You are on page 1of 39

PEMBAHASAN TENTANG LEASING - IJARAH

MATA KULIAH EKONOMI MIKRO ISLAM

Disusun Oleh:

Nama : Agus Setiawan


NPM : 1906415616

Dosen Pengampu:

Prof. Veithzal Rivai S.H.I., M.Si., Ph.D.

SEKOLAH KAJIAN STRATEJIK DAN GLOBAL


EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… i

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1

A. Latar belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………. 2

A. Sejarah Ijarah………………………………………………………….. 2
B. Pengertian Ijarah………………………………………………………. 2
C. Kegiatan Usaha Ijarah………………………………………………… 3
D. Persyaratan dan Ciri Ijarah……………………………………………. 4
E. Pelaku dan Pihak yang Terlibat Transaksi Ijarah…………………… 6
F. Transaksi Ijarah dari Sisi Hukum………………………………………7
G. Pengelolaan Perusahaan Ijarah………………………………………. 8
1. Independent Ijarah Company…………………………………….. 8
2. Captive Lessor……………………………………………………… 8
3. Lease Broker/Packager…………………………………………… 8
H. Proses dan Mekanisme Transaksi Ijarah……………………………. 8
1. Proses Transaksi…………………………….…………………….. 8
2. Mekanisme Transaksi……………………….…………………….. 9
3. Bentuk Perjanjian……………………….…………………………. 9
I. Prosedur dan Analisis Pembiayaan……………………….…………. 10
1. Prosedur Pembiayaan……………………….……………………..10
2. Analisis Pembiayaan……………………….……………………… 11
J. Jenis Pembiayaan……………………….…………………….. ……… 12
1. Operating Lease……………………….…………………………… 12
2. Financial Lease……………………….……………………………. 12
a. Direct Financial Lease……………………….…………………13
b. Hire Purchase ……………………….…………………………. 13
c. Sale and Lease Back……………………….…………………. 13
d. Leverage Lease……………………….……………………….. 13
e. Cross Border Lease……………………….……………………13
f. Sysndicate Lease……………………….………………………13

i
g. Vendor Program/Vendor Lease……………………….………14
K. Perbedaan Leasing, Sewa, Sewa Menyewa dan Kredit Bank…….. 14
L. Perbedaan Finance Lease dengan Lembaga Pembiayaan Lain…..15
M. Perbedaan Perjanjian Leasing, Perjanjian Sewa Beli
dan Jual Beli Angsuran……………………….…………………………15
N. Fleksibilitas dalam Leasing……………………….…………………….16
O. Keuntungan dan Kelemahan Leasing……………………….……….. 17
P. Metode Pembiayaan Leasing ……………………….………………… 20
1. Payment in Advance……………………….………………………. 20
2. Payment in Arrears……………………….……………………….. 20
Q. Perjanjian Leasing……………………….…………………….. ……… 21
R. Pelaksanaan Hak Opsi……………………….……………………….. 21
S. Standard Akuntansi Leasing……………………….…………………. 22
1. Dasar Pertimbangan……………………….……………………… 22
2. Tujuan……………………….……………………………………… 23
3. Kriteria Pengelompokan Transaksi Leasing……………………. 23
4. Pelakuan Akuntansi oleh Perusahaan Leasing………………… 23
T. Contoh Praktik dan Analisa Rasio Keuangan.……………………… 24

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 33

3.1. Kesimpulan……………………….……………………………………. 33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muamalah merupakan bagian dari rukun Islam yang mengatur hubungan antara seseorang
dan orang lain. Contoh hukum Islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah ijarah
sewa-menyewa dan upah. Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak
terdapat miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia
modern. Dalam hal ini kita harus cermat, apakah transaksi modern ini memiliki pertentangan
tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan mubah.
Kata ijarah dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, antara sewa dan upah juga ada
perbedaan makna operasional, sewa biasanya digunakan untuk benda, sedangkan upah
digunakan untuk tenaga. Namun dalam bahasa Arab ijarah adalah sewa dan upah. Ijarah
merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dengan
menggunakan ketentuan syari’at Islam. Kegiatan ijarah ini tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ijarah/leasing?
2. Apa saja kegiatan usaha ijarah/ leasing?
3. Bagaimana jenis-jenis pembiayaan ijarah/ leasing?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud ijarah/ leasing
2. Untuk mengetahui kegiatan usaha ijarah/ leasing
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan ijarah/ leasing

