Professional Documents
Culture Documents
Tugas Kedua Alga Merah
Tugas Kedua Alga Merah
Abstract
Indonesia is a maritime country with abundant marine resources. One of them is algae which
spread almost all over Indonesian waters including in sea area of Luk, Sumbawa. The type of
potential algae that has the greatest number of primary and secondary metabolite coumpounds
is the red algae. This research aims to discover antibacterial activity of rough extract of red
algae from Luk beach. The study included the identification of red algae based on
morphological characteristics, followed by extracting red algae using maceration method with
aquadest solvent previously performed in three sample preparations ie drying (27 °C), heating
(70-80 °C) and cooling (-10 °C), each tested with concentration 20, 40, 60, 80 and 100% were
then tested in vitro against Salmonella thypi and Staphylococcus aureus. The results of the
identification of three species of red algae obtained from Luk beach were Gracilaria salicornia,
Galaxaura sp, and Halymenia sp. Antibacterial test of rhodophyta showed different inhibitory
zones in each species against both pathogenic bacteria. Each rough extract of red algae has
different optimum extract preparation method. The largest inhibitory zone of Gracilaria
salicornia extract to S. thypi on drying method with 100% concentration and to S. aureus on
cooling method with 60% concentration; extract of Galaxaura sp to S. thypi on cooling method
(100%), to S. aureus on drying method (80%); extract of Halymenia sp to S. thypi on heating
method (40%), to S. aureus on heating method (80%).
Keywords: red algae, antibacterial, S. thypi, S. aureus, Luk beach
Abstrak
Indonesia termasuk negara maritim yang memiliki sumber kekayaan alam laut yang melimpah.
Salah satunya yaitu alga yang persebarannya hampir di seluruh perairan Indonesia termasuk
di kawasan laut Luk, Sumbawa. Jenis alga potensial yang memiliki paling banyak kandungan
senyawa metabolit primer dan sekunder adalah alga merah. Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kasar alga merah dari pantai Luk. Penelitian ini
meliputi pengidentifikasian alga merah berdasarkan ciri morfologi, dilanjutkan dengan
mengekstraksi alga merah menggunakan metode maserasi dengan pelarut akuades yang
sebelumnya dilakukan tiga preparasi sampel yaitu pengeringan (27 °C), pemanasan (70-80 °C)
dan pendinginan (-10 °C), masing-masing diuji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan
100% kemudian diuji secara in vitro terhadap Salmonella thypi dan Staphylococcus aureus.
Hasil identifikasi dari tiga spesies alga merah yang didapatkan dari pantai Luk yaitu Gracilaria
salicornia, Galaxaura sp, dan Halymenia sp. Pengujian antibakteri alga merah menunjukkan
zona hambat yang berbeda pada setiap spesies terhadap kedua bakteri patogen. Masing-masing
ekstrak kasar alga merah memiliki metode preparasi ekstrak optimal yang berbeda. Zona
hambat terbesar dari ekstrak Gracilaria salicornia terhadap S. thypi pada metode pengeringan
dengan konsentrasi 100% dan terhadap S. aureus pada metode pendinginan dengan konsentrasi
60%. Ekstrak Galaxaura sp terhadap S. thypi pada metode pendinginan (100%), terhadap S.
aureus pada metode pengeringan (80%). Ekstrak Halymenia sp terhadap S. thypi pada metode
pemanasan (40%), terhadap S. aureus pada metode pemanasan (80%).
