You are on page 1of 11

Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J.

Floratek 12 (1): 10-20

PENGARUH KADAR AIR KAPASITAS LAPANG TERHADAP PERTUMBUHAN


BEBERAPA GENOTIPE M3 KEDELAI (Glycine max L. Merr)
The Effect of Moisture Field Capacity on Growth Some Mutans (M3) of
Soybean Genotype (Glycine max L. Merr)

Sasmi Rais Siregar1), Zuraida2), Zuyasna2)


1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsyiah. 1005101050035
2)
Dosen pada Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unsyiah
Correspondent author: zuyasna@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the effect of moisture content of field
capacity on the growth of several mutant genotypes of 3 rd generation (M3) Kipas Merah
soybean varieties. The research was conducted at Screen House and Soil Chemistry
Laboratory Faculty of Agriculture Syiah Kuala Universtity from May to Jun 2015. The
experimental Randomized Block Design (CRBD) factorial was used, consisting of two
factors and three replications. The first factor was based on the field capacity level,
consisting of 100%, 80%, 60%, and 40%, and the second factor consisted of 14 mutants of
3rd generation Kipas Merah and the original Kipas Merah variety as control. The results
showed that the interaction between field capacity and soybean genotype significantly
affected the growth of soybean crops. In a 40% field capacity treatment of almost all the
parameters tested the genotype showed no significant difference, howeverKM300-38
showed the highest plant among the genotypes tested. In a 60% of field capacity, genotype
KM200-18 and KM200-37 showed better growth on all parameters tested, although not
significantly different from genotype KM200-9, KM200-41, and KM300-9. Genotypes of
mutant soybean that can survive and provide good growth in water shortage are KM200-
18, KM200-37, KM200-9, KM300-9, and KM200-41.Selection of drought-tolerant
genotypes can be performed under 40% of the field capacity.

Kata kunci: kapasitas lapang, genotipe mutan, radiasi gamma, kedelai, Kipas Merah
PENDAHULUAN pemberdayaan lahan marginal dan
Kebutuhan kedelai di Indonesia penggunaan varietas unggul. Lahan
terus meningkat seiring dengan marginal diantaranya merupakan tanah
pertambahan penduduk, akan tetapi masam berupa lahan kering. Luas lahan
kebutuhan kedelai ini belum tercukupi oleh kering di Indonesia sekitar 148 juta ha.
produksi dalam negeri karena disamping Lahan kering ini mempunyai faktor
luas areal yang terus berkurang juga pembatas ekologi seperti rendahnya pH
disebabkan oleh produktivitas yang rendah tanah dan sering mengalami cekaman
dan berfluktuasi. Saat ini produktivitas kekeringan (Hidayat dan Mulyani, 2002).
nasional kedelai baru mencapai 1,56 ton/ha Penggunaan varietas unggul dapat
dengan kisaran 0,8-2,4 ton/ha di tingkat meningkatkan hasil per satuan luas jika
petani, sedangkan di tingkat penelitian sesuai dengan kondisi agroklimat
sudah mencapai 1,7-3,2 ton/ha, bergantung setempat. Varietas kedelai secara genetik
pada kondisi lahan dan teknologi yang mempunyai kemampuan yang berbeda
diterapkan (Badan Litbang Pertanian, untuk bertahan pada cekaman kekeringan.
2016). Disisi lain cekaman kekeringan yang
Salah satu upaya untuk memenuhi terjadi berbeda tingkat, lama dan stadia
produksi kedelai di Indonesia adalah tumbuh pada setiap musim tanam. Untuk