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH LEASING - IJARAH

Ijarah atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Leasing (sewa guna usaha) merupakan
bagian dunia keuangan yang berkembang paling dinamis. Leasing mulai dikenal sejak tahun
2000 sebelum masehi oleh bangsa Sumeria. Dokumen leasing pada waktu itu terbuat dari tanah
liat, mencatat berbabagai transaksi leasing yang meliputi peralatan pertanian, hak penggunaan
tanah dan air serta ternak seperti lembu dan lain-lainnya.
Perkembangan leasing secara modern diperkenalkan oleh T.M.Tom Clark di Amerika
Serikat pada 1850, yaitu pada saat pertama kali perusahaanya The Bell Telephone Company
menyewakan kereta api. 1 Kegiatan leasing di Indonesia baru diperkenalkan pada tahun 1974,
berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian Dan
Menteri Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174, Nomor
30/Kpb/1/74 Tanggal 7 januari 1974.

B. PENGERTIAN LEASING – IJARAH

Istilah Leasing berasal dari bahasa Inggris to Lease yang berarti menyewakan. Leasing atau
sewa guna adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahaan (badan hukum) atau
perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal. Pembayaran kembali oleh peminjam
dilakukan secara berkala dan dalam jangka waktu tetentu sesuai kesepakatan bresama.
Perusahaan yang menyelenggarakan leasing disebut Leessor, sedangkan perusahaan yang
mengajukan leasing disebut Lessee.

Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik
secara sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan
sewa guna usaha dimana lesse pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli

1
Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1207

2
objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha.

Menurut istilah Islam, etimologi Ijarah adalah ‫( بيع المنفعه‬menjual manfaat). Demikian pula
artinya menurut terminologi syara’. Definisi Ijarah menurut pendapat beberapa ulama fiqh:
a. Ulama Hanafiyah:2
‫عقد عل المنا فع بعو ض‬
Artinya: Akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti
b. Ulama Asy-Syafi’iyah:3
“Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta
menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu”
c. Ulama Malikiyah4
“Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan
pengganti”.
Dari pengertian ulama-ulama di atas dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan sewa
menyewa adalah pengambilan manfaat sesuatu benda. Dengan perkataan lain terjadinya sewa
menyewa yang berpindah hanyalah manfaat dari benda yang disewakan tersebut. Di perbankan
Islam/perusahaan pembiayaan syariah, istilah orang yang menyewakan disebut mu’ajir.
Sedangkan orang yang menyewa disebut mu’tajir. Benda yang disewakan diistilahkan dengan
ma’jur, dan uang sewa atau imbalan atas pemakaiaan manfaat barang disebut ajrah atau ujrah.

C. KEGIATAN USAHA IJARAH

Ada dua jenis kegiatan usaha Ijarah:


1. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan
upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut mustajir, pihak
pekerja disebut ajir dan upah yang dibayarkan disebut ujrah.

2. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk
memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa.
Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing (sewa) pada bisnis konvensional.

2
Alauddin Al-Kasani, Badai’ Ash-Shana’I fi TartibAsy-Syara’i, juz IV, hlm. 174
3
Muhammad Asy-Syarbini, Mugni Al-Muhtaj, juz II, hlm. 332
4
Syarh Al-Kabir li Dardir, juz IV, hlm. 2

3
D. PERSYARATAN DAN CIRI IJARAH

1. Syarat Terjadinya Akad


Syarat in‘inqad (terjadinya akad) berkaitan dengan aqid, zat akad, dan tempat akad.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual-beli, menurut ulama Hanafiyah, ‘aqid (orang
yang melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (minimal 7 tahun), serta
tidak disyaratkan harus baligh. Akan tetapi, jika bukan barang miliknya sendiri, akad
ijarah anak mumayyiz, di anggap sah bila diizinkan walinya.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual beli,
sedangkan baligh adalah syarat penyerahan.Dengan demikian, akad anak mumayyiz
adalah sah, tetapi bergatung atas keridaan walinya.
Ulama Hanabilah dan Syafi’iyah mensyaratkan orang yang akad harus mukallaf, yaitu
baligh dan berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dapat dikategorikan ahli akad.