Kata kunci: alga merah, antibakteri, S. thypi, S. aureus, pantai Luk
(Iwaki Ecan HPS-2002), mikropipet (Thermo dengan perbandingan 1:1 selama 2 x 24 jam
Scientific), Biosafety Cabinet (BioBase pada 27 °C. Hasil maserasi dipisahkan antara
11231BBC 86), inkubator (Memmert IN75), filtrat dan residunya dengan penyaringan,
seperangkat alat kaca (Pyrex Iwaki) (gelas sehingga diperoleh ekstrak kasar.
beaker, gelas ukur, labu erlenmeyer, batang
Peremajaan Bakteri Uji
pengaduk kaca, tabung reaksi, cawan petri), ose,
rak tabung reaksi, tube falcon (Violamo), batang Bakteri Salmonella thyphi dan
segitiga, timbangan (Precisa XT220A), Staphylococcus aureus yang berasal dari biakan
autoclave (GEA YX-18LM), lemari pendingin murni, masing-masing diambil sebanyak satu ose
(GEA), spatula, bunsen, dan pinset. kemudian ditumbuhkan atau diinokulasikan
Bahan yang digunakan adalah sampel alga dengan cara digores pada medium Nutrient Agar
merah, biakan murni bakteri S. thypi dan S. (NA) miring. Kultur bakteri pada agar miring
aureus, media NB (Nutrient Broth), agar, diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam
akuades, kertas cakram, alumunium foil, kapas, (Nurwahida, 2018).
alkohol 70%, tissue, sarung tangan lateks,
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
masker.
Bakteri uji yang telah diremajakan selama
Tahapan Penelitian 24 jam, masing-masing diambil satu ose
Pengambilan Sampel kemudian disuspensikan ke dalam media
Nutrient Broth (NB), setelah itu dihomogenkan.
Sampel diambil di perairan Laut Luk,
Kultur cair diinkubasi pada suhu 37 °C selama
Sumbawa dan pengambilan sampel dilakukan
24 jam (Nuria, 2010). Kekeruhan pada media
saat air laut mencapai surut. Sampel yang
diamati yang menandakan adanya perbanyakan
digunakan adalah alga merah yang tanpa
sel bakteri (Lestari dkk., 2014).
memperhatikan umur tumbuhan. Sampel yang
telah diambil dibersihkan dari substratnya dan Penyiapan Bahan Ekstrak Alga Merah dalam
dicuci hingga bersih (Sukmawaty dkk., 2016). Berbagai Konsentrasi
Identifikasi Alga Merah Ekstrak kasar dari ketiga metode berbeda
dimasukkan dalam botol pengenceran masing-
Identifikasi dari setiap genus dan spesies
masing 200 µL, 400 µL, 600 µL, 800 µL dan
yang didapatkan, didasarkan pada pengamatan
1000 µL. Selanjutnya ditambahkan dengan
morfologi dan pedoman praktis identifikasi alga
akuades steril hingga masing-masing larutan
laut (Atmaja, dkk., 1996; Trono, 1997).
berjumlah 1 mL. Hasil pengenceran tersebut
Ekstraksi Sampel diperoleh ekstrak dengan berbagai konsentrasi
berbeda, masing-masing 20%, 40%, 60%, 80%
Sampel yang telah dibersihkan selanjutnya
dan 100%. Selanjutnya kelima konsentrasi
masing-masing jenis alga diberlakukan dengan
ekstrak dalam botol tersebut dihomogenkan
tiga metode berbeda yaitu dibekukan pada suhu -
dengan cara digojok.
10 °C selama 24 jam, dipanaskan selama 1 jam
pada suhu 70-80 °C, dan dikeringkan dengan Uji Aktivitas Antibakteri
cara dijemur tanpa penyinaran matahari secara
Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara
langsung selama 4 hari untuk menghindari
in vitro menggunakan uji sensitivitas antibakteri
berubah atau rusaknya komponen senyawa
dengan metode difusi agar dengan menggunakan
bioaktif yang terdapat pada sampel. Alga merah
kertas cakram (Bachtiar dkk., 2012). Kertas
kemudian dihaluskan mengunakan mortar pistil
cakram direndam dalam larutan ekstrak kasar
guna memecah dinding sel sampel dan
dan larutan kontrol (akuades steril) masing-
memperluas permukaan sampel, sehingga
masing sebanyak 9 lembar selama 30 menit.
