Professional Documents
Culture Documents
1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana
Jl. Adi Sucipto Penfui, Kupang, Indonesia
2) Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Stepped weir is generally a modification on the downstream face of a standard ogee weir. The overflow on
stepped weir classified in to three types: nappe flow, transition flow, and skimming flow. The skimming flow
more used in planning the weir because almost all the operations of weir for large discharge. This study
aimed to investigate and examine the advantages of stepped weir by conducting variations models such as
slope angle of weir, number of steps, and the value of Froude number. In this research, the models test of
stepped spillway carried out with two models of weir type were the ogee weir and the stepped weir. The
slope of stepped spillway (θ) are used 30˚ and 45˚, the number of steps (N) are 40 and 20, and the critical
depth to the height of steps (yc/h) ranging from 0,700 <yc/h<3.00 with the Froude number (Fr)< 10. The
results showed that friction factor of Darcy-Weisbach (f) for the stepped weir is 0.311 which affect the value
of energy loss. Levels of dissolved oxygen at stepped weir flow increased by 2.011% - 2.846%. The value of
relative energy losses (ΔE1/E0) are 86.129% on the stepped weir and 72.466% on the ogee weir. The increase
in value relative energy loss will affect the length of stilling basin in the downstream.
Keywords: stepped weir, relative energy loss, dissolved oxygen, skimming flow, friction factor
ABSTRAK
Bendung bertangga merupakan modifikasi dari profil standar untuk bendung tipe ogee. Aliran yang
melimpas pada bendung bertangga diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu aliran bebas, aliran transisi
dan aliran tenggelam. Aliran tenggelam ini lebih banyak digunakan dalam perencanaan bendung
dikarenakan hampir semua pengoperasian bendung adalah untuk perhitungan debit besar. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan mengetahui keunggulan bendung bertangga dengan melakukan variasi
perlakuan model meliputi sudut kemiringan, jumlah anak tangga dan nilai bilangan Froude. Penelitian ini
dilakukan pengujian terhadap dua model tipe bendung yakni bendung ogee dan bendung bertangga pada
kondisi aliran tenggelam. Untuk variasi sudut kemiringan pelimpah (θ) yang digunakan 30˚ dan 45˚,
jumlah anak tangga (N) 40 dan 20 serta kedalaman kritis terhadap tinggi tangga (yc/h) berkisar
0,70 < yc/h < 3,00. Model penelitian ini menggunakan bilangan Froude (Fr) < 10. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor gesekan Darcy Weisbach (f) untuk bendung bertangga adalah 0,311 yang
mempengaruhi terhadap nilai kehilangan energi. Kadar oksigen terlarut pada aliran bendung bertangga
meningkat sebesar 2,011% - 2,846%. Sedangkan nilai kehilangan energi relatif (∆E1/E0) pada bendung
bertangga adalah 86,129% dan bendung ogee adalah 72,466%. Peningkatan nilai kehilangan energi relatif
akan mempengaruhi terhadap panjang kolam olak di hilir bendung.
Kata kunci: bendung bertangga, kehilangan energi relatif, oksigen terlarut, aliran tenggelam,
koefisien gesekan
Gambar 1 Regim Aliran di Peluncur Gambar 2 Energi Aliran pada Saluran Terbuka
Bendung Bertangga
Katup pengatur
αvc
2
2g
V ya ΔE1
yc y
b
h
ΔE2
E0 l
1.00 m
αv1 αv 2
2 2
2g 2g
y2
Ɵ
Sumber: Hasil Analisis, 2016
y1
Datum
Ld Lj
1 2
3.5. Kalibrasi Data
Gambar 5 Sketsa Pemodelan Bendung Bertangga Tangki yang digunakan untuk mengkalibrasi
3.3. Metode Eksperimen pompa dan bangunan ukur debit dalam penelitian
Penelitian ini tidak bertujuan untuk melakukan ini digunakan bak persegi empat. Tangki
evaluasi terhadap bendung bertangga pada mempunyai dimensi lebar = 1,20 m, panjang =
prototip tertentu. Namun, hasil penelitian ini 1,20 m serta tinggi (t) = 1,80 m. Volume tangki
diharapkan dapat digunakan secara generik pada adalah 2,59 m3. Pompa yang digunakan dapat
bendung bertangga yang memiliki kondisi seperti mengalirkan debit sebesar 50 l/det. Debit yang
pada batasan penelitian ini. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah berkisar
dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian 3,457 l/det – 35,383 l/det.