2. Syarat Pelaksanaan (an-nafadz)


Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh ‘aqid atau ia memiliki kekuasaan
penuh untuk akad (ahliah). Dengan demikian, Ijarah al-fudhul (ijarah yang dilakukan oleh
orang yang tidak memiliki kekuasaan atau tidak diizinkan oleh pemiliknya) tidak dapat
menjadikan adanya ijarah.

3. Syarat Sah Ijarah


Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan ‘aqid (pihak yang ber-akad), ma’qud ‘alaih
(barang yang menjadi objek akad), ujrah (upah), dan zat akad (nafs al-‘aqad), yaitu:
a. Adanya keridaan dari kedua pihak yang akad.
b. Ma’qud ‘alaih bermanfaat dengan jelas.

Adanya kejelasan pada ma’qud ‘alaih atau barang menghilangkan pertentangan di


antara ‘aqid. Di antara cara untuk mengetahui ma’qud ‘alaih (barang) adalah dengan
menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah
atas pekerjaan atau jasa seseorang.
• Penjelasan manfaat
• Penjelasan waktu
• Sewa bulanan
• Penjelasan jenis pekerjaan

4
• Penjelasan waktu kerja
• Ma’qud ‘alaih (barang) harus dapat memenuhi secara syara’.
• Kemanfaatan benda dibolehkan menurut syara’
• Tidak menyewa untuk pekerjaan yang diwajibkan kepadanya
• Tidak mengambil manfaat bagi diri orang yang disewa

4. Syarat Barang Sewaan (ma’qud ‘alaih)


Di antara barang sewaan adalah dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu didasarkan pada
hadits Rasulullah SAW yang melarang menjual barang yang tidak dapat dipegang atau
dikuasai, sebagaimana dalam hal jual-beli.

5. Syarat Ujrah (Upah)


Para ulama telah menetapkan syarat upah, yaitu:
 Berupa harta tetap yang diketahui
 Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah, seperti upah menyewa
rumah untuk ditempati dengan menempati rumah tersebut.

6. Syarat yang Kembali pada Rasul Akad


Akad disyaratkan harus terhindar dari syarat-syarat yang tidak diperlukan dalam akad
atau syarat-syarat yang merusak akad, seperti menyewakan rumah dengan syarat rumah
tersebut akan ditempati oleh pemiliknya selama sebulan, kemudian diberikan kepada
penyewa.

7. Syarat Kelaziman
Syarat kelaziman ijarah atas dua hal berikut:
1. Ma’qud ‘alaih (barang sewaan) terhindar dari cacat
2. Tidak ada uzur yang dapat membatalkan akad.

E. PELAKU DAN PIHAK YANG TERLIBAT DALAM TRANSAKSI IJARAH


1. Lessor / Mu’ajir
Lessor merupakan pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada pihak
lessee dalam bentuk barang modal (misalnya mesin, gedung, kendaraan). Lessor dalam

5
finance lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah dikeluarkan
untuk membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
Sedangkan lessor dalam operating lease bertujuan mendapatkan keuntungan dari
penyediaan barang serta pemberian jasa- jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan
serta pengoperasian barang modal tersebut.

2. Lessee/ Mus’tajir
Lessee merupakan pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk barang
modal dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan
berupa peralatan dengan cara pembayaran angsuran. Pada akhir kontrak leasing,
leassee memiliki hak opsi atas barang tersebut maksudnya, pihak lessee memiliki hak
untuk membeli barang yang disewa tersebut dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan peralatannya di samping
tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap
kerusakan.

3. Supplier
Supplier merupakan pihak yang mengadakan barang untuk dijual kepada lessee
dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam financial lease, supplier langsung
menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang
memberikan pembiayaan. Sedangkan dalam operating lease, supplier menjual
barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.

