6, 655–661.

ISSN: 2338-7246 111

You might also like