Jurnel Hiukum Internasional
Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laundering)
Dalam Perspektif Hukum Internasional
‘Yunus Husein”
Moncy Leurdering sconsdered as transnational organized
rime. The logic of eliinaton money laundering f fo tthe
‘riminal’s motivation ta enjoy ther proceed of crime. The
‘forts to eliminate money laundering’ ts mc vetted 10 the
issues of rational jersdiction. Thus, require international
cooperation amore. countries, where international law is
rested, Ee th re ln pce comenton abt
‘money leendering, bt regulation about exon laering ts
partial “some conventions sich as. Vienna
Convention 1988 and in UN Convention on Transnational
Organized Crimes 2000. Indonesia hos nected a regulation
cout enoney lundring that is UU no. 13 year of 2000, hich
is amended by UU no. 25 year of 2003. This article will
describe the imeementation af tereational law on money
Tendering in Indonesia cr the reason why Tadonesia ath
included im the list of non-cooperatives countries and
territories (NCCT).
1. Pendabuluan
Istilah money laundering berasal dari Amerika Serikat. Istilah
ini mempunyai sejarah yang panjang sejak tahun 1930 yang pada
waktu itu para pelaku kejahatan terorganisir menyembunyikan dan
™menyamarkan harta hasil tindak pidana dengan cara melakukan
investasi pada perusahaan binatu (laundry).
* Yunis Hust adalah scorangbirokrat yang juga pendiik.Dilshirkon pada tahun
1956 di Mataram, Delian mendapkan ger sijana bolo dari Fakutes Hukum
Universitas Indonesia dan “Master of Law” dari Washington College of Law, The
American University, Washington DC, USA. Mulai tahun 2003 yang lalu beliaw telah
bernak renyendang gelar doktor di bidan imo hukum yang dperolenya dai Program
Pascasarjana Universitas Indonesia. Selainscbagaiketva Pusat Pelaporen dan Analisis
‘Transaksi Keuangan (PPATK), beliau juga pengajar di Fakultas Hukum Universitas
‘edonesi, Faas Hokum UniversinsSoatra Ute dun Faklas Hoku Universe
asia
342 Indonesian Journal of International LawTindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)
Money laundering ini merupakan transnational organized
crime, schingga dalam pemberantasannya seringkali_berkaitan
dengan yurisdiksi negara lain, dan memerlukan kerjasama
intemnasional. Dalam kaitan dengan kerjasama memberantas money
laundering inilah, sejak bulan Juni 200i Indonesia bersama
sejumlah negara lain dinilai kurang kooperatif dan dimasukkan ke
dalam daftar Non Cooperative Countries and Territories’ oleh
Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) suatu
gugus tugas yang beranggotakan 31 negara dan 2 organisasi
regional.” Walaupun Indonesia tidak pernah menjadi anggota
FATF, rezim anti money laundering Indonesia dinilai oleh FATF.
Indonesia menjadi anggota Asia Pacific Group on Money
laundering sejak tahun 20002 Indonesia juga diminta untuk
mengubah Undang-undang No. 15 Tahun 2002 yang mulai berlaku
sejak tanggal 17 April 2002, karena dianggap tidak sesuai dengan
rekomendasi internasional.’ Apabila indonesia tidak meng-
* Menurvi Press Release FATF 3 Oktober 2003 negara yang sekarang herada
APG didirikan tahun 1998 dengan anggota sebanyak 26 negara, yaitu Ace,
Australia, Bangladesh, Beunci Darussetam, China Taipei, Cook Islands, Fi
(Chin) nc ndons, Tope, Repuic Kore (eae), Maca (Clon, Walaa
‘Marshall Islands, Nepal, New Zealand, Niue, Pakistan, Palau, Filipina, Samos, Singapura,
‘Sri Lanka, Thailand dan Vonuata,
* Matec! UU No. 15 Tahun 2002 yang dianggap tidak sesuai adalah: pengertian
transi Keuangan mencurigaken yang dianggap Kurang lus, enya batasan lia rats
jt uamk mendefiisikan “hail Kejphetan’, sidek adenya Keienven “art ping off
{ng moran bank ata pojabat riety untuk memberitabukan fentng agora resales
‘Kewangan mencurigakan yang sedang disusun ata tclah dilaporkan, jangka waktu
pelaporantronsakst Keuengen mencuigakan yang diangap tela lama, yt eapat
bls hari Kerja don idle aden Ketertsan Bantuan hk bal balk (tal loge
‘ssstance), libat sur Presiden FATE kepada Mente Kehakiman dengan tembusen
kepada Kepala PPATK al. angzal 8 ly 2003
Volume i Nomor 2 Januari 2004 343Jurnel Huleems Internasional
amandemen Undang-undang tersebut, terdapat kemungkinan untuk
dikenakan tindakan balasan (counter-measure) dalam berbagai
bentuk, misalnya pemutusan hubungan koresponden dengan
industri perbankan luar negeri .
Permasalahannya adalah apakah ada standard intemasional
yang berlaku untuk semua negara di dalam membuat rezim anti
‘money laundering di masing-masing negara? Lembaga manakah
yang menetapkan standard intemnasional dan siapakah juga yang
melakukan penegakan (enforcement) standard _internasional
tersebut? Apakah sanksinya apabila suata negara tidak memenubi
standard internasional tersebut? Apakah sanksi tersebut sudah
melalui proses yang wajar dan adil? Apakah sanksi tersebut dapat
dipaksakan?
I. Pengertian Money Laundering
Dalam United Nations Convention Against Iticit Trafte in
Narcotic, Drugs and Psychotropic Substances of 1988 yang sudah
diratifikasi dengan Undang-undang No.7 Tahun 1997, istilah
‘money laundering diartikan dalam pasal 3 (1) b sebagai berikut:
"the conversion or transfer of property, knowing that suck property is
derived from any serious (indictable) offence or offences, or from act of
participation in such offence or offences, for the purpose of concealing or
disguising the iicit of the property or of assisting any person who is
involved in the commission of such an offence or offences to evade the legal
consequences of his action; or The concealment or disguise of the true
nature, source, location, disposition, mavement, rights with respect 0, or
‘onnership of property, knowing that such property is derived from a serious
indictable) offence or offences or from an act of participation in such an
offence or offences”.
Konvensi tersebut juga menambahkan, bahwa money
laundering meliputi juga :
"The acquisition, possession or use of property, knowing at the time of
receipt that such property was derived from an offense or offenses... or from
‘an act of participation in such offense or offenses”
344 Indonesian Journal of trternational LawTindlak Pidana Peneucian Uang (Money Laundering)
Money laundering diterjemahkan dengan pencucian ang yang
dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2002 sebagaimana ielah
diubah dengan Udang-undang No. 25 Tahun 2003 (selanjutnya
disebut UUML) didefinisiken dengan perbuatan menempaikan,
mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,
menyumbangkan, menitipkan, membawa ke lua negeri,
menukarkan atau perbuatan lainnya aias haria kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta_kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan
yang sah.’ Definisi tersebut perlu diberikan penjelasan scbagsi
berikut.
1. Dalam definisi tersebut terdapat kata “seolah-olah”, schingga
walaupun proses pencucian uang berhasil dilakukan, harta
Kekayaan yang berasal dari tidak pemah menjadi sah atau
diputihkan. Dengan demikian istilah yang dipakai adalah
“pencucian uang” bukan “pemutihan uang”. Di Malaysia istilah
money laundering diterjemahikan dengan “pengubahan uang”.
2. Money laundering selalu betkaitan dengan harta kekayaan yang
berasal dari tindak pidana, schingga tidak ada pencucian uang
kalau tidak ada tindak pidana yang dilakukan (No crime no
money laundering).
,
TIL. Hukom Internasional dan Money Laundering
A. International Standard Setter
Sejarah mencatat pula bahwa kelahiran rezim hukum
intemasional yang memerangi kejahatan pencucian uang dimulai
pada saat masyarakat internasional merasa frustrasi dengan upaya
membetantas kejahatan perdagangan gelap narkoba. Pada seat itu,
rezim anti pencucian uang dianggap sebagai paradigma baru dalam
memberantas kejahatan yang tidak lagi difokuskan pada upaya
* Pasot 1 angka t
Volume 1 Nomor 2 Fanwari 2004 345