mempermudah kontak antara pelarut dan sampel,
Media pertumbuhan bakteri uji yang digunakan
senyawa bioaktif yang terdapat dalam sampel
media NA. Sebanyak 100 µL bakteri uji yang
dapat terbawa sempurna saat ekstaksi maserasi
telah dikultur selama 24 jam diratakan
(Setyati dkk., 2017). Kemudian dimaserasi
menggunakan spreader/batang segitiga pada
dengan menggunakan pelarut air/akuades steril
media pertumbuhan bakteri. Selanjutnya kertas antibakteri yang diolah secara statistik dengan
cakram yang telah direndam pada masing- Analysis of Variance (ANOVA), apabila
masing ekstrak dan kontrol negatif ditempelkan perlakuan yang diberikan menunjukkan
pada permukaan media NA yang telah diolesi pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan
suspensi bakteri. Letak kertas cakram pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf
permukaan media diatur sedemikian rupa dan kepercayaan 95% yang bertujuan untuk
tidak terlalu berdekatan agar zona hambat yang mengetahui metode preparasi ekstrak dan
terbentuk nantinya tidak saling bertabrakan satu konsentrasi perlakuan yang terbaik. Analysis of
sama lainnya. Masing-masing perlakuan dengan Variance (ANOVA) maupun uji Jarak Berganda
tiga ulangan. Cawan petri kemudian diinkubasi Duncan dilakukan dengan menggunakan SPSS
pada suhu 37 °C selama 24 jam. Setelah masa versi 16 (Bachtiar dkk., 2012).
inkubasi 24 jam, pertumbuhan bakteri dan zona
bening yang timbul di sekitar kertas saring
diukur diameternya. Diameter zona hambat Hasil dan Pembahasan
ditentukan dengan cara mengurangi diameter
keseluruhan (cakram + zona hambatan) dengan Identifikasi Alga Merah
diameter cakram (6 mm) dan diameter zona Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ciri-ciri
hambat pelarut (jika pelarut memberikan zona sampel alga yang diketahui bahwa termasuk
hambatan) (Andriani dkk., 2015). kelompok alga merah yang ada di Pantai Luk
Analisis Data berjumlah 3 jenis. Klasifikasi 3 jenis alga merah
yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Data yang telah diperoleh berupa nilai
diameter zona hambat hasil uji aktivitas
Identifikasi jenis alga anggota divisi alga aktivitas mikroorganisme (jamur maupun
merah yang ditemukan di Pantai Luk bakteri) dan menghindari kerusakan senyawa
diidentifikasi dengan pengamatan karakter aktif pada sampel yang tidak tahan panas
morfologi. Struktur morfologis alga merah mulai (Alfiyaturohmah dkk., 2014). Sampel dibekukan
dari bentuk filament, bercabang, berbentuk bulu, pada suhu -10 °C untuk mempermudah proses
dan lembaran. Pengamatan karakter ini lebih penghalusan dan mendapatkan ekstrak dari alga
cepat dan lebih mudah untuk dilakukan dalam segar, sedangkan dipanaskan pada suhu 70-80 °C
identifikasi (Oryza dkk., 2017). Hasil identifikasi bertujuan untuk membantu merusak dinding sel
karakter morfologi adalah sebagai berikut: alga sehingga mempermudah proses ekstraksi.