eksperimen. Alat ukur debit menggunakan peluap ambang
Kemiringan dasar model bendung menggunakan tajam segi empat (Rehbock). Untuk alat ukur
θ 30˚ dan 45˚. Menurut Chanson (2001) dan kecepatan menggunakan currentmeter dan tabung
Ohtsu, Yasuda, & Takahashi (2004) bahwa aliran pitot. Kalibrasi data debit dilakukan dengan
tenggelam dapat dibagi dalam dua sub regim: 1) membandingkan hasil perhitungan teoritis
sub-regim untuk kisaran yang lebih rendah dari (formulasi Rehbock) dengan pengukuran debit
debit aliran tenggelam (θ ≤ 30˚), dimana sirkulasi keluar (debit takar) menggunakan bak ukur dan
pusaran terbentuk antara tepi tangga tidak stopwatch. Pada pengukuran untuk kalibrasi debit
sepanjang permukaan tangga yang menggunakan peluap ambang tajam segi empat
memungkinkan mempengaruhi aliran air pada digunakan 12 debit yang mewakili seperti pada
permukaan tangga, 2) untuk kisaran di atas debit Gambar 7.
aliran tenggelam (θ ≥ 30˚), dimana sirkulasi
pusaran sudah terjadi pada sepanjang
permukaan tangga dan menganggu pada tangga
berikutnya.
Oleh karena itu, penulis menggunakan
kemiringan dasar flume θ 30˚ dan 45˚ agar
memiliki dasar ilmiah yang kongueren dengan
peneliti terdahulu. Untuk model bendung tipe
ogee dan bendung bertangga digambarkan pada
Gambar 6.
Kecepatan Aliran (m/det) 4 2,125 4,625 0,375 2,800 103,188 34,493 3,412 13,489 0,661 53,581
5 2,187 4,829 0,450 2,900 103,281 26,278 3,522 10,714 0,655 73,797
6 3,500 9,777 0,900 5,800 105,250 27,366 6,437 7,669 0,469 81,000
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3,750 10,843 0,950 6,500 105,625 30,166 7,124 7,843 0,438 85,000
8 4,000 11,945 1,000 6,600 106,000 33,000 7,335 8,000 0,472 87,000
Hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan 9 4,125 12,510 1,050 6,700 106,188 32,882 7,482 7,787 0,483 91,000
10 4,250 13,083 1,100 7,000 106,375 32,821 7,783 7,594 0,473 96,000
meliputi pengaruh kedalaman kritis pada 11 4,375 13,664 1,200 7,500 106,563 30,276 8,244 6,961 0,446 98,000
bendung halus dan bendung bertangga. 12 7,000 27,654 2,350 15,100 110,500 33,405 15,852 5,141 0,316 99,333
13 7,500 30,669 2,550 15,750 111,250 34,989 16,600 5,044 0,329 101,000
4.1. Analisis Teoritis untuk Bendung Halus 14 8,000 33,786 2,900 17,750 112,000 33,340 18,563 4,582 0,303 110,000
15 8,250 35,383 3,150 19,500 112,375 31,445 20,238 4,239 0,275 110,000
Kedalaman kritis aliran adalah tinggi muka air Sumber: Hasil Analisis, 2016
pada hulu bendung yang telah dihitung secara
teoritis berdasarkan energi spesifik minimum 4.3. Analisis Teoritis untuk Bendung
untuk debit yang ditentukan. Kedalaman kritis Bertangga
yang diukur pada penelitian ini yc = 1,75 cm Bendung bertangga dengan anak tangga datar
hingga yc = 8,25 cm. Besaran angka Reynolds, Re = bersudut 45˚ pernah diteliti sebelumnya oleh
1,97 x 105 > 600 yang menunjukkan bahwa tipe Essery & Horner (1978); Stephenson (1991);
aliran adalah turbulen. Peyras, Royet, & Degoutte (1992); Kells (1993);
Tabel 2 menyajikan data hasil perhitungan Lj Chinnarasri & Wongwises (2006); Dermawan
secara teoritis untuk bendung halus dengan sudut (2011). Sedangkan anak tangga datar dengan
45˚. sudut 30˚ pernah dilakukan oleh Ohtsu & Yasuda
(1997); Boes & Hager (1998); Chinnarasri &
Tabel 2 Hasil Perhitungan Teoritis Lj untuk Bendung Wongwises (2006). Hasil data yang didapatkan
Halus dengan θ 45˚ pada penelitian ini berupa hubungan antar
yc Q y1 y2 E0 E1 E2 Fr1 Fr2 Lj
No
(cm) (l/det) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
parameter aliran pada tiap-tiap sudut hilir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 bendung. Kemudian hasil tersebut dibandingkan
1 1,750 3,457 0,250 6,424 102,63 43,125 6,489 18,520 0,142 38,703 dengan peneliti sebelumnya yang memiliki
2 1,850 3,757 0,275 6,650 102,775 42,137 6,721 17,449 0,147 40,344
batasan serupa.
3 2,000 4,223 0,325 6,856 103,000 38,195 6,941 15,266 0,158 42,225
4 2,125 4,625 0,375 6,969 103,188 34,493 7,068 13,489 0,168 43,485 Regim aliran yang digunakan pada penelitian ini
5 2,187 4,829 0,450 6,597 103,281 26,278 6,717 10,714 0,191 42,061
6 3,500 9,777 0,900 9,321 105,250 27,366 9,568 7,669 0,230 60,789
adalah aliran transisi dan tenggelam. Penentuan
7 3,750 10,843 0,950 10,072 105,625 30,166 10,332 7,843 0,227 65,613 batas kedua regim tersebut dengan menggunakan
8 4,000 11,945 1,000 10,825 106,000 33,000 11,098 8,000 0,225 70,441 dasar teori dari Rajaratnam (1990). Batasan rasio
9 4,125 12,510 1,050 11,050 106,188 32,882 11,337 7,787 0,228 72,005
10 4,250 13,083 1,100 11,277 106,375 32,821 11,579 7,594 0,231 73,576
(yc/h) untuk aliran dinyatakan sebagai aliran
11 4,375 13,664 1,200 11,229 106,563 30,276 11,561 6,961 0,243 73,524 tenggelam apabila yc/h ≥ 0,8. Sedangkan Peyras et
12 7,000 27,654 2,350 15,951 110,500 33,405 16,625 5,141 0,291 104,665 al. (1992) memberikan batasan untuk awal
13 7,500 30,669 2,550 16,960 111,250 34,989 17,693 5,044 0,294 111,228
terjadinya aliran tenggelam pada yc/h > 0,62 –
14 8,000 33,786 2,900 17,397 112,000 33,340 18,243 4,582 0,312 113,634
15 8,250 35,383 3,150 17,372 112,375 31,445 18,303 4,239 0,327 112,879
0,74. Berdasar dari analisis yang telah dilakukan
Sumber: Hasil Analisis, 2016 oleh para peneliti sebelumnya, maka penelitian
ini menggunakan batasan 0,70 ≤ yc/h ≤ 0,75 untuk
4.2. Analisis Data Pengukuran pada Model aliran transisi dan yc/h ≥ 0,80 untuk aliran
Fisik Bendung Halus tenggelam.
Pengujian model fisik pada bendung halus Untuk data pengukuran y1, y2 dan Lj pada bendung
dilakukan berdasar tinggi kedalaman kritis (yc) bertangga dapat dilihat pada Tabel 4.
Lj (cm)
80,00
4 2,125 2,500 4,625 0,600 4,067 103,188 13,927 4,357 6,665 0,378 1,494 26,267
5 2,187 2,500 4,829 0,613 4,075 103,281 14,554 4,390 6,747 0,393 1,560 28,300 60,00
6 3,500 2,500 9,777 1,225 7,000 105,250 15,511 7,438 4,829 0,354 3,159 30,760
40,00 N=0
7 4,000 2,500 11,945 1,400 7,175 106,000 17,727 7,797 4,829 0,416 3,859 85,880
N = 20
8 4,250 2,500 13,083 1,650 7,250 106,375 15,748 7,980 4,134 0,449 4,227 93,400 20,00
N = 40
9 7,000 2,500 27,654 2,400 13,000 110,500 32,174 14,015 4,981 0,395 8,935 95,500
0,00
10 7,500 2,500 30,669 2,500 13,083 111,250 36,250 14,316 5,196 0,434 9,909 99,300 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
θ = 45˚ ; N = 20 tangga
yc (cm)
1 3,500 5,000 9,777 1,240 7,900 105,250 15,182 8,243 4,742 0,295 1,117 62,740
2 3,750 5,000 10,843 1,333 8,060 105,625 16,165 8,466 4,717 0,317 1,239 83,220
3 4,000 5,000 11,945 1,460 8,300 106,000 16,472 8,765 4,535 0,335 1,364 86,400 Gambar 10 Hubungan Peningkatan yc terhadap Lj
4 4,125 5,000 12,510 1,540 7,700 106,188 16,338 8,292 4,384 0,392 1,429 92,000 pada Bendung Bertangga θ 45˚
5 4,250 5,000 13,083 1,400 7,450 106,375 20,983 8,142 5,289 0,431 1,494 95,500
6 4,375 5,000 13,664 1,430 7,820 106,563 21,905 8,505 5,351 0,418 1,561 104,900
1,00
7 7,000 5,000 27,654 2,600 11,260 110,500 27,970 12,613 4,418 0,490 3,159 109,500
N = 20
8 7,500 5,000 30,669 2,800 12,900 111,250 29,705 14,168 4,384 0,443 3,503 116,500
0,95 N = 40
0,85
pelimpah bertangga dengan sudut 45˚ dapat
0,80
diplotkan dalam bentuk grafik seperti pada
Gambar 8 sampai dengan Gambar 11. 0,75
0,70
5,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50
yc/h
4,00
Gambar 11 Hubungan Rasio yc/h terhadap ∆E1/E0
3,00 pada Bendung Bertangga θ 45˚
y1 (cm)
2,00 1,00
N=0 N = 20
0,95
1,00
N = 20 N = 40
N = 40 0,90
0,00
∆E 1/E 0
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
0,85
yc (cm)
0,80
Gambar 8 Hubungan Peningkatan yc terhadap y1
pada Bendung Bertangga θ 45˚ 0,75
0,70
22,50
0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50
20,00
yc /h
17,50
15,00 Gambar 12 Hubungan Rasio yc/h Terhadap ∆E1/E0
12,50 pada Bendung Bertangga θ 30˚
y2 (cm)
10,00
Cara yang sama dilakukan pula untuk data
7,50 N=0
pengukuran model fisik bendung bertangga
5,00 N = 20
2,50
dengan sudut 30˚ dengan jumlah tangga 0, dan
N = 40
0,00
40. Kemudian diplotkan dalam Gambar 12 yang
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 memiliki pola grafik yang sama dengan bendung
yc (cm) bertangga pada sudut 45˚ (Gambar 11) yakni
Gambar 9 Hubungan Peningkatan yc terhadap y2 peningkatan nilai rasio (yc/h) mempengaruhi
pada Bendung Bertangga θ 45˚ penurunan nilai kehilangan energi relatif
Pada Gambar 11, peningkatan rasio (yc/h) (∆E1/E0). Untuk jumlah tangga yang lebih banyak
menyebabkan penurunan nilai kehilangan energi (N=40) memberikan pengaruh kehilangan energi
relatif (∆E1/E0) untuk semua konfigurasi jumlah relatif yang lebih tinggi dibanding jumlah tangga
anak tangga pada kemiringan 45˚. Untuk jumlah 20.
tangga 40 memiliki nilai kehilangan energi relatif
(∆E1/E0) lebih tinggi dibanding dengan jumlah
0,30
f
Tangga datar(45˚,N 40)
tangga datar Tangga datar(45˚,N 0)
(θ 45˚) Tangga datar(30˚,N 40)
Tangga datar(30˚,N 0)
0,20
0,10 0,30 0,50 0,70 0,90 1,10
ks/Dhw
100 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 91-102
10,00
Do hulu (45˚) (∆E /E0). Pengamatan lebih dalam terhadap
9,50
Do saluran (45˚)
Do hilir (45˚) semburan aliran dari hulu hingga kaki bendung
9,00
Do hulu (30˚)
Do saluran (30˚)
juga diperlukan untuk perencanaan tinggi
dinding pengarah aliran (training wall) yang lebih
DO (mg/l)
Do hilir(30˚)
8,50
detil. Penggunaan bendung bertangga di lapangan
8,00 harus diperhitungkan secara tepat analisis debit
7,50 banjir yang melimpas di atas mercu bendung
7,00
(Qbanjir), tinggi bendung (Hdam), dan kemiringan
0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 sudut bendung (θ).
q (m 3/det.m)
UCAPAN TERIMA KASIH
Gambar 14 Hubungan Penurunan Kadar DO
sebagai Fungsi Debit per Unit Lebar (q) Ucapan terimakasih kepada Direktorat Jenderal
pada Pelimpah Bertangga Datar (N = 40) Pendidikan Tinggi Kementerian Ristek Dikti yang
telah membiayai penelitian ini dalam program
Namun pada saat q > 300 cm2/det, terjadi
Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri
penurunan kadar oksigen terlarut pada pelimpah
(BPPDN) tahun anggaran 2013-2016.
bertangga θ = 45˚. Penurunan kadar oksigen
terlarut dikarenakan debit yang meningkat
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan energi kinetik aliran juga
meningkat sehingga aliran yang melimpas pada Baylar, A., Bagatur, T., & Emiroglu, M. (2007). Prediction
pelimpah bertangga θ = 45˚ memiliki of oxygen content of nappe, transition, and
kecenderungan seperti aliran pada pelimpah skimming flow regime is stepped channel
halus. Aliran yang mengalir dengan cepat chutes. Journal of Environmental Engineering
and Science, 6(2), 201-208.
mempengaruhi aerasi di bawah aliran dasar semu,
sehingga tingkat oksigen terlarut menjadi turun. Baylar, A., Emiroglu, M.E., & Bagatur, T. (2009).
Influence of chute slope on oxygen content in
Sedangkan pada bendung θ 30˚, kadar oksigen stepped Waterways. Gazi University Journal of
terlarut cenderung konstan dibandingkan Science, 22(4), 325-332.
bendung bertangga θ 45˚. Konsentrasi udara
Boes, R. M., & Hager, W. H. (1998). Fiber-optical
pada bendung bertangga θ 30˚ dipengaruhi pula
experimentation in two-phase cascade flow.
oleh panjang anak tangga (l) yang lebih besar Dalam Proc. Intl. RCC Dams Seminar. Denver,
dibanding θ 45˚. Panjang anak tangga yang lebih Colorado: Schabel Engineering.
besar menyebabkan pusaran yang terjadi di
bawah aliran dasar semu memiliki waktu tinggal Boes, R.M., & Hager, W.H. (2003). Two-phase flow
characteristics of stepped spillways. Journal of
yang lebih lama dibandingkan bendung bertangga
Hydraulic Engineering, 129(9), 661-670.
θ 45˚. Hal ini yang mengakibatkan oksigen
terlarut pada saat q > 300 cm2/det untuk bendung Chamani, M.R., & Rajaratnam, N. (1999). Onset of
bertangga θ 30˚ tidak berpengaruh besar skimming flow on stepped spillways. Journal of
terhadap penurunan kadar DO. Hydraulic Engineering, 125(9), 969-971.
Chanson, H. (1989). Study of air entrainment and
V. KESIMPULAN aerator devices. Journal of Hydraulic Research,
27(23), 301 – 319.
Faktor gesekan Darcy-Weisbach pada bendung
bertangga (f) = 0,311 mampu memberikan Chanson, H. (1993). Stepped spillway flows and air
peredaman energi lebih baik dibanding bendung entrainment. Canadian Journal of Civil
Engineering, 20(3), 422-435. https:
halus (f) = 0,18. Peningkatan kemiringan pada
//doi.org/10.1139/l93-057
muka hilir bendung juga akan meningkatkan
aerasi dan berpengaruh terhadap kadar oksigen Chanson, H. (2001). Experimental Investigation of Air
terlarut di dalam aliran. Peningkatan nilai Entrainment in Transition and Skimming Flows
kehilangan energi relatif tersebut akan Down a Stepped Chute (Research Report No. CE
158). Australia: The University of Queensland.
berpengaruh terhadap panjang kolam olak di hilir
bendung, oleh karena itu penggunaan bendung Chanson, H., Yasuda, Y., & Ohtsu, I. (2002). Flow
bertangga pada bangunan irigasi dapat menjadi resistance in skimming flows in stepped
alternatif untuk menekan biaya konstruksi pada spillways and its modelling. Canadian Journal
tubuh bendung. of Civil Engineering, 29(6), 809–819.
https://doi.org/10.1139/l02-083
Untuk penelitian selanjutnya perlu adanya variasi
pada sudut kemiringan (θ) dan jumlah tangga (N) Chanson, H. (2015). Energy Dissipation in Hydraulic
yang sama untuk mengkaji lebih dalam Structures. London: CRC Press.
pengaruhnya terhadap kehilangan energi relatif
102 Jurnal Irigasi – Vol. 11, No. 2, Oktober 2016, Hal. 91-102