You are on page 1of 10

Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 12

THE SYNTHESIS OF Cr2O3-PILLARED MONTMORILLONITE (CrPM) AND ITS


USAGE FOR HOST MATERIAL OF p-NITROANILINE

Sintesis Lempung Terpilar Cr2O3 dan Pemanfaatannya sebagai


Inang Senyawa p-nitroanilin

Karna Wijaya, Iqmal Tahir, Ahmad Baikuni


Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Gadjah Mada University, Yogyakarta

ABSTRACT

The synthesis of Cr2O3-pillared montmorillonite (CrPM) and its usage for host material of
p-nitroaniline have been conducted. The Cr2O3-pillared montmorillonite clays was prepared by a
direct ion exchange method. First, the polyhydroxychromium as a pillaring spesies was
intercalated into the interlayer region of the montmorillonite clays (purified clay in the
monocation form), result in a montmorillonite-polyoxychromium intercalation compound. The
precursors/pillaring spesies was not stable, hence it must be stabilized by calcination in order to
transform the polyoxychromium via dehydration and dehydroxylation processes into Cr2O3. This
oxide constituts the so-called pillar that prop the clay layers apart to a relatively large distance.
The Cr2O3-pillared clays as a host material was added into ethanol solution saturated with p-
nitroaniline, and mixture was stirred for 24 h at room temperature. The Na-montmorillonite,
Cr2O3-pillared clay and p-nitroaniline-Cr2O3-pillared clay (pNA-CrPM) were characterized by X-
Ray Diffraction (XRD), Gas Sorption Analysis, Infrared Spectroscopy (FTIR) and Activated
Neutron Analysis (ANA) methods.
The result of research showed that basal spacing (d001) of Cr2O3-pillared montmorillonite
(CrPM) was 18,55 Å, meanwhile the basal spacing of the hydrated Na-montmorillonite was
14,43 Å. The specific surface area of the Cr2O3-pillared montmorillonite was 174,308 m2/g,
whereas p-nitroaniline-Cr2O3-pillared clay (pNA-CrPM) was 133,331641 m2/g. This fact
indicated that p-nitroaniline has been included into the pore of the Cr2O3-pillared clay.

Keyword: montmorillonite, pillared-clay, ion exchange, intercalate.

PENDAHULUAN untuk mengembang (swelling). Selain itu


mineral ini mempunyai kapasitas penukar
Latar Belakang ion yang tinggi sehingga mampu untuk
mengakomodasi kation dalam
Mineral lempung merupakan salah antarlapisnya dalam jumlah besar [2].
satu kekayaan alam Indonesia yang Unjuk kerja katalitik dan sorpsi
berlimpah dan belum dimanfaatkan secara lempung alam umumnya tidak begitu tinggi.
optimal. Tanah lempung secara geologis Untuk meningkatkan unjuk kerjanya, maka
adalah mineral alam dari keluaraga silikat biasanya lempung tersebut sebelum
yang berbentuk kristal dengan struktur digunakan dimodifikasi terlebih dahulu.
berlapis (sering disebut dengan struktur Salah satu cara memodifikasi lempung
dua dimensional), dan mempunyai ukuran adalah dengan pilarisasi, yaitu
partikel lebih kecil dari 2 mµ, berwarna menginterkalasikan suatu agen pemilar
agak kecoklat-coklatan dan mudah (pillaring agent) ke dalam antarlapis silikat
dibentuk dalam keadaan basah, serta lempung sehingga diperoleh senyawa
mengeras dengan warna kemerah– lempung terpilar (pillared clay compound).
merahan jika dibakar. Diantara lapisannya Pemilaran akan meningkatkan sifat-sifat
terdapat kation-kation yang berfungsi fisika-kimia yang meliputi basal spacing
menyetimbangkan muatan negatif yang ada (d001), luas permukaan spesifik, porositas
pada bidang lapisnya. Berdasarkan pada dan keasaman permukaan, serta stabilitas
kandungan mineralnya, tanah lempung lempung terutama stabilitas termalnya
dapat dibedakan menjadi smektit menjadi lebih tinggi. Sifat-sifat fisika-kimia
(montmorillonit), kaolinit, halosit, klorit, dan tersebut merupakan syarat mutlak dalam
illit [1]. Diantara mineral lempung tersebut, peranannya sebagai katalis, pendukung
montmorillonit adalah jenis yang paling katalis (catalyst support), sebagai
banyak menarik perhatian, karena adsorben, serta sebagai penyediaan bahan
montmorillonit mempunyai kemampuan berpori dengan luas permukaan yang relatif