Gracilaria salicornia, bentuk talus bulat, Penghalusan dilakukan dengan tujuan
licin, berbuku-buku atau bersegmen-segmen, memperluas permukaan sampel, sehingga
berbentuk rumpun. Percabangan talus berbentuk mempermudah kontak antara pelarut dan sampel
polystichous atau banyak cabang pada talus pada saat ekstraksi maserasi. Ekstraksi senyawa
utama. Bentuk holdfast yang melekat pada aktif alga merah menggunakan metode maserasi
substrat yaitu rhizoid. Alga ini memiliki warna dengan pelarut air/akuades. Metode maserasi
talus hijau dan kuning di bagian apeks thalli. dipilih karena metode ini menguntungkan dalam
Habitatnya pada karang, berpasir dan di daerah isolasi bahan alam disebabkan karena dengan
rataan terumbu karang yang tumbuh menempel. perendaman, sampel alga akan mengalami
Spesies alga ini biasanya ditemukan pada daerah pemecahan dinding dan membran sel akibat
pasang surut. Sering terdampar ke pantai karena perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar
tidak kuat menempel pada substrat sehingga sel sehingga metabolit sekunder yang ada di
mudah terbawa oleh ombak (Langoy dkk., dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut
2011). (Hanapi dkk., 2013). Penggunaan pelarut air
Galaxaura sp., holdfast tipe rhizoid, talus pada proses ekstraksi senyawa aktif pada alga
berbentuk pipih, talus berwarna merah dengan dikarenakan air bersifat polar. Menurut
bagian ujung berwarna merah muda hingga Suryaningrum dkk. (2006) ekstrak senyawa
kuning. Percabangan dichotomous, sekat terlihat bioaktif lebih banyak yang bersifat polar
di beberapa bagian. Bagian ujung tidak terlihat daripada nonpolar pada beberapa spesies alga
berlubang karena talus pipih. Jenis alga ini seperti Halymenia harveyana dan Eucheuma
ditemukan pada karang dan pasir, talus dapat cottoni. Selain itu, di antara pelarut yang sifatnya
mencapai tinggi 9-10 cm (Oryza dkk., 2017). polar, air dapat dikatakan paling aman dan
Halymenia sp, memiliki talus yang mudah didapatkan.
gepeng, licin, bergelatin, warna merah tua atau
merah muda. Memiliki percabangan berselang Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Kasar
seling tak teratur pada kedua sisi talus. Talus Alga Merah Gracillaria salicornia
bagian bawah biasanya melebar dan mengecil ke Uji aktivitas antibakteri merupakan
bagian puncak. Ujung talus Halymenia sp metode pengujian yang dilakukan untuk
bercabang, rimbun, dan bergerigi (Handayani mengetahui kemampuan suatu bahan dalam
dkk., 2014). menghambat pertumbuhan bakteri (Andriani
Preparasi Sampel dan Ekstraksi Alga Merah dkk., 2015). Pengujian ini dilakukan terhadap
bakteri S. thypi (Gram negatif) dan bakteri S.
Sampel yang digunakan dalam penelitian aureus (Gram positif) secara in vitro dengan
ini adalah alga merah yang diperoleh dari Pantai metode difusi cakram. Penentuan zona hambat
Luk, Sumbawa. Sampel diberi perlakuan dilakukan dengan cara mengamati zona bening
berbeda pada tahap preparasi sampel yaitu yang berada di zona terluar kertas cakram yang
sampe dikeringkan, dibekukan, dan dipanaskan. mengandung ekstrak alga merah pada media
Sampel dikeringkan untuk menurunkan kadar agar yang telah ditumbuhi bakteri. Semakin
air. Pengeringan dilakukan pada suhu 27 °C besar zona hambat maka semakin besar pula
bertujuan untuk meminimalisir kadar air yang kemampuan ekstrak alga merah dalam
terkandung dalam alga sehingga menghambat menghambat pertumbuhan bakteri.