4. Bank atau Kreditur


Pihak bank atau kreditur dalam perjanjian leasing tidak terlibat secara langsung,
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor terutama dalam leverage
lease dimana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak
supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank untuk
memperoleh barang modal yang nantinya akan dijual sebagai obyek leasing kepada
lesse atau lessor.

6
F. TRANSAKSI IJARAH DARI SISI HUKUM
a. Al-Quran
)١ :‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَا ْءت ُ ْوه َُّن ا ُ ُج ْو َره َُّن (الطالق‬
َ ‫فَ ِا ْن ا َ ْر‬
Artinya
“Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah mereka
upahnya.” (QS. Thalaq: 6)

‫ي هَا تَي ِْن َعلَى اَ ْن‬ ُّ ‫ت ا ْست َا ْء ِج ْرهُ ا َِّن َخى َْر َم ِن ا ْست َا ْء َج ْرتَ ْالقَ ِو‬
ْ ‫يا‬
ًّ َ ‫ قَا َل ا ِِن ْى ا ُ ِر ْىد ُ ا َ ْن ا ُ ْن ِك َحكَ اِحْ دَى ا ْبت‬. ُ‫ال َء ِم ْىن‬ ِ ‫ت اِحْ دَا ُه َما َيا ا َ َب‬ْ َ‫قَا ل‬
... َ‫ى ِح َججٍ فَ ِا ْن اَتْ َم ْمتَ َع ْش ًرا فَ ِم ْن ِع ْندِك‬ َ ِ‫ت َا ْء ُج َرنِى ثَ َما ن‬
٢٧–٢٦ : ‫القصص‬
Artinya
“Salah satu dari kedua orang itu berkata, “Ya ayahku, ambilah ia sebagai orang yang
bekerja (pada kita),karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” Berkatalah dia
(Syu’aib), “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari
kedua anak ku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja dengan ku delapan tahun. Dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu.” (QS. Al-
Qashash: 26-27)

b. As-Sunah
.ُ‫ف َع َرقُه‬
َّ ‫ال َء ِجي َْر اَحْ َرهُ قَ ْب َل ا َ ْن يَ ِج‬ ُ ‫ا ُ ْع‬
ْ ‫طوا‬
}‫{رواه ابن ما جه عن ابن عمر‬
Artinya
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)

.ُ‫َم ِن ا ْست َا ْء َج َر ا َ ِجي ًْرا فَ ْليَ ْع َم ْل اَجْ َره‬


}‫{رواه عبدالرزاق عن ابي هريره‬
Artinya
“Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beritahukanlah upahnya.” (HR. Abd
Razaq dari Abu Hurairah)

7
c. Ijma’
Umat islam pada masa sahabat telah berijma’ bahwa ijarah dibolehkan sebab bermanfaat
bagi manusia.5

d. Perundang-Undangan Republik Indonesia


Dasar hukum yang membolehkan dan mengatur tentang transaksi Ijarah adalah UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

G. PENGELOLAAN PERUSAHAAN IJARAH

Perusahan Ijarah atau bisa juga disebut perusahaan leasing. Dalam menjalankan kegiatan
usahanya perusahaan leasing dapat digolongkan menjadi 3 jenis kelompok leasing, yaitu:

1. Independent leasing company


Pembiayaan ijarah/leasing dimana lessor bebas menentukan pembelian barang dari
berbagai supplier yang kemudian di lease kepada pemakai.

2. Captive lessor
Pembiayaan leasing dimana lessor memiliki supplier tersendiri yang berperab sebagai
perusahaan induk. pihak pertama terdiri dari perusahaan induk dan anak perusahaan,
dan pihak keduanya lessee sebagai pemakai barang.

3. Lessee broker/packager
Pembiayaan leasing dimana broker yang biasanya tidak memiliki barang/peralatan
hanya berfungsi mempertemukan calon lease dengan lessor.

H. PROSES DAN MEKANISME TRANSAKSI IJARAH

1. Proses transaksi leasing


a. Operational Lease (Al-Ijarah)
Konsep ini secara etimologi berarti upah atau sewa. Ahli hukum Islam
mendefinisikannya dengan menjual manfaat, kegunaan, jasa dengan bayaran yang

5
Diriwayatkanoleh Ahmad, Abu Dawud, danNasa’IdariSa’id bin AbiWaqash.

8
ditetapkan. Bank syariah mengaplikasikan elemen ini dengan berbagai bentuk
produk yang diletakkan pada skim pembiayaan. 6

b. Finance Lease (Ijarah wa Iqtina)


Skim ini merupakan bentuk lain dari ijarah dimana persewaan berakhir dengan
perpindahan hak milik dan objek sewa. Jenis sewa ini dapat lagi dibagi dua, yaitu
Direct Finance Lease dan Sale and Lease Back. 7
Direct Finance Lease adalah jika pihak lessee pada waktu sebelumnya belum
memiliki barang modal yang dijadikan obyek leasing tersebut. Secara sederhana
dicontohkan sebagai berikut: Lessor membeli barang modal atas permintaan pihak
Lessee yang sepakat saling menyelenggarakan kontrak leasing.
Sale and Lease Back adalah pihak Lessee yang sebelumnya telah memiliki
barang modal tertentu, menjual barang tesebut kepada Lessor. Kemudian antara
Lessor dan Lessee saling melakukan kontrak sewa guna usaha. Dalam model ini
pihak Lessee berkepentingan atas uang tunai (cash) yang dimanfaatkan untuk modal
usaha atau kepentingan lainnya.

2. Mekanisme transaksi leasing

Terdapat 2 (dua) model pembayaran ijârah yang lazim digunakan di industri keuangan
syariah:
a. Contigent to Performance (Ijarah)
Pembayaran tergantung pada kinerja objek sewa.
Contoh: Pembayaran sewa secara harian.

b. Not Contigent to Performance (Ju’alah)


Pembayaran tidak tergantung kinerja objek sewa.
Contoh: Pembayaran sewa secara borongan/bulanan.

6
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian Syariah Di Indonesia, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 89
7
Subagyo dkk, Bank dan Lembaga keuangan lainnya, (Yogyakarta: STIE YKPN, 2002), hlm. 224.

9
3. Bentuk Perjanjian

Perjanjian leasing/ijarah secara umum memiliki dua bentuk, yaitu: operating


lease dan finance lease. 8
Yang dimaksud finance lease adalah kegiatan leasing dimana lessee pada akhir
kontrak mempunyai opsi untuk membeli objek leasing berdasarkan nilai sisa yang
disepakati.
Sedangkan yang dimaksud dengan operating lease adalah kegiatan leasing
dimana lessee pada akhir kontrak tidak memiliki hak opsi untuk membeli objek leasing.

Akad ijarah dapat berakhir apabila: 9

1. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain sebagainya.
2. Waktu perjanjian berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan ke pemilik. Apabila yang disewa itu adalah jasa, maka pemberi jasa
berhak menerima upahnya.
3. Karena pembatalan oleh kedua pihak yang berakad, sebagaimana pembatalan dalam
akad jual beli.
4. Menurut ulama Hanâfiyah berakhirnya akad ijârah karena salah satu pihak yang
berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan. Sedangkan menurut
jumhur ulama, akad ijârah tidak batal/berakhir dengan wafatnya salah seorang
berakad, karena manfaat boleh diwariskan dan ijârah sama dengan jual-beli, yaitu
mengikat kedua belah pihak yang berakad.
5. Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang Ijarah
pasal 253 dinyatakan bahwa: “Akad ijarah dapat diubah, diperpanjang, dan atau
dibatalkan berdasarkan kesepakatan.”

I. PROSEDUR DAN ANALISIS PEMBIAYAAN


1. Prosedur Pembiayaan
a. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan menentukan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang
yang di lease.

8
John D. Martin, et. al. 1994. Dasar-dasar Managemen Keuangan. Terj. Haris Munandar, Jakarta: Raja Grafindo. Hal.217
9 Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi ... Juz 5. hal 3862-3863

10
b. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lesse yang
berisikan syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal
yang dibutuhkan lessee. Jika comitment letter tersebut disetujui, maka selanjutnya
ditandatangani oleh lessee dan dikembalikan kepada lessor.

c. Lessee berunding dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang modal.