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 13

cukup tinggi. Semakin baik sifat-sifat fisik Saat ini lempung terpilar sudah
dan kimia yang dimilikinya maka lempung banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
termodifikasi tersebut akan memiliki seperti pembuatan kolom kromatografi,
aktivitas katalitik yang semakin baik pula penyaring molekular (molecular shieves),
[3]. Lempung terpilar dapat disintesis katalis, adsorben, penyimpan data optik
dengan mengganti ion-ion Na+, K+, atau (optical data storage), dan lain-lain. Selain
Ca2+ di dalam antarlapis lempung dengan berfungsi sebagai host material untuk
oligokation yang besar dari logam-logam spesies fotokromik, pori-pori lempung
Al, Zr, Cr, Ti, dan Fe. Melalui kalsinasi, terpilar dapat pula dimanfaatkan sebagai
spesies pemilar akan teroksidasi sehingga pendukung material non linear optic (NLO),
terbentuk oksida logam yang akan seperti p-nitroanilin. Senyawa organik p-
menyangga dan membuka lembaran- nitroanilin dalam keadaan kristal tidak
lembaran lempung sehingga terbentuk pori- memperlihatkan gejala Second Harmonic
pori. Selain oksida logam, kation-kation Generation (SHG), akan tetapi setelah
organik dapat pula digunakan sebagai didispersikan ke dalam matriks mampu
spesies pemilar. Sebagai contoh telah melipatduakan frekwensi sinar laser yang
disintesis pillared clay (PILC) dengan luas mengenainya, asalkan susunan dipolnya
pemukaan yang besar dengan kation teratur [7].
+ +
N(CH3)4 dan N(C2H5)4 sebagai agen Dalam penelitian ini, akan dilakukan
pemilar. Akan tetapi, material produk (PILC) pilarisasi terhadap ruang antarlapis silikat
yang terbentuk memiliki stabilitas termal montmorillonit dengan polyhdroxychromium
dan hidrotermal yang rendah dan oleh (Cr-polioksikation) yang diikuti dengan
karena itu penggunaannya sebagai proses kalsinasi sehingga diperoleh bentuk
adsorben dan katalis menjadi sangat oksidanya yaitu Cr2O3 (Cr2O3-pillared
terbatas [4,5]. montmorillonite). Tahap berikutnya adalah
Pemilaran dengan Cr-polioksikation penentuan sifat-sifat fisika-kimia lempung
terhidrolisis [Cr(OH)3-q]q+, pertamakali terpilar seperti basal spacing (d001), luas
dilakukan oleh Yamanaka dan Brindley [6]. permukaan pori, isotherm adsorpsi, serta
Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa jumlah kandungan khrom. Sifat-sifat
PILC yang terbentuk memiliki basal spacing tersebut kemudian dibandingkan dengan
(d001) 16,8 Å dan basal spacings ini lempung Na-montmorillonit. Untuk
mengalami penurunan jika dipanaskan aplikasinya sebagai host material, senyawa
pada temperatur diatas 473 K. Tzou dan organik yaitu p-nitroanilin didispersikan ke
Pinnavaia berhasil mensintesis Cr2O3- dalam Cr2O3-pillared montmorillonite.
Pillared Clay yang lebih stabil, dengan Setelah didispersikan, diharapkan susunan
surface area 350 m2/g dan basal spacing molekul, terutama orientasi dipolnya
(d001) 11,7 Å setelah aktivasi panas pada menjadi sangat teratur. Masuknya p-
temperatur 773 K. Basal spacing (d001) dan nitroanilin dalam Cr2O3-pillared
surface area sangat tergantung pada montmorillonite teridentifikasi dengan
kondisi hidrolisis dan kalsinasi [5,6]. adanya penurunan volume pori.

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 14

Dari penelitian ini diharapkan dapat Cara Penelitian


diperoleh suatu lempung alam termodifikasi
dengan sifat-sifat kimia fisik yang unggul Penyiapan Sampel
serta dapat digunakan sebagai inang yang Lempung bentonit diayak
lebih baik daripada Na montmorillonit untuk menggunakan ayakan berukuran 250
senyawa p-nitroanilin. mesh, dicuci beberapa kali dengan
akuades selanjutnya disaring dengan
Tujuan Penelitian penyaring vakum dan dikeringkan dalam
oven pada temperatur 110-120º C.
Berdasarkan latar belakang Lempung bentonit kering diperoleh dari
permasalahan tersebut diatas, maka tujuan proses tersebut di atas kemudian diayak
dari penelitian ini adalah : menggunakan ayakan 250 mesh.
Pilarisasi terhadap ruang antarlapis
silikat montmorillonit dengan Preparasi Lempung Na- Montmorillonit
menginterkalasikan oligomer Usaha untuk meningkatkan
polyhdroxychromium yang kemudian kandungan natrium dalam montmorilonit
dikalsinasi sehingga diperoleh bentuk hasil pencucian, dapat dilakukan dengan
oksidanya yaitu Cr2O3 (Cr2O3-pillared mendispersikan 20 gram montmorilonit ke
montmorillonite). dalam 350 mililiter larutan natrium klorida 1
Karakterisasi sifat-sifat fisika-kimia M. Suspensi diaduk dengan pengaduk
PILC seperti basal spacing (d001), luas magnet selama 24 jam pada suhu 70oC.
permukaan pori, isotherm adsorpsi, serta Larutan natrium klorida tersebut setiap hari
jumlah oksida Cr2O3. diganti dengan yang baru (fresh) selama 1
Aplikasi Cr2O3-Pillared montmorillonite minggu. Sedimen dipisahkan dari
untuk inang senyawa non linear optik, yaitu suspensinya dengan cara dekantasi.
memanfaatkan pori-pori Cr2O3-pillared Sedimen yang didapatkan dicuci dengan
montmorillonite sebagai host material akuades dan dikeringkan dalam oven
senyawa p-nitroanilin. pada suhu 100oC. Sedimen kering
didispersikan lagi ke dalam larutan jenuh
METODOLOGI PENELITIAN natrium klorida selama 24 jam. Sedimen
dipisahkan dari suspensinya secara
Bahan Dan Alat dekantasi. Sedimen dicuci dengan akuades
untuk menghilangkan sisa ion klorida.
Bahan: Na-bentonit dari P.T. Tunas Inti Untuk mengetahui bahwa sudah tidak ada
Makmur Semarang, dengan lagi sisa ion klorida pada permukaan
komposisi SiO2 61,02%, Al2O3 lempung, cucian diuji dengan
15,21%, Fe2O3 4,89%, TiO2 0.62%, menggunakan larutan perak nitrat 1 M. Jika
CaO 2,08%, MgO 1,94% K2O tes menunjukkan hasil negatif terhadap
0,46%, Na2O 3,45% LOI (lost on perak nitrat, artinya tidak terbentuk
ignation) 10,31% (data dari P.T. endapan putih AgCl, proses pencucian
Tunas Inti Makmur); bahan-bahan dihentikan. Bentonit yang sudah dicuci
o
kimia dengan kualitas p.a buatan selanjutnya dikeringkan pada suhu 100 C.
E.merck sebagai berikut Bentonit kering ini kemudian diberi kode
Cr(NO2)3.9H2O 99.980%, Na2CO3, NaM.
AgNO3, NaCl, aseton 99.98%,
etanol 99.80% dan p-nitroanilin Sintesis Lempung Terpilar Cr2O3 (Cr2O3-
99,80%.; aseton kualitas teknis; Pillared Montmorillonite)
akuades dan air bebas ion Langkah pertama, Na-montmorillonit
(deionized water). disuspensikan dengan melarutkan 1gram
Alat: pengaduk magnet; peralatan gelas; Na-montmorillonit kering (bebas air) ke
ayakan 250 mesh; neraca elektrik; dalam 100 ml air bebas ion (deionized
oven vakum; thermometer; alat water). Suspensi tersebut kemudian di aduk
penggerus; lumpang; krus dengan pengaduk magnet selama 24 jam,
porselen; kertas saring Whatman- pada temperatur ruangan [8].
42; spektrofotometer inframerah- Langkah kedua, pembuatan larutan
Shimadzu model FTIR-8201PC, yang mengandung oligomer kation
alat difraksi sinar-X Shimadzu polyoxychromium (Cr-sol), yaitu 500 ml
model X-RD 6000; Gas Sorption larutan 0,1M Cr(NO2)3.9H2O dihidrolisis
Analyzer NOVA 1000 dan dengan 5,5 gram Na2CO3 anhydrous, (rasio
spektrometer Gamma jenis 92x konsentrasi OH/Al = 2,0), ditambahkan
Spektrum Master. secara berangsur-angsur dan diikuti
dengan pengadukan selama 6-8 jam (pH

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 15

yang terukur tidak lebih tinggi dari 4,0–4,2). Analisis spektroskopi inframerah
Kemudian temperatur larutan tersebut dilakukan dengan menggunakan
dinaikkan atau dipanaskan pada 95ºC dan spektrofotometer inframerah (IR) merk
diaduk selama 36 jam (sol yang akan Shimadzu model FTIR-8201PC dan metode
dihasilkan akan bewarana hijau gelap). yang dipakai adalah metode pellet KBr.
Setelah itu Cr-sol harus didinginkan pada Analisis dilakukan pada bilangan
temperatur ruangan [5]. gelombang 300-4000 cm -1.
Langkah ketiga, interkalasi
polyoxychromium ke dalam antarlapis Na- Karakterisasi: Analisis dengan Gas
montmorillonit (50 mmol Cr/meq Na- Sorption Analyzer
montmorillonit) yaitu dengan cara Beberapa gram sample Na-
menuangkan suspensi Na-montmorillonit ke montmorillonit dan Cr2O3-pillared
dalam larutan Cr-sol secara berangsur- Montmorillonite (CrPM, dan CrPM-pNA)
angsur, dengan kecepatan penambahan ditempatkan dalam tabung sampel,
1ml/1menit. Setelah semua suspensi kemudian sampel dipanaskan dan
ditambahkan, temperatur reaksi dinaikan dilakukan proses degassing pada
menjadi 40ºC dan temperaturnya dijaga temperatur 150ºC selama satu jam. Tahap
agar tetap konstan selama 20 jam. Fraksi selanjutnya sampel didinginkan dengan
padatan dipisahkan dan dicuci dengan air nitrogen sampai akhirnya lapis tunggal
bebas ion sebanyak ±7 kali (produk yang molekul nitrogen terbentuk pada
dipisahkan akan berbentuk pasta bewarna permukaaan sampel. Volume gas yang
hijau). teradsorpsi pada temperatur nitrogen cair
Langkah keempat, kalsinasi fraksi (77,40 K) dapat ditentukan. Dengan
padatan kering untuk mendapatkan oksida terukurnya perubahan tekanan dan volume
Cr2O3 sebagai pillar. Kalsinasi dilakukan gas yang teradsorp oleh sampel maka
dengan cara memanasan padatan pada dapat ditentukan luas permukaan spesifik,
suhu 200ºC sambil dialiri gas N2 selama 8 rerata jari pori, volume total pori, distribusi
jam. ukuran pori, dan isoterm adsorpsi untuk
masing-masing sampel.
Interkalasi p-nitroanilin ke dalam Cr-
Pillared Montmorillonite. Karakterisasi: Metode Analisis
Interkalasi p-nitroanilin ke dalam Pengaktifan Neutron (APN)
Cr2O3-pillared montmorillonite dilakukan Masing-masing Na-montmorillonit
dengan mendispersikan 1g Cr2O3-pillared dan Cr2O3-Pillared montmorilonite
montmorillonite ke dalam 2,5 ml larutan sebanyak 0,1 gram dan Standar Reference
jenuh p-nitroanilin dalam etanol (5 g pNA Material (SRM) 2074 dimasukkan ke dalam
dan 2.5 ml etanol) selanjutnya diberi arus tempat sampel kemudian diiradiasi selama
listrik searah dengan tegangan sebesar 12 2 menit dengan daya 100 KW. Setelah itu
V dan diaduk selama 24 jam pada didinginkan selama 5 menit (sebagai waktu
temperatur ruangan. Setelah itu disaring tunda). Selanjutnya sampel dan SRM
dan dicuci dengan campuran air bebas ion dicacah dengan alat spektrometer Gamma
dan aseton (1:1) kemudian dikeringkan jenis 92x spektrum Master [9].
dalam desikator atau diangin- anginkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi: Difraksi Sinar-X (Metode
Bubuk) Spektroskopi Inframerah merupakan
Masing-masing Na-montmorillonit metoda analisis yang sangat mudah dan
dan Cr2O3-Pillared montmorilonite seba- cepat untuk mengkaji perubahan struktur
nyak 1 gram dimasukkan ke dalam tempat lempung terpilar dan senyawa organik
sampel (sample holder), kemudian dibuat yang terinterkalasi didalamnya. Spektra
difraktogramnya yang dimulai pada sudut inframerah lempung Na-Montmorillonit
2θ = 2.50o- 40,00o. (NaM) dan lempung Cr2O3-Pillared
Radiasi : Cu (1,54060 Å) Montmorillonite (CrPM) serta Cr2O3-Pillared
Tegangan : 40 KV montmorillonite terinterkalasi p-nitroanilin
Arus : 30 mA (pNA-CrPM) diperlihatkan oleh gambar-2
Sudut awal : 2.500o dan gambar-3.
Sudut akhir : 40,000o Spektra FTIR yang tercantum pada
Waktu tiap pengukuran : 0,200 S gambar-2 memperlihatkan puncak-puncak
serapan gugus-gugus fungsional dari
Karakterisasi: Analisis dengan spektro- lempung NaM. Puncak-puncak tersebut
fotometer inframerah muncul pada bilangan gelombang 470,6
cm-1, 522,7 cm-1, 1039,6 cm-1, 1637,5 cm-1

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 16

% Transmitasi

Gambar-2 Spektra FTIR dari lempung Na-montmorillonit (NaM), Cr2O3-


pillared montmorillonite (CrPM).
% Transmitasi

Gambar-3 Spektra FTIR dari lempung Cr2O3-pillared montmorillonite


terinterkalasi p-nitroanilin (pNA-CrPM), Cr2O3-pillared
montmorillonite (CrPM), kristal p-nitroanilin (pNA).

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 17

Intensitas (sembarang satuan)

2q
Gambar-4 Difraktogram dari lempung Na-montmorillonit (NaM), Cr2O3-
pillared montmorillonite (CrPM).

dan 3440,8 cm-1. Puncak serapan 470,6 cm dan 10o. Mineral lempung diidentifikasi oleh
-1
memberikan gambaran tentang vibrasi refleksi bidang (001). Intensitas tertinggi
tekuk ikatan Si-O dari lapisan silika dan dari mineral lempung diperoleh dari bidang
pita serapan 522,7 cm-1 merupakan vibrasi tersebut.
regangan dari Mg-O, sedangkan pita Difraktogram lempung Na-
serapan 1039,6 cm-1 menunjukkan adanya Montmorillonit kering (NaM) pada gambar-4
vibrasi regangan asimetris ikatan O-Si-O menunjukan hasil dengan beberapa
dalam TO4. Pita serapan pada 3440.8 cm -1 kategori yaitu, mineral penyusun utama
memperlihatkan adanya vibrasi regangan montmorillonit yang ditunjukkan oleh harga
ikatan O-H pada gugus hidroksil dalam 2θ = 6,86º (d = 12,88 Å), 2θ = 19,99º (d =
kerangka silika alumina dan pada pita 4,44 Å). Harga-harga tersebut merupakan
serapan 1637,5 cm -1 terdeteksi sebagai puncak-puncak difraktogram yang
vibrasi tekuk dari air terhidrat [10]. karakteristik untuk montmorillonit. Intensitas
Pita serapan CrPM yang ditunjukkan tajam dapat dilihat pada daerah antara 20º
pada gambar-2 memper-lihatkan adanya sampai 30º yaitu pada 2θ = 21.88º (d =
pergeseran bilangan gelombang dari pita- 4,06 Å) yang menunjukkan adanya
pita serapan gugus-gugus fungsional NaM. kristobalit, 2θ = 28,08º (d = 3,16 Å)
Pita yang melebar disekitar 3440 cm-1 menunjukkan adanya SiO2, 2θ = 31,48º (d
pada NaM merupakan vibrasi air terhidrat. = 2,84 Å) menunjukkan adanya NaCl dan
Intensitas dan bilangan gelombang serapan CaCO3, serta 2θ = 35,10º (d = 2,55 Å)
tersebut menurun karena pilarisasi. menunjukkan adanya SiO2 dan CaCO3.
Penurunan ini diakibatkan oleh lepasnya air Dari data tersebut dapat disimpulkan
terhidrat dari lempung. bahwa lempung yang digunakan adalah
Gambar-3 memperlihatkan pita lempung montmorillonit.
serapan senyawa komposit pNA-CrPM, pita Pergeseran jarak antarlapis alumina-
serapan CrPM dan kristal pNA murni. silika akibat pemilaran ditentukan dengan
Bilangan gelombang 3359,5 cm-1 pada menghitung selisih antara basal spacing
kristal pNA yang merupakan vibrasi simetris (d001) dari lempung CrPM dengan tebal
NH2, mengalami perubahan bilangan lapis alumina silika sebesar ≈ 9,6 Å [3].
gelombang menjadi 3448,5 cm-1 pada Hasil analisis XRD tersebut juga
senyawa pNA-CrPM, yang mengindi- menunjukkan bahwa lempung Cr2O3-
kasikan terjadinya interaksi non kovalen Pillared montmorillonite memiliki basal
antara gugus amino dan/atau nitro dan spacing (d001= 18,55 Å) yang lebih besar
lembaran alumina-silika [11,12,13]. dari basal spacing lempung Na-
Pada umumnya mineral lempung Montmorillonit (d001= 14,43 Å). Hal ini
menunjukkan refleksi d(001) (basal menunjukkan keberadaan dari Cr2O3 yang
spacing) pada kisaran sudut 2θ antara 2o rigid dalam antarlapis lempung.

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 18

Terbentuknya pilar tersebut menyebabkan senyawa organik p-nitroanilin diinklusikan


terjadinya perubahan sifat-sifat fisik dan ke dalam pori-pori CrPM (pNA-CrPM), luas
kimianya. permukaan spesifik yang sebelumnya
Proses pemilaran lempung mont- cukup besar, akan mengalami penurunan
morillonit dengan oksida Cr2O3 juga yang cukup signifikan akibat adanya
menyebabkan terjadinya peningkatan luas molekul-molekul senyawa p-nitroanilin yang
permukaan spesifik yang cukup tinggi dari memenuhi pori-pori CrPM.
senyawa tersebut (tabel 1), khususnya bila Peningkatan luas permukaan akibat
dibandingkan dengan luas permukaan pilarisasi diikuti pula oleh kenaikan volume
spesifik Na-montmorillonit. Setelah pori (gambar-5.a dan tabel 1).

Tabel 1 Hasil pengukuran luas permukaan spesifik dan porositas dari Na-montmorillonit serta
Cr2O3-pillared montmorillonite tanpa dan setelah terinklusi senyawa p-NA.

Jenis Sampel Luas permukaan Rerata Jejari Pori VolumeTotal Pori


spesifik (m2/g) (Å) (cm3/g)

NaM 81,344034 14,028438 0,0570

CrPM 174,933251 11,798744 0.1031

pNA-CrPM 133,331641 12,987463 0,0865

Gambar-5 Distribusi ukuran pori dari lempung NaM dan CrPM (a), lempung CrPM dan
pNA-CrPM (b)

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 19

Gambar-6 Isoterm adsorpsi N2 dari lempung NaM dan CrPM (a), lempung CrPM dan
pNA-CrPM(b).

Gambar-7 Skema pembentukan p-nitroanilin-PILC

Tabel 2 Hasil pengukuran kandungan Cr dengan metoda APN dari Na-montmorillonit


dan Cr2O3-Pillared montmorillonite.
Jenis Sampel Kandungan Na Kandungan Cr
(gram /100 gram lempung) (gram /100 gram lempung)

NaM 1,000979 0,0096

CrPM 0,1785 21,0961

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 20

Hal tersebut disebabkan pada struktur dari PT. Tunas Inti Makmur menunjukkan
lempung Cr2O3-pillared Montmorillonite bahwa bentonit terdiri dari mineral lempung
telah terbentuk suatu jaringan mikropori, berupa montmorilonit yang tercampur
sedangkan untuk CrPM setelah diinklusikan dengan kristobalit, dengan basal spacing
senyawa pNA (pNA-CrPM), volume lempung Na-Montmorillonit sebesar 14,43
porinya mengalami penurunan akibat dari Å. Hasil karakterisasi dengan metode
masuknya molekul-molekul p-nitroanilin ke difraksi sinar-X menunjukkan bahwa pilar
dalam mikropori CrPM (gambar-5.b dan oksida Cr2O3 telah terbentuk. Cr2O3-Pillared
tabel 1). montmorillonite (CrPM) mempunyai basal
Isoterm adsorpsi N2 dari lempung Na- spacing sebesar (d001) 18,55 Å.
Montmorillonit dan lempung Cr2O3-Pillared Luas permukaan spesifik sampel NaM
montmorillonite dengan tekanan yang adalah 81,344 m2/g; CrPM adalah 174,933
sangat rendah (gambar-6), sesuai pada m2/g dan pNA-CrPM adalah 133,332 m2/g.
tipe I dalam klasifikasi Brunauer, Deming, Rerata jari pori dan volume total
Deming, dan Teller (BDDT) [4,8] yang sampel lempung adalah 14,028 Å dan
merupakan isotherm langmuir dengan 0,0570 cm3/g untuk NaM; 11,799 Å dan
penutupan satu lapis (monolayer coverage) 0.1031 cm3/g untuk CrPM; 12,99 Å dan
atau beberapa lapis molekul yang khas 0,0865 cm3/g untuk pNA-CrPM.
pada padatan mikropori [13]. Fakta ini
menunjukkan bahwa lempung Cr2O3- UCAPAN TERIMAKASIH
Pillared Montmorillonite mengandung
mikropori dengan beberapa mesopori [4,8]. Terimakasih kepada DIKTI atas
Tinggi derajat mikropori akan menunjukkan bantuan dana penelitian kepada penulis
bahwa material terdiri dari sejumlah besar melalui Proyek Hibah Bersaing X tahun
pori dengan diameter <20 Å, yang 2002.
mempunyai hubungan dengan ruang
antarlapis yang teramati oleh XRD. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan gambar-6a tersebut
dapat dipikirkan bahwa kemampuan 1. Tan, K. H., 1982, Dasar Kimia Tanah,
adsorpsi lempung CrPM relatif jauh lebih edisi pertama, Gadjah Mada University
tinggi dibandingkan dengan NaM. Hal ini Press, Yogyakarta, 93-192.
mengindikasikan telah terbentuknya 2. Wijaya, K., 2000, Lempung Terpilar
struktur mikropori baru akibat dari (Pillared Clay) sebagai Material
pemilaran dengan Cr2O3, sedangkan pada Multiguna, Jurnal Ilmu Kimia, FMIPA
interkalasi pNA ke dalam CrPM (gambar- UIII, Yogyakarta, 1, No 2, Hal 1-10.
6b), isotherm adsorpsi N2 mengalami 3. Leonard, V.I., 1995, Material Chemistry
penurunan akibat mikropori terisi oleh an Emering Discipline, ACS,
molekul-molekul pNA yang menghambat Washington.
masuknya gas N2 atau dengan kata lain 4. Baksh, M.S., Kikides, E.S., Yang , R.T.,
terjadi penurunan jumlah mikropori yang 1992, Characterization by physisorption
digunakan untuk mengadsorpsi gas N2. Hal of a New Class of Microporous
ini mengindikasikan bahwa pNA sebagai Adsorbent : Pillared Clays, Ind. Eng.
spesies tamu (guest) telah terinklusi ke Chem. Res, 31, 2181-2189.
dalam mikropori lempung terpilar Cr2O3. 5. Pinnnavaia, T.J., M.-S. Tzou., S.D.
Jumlah Cr yang terkandung di dalam Landau., 1985, New Chromia Pillared
lempung terpilar Cr2O3 adalah sebanding Clays Catalyst , J. Am. Chem.
dengan jumlah kandungan Cr dalam CrPM Soc., Vol.107, No.16, 4783-4785.
dikurangi dengan kandungan Cr pada NaM. 6. G.W. Brindley., S. Yamanaka., 1979, A
Tabel 2 memperlihatkan bahwa lempung Study of Hydroxy-chromium
CrPM mempunyai kandungan Cr yang lebih Montmorillonites and the form of the
tinggi daripada kandungan chrom di dalam Hydroxy-chromium Polymers, American
NaM. Fakta ini memperkuat fakta-fakta Mineralogist, Vol. 64, pp. 830-835.
sebelumnya yang menyatakan bahwa 7. Ogawa, M., 1992, Preparation of Clay-
pilarisasi telah berhasil. Organic Intercalation Compound by
Solid- solid Reaction and their
KESIMPULAN Aplication to Photo-functional Material,
Dissertation, Wasseda
Berdasarkan hasil penelitian yang University, Tokyo.
telah dilakukan maka dapat diambil 8. M. Sychev., T. Shubina., M.
kesimpulan sebagai berikut : Rozwadowski., A.P.B. Sommen., V.H.J.
Hasil karakterisasi mineral lempung De Berr., R.A. Van Santen., 2000,
dengan difraksi sinar-X serta data sekunder

Karna Wijaya, et al.


Indonesian Journal of Chemistry, 2002, 2 (1), 12-21 21

Characterization of microporosity of 11. R.Takenawa, Komori, Y., Hayashi, S.,


chromia-and Titania- pillared Kawamata, J., Kuroda, K., 2001,
9. Susetyo, W., 1998, Spektrometer Intercalation of Nitroanilines into Kaolin
Gamma dan Penerapannya dalam and Second Harmonic Generation,
Analisis Pengaktifan Neutron, Chem. Mater, Vol.13, No. 10, pp
Gadjah Mada University Press, 3741-3746.
Yogyakarta. 12. Lowell, S., Shield, J.E., 1984, Powder
10. Cho, Y.-G., Ko, A.-N., 2000, Kinetic of Surface Area and Porosity”, 2nd., New
2-propanol Dehydration Over York.
Montmorillonite Clays and Pillared 13. Bronholdt, K., J.M. Corker., Evan. J.,
Montmorillonites, J. Chin. Chem.Soc, 1991, EXAFS Study of the Formation of
Vol. 47, No. 6, 1205-1210. Chromia Pillared Clay Ctalysts, Inorg.
Chem, Vol. 30, No. 1, pp 2-4.

Karna Wijaya, et al.

You might also like