Preparasi sampel dari ekstrak kasar alga merah merah pada media agar yang ditumbuhi bakteri,
Galaxaura sp dalam menghambat pertumbuhan terdapat pertumbuhan koloni bakteri S. thypi dan
bakteri Salmonella thypi dari hasil pengamatan S. aureus dan tidak ada zona hambat yang
setelah inkubasi 24 jam yaitu pada metode terbentuk. Hal ini menunjukkan pelarut akuades
pendinginan pada konsentrasi 100% sebesar 2,33 yang digunakan pada pengenceran ekstrak alga
mm. Sedangkan pengujian ekstrak kasar merah tidak bersifat bakterisidal terhadap bakteri
terhadap S. aureus metode yang menunjukkan uji, terbukti dengan pertumbuhan normal dan
zona hambat terbesar yaitu pengeringan dengan tidak adanya zona hambat pada kontrol. Selain
konsentrasi 80% sebesar 4,33 mm yang berbeda itu juga sebagai indikator pertumbuhan bakteri
sangat nyata terhadap kontrol. Kontrol yang uji secara normal pada berbagai perlakuan dan
digunakan yaitu kertas cakram yang tidak terkontaminasi oleh bakteri lain (Bachtiar
mengandung pelarut akuades tanpa ekstrak alga dkk., 2012).
Tabel 2. Hasil Pengamatan Aktivitas Antibakteri Gracillaria salicornia
Diameter Zona Hambat (mm)
Perlakuan
S. thypi S. aureus
Kontrol (0) 0,00a 0,00a
ab
Pengeringan 20% 1,00 1,33bcde
cd
Pengeringan 40% 8,67 1,00abcd
ab
Pengeringan 60% 3,67 0,00a
Pengeringan 80% 10,33d 1,33bcde
Pengeringan 100% 11,67d 1,67cde
a
Pemanasan 20% 0,00 0,67abc
bc
Pemanasan 40% 5,00 1,00abcd
a
Pemanasan 60% 0,00 1,33bcde
cd
Pemanasan 80% 8,33 0,33ab
a
Pemanasan 100% 0,00 0,33ab
ab
Pendinginan 20% 3,33 2,00de
a
Pendinginan 40% 0,00 2,00de
Pendinginan 60% 0,00a 2,33e
Pendinginan 80% 0,00a 2,00de
a
Pendinginan 100% 0,00 1,67cde
Keterangan: uji analisis jarak berganda ducan dengan taraf kepercayaan 95%. Rata-rata dari 3 ulangan.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Aktivitas Antibakteri Galaxaura sp.
Diameter Zona Hambat (mm)
Perlakuan
S. thypi S. aureus
Kontrol (0) 0,00a 0,00a
bc
Pengeringan 20% 1,67 1,00ab
abc
Pengeringan 40% 1,33 1,00ab
Pengeringan 60% 2,00bc 4,00cd
Pengeringan 80% 0,00a 4,33d
a
Pengeringan 100% 0,00 0,00a
a
Pemanasan 20% 0,00 0,67ab
a
Pemanasan 40% 0,00 2,33abcd
a
Pemanasan 60% 0,00 1,33ab
a
Pemanasan 80% 0,00 3,00bcd
ab
Pemanasan 100% 0,67 3,00bcd
Pendinginan 20% 1,67bc 1,67abc
Pendinginan 40% 2,00bc 2,33abcd
bc
Pendinginan 60% 1,67 2,67bcd
a
Pendinginan 80% 0,00 2,67bcd
c
Pendinginan 100% 2,33 2,67bcd
Keterangan: uji analisis jarak berganda ducan dengan taraf kepercayaan 95%. Rata-rata dari 3 ulangan.
Hasil zona hambat dari ekstrak kasar pertumbuhan S. thypi dan S. aureus. Hasil
Galaxaura sp. menunjukkan kemampuan pegamatan zona hambat dari ekstrak kasar alga
menghambat bakteri yang lebih besar terhadap S. merah Halymenia sp terhadap S. thypi setelah
aureus dibandingkan S. thypi baik pada metode inkubasi selama 24 jam menunjukkan metode
pengeringan, pemanasan maupun pendinginan. preparasi pemanasan dengan konsentrasi 40%
Kemampuan biologis setiap bakteri juga yang menunjukkan kemampuan penghambatan
berbeda-beda dalam merespon bahan antibakteri. paling tinggi dengan diameter 15,00 mm. Sama
Salah satu faktor yang paling berpengaruh halnya pada S. aureus metode preparasi dengan
terhadap hal tersebut adalah perbedaan struktur hasil zona hambat terbesar yaitu pemanasan
dinding sel antara bakteri Gram negatif dan dengan konsentrasi 80% sebesar 3,67 mm.