Lessee dapat meminta lease quatation (syarat- syarat pokok pembiayaan leasing)
yang berisikan keterangan barang, harga barang, cast security deposit, residual
value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa, dan persyaratan-
persyaratan lainnya.

d. Penandatangani kontrak leasing dilakukan setelah semua persyaratan dipenuhi


lessee yang mencakup pihak- pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa
leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas obyek leasing,
perpajakan, jadwal pembayaran angsuran dan sewa, dan sebagainya.

e. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang kepada
lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.

f. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor, termasuk faktur dan bukti- bukti
kepemilikan barang lainnya.

g. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.


Pembayaran sewa secara berkala oleh lessee kepada lessor selama masa leasing
yang seluruhnya mencakup penggembalian jumlah yang dibiayai beserta
ujroh/margin bagi hasilnya. 10

2. Analisis Pembiayaan
Menurut Surat Edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan Bank Indonesia
tertanggal 17 Maret 2008, analisis atas rencana pembiayaan ijarah kepada nasabah
meliputi aspek personal berupa analisa atas karakter dan/atau aspek usaha antara lain

10
Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, hlm. 120

11
meliputi analisa kapasitas usaha, keuangan dan/atau prospek usaha. Untuk penilaian
kelayakan pembiayaan umumnya Perusahaan Pembiayaan melakukan pengecekan
melalui web Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK.

J. JENIS PEMBIAYAAN

1. Operating Lease
Tehnik pembiayaan jenis operating lease, lessor membeli barang modal dan
disewagunakan kepada lessee. Pembayaran periodik yang dilakukan lessee tidak
mencakup biaya yang dikeluarkan lessor untuk mendapatkan barang modal dan
bunganya. Lessor hanya mengharapkan keuntungan dari penjualan barang-barang
modal yang disewagunakan dan sumber penghasilan dari perjanjian leasing yang lain,
oleh karenanya perlu keahlian khusus memasarkan kembali asset tersebut. 11 Semua
pembayaran pajak, asuransi dan pemeliharaan barang/asset yang dilease-kan menjadi
tanggung jawab lessor. Dalam operating lease, lessee boleh menunda atau membatalkan
pembayaran asalkan sejak awal ia memberitahu kepada lessor.

2. Financial Lease
Dalam tehnik pembiayaan jenis financial lease, perusahaan leasing sebagai
lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal, sedangkan lessee hanya
melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi
obyek transaksi leasing.

a. Direct finance lease


Dalam transaksi direct finance lease, pihak lessor membeli barang modal atas
permintaan dari lessee dan langsung disewagunausahakan kepada lessee.
Lessee dapat terlibat dalam proses pembelian barang modal dari pemasok.

b. Hire Purchase
Sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan
penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang

11
IAI, Prinsip Akuntansi Indonesia. 1984. Standar Khusus Akuntansi Sewa Guna Usaha. Jakarta: Rineka Cipta.
hlm. 246

12
dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah
disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas
barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah
harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

c. Sale and lease back


Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan
kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut dengan jangka waktu yang
disepakati bersama. Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami
kesulitan modal kerja.

d. Leveraged lease
Dalam proses sewa guna ini, pihak yang terlibat adalah lessor, lessee dan
kreditor jangka panjang dalam membiayai objek leasing. Pihak kreditor inilah
yang biasanya justru memberikan porsi yang besar dalam pembiayaan. Kreditor
jangka panjang, biasanya lembaga keuangan misalnya bank yang menyediakan
pembiayaan sebesar 60% - 80% yang disebutkan leverage debt without recourse
kepada pihak leassor. Apabila pihak lessee mengalami default dan tidak mampu
mengangsur, lessor tidak ikut bertanggungjawab kepada bank.

e. Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak
pada dua negara yang berbeda.

f. Syndicated lease
Metode ini terjadi apabila pembiayaan sewa guna usaha dilakukan oleh lