You are on page 1of 11

Drh.

Ardilasunu Wicaksono
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Plastik Sebagai Limbah Masyarakat

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta


aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan.
Limbah/buangan yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering
disebut limbah domestik atau sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan
lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya mengganggu kehidupan
makhluk hidup lainnya. Selain itu aktifitas industri yang kian meningkat tidak
terlepas dari isu lingkungan.

Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila


limbah industri ini dibuang langsung ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.Jenis
limbah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu padat dan cair.

Limbah dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi


yang keluar dalam bentuk bahan baku yang memang sudah bisa terpakai. Dalam
sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada
yang gratis. Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah
tersebut selalu dan akan dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal
dengan prinsip ekosistem (ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di
dalam sebuah rantai pasok makanan akan menerima limbah sebagai bahan baku
yang baru (Macklin 2009).
Ardilasunu Wicaksono 2010

Salah satu limbah hasil dari aktivitas manusia adalah plastik. Plastik
banyak digunakan sebagai bahan baku produk yang digunakan oleh masyarakat
sehari-hari. Hasil dari buangan benda berbahan plastik menjadi limbah yang
meresahkan masyarakat. Karena sifat plastik yang tidak mudah terurai di alam,
maka degradasi plastik membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya. Maka dari
itu dibutuhkan proses pengolahan lebih lanjut untuk dapat mengatasai
permasalahan limbah plastik tersebut.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas plastik


menyangkut jenis plastik yang digunakan di masyarakat dan pengelolaaan
limbah plastik untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.

PEMBAHASAN

Definisi Plastik

Plastik merupakan suatu bahan polimer yang tidak mudah terdekomposisi


oleh mikroorganisme pengurai karena sifat-sifat khusus yang dimilikinya yaitu
suatu polimer rantai panjang sehingga bobot molekulnya tinggi di mana atom-
atom penyusunnya saling mengikat satu sama lain. Nama plastik mewakili ribuan
bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia.

Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan


besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastik dan yang bersifat thermoset.
Thermoplastik dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi
bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat
dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastik.

Jenis-jenis plastik

Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah


dalam bentuk thermoplastik. Tanda pengenal plastik itu sendiri dibagi menjadi 7
kelompok, yaitu angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, angka 5, angka 6, dan
angka 7 yang masing-masing memiliki karakteristik khusus.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Plastik yang kodenya angka 1 atau Polyetilene tereftalat (PET)


merupakan polyester linier yang mempunyai titik leleh 265 0C. Plastik jenis ini
berwarna jernih atau transparan dan banyak dipakai untuk botol air mineral, jus,
dan hampir semua botol minuman ringan lain. Polimer ini dibuat dari reaksi
polikondensasi yang dipreparasi dari asam tereftalat dan etilena glikol, biasanya
dibuat dalam bentuk padatan atau dalam larutan dengan memakai etilena glikol
berlebih untuk menaikkan laju esterifikasi.

Secara umum kode plastik berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam
segitiga akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga, dengan
contoh dan penjelasan sebagai berikut:

1. PET — Polyethylene Terephthalate


Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga. Plastik jenis ini biasa dipakai untuk botol plastik
yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan
hampir semua botol minuman lainnya.

Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %),
dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol
kemasan 30 %) Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai
terutama apabila digunakan untuk menyimpan air hangat/panas, karena akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Di dalam pembuatan PET, digunakan bahan yang disebut dengan


antimoni trioksida pada saat pengolahan ataupun daur ulangnya. Antimoni
trioksida berbahaya bagi para pekerja karena senyawa ini masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernafasan akibat menghirup debu yang mengandung antimoni
trioksida. Jika terkontaminasi senyawa ini dalam periode yang lama akan
mengakibatkan iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa
ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran. Jika dapat melahirkan,
anak kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga usia
12 bulan.
Ardilasunu Wicaksono 2010

2. HDPE — High Density Polyethylene


Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang
dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di
bawah segitiga. Plastik jenis ini biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna
putih susu, tupperware, galon air minum, kursi lipat, dan lain-lain. HDPE
merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan
HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan
terhadap suhu tinggi. Sama halnya seperti PET, HDPE juga direkomendasikan
hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa antimoni trioksida
yang dapat terus meningkat seiring waktu.

3. V-PolyvinylChloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V yang berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik jenis ini bisa ditemukan pada plastik
pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA yang dapat
bereaksi dengan makanan yang dikemas saat bersentuhan langsung dengan
makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu -15oC.

Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan. Sebaiknya
dicari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan
pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun
pisang misalnya).

PVC adalah salah satu terbesar sumber dioxin dunia ini. Dioksin dibuat
ketika PVC plastik dibakar dalam insinerator, kompor rumah tangga, pembakaran
sampah terbuka, dan kebakaran kecelakaan di gedung dan kendaraan. Dioksin
dibuat selama pembuatan PVC sehingga limbah produksi kaya akan dioxin yang
sangat beracundan berbahaya. Bahan kimia tambahan beracun tersebut
digabungkan dalam produk PVC.
Ardilasunu Wicaksono 2010

4. LDPE — Low Density Polyethylene


Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastik/dibuat dari
minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-
botol yang lembek. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus
cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 oC
sangat resisten terhadap senyawa kimia. Daya proteksi terhadap uap air
tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang


memerlukan fleksibilitas maupuni kuat dan memiliki resistensi yang baik terhadap
reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang
dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan
makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Plastik jenis ini
biasa pada botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Polipropilen lebih
kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik
terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Plastik ini
dianggap paling baik untuk untuk kemasan berbagai makanan dan minuman.

6. PS — Polystyrene
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya serta tulisan PS
(polystyrene). Plastik ini ditemukan tahun 1839 oleh Eduard Simon, seorang
apoteker dari Jerman secara tidak sengaja. PS biasa dipakai sebagai bahan
tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan lain-lain. Bahan ini
dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar
(cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan
mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan


bahan styrene ke dalam makanan ketika bersentuhan dengan makanan. Selain
tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan
dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari, karena berbahaya untuk
kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada
masalah reproduksi, mengganggu pertumbuhan dan sistem syaraf. Plastik ini
pun sulit untuk didaur ulang karena memerlukan proses yang sangat panjang
dan lama.

7. OTHER
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER (SAN - styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC -
polycarbonate, Nylon). Bahan-bahan ini dapat ditemukan pada tempat makanan
dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah
tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.

PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak


batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan
minuman, termasuk kaleng susu formula. Plastik ini dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi
merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,
dan mengubah fungsi imunitas.

Plastik jenis ini dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat


makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam
minuman atau makanan jika suhunya naik karena pemanasan. Botol susu sangat
mungkin mengalami proses pemanasan untuk tujuan sterilisasi dengan cara
merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air
panas.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
Biasanya jenis ini terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan
sebagai bahan mainan lego dan pipa. SAN dan ABS merupakan salah satu
bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Limbah plastik

Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus


meningkat. Data BPS menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor
Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton
sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun
waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai
konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Komposisi
sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3%
dari total sampah rumah tangga.

Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik


setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat
yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara
alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya
akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari


bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah dari plastik ini
sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik
itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara
sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak
bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa
menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa ditemukan di hampir
seluruh aktivitas hidup masyarakat.

Kita diharapkan dapat menggunakan kembali (reuse) kantung plastik


yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah
mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan
(reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik
menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Di supermarket negara China,
setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak
membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan
pihak supermarket.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Pengelolaan limbah plastik

Pengelolaan limbah plastik dengan pemakaian kembali

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan


plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya
dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik
dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang
(recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga
umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda,
misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember.
Sisi negatif pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering
digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota
besar

Pernah dilakukan inovasi baru dengan memanfaatkan kembali limbah


gelas plastik untuk dijadikan rancangan busana. Limbah yang semula
mencemarkan dan merusak lingkungan sekarang dimanfaatkan sebagai inspirasi
rancangan busana. Limbah gelas plastik yang dipakai sebagai hiasan pengganti
atau sebagai busana kreasi baru baik estetika atau fungsional sehingga dapat
menambah nilai keindahan pada busana tersebut.

Pengelolaan limbah plastik dengan daur ulang

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan


oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik
dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk
tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen,
tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi
masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan
sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat
seperti besi dan sebagainya.

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di


Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan
secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat
dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga
pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan
Ardilasunu Wicaksono 2010

biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang


plastik di Indonesia.

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-


barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik
(80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan
pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan
kualitas. Empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu
polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

Proses daur ulang merupakan cara termurah untuk mendapatkan bahan


baku plastik bagi industry hilir dibandingkan pembuatan bahan baku dari naphta
dengan proses petrokimia yang canggih. Limbah plastik dapat didaur ulang
dengan beberapa cara, yaitu dengan proses pemanasan ulang (thermal
reprocessing), depolimerisasi, serta penghancuran atau pemotongan plastik
menjadi bagian-bagian kecil yang akan digunakan sebagai filler.

Pada proses pemanasan ulang limbah plastik dipanaskan kembali ke titik


lelehnya kemudian dibentuk menjadi produk lain sengan kualitas yang lebih
rendah, sedangkan depolimerisasi dilakukan untuk mendapatkan kembali
senyawa kimia dasar dari limbah tersebut dengan bantuan pemanasan dan
katalis. Penggunaan limbah plastik sebagai filler saat ini mulai dikembangkan,
antara lain untuk cement mortars dan campuran aspal.

Plastik daur ulang dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu
plastik yang didaur ulang langsug dari industry (post-industry), dan plastik yang
didaur ulang langsung dari industry (post industry), dan plastik yang didaur ulang
dari rumah tangga (post-consumen). Plastik yang didaur ulang ulang langsung
dari perindustrian lebih mudah diperoleh dan kualitasnya hampir sama dengan
bahan plastik murni, karena merupakan bagian yang tidak dapat digunakan dari
proses pembuatan produk jadi. Adapun limbah plastik yang didaur ulang dari
post-consumen sering menjadi masalah, karena selain jenisnya beragam
diperkirakan produknya telah terkontaminasi subdtansi lain seperti resin. Untuk
mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui
tiga tahapan sederhana, yaitu pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat
besi dan sebagainya.
Ardilasunu Wicaksono 2010

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali


sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik
daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun
1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat
tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik
daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan
bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai.

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia


masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan
komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, Pertama plastik dijadikan sebagai
binder sedangkan kayu sebagai komponen utama, kedua kayu dijadikan bahan
pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan
plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam
pembuatan papan partikel telah dilakukan.

Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan


kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional.
Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan
Setyawati (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam
pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik
dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur
permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
Ardilasunu Wicaksono 2010

KESIMPULAN

Salah satu limbah hasil dari aktivitas manusia adalah plastik. Hasil dari
buangan benda berbahan plastik menjadi limbah yang meresahkan masyarakat.
Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam
bentuk thermoplastik. Tanda pengenal plastik itu sendiri dibagi menjadi tujuh
kelompok yang memiliki karakteristik biologis dan kimia tersendiri. Pengelolaan
limbah plastik dapat digunakan dengan pemakaian kembali plastik bekas pakai
(reuse), mendaur ulang plastik (recycle), dan dapat menjadikan plastik sebagai
matriks suatu bahan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Gusdiwanto .2008. http://gusdiwanto.multiply.com/journal/item/61 [11 November


2010].

Macklin B .2009. Pengolahan Limbah Plastik Dengan Metode Daur Ulang


(Recycle). http://onlinebuku.com/2009/01/20/pengolahan-limbah-plastik-
dengan-metode-daur-ulang-recycle [11 November 2010].

Nurfiana Y .2010. Plastik, Limbah Plastik, dan Recycle. Yogyakarta: Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

Oktawiyanti DS .2006. Pemanfaatan Limbah Gelas Plastik pada Busana Kreasi


Baru. Tugas Akhir D3 Teknologi Jasa dan Produksi Busana. Semarang:
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Setyawati D .2003. Komposit Serbuk Kayu Plastik Daur Ulang: Teknologi


Alternatif Pemanfaatan Limbah Kayu dan Plastik. Makalah Falsafah
Sains. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Setyawati D .2009. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa dan Plastik Daur Ulang
untuk Papan Komposit Berlapis Anyaman Bambu [disertasi]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Suryana A .2010. Daur Ulang Sampah. http://waroenggaroet.webnode.com/


news/website-launched [11 November 2010].

You might also like