Gram positif. Komponen yang dimiliki oleh Kemampuan senyawa aktif Halymenia sp dalam
bakteri Gram positif terdiri dari komponen asam menghambat S. aureus tidak berbeda jauh pada
teikhioat, asam teikhuronat, dan polisakarida. S. thypi tetapi lebih luas menghambat pada
Sedangkan komponen bakteri Gram negatif metode pengeringan. Seperti halnya pada
terdiri atas lipoprotein, selaput luar, dan penelitian yang dilakukan Rahelivao dkk.
lipopolisakarida. Selaput luar dinding sel bakteri (2015), ekstrak metanol dari Halymenia sp.
Gram negatif merupakan selaput ganda ditemukan sangat aktif terhadap Staphylococcus
fosfolipid yang sebagian besar dianti dengan aureus dan Streptococcus pneumoniae, tetapi
molekul lipopolisakarida. Selaput luar kurang aktif terhadap Bacillus cereus, dan tidak
mempunyai sifat permeabilitas terhadap zat aktif aktif terhadap Enterobacter cloacae, Klebsiella
yang ada tidak dapat masuk ke dalam sel bakteri, oxytoca, Escherichia coli, Salmonella enteridis,
akibatnya bakteri sukar dirusak atau dihambat dan Candida albicans.
pertumbuhannya (Dali dkk., 2011). Sehingga Halymenia sp. berpotensi sebagai
pada pengujian ekstrak Galaxaura sp lebih aktif antibakteri. Hal tersebut terkait dengan sebagian
pada S. aureus (Gram positif) daripada S. thypi besar senyawa yang ditemukan pada Halymenia
(Gram negatif). berasal dari kelompok asam lemak yang
Adanya zona hambat karena Galaxaura menunjukkan aktivitas antibakteri, antiinflamasi,
sp. mengandung metabolit sekunder yang dan antijamur dan alkane, asetat, amida, alkenil,
berpotensi sebagai senyawa antibakteri yaitu alkohol serta kelompok steroid (Maheswari dan
senyawa flavonoid, saponin, glikosida, dan Reena, 2017). Penggunaan pelarut akuades pada
steroid/triterpenoid (Sagala, 2013). Golongan proses ekstraksi kemungkinan menyebabkan
senyawa flavonoid sebagai antibakteri bekerja kecilnya zona hambat yang dihasilkan karena
dengan merusak membran sel bakteri dan diikuti tidak dapat melarutkan kelompok asam lemak
keluarnya senyawa intraseluler dengan cara tersebut.
membentuk senyawa kompleks dengan protein Perbedaan zona hambat pada berbagai
ekstraseluler dan terlarut. Selain itu, flavonoid metode dan konsentrasi berbeda karena adanya
juga berperan dalam inhibisi pada sintesis DNA- perbedaan kandungan zat antibakteri terhadap
RNA dan dapat menghambat metabolisme masing-masing ekstrak, sehingga menyebabkan
energi (Ngajow dkk., 2013). Senyawa lain perbedaan kemampuan dalam menghambat
seperti saponin bekerja sebagai antibakteri pertumbuhan bakteri. Aktivitas antibakteri
dengan membuat kebocoran protein dan enzim tergantung dari spesies alga dan efesiensi
dari dalam sel. Saponin memiliki zat aktif yang ekstraksi senyawa aktif (Hamza dkk., 2014).
permukaannya mirip detergen, sehingga saponin Selain itu, hal ini juga kemungkinan disebabkan
dapat menurunkan tegangan permukaan dinding oleh rendahnya konsentrasi kandungan zat aktif,
sel bakteri dan merusak permeabilitas membran resistensi dari bakteri terhadap substansi bioaktif
(Ernawati dan Sari, 2015). serta jumlah inokulum bakteri atau kepadatan
bakteri uji, sehingga ekstrak tersebut tidak dapat
Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Kasar
menghambat bakteri secara optimal.