10
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

itu perakitan varietas unggul baru (G10), KM300-29 (G11), KM300-38


ditujukan untuk mengantisipasi berbagai (G12), KM400-5 (G13), KM400-8 (G14),
saat cekaman kekeringan yang terjadi KM400-10 (G15).
(Gani, 2000). Kapasitas lapang ditentukan
Zuyasna et.al., (2016), telah dengan cara gravimetrik, selanjutnya kadar
melakukan seleksi terhadapmutan-mutan air tanah dihitung dengan menggunakan
hasil irradiasi sinar gamma generasi ketiga rumus :
(M3) kedelai kipas merah secara in vitro, ( )
dan diperoleh mutan yang toleran
%
(KM200-27, KM200-15, dan KM300-18),
Kadar air (%) = 100% -% bahan kering
dan medium toleran (KM300-38, KM200-
17, dan KM200-5). Akan tetapi seleksi
W = berat tanah kering udara
pada tahapan ini belum memadai untuk
+ botol timbang (g)
memperoleh tanaman yang toleran
w = berat botol timbang (g)
terhadap cekaman kekeringan. Untuk
T = berat tanah lembab yang
mendapatkan tanaman yang toleran
diambil untuk diovenkan (g)
terhadap cekaman kekeringan perlu
dilakukan beberapa tahapan seleksi yaitu
Hasil dari pengurangan kadar air
secara in vitro, di rumah plastik dan di
kapasitas lapang dan kadar air tanah kering
lapangan hingga diperoleh tanaman yang
udara digunakan untuk penentuan jumlah
betul-betul toleran terhadap cekaman
air yang dibutuhkan untuk tercapainya
kekeringan.
kapasitas lapang. Bobot tanah basah (BB)
Penelitian ini bertujuan untuk
dalam pot percobaan dengan perlakuan
mengetahui pengaruh cekaman air
tingkat cekaman air dipertahankan setiap
terhadap pertumbuhan beberapa tanaman
hari dengan menyiraminya sebanyak air
mutan generasi ke 3 (M3) kedelai Kipas
yang hilang. Banyaknya air yang hilang
Merah.
dapat diketahui dengan menimbang setiap
BAHAN DAN METODE
pot setelah penyiapan tanah pada kondisi
Penelitian ini dilaksanakan di
perlakuan kapasitas lapang. Selisih berat
Rumah Plastik Fakultas Pertanian
tanah basah dalam pot awal dengan bobot
Universitas Syiah Kuala sejak Mei sampai
tanah dan pot saat akan dilakukan
Juni 2015. Penentuan kapasitas lapang
penyiraman adalah jumlah air yang
dilaksanakan di Laboratorium Kimia
dibutuhkan untuk terciptanya kembali
Tanah, Fakultas Pertanian Universitas
kondisi kapasitas lapang sesuai perlakuan.
Syiah Kuala.
Parameter yang diamati adalah
Rancangan yang digunakan dalam
tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah
penelitian ini adalah Rancangan Acak
tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk,
Kelompok (RAK) pola faktorial. Adapun
dan bobot kering akar.
faktor yang diteliti adalah kapasitas lapang
dengan 4 taraf, serta genotipe tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
kedelai dengan 15 taraf dengan 3 kali
ulangan, sehingga diperoleh 180 satuan
Hasil
percobaan. Faktor kapasitas lapang yaitu
Hasil Uji F analisis ragam
K1(100%), K2(80%), K3(60%), dan
menunjukkan bahwa terdapat interaksi
K4(40%). Faktor genotipe (G) terdiri dari
yang sangat nyata antara perlakuan
15 genotipe yaitu Kipas Merah
kapasitas lapang dan perlakuan genotipe
(G1),KM200-9 (G2), KM200-18 (G3),
kedelai terhadap tinggi tanaman, panjang
KM200-37 (G4), KM200-41(G5),
akar, bobot basah tajuk, bobot basah akar,
KM300-9 (G6), KM300-13 (G7), KM300-
bobot kering tajuk, dan berpangaruh nyata
19 (G8), KM300-25 (G9), KM300-26
pada bobot kering akar.

11
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

1. Tinggi Tanaman genotipe tanaman terhadap tinggi


Hasil analisis ragam tanaman. Rata-rata tinggi tanaman
menunjukkan adanya interaksi antara akibat perlakuan kapasitas lapang dan
perlakuan kapasitas lapang dan genotipe ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman akibat interaksi kapasitas lapang dan genotipe kedelai
Tinggi Tanaman (cm)
Genotipe
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
22,67 A 49,33 B 32,67 A 27,67 A
Kipas Merah
a bc ab ab
52,67 C 38,67 B 50,33 C 26,33 A
KM200-9
e ab de ab
53,67 B 48,0 B 58,33 B 26,5 A
KM200-18
e b e ab
56,67 B 47,5 B 51,33 B 23,33 A
KM200-37
e b de ab
44,33 B 48,33 B 49,33 B 22,0 A
KM200-41
cde b cde ab
35,67 A 47,67 B 51,0 B 28,67 A
KM300-9
bc b de ab
36,0 AB 46,33 B 40,67 B 26,5 A
KM300-13
bcd ab abcd ab
36,33 AB 48,67 C 42,83 BC 29,43 A
KM300-19
bcd b bcd ab
48,0 B 46,67 B 37,17 B 19,87 A
KM300-25
de ab abc a
45,67 B 43,67 A 40,0 B 23,33 A
KM300-26
cde ab abcd ab
34,67 AB 36,33 AB 36,67 B 25,67 A
KM300-29
bc a ab ab
37,33 AB 48,33 B 39,83 AB 31,5 A
KM300-38
bcd b abcd b
29,33 A 46,33 B 31,17 A 23,0 A
KM400-5
ab ab a ab
39,67 B 43,33 B 32,47 AB 26,0 A
KM400-8
bcd ab ab ab
39,33 B 65 C 40,83 B 25,67 A
KM400-10
bcd c abcd ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf
besar (A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% DNMRT.

Tabel 1 menunjukkan tinggi kedelai. Rata-rata panjang akar kedelai


tanaman yang tertinggi dijumpai pada pada perlakuan kapasitas lapang dan
genotipe KM 400-10 (65 cm) dengan genotipe dapat dilihat pada Tabel 2.
80% kapasitas lapang.

2. Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata
antara perlakuan kapasitas lapang dan
perlakuan genotipe terhadap panjang akar

12
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Tabel 2. Rata-rata panjang akar akibat interaksi kapasitas lapang dengan genotipe kedelai
Genotipe Panjang Akar (cm)
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
Kipas Merah 21,50 AB 34,67 B 17,03 A 15,5 A
bc e a a
KM200-9 31,33 C 29,0 C 24,33 B 12,67 A
e bcde cde a
KM200-18 30,33 C 26,5BC 23,5 B 11,33 A
de abcd bcde a
KM200-37 27,33 B 23,17 B 23,67 B 12,67 A
cde ab bcde a
KM200-41 24,67 B 25,33 B 25,33 B 10,83 A
bcde abcd de a
KM300-9 23,0 B 29,83 C 28,67 BC 13,0 A
bcd bcde e a
KM300-13 19,33 B 32,0 C 29,0 C 12,33 A
ab de e a
KM300-19 23,67 B 24,33 B 20,0 B 12,83 A
bcd ab abcd a
KM300-25 25,0 B 25,0 B 23,67 B 11,63 A
bcde abc bcde a
KM300-26 20,67 B 22,33 B 19,67 B 10,67 A
bc a abcd a
KM300-29 26,67 C 23,33BC 18,0 AB 12,0 A
cde ab abcd a
KM300-38 22,0 B 31,67 C 23,83 BC 13,33 A
bc cde bcde a
KM400-5 16,33 AB 25,0 C 19,33 BC 12,67 A
a abc abcd a
KM400-8 23,67 B 31,67 C 17,33 AB 13,0 A
bcd cde ab a
KM400-10 24,17 B 29,0 B 30,13 B 13,33 A
bcde bcde e a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf
besar (A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% DNMRT.

Tabel 2 menunjukkan bahwa Rata-rata bobot basah tajuk pada


panjang akar terpanjang dijumpai pada perlakuan kapasitas lapang dan
genotipe Kipas Merah dengan 80% genotipe dapat dilihat pada Tabel 3.
kapasitas lapang yang tidak berbeda nyata
dengan genotipe KM400-8, KM400-10,
KM300-38, KM300-9, dan KM200-9.

3. Bobot Basah Tajuk

Hasil analisis ragam


menunjukkan bahwa terdapat interaksi
yang sangat nyata antara perlakuan
kapasitas lapang dan perlakuan
genotipe terhadap bobot basah tajuk.

13
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Tabel 3. Rata-rata bobot basah tajuk akibat interaksi kapasitas lapang dengan genotipe
kedelai.
Bobot Basah Tajuk (g)
Genotipe
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
2,63 A 8,67 B 3,61 A 1,88 A
Kipas Merah
A bc a a
15,67 D 6,33 B 9,21 C 2,628 A
KM200-9
F ab de a
13,57 C 6,58 B 9,15 B 1,49 A
KM200-18
ef ab cde a
14,93 C 7,81 B 9,95 B 2,49 A
KM200-37
F abc e a
10,37 B 8,25 B 8,07 B 1,21 A
KM200-41
de bc cde a
6,55 B 7,91 B 10,04 B 2,31 A
KM300-9
bc abc e a
8,67 B 6,90 B 6,30 B 1,89 A
KM300-13
cd abc abcde a
8,89 B 6,84 B 7,43 B 1,52 A
KM300-19
cd ab bcde a
9,46 C 6,93 BC 5,28 B 1,92 A
KM300-25
cd abc abc a
10,86 C 6,32 B 5,39 B 1,64 A
KM300-26
de ab abcd a
7,72 B 4,70 AB 4,31 AB 1,71 A
KM300-29
bcd a ab a
8,03 BC 9,72 C 5,87 B 2,37 A
KM300-38
cd bc abcd a
4,25 AB 7,95 C 5,35 AB 1,48 A
KM400-5
ab abc abc a
7,80 B 7,29 B 3,77 A 2,16 A
KM400-8
cd abc a a
8,44 BC 10,67 C 5,86 B 1,51 A
KM400-10
cd c abcd a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf besar
(A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% DNMRT .

Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil Hasil analisis ragam menunjukkan


bobot basah tajuk tertinggi dijumpai pada bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata
genotipe KM200-9 dengan kadar air tanah antara perlakuan kapasitas lapang dan
100 % kapasitas lapang yang tidak berbeda perlakuan genotipe terhadap bobot basah
nyata dengan KM200-18, dan KM200-37. akar. Rata-rata bobot basah akar pada
Pada kadar air 60% kapasitas lapang perlakuan kapasitas lapang dan genotipe
memberikan bobot basah tajuk yang lebih dapat dilihat pada Tabel 4.
tinggi dari perlakuan kapasitas lapang
80%, tetapi tidak berbeda nyata pada
masing-masing genotipe tersebut.

4. Bobot Basah Akar

14
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Tabel 4. Rata-rata bobot basah akar akibat interaksi kapasitas lapang dengan
genotipe kedelai
Bobot Basah Akar (g)
Genotipe
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
Kipas Merah 0,74 AB 2,70 C 2,24 BC 0,55 A
a abcd ab a
KM200-9 3,99 C 2,49 B 3,72 C 0,825 A
e abc bcde a
KM200-18 2,59 BC 2,33 B 4,01 C 0,68 A
cde abc cde a
KM200-37 3,34 BC 2,79 B 4,85 C 0,64 A
de abcd e a
KM200-41 2,44 B 3,50 B 3,68 B 0,49 A
bcde cd bcde a
KM300-9 1,24 A 3,77 B 4,59 B 1,10 A
abc cd cde a
KM300-13 2,31 B 2,13 B 3,01 B 0,54A
bcde abc abcd a
KM300-19 1,98 ABC 1,84 AB 3,29 B 0,62 A
abc ab abcde a
KM300-25 2,50 B 2,25 ABC 2,88 B 0,91 A
bcde abc abc a
KM300-26 2,49 B 1,68 AB 2,81 A 0,75 A
bcde a abc a
KM300-29 1,57 AB 1,500 AB 2,36 B 0,69 A
abc a ab a
KM300-38 1,57 AB 3,45 B 2,94 AB 0,92 A
abc bcd abcd a
KM400-5 0,99 AB 2,13 AB 2,74 B 0,65 A
ab abc abc a
KM400-8 2,64 B 2,430 B 1,95 AB 0,82 A
cde abc a a
KM400-10 1,50 AB 4,29 C 2,93 B 0,56 A
abc d abcd a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf
besar (A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% DNMRT.

Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot antara perlakuan kapasitas lapang dan


basah akar tertinggi dijumpai pada perlakuan genotipe terhadap bobot kering
genotipe KM200-37 dengan 60 % tajuk. Rata-rata bobot kering tajuk pada
kapasitas lapang, yang tidak berbeda nyata perlakuan kapasitas lapang dan genotipe
dengan genotipe KM200-9, KM200-18, dapat dilihat pada Tabel5.
KM300-9, KM300-19,dan KM200-41.

5. Bobot Kering Tajuk

Hasil analisis ragam menunjukkan


bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata

15
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Tabel 5. Rata-rata bobot kering tajuk akibat interaksi antara kapasitas


lapang dengan genotipe kedelai.
Genotipe Bobot Kering Tajuk (g)
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
Kipas Merah 0,49 A 1,92 B 0,79 A 0,50 A
a b a a
KM200-9 3,13 C 1,16 A 2,11 B 0,72 A
f ab ef a
KM200-18 3,05 C 1,30 B 2,20 C 0,43 A
ef ab f a
KM200-37 3,44 C 1,75 B 2,22 B 0,66 A
f b f a
KM200-41 2,03 B 1,61 B 1,73 B 0,30 A
cd ab cdef a
KM300-9 1,33 A 1,68 B 2,10 B 0,58 A
bcd b def a
KM 300-13 1,39 B 1,46 B 1,35 B 0,51 A
bcd ab abcdef a
KM 300-19 1,83 B 1,65 B 1,66 B 0,32 A
cd ab bcdef a
KM 300-25 1,99 A 1,54 AB 1,15 A 0,38 A
cd ab abc a
KM300-26 2,18 BC 1,27 B 1,22 AB 0,34 A
de ab abcd a
KM300-29 1,31 B 0,87 A 0,95 AB 0,41 A
bc a abc a
KM300-38 1,51 B 1,90 B 1,39 B 0,58 A
bcd b abcdef a
KM400-5 0,76 AB 1,66 C 1,260 BC 0,414 A
ab ab abcd a
KM400-8 1,60 B 1,45 B 0,84 AB 0,53 A
cd ab ab a
KM400-10 1,67 BC 2,91 C 1,44 B 0,42 A
cd c abcdef a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf
besar (A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5% DNMRT

Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot bobot kering akar. Rata-rata bobot


kering tajuk tertinggi dijumpai pada kering akar pada perlakuan kapasitas
genotipe KM200-37 dengan100 % lapang dan genotipe dapat dilihat pada
kapasitas lapang, yang tidak berbeda nyata Tabel 6.
dengan KM200-9, dan KM200-18, juga
tidak berbeda nyata dengan genotipe
KM200-18 pada 60% kapasitas lapang.

6. Bobot Kering Akar


Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa terdapat interaksi yang nyata antara
perlakuan kapasitas lapang dan perlakuan
genotipe terhadap

16
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Tabel 6. Rata-rata bobot kering akar akibat interaksi antara kapasitas lapang dengan
genotipe kedelai
Genotipe Bobot Kering Akar (g)
100% KL 80% KL 60% KL 40% KL
Kipas Merah 0,11 A 0,44 B 0,28 AB 0,23 AB
a ab a a
KM200-9 0,72 B 0,27 A 0,49 AB 0,38 AB
def a ab a
KM200-18 0,75 C 0,27 A 0,59 BC 0,34 AB
ef a b a
KM200-37 0,78 C 0,38 AB 0,61 BC 0,33 A
f a b a
KM200-41 0,42 A 0,37 A 0,41 A 0,21 A
bcde a ab a
KM300-9 0,31 A 0,45 A 0,51 A 0,38 A
abc a ab a
KM300-13 0,35 A 0,32 A 0,38 A 0,26 A
abc a ab a
KM300-19 0,45 A 0,34 A 0,45 A 0,27 A
cdef a ab a
KM300-25 0,41 A 0,30 A 0,45 A 0,38 A
bcd a ab a
KM300-26 0,39 A 0,25 A 0,35 A 0,28 A
abc a a a
KM300-29 0,22 A 0,13 A 0,28 A 0,26 A
abc a a a
KM300-38 0,28 A 0,42 A 0,43 A 0,28 A
abc ab ab a
KM400-5 0,15 A 0,34 A 0,38 AB 0,22 A
ab a ab a
KM400-8 0,37 A 0,34 A 0,25 A 0,28 A
abc a a a
KM400-10 0,29 A 0,74 B 0,42 A 0,26 A
abc b a a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama arah vertikal dan huruf
besar (A,B,C)yang sama arah horizontal tidak berbeda nyata pada taraf 5%
DNMRT.

Tabel 6 menunjukkan rata-rata Disamping itu juga merupakan pelarut dari


bobot kering akar tertinggi dijumpai garam-garam, gas-gas dan material-
padagenotipe KM200-37 dengan100% material yang bergerak kedalam tumbuh
kapasitas lapang yang tidak berbeda nyata tumbuhan, melalui dinding sel dan
dengan KM200-9, dan KM200-18. jaringan esensial untuk menjamin adanya
turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas
Pembahasan bentuk daun, proses membuka dan
menutupnya stomata, kelangsungan gerak
Pengaruh Kadar Air Kapasitas Lapang struktur tumbuh-tumbuhan. Kekurangan
(KL) dan Genotipe Terhadap air akan mengganggu aktifitas fisiologis
Pertumbuhan Tanaman Kedelai maupun morfologis, sehingga
mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Air merupakan reagen yang Defisiensi air yang terus menerus akan
penting dalam proses-proses fotosintesa menyebabkan perubahan irreversibel (tidak
dan dalam proses-proses hidrolik.

17
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

dapat balik) dan pada gilirannya tanaman volume tanah bila akar ingin tumbuh
akan mati. mendekati air dan ion. Pada keadaan
Menurut Hardjowigeno (2007), lembab difusi menuju akar tentu cepat,
kapasitas lapang merupakan keadaan tanah tetapi pada keadaan kering sampai pada
yang cukup lembab yang menunjukkan keadaan titik layu permanen, difusi air dan
jumlah air terbanyak yang dapat ditahan ion terlarut akan menurun.
oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Bobot basah tajuk tertinggi
Air yang dapat ditahan oleh tanah tersebut dijumpai pada interaksi perlakuan100%
terus menerus diserap oleh akar-akar KL dengan genotipe KM200-9. Hal ini
tanaman atau menguap sehingga tanah dikarenakan jumlah air yang diberikan
makin lama semakin kering. Pada suatu memberikan penambahan yang sangat
saat akar tanaman tidak mampu lagi nyata terhadap bobot basah tajuk.
menyerap air tersebut sehingga tanaman Diketahui bahwa air merupakan komponen
menjadi layu. Menurut Kramer (1969) utama penyusun sel dan jaringan bahkan
kisaran kadar air tanah yang tersedia 90% sel tumbuhan disusun oleh air. Ketika
secara optimum berada antara kapasitas kebutuhan air cukup tersedia di daerah
lapang (field capacity) dantitik layu perakaran, maka kebutuhan air tanaman
permanen (permanent wilting point). terpenuhi sehingga terjadi keseimbangan
Interaksi antara genotipe dengan air antara ketersedian dan penggunaan air. Hal
kapasitas lapang memberikan pengaruh ini mengakibatkan aktivitas metabolisme
sangat nyata terhadap tinggi tanaman. tanaman berjalan lancar (Mapegau, 2006).
Tanaman yang tertinggi dijumpai pada Sejalan dengan yang disebutkan oleh
genotipe KM200-18 dengan 60% kapasitas (Sudarsono dan Widoretno 2003 dalam
lapang yang tidak berbeda nyata dengan Permanasari dan Endang, 2013) bahwa
KM200-9, KM200-37, KM200-41, dan apabila air yang diberikan mencukupi
KM300-9, namun berbeda dengan maka pertumbuhan tanaman akan baik
genotipe lainnya. Hal ini diduga adanya dibandingkan dengan yang kekurangan air,
perubahan pada genotipe KM200-18 dimana kondisi air yang tidak sesuai
akibat perlakuan radiasi sinar gamma, dengan kebutuhan akan menyebabkan
sehingga genotipe ini lebih tinggi pada pertumbuhan tanaman terhambat.
60% kapasitas lapang dibandingkan Bobot basah akar tertinggi
genotipe lainnya. dijumpai pada genotipe KM200-37 dengan
Interaksi antara genotipe dengan air 60% kapasitas lapang yang tidak berbeda
kapasitas lapang juga berpengaruh sangat nyata dengan genotipe KM300-19,
nyata terhadap panjang akar, bobot basah KM300-9, KM200-18, KM200-9, dan
tanaman (tajuk dan akar), bobot kering KM200-41. Hal ini diduga karena pada
tajuk, dan berpengaruh nyata pada bobot 60% kapasitas lapang pertumbuhan akar
kering akar. Panjang akar terpanjang masih berkembang baik karena masih ada
dijumpai pada genotipe Kipas Merah ruang pori yang berisi air. Apabila jumlah
dengan 80% kapasitas lapang, yang tidak air semakin sedikit akan menimbulkan
berbeda nyata dengan KM300-9, KM300- cekaman kekeringan. Tanaman yang
13, KM300-38, dan KM400-10. Panjang mengalami cekaman air mengakibatkan
akar ke-4 genotipe diatas tidak berbeda stomata daunnya menutup, yang
nyata dengan kondisi 60% kapasitas berpengaruh terhadap penurunan laju
lapang. Hal ini diduga karena tanaman transpirasi. Menurunnya laju transpirasi
mempunyai kemampuan untuk mengatasi akan mengurangi suplai unsur hara dari
kekeringan, yaitu dengan memanjangkan tanah ke tanaman, karena transpirasi pada
akarnya untuk mencari sumber air. Hal ini dasarnya memfasilitasi laju aliran air dari
juga disampaikan oleh Salisbury (1995) tanah ke tanaman (Hermantoro, 2011).
bahwa penerobosan sejumlah besar

18
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

Bobot kering tajuk tertinggi genotipe tidak menunjukkan perbedaan


dijumpai pada genotipe KM200-37 dengan yang nyata, kecuali genotipe KM300-38
100% kapasitas lapang yang tidak berbeda yang memiliki tinggi tanaman tertinggi.
nyata dengan KM200-18 pada 60% Namun pada perlakuan 60% kapasitas
kapasitas lapang. Bobot kering tanaman lapang, genotipe KM200-18 dan KM200-
kedelai (tajuk dan akar) pada cekaman air 37 menunjukkan pertumbuhan yang lebih
80% tidak berbeda nyata dengan cekaman baik pada semua parameter yang diuji,
air 60% kapasitas lapang tetapi berbeda meskipun secara statistik tidak berbeda
nyata dengan 40% kapasitas lapang. Hal nyata dengan genotipe KM200-9, KM200-
ini dapat disimpulkan bahwa pada 60% 41, dan KM300-9.
kapasitas lapang masih mampu Secara umum pada kondisi 40%
memberikan pertumbuhan yang baik, atau kapasitas lapang pertumbuhan kedelai
masih mencukupi untuk kebutuhan proses mutan untuk semua parameter yang diuji
fisiologis tanaman. Sebagaimana berbeda sangat nyata dengan pertumbuhan
disebutkan oleh Mapegau (2006) bahwa pada 60% kapasitas lapang. Menurut
pertumbuhan dan hasil kedelai mulai Burstom (1956) dalam Jumin (1992),
menunjukkan penurunan pada tingkat bahwa defisit air langsung mempengaruhi
cekaman 40%. Levit 1980 dalam Ai dan pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses ini
Banyo (2011) menyatakan bahwa tanaman pada sel tanaman ditentukan oleh tegangan
yang mengalami stres air akan merusak turgor. Hilangnya turgiditas dapat
perkembangan sel-sel tanaman yang menghentikan pertumbuhan sel
mengakibatkan pertumbuhan tanaman (penggadaan dan pembesaran) yang
terhambat, stomata mengkerut, akibatnya pertumbuhan tanaman
metabolisme terganggu, dan terhambat. Sejalan dengan pendapat
perkembangan sel terhambat yang Mapegau (2006) bahwa pertumbuhan dan
mengakibatkan proses fotosintesis dan hasil kedelai mulai menunjukkan
respirasi terhambat. penurunan pada tingkat cekaman 40%,
Bobot kering akar tertinggi maka bila terdapat tanaman yang bisa
dijumpai pada genotipe KM200-37 pada bertahan hidup dengan pertumbuhan yang
100% kapasitas lapang yang tidak berbeda baik dapat dikategorikan sebagai tanaman
nyata dengan genotipe KM200-18 dan yang toleran terhadap cekaman
KM200-9. Pemberian irradiasi sinar kekeringan. Dengan demikian untuk
gamma yang meningkat menyebabkan melakukan seleksi genotipe yang toleran
pertumbuhan semakin terhambat terhadap kekeringan dapat dilakukan pada
sebagaimana dikatakan Khan dan Tyagi kondisi tanah 40% kapasitas lapang.
(2013) bahwa pertumbuhan tanaman akan
terhambat dan menurun sesuai dengan KESIMPULAN
meningkatnya dosis irradiasi yang Genotipe kedelai mutan yang bisa
diberikan. Bobot kering akar tertinggi pada bertahan dan memberikan pertumbuhan
100% kapasitas lapang tidak berbeda yang baik pada kekurangan air adalah
dengan 60 % kapasitas lapang. Air yang KM200-18, KM200-37, KM200-9,
mengisi pori mikro sebesar 60 % masih KM200-41, dan KM300-9. Seleksi
mampu mendukung pertumbuhan tanaman genotipe yang toleran terhadap kekeringan
dengan baik. Pertumbuhan tanaman mulai dapat dilakukan pada kondisi 40%
terhambat pada kondisi ketersediaan air 40 kapasitas lapang.
% kapasitas lapang.
Pada perlakuan 40% kapasitas
lapang hampir semua parameter yang diuji,

19
Sasmi Rais Siregar et al. (2017) J. Floratek 12 (1): 10-20

DAFTAR PUSTAKA (L.) Merrill) Varietas Anjasmoro


Terhadap Beberapa Iradiasi Sinar
Ai,N.S.danY.Banyo.2011.Konsentrasi Gamma. Jurnal Online
klorofil daun sebagai indikator Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-
kekurangan air pada tanaman. 6597 Vol.3, No.2:515-526.
Jurnal Ilmiah Sains11:166–171. Kramer.P.J.1969.Plant Soil Water
Badan Litbang Pertanian. 2016. Target Relationship.Tata Mcgraw Hill
National Produksi Kedelai 2016 Public.Co.Ltd.New Delhi.
Meningkat. Levitt, J. 1980. Responses of plants to
http://www.litbang.pertanian.go.id/ environmental stresses: Water,
berita/one/2468/ [Di akses 3 Mei radiation, salt, and other stresses.
2017] Vol. II. New York, Academic
Djazuli, M. 2010. Pengaruh cekaman Press.
kekekringan terhadap pertumbuhan Mapegau, 2006. Pengaruh cekaman air
dan beberapa karakter morfo- terhadap pertumbuhan dan hasil
sisiologis tanaman nilam. Bul. tanaman kedelai (Glycine max L.
Littro. Vol. 21 No. 1, 2010, 8 – 17. Merr). Jurnal Ilmiah Pertanian
Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul KULTURA . Vol. 41.No.1.:43–51.
Baru. Penerbit Instlasi Penelitian Permanasari dan Endang. 2013. Pengaruh
dan Pengkajian Teknologi Interaksi GA3 dan Kondisi Lengas
Pertanian Mataram, Mataram. Tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit
Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Benih Kedelai Hitam.
Evaluasi Kesesuaian Lahan dan J.Agroteknologi Vol 1(2): 9-15
Perencanaan Tataguna Lahan. Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Plant
Gadjah Mada University Press. Physiology. Third
Yogyakarta. Edition.Wadsworth Publishing
Hermantoro, 2011. Teknologi Inovatif Company Inc., Belmont,
Irigasi Lahan Kering dan Lahan California.540 p.
Basah Studi Kasus untuk Tanaman Sibarani, I.B. Ratna, R.L., Diana S.H.
Lada Perdu. INSTIPER, 2015. Respon morfologi tanman
Yogyakarta. kedelai (Glycine max L. Merrill)
Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan varietas anjasmoro terhadap
kering untuk pertanian, dalam: beberapa iradiasi sinar gamma.
Teknologi Pengelolaan Lahan Jurnal Online Agroekoteknologi .
Kering Menuju Pertanian Produktif ISSN No. 2337- 6597. Vol.3, No.2
dan Ramah Lingkungan. Pusat : 515- 52
Penelitian dan Pengembangan Zuyasna, Effendi, Chairunnas, dan Arwin.
tanah dan Agroklimat. Badan 2016. Efektivitas Polietlena Glikol
Litbang Pertanian. hlm. 1-34. Sebagai Bahan Penyeleksi Kedelai
Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Kipas Merah Bireun yang
Pendekatan Fisiologi. Rajawali Diiradiasi Sinar Gamma Untuk
Press, Jakarta Toleransi Terhadap Cekaman
Khan, M.H., dan S.D. Tyagi. 2013. A Kekeringan. J.Floratek ISSN No.
review on induced mutagenesis in 1907- 2686 Vol.11, No 1: 66-74
soybean. dalam : Respon Morfologi
Tanaman Kedelai (Glycine max

20

You might also like