Alga Merah Halymenia sp.
Hasil uji ANOVA dari ekstrak Halymenia
sp. berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
Hamza, A.H., Al-Bishri, W., Omar, H.H. dan Danial, E.N. Staphylococcus aureus secara In Vitro. Jurnal
2014. Potential Antimicrobial, Antioxidant and MIPA Unsrat Online, 2 (2): 128-132.
Anityrosenase Activities Achieved by Selected
Species of Marine Macroalgae. Journal of Pure Nuria, M.C. 2010. Antibacterial Activities from Jangkang
and Applied Microbiology, 8 (1): 257-265. (Homalocladium platycladum (F.Muell) Bailey)
Leaves. MEDIAGRO, 6 (2): 9-15.
Hanapi, A., Fasya, A.G., Mardiyah, U. dan
Miftahurrahmah. 2013. Uji Aktivitas Nurmala. 2015. Pola Bakteri, Resistensi dan Sensitivitasnya
Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Metanol terhadap Antibiotik Berdasarkan Hasil Kultur
Alga Merah Eucheuma spinosum. ALCHEMY: pada Spesimen Pus di Rumah Sakit Umum
Journal of Chemistry, 2 (2): 126-137. Dokter Soedarso Pontianak Tahun 2011-2013.
Laporan Penelitian. Fakultas Kedokteran
Handayani, S., Setia, T.M. dan Rahayu, S.E. 2014. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Pengenalan Makroalga Indonesia. Jakarta:
Dian Rakyat. Nurmareta, Y. 2014. Uji Sitotoksik Ekstrak Alga Spirulina
platensis terhadap Sel Kanker Leukemia P-388
Kasanah, N., Triyanto, Seto, D.S., Amelia, W. dan dan Sel Kanker Payudara T47D. [Skripsi].
Isnansetyo, A. 2015. Antibacterial Compounds Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
from Red Seaweeds (Rhodophyta). Indones. J. Purwokerto. Purwokerto.
Chem.,15 (2): 201-209.
Nurwahida. 2018. Uji Aktivitas Ekstrak Cacing Laut
Langoy, M.L.D., Saroyo, Dapas, F.N.J., Katili, D.Y. dan Perinereis aibuhitensis dalam Menghambat
Hamsir, S.B. 2011. Deskripsi Alga Makro Di Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung. dan Salmonella typhi. [Skripsi]. Fakultas
Jurnal Ilmiah Sains, 11 (2): 219-224. Matermatika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lestari, N., Roza, R.M. dan Martina, A. 2014. Analisis
Fisiologi Bakteri Lignoselulolitik dan Oryza, D., Mahanal, S. dan Sari, M.S. 2017. Identifikasi
Aktinomisetes Selulolitik dan Ligninolitik dari Rhodophyta sebagai Bahan Ajar Di Perguruan
Tanah Gambut Desa Rimbo Panjang Kabupaten Tinggi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
Kampar sebagai Agen Biokompos. JOM dan Pengembangan, 2 (3): 309-314.
FMIPA, 1 (2): 571-580.
Pramesti, R., Setyati, W.A. dan Zainuddin, M. 2017.
Lutfiyanti, R., Ma’ruf, W.F. dan Dewi, E.N. 2012. Aktivitas Senyawa Metabolit Sekunder Rumput Laut
Antijamur Senyawa Bioaktif Ekstrak Gelidium Coklat Sargassum polycystum yang Berpotensi
latifolium terhadap Candida albicans. Jurnal Sebagai Antibakteri Escherichia coli Multi
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, Drug Resistent. Seminar Nasional Kelautan XII.
1 (1): 1-8. Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas
Hang Tuah. Surabaya, 20 Juli 2017.
Maduriana, I M. dan Sudira, I W. 2009. Skrining dan Uji
Aktivitas Antibakteri Beberapa Rumput Laut Rahelivao, M.P., Gruner, M., Andriamanantoanina, H.,
dari Pantai Batu Bolong Canggu dan Serangan. Andriamihaja, B., Bauer, I. dan Knolker, H.J.
Buletin Veteriner Udayana, 1 (2): 69-76. 2015. Red Algae (Rhodophyta) from the Coast
of Madagascar: Preliminary Bioactivity Studies
Maheswari, U.M. dan Reena, A. 2017. Phytochemical and Isolation of Natural Products. Marine
Profiling of the Red Seaweed, Halymenia drugs, 13: 4197-4216.
dilatata by GC-MS Analysis. International
Journal of Pharma Sciences and Research, 8 Sagala, N.S. 2013. Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas
(8): 167-172. Antibakteri Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat
serta Etanol Alga Merah (Galaxaura
Marianingsih, P., Amelia, E. dan Suroto, T. 2013. oblongata). [Skripsi]. Fakultas Farmasi
Inventarisasi dan Identifikasi Makroalga di Universitas Sumatera Utara. Medan.
Perairan Pulau Untung Jawa. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung: 219- Sareong, W. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Kasar Alga
223. Lampung, 10-12 Mei 2013: FMIPA Unila. Merah Eucheuma cottonii sebagai Antibakteri
terhadap Bakteri Patogen. [Skripsi]. Fakultas
Moosa, M.K. 1999. Sumberdaya Laut Nusantara, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Keanekaragaman Hayati Laut dan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Pelestariannya. Loka Karya Keanekaragaman
Hayati Laut. Pemanfaatan Secara Lestari Setyati, W.A., Pramesti, R., Zainuddin, M. dan Surur, M.
Dilandasi Penelitian dan Penyelamatan. Widy 2017. Uji Konsentrasi Minimum Bakteriosidal
Graha LIPI. Jakarta, 23 Februari 1999. (MBC) Staphylococcus aureus MDR pada
Senyawa Bioaktif Ekstrak Rumput Laut Coklat
Ngajow, M., Abidjulu, J. dan Kamu, V.S. 2013. Pengaruh Sragassum crassifolium dari Pulau Panjang
Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa Jepara. Seminar Nasional Kelautan XII.
(Pometia pinnata) terhadap Bakteri Universitas Hang Tuah. Surabaya.
Simanjuntak, P. 1995. Senyawa Bioaktif dari Alga. Hayati, Suparmi dan Sahri, A. 2009. Mengenal Potensi Rumput
2 (2): 49-54. Laut: Kajian Pemanfaatan Sumber Daya
Rumput Laut dari Aspek Industri dan
Srikong, W., Mittraparp-arthorn, P., Rattanaporn, O., Kesehatan. Sultan Agung, 44 (118): 95-116.
Bovornreungroj, N. dan Bovornreungroj, P.
2015. Antimicrobial Activity of Seaweed Suryaningrum, T.D., Wikanta, T. dan Kristiana, H. 2006.
Extracts from Pattani, Southeast Coast of Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari
Thailand. Food and Applied Bioscience Rumput Laut Halymenia harveyana dan
Journal., 3 (1): 39-49. Eucheuma cottoni. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 1 (1):
Sukmawaty, E., Masri, M., Putri, S. U. dan Nurzakiyah. 51-63.
2016. Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Bakteri
Endofit Makro Alga Caulerpa rasemosa L Asal Trono, G.C. 1997. Field Guide and Atlas of the Seaweed
Perairan Puntondo Terhadap Staphylococcus Resources of the Philippines. Makati,
aureus dan Methicilin Resistant Staphylococcus Philippines: Bookmark.
aureus (MRSA). Prosiding Seminar Nasional
from Basic Science to Comprehensive
Education: 174-179. Makassar, 26 Agustus
2016: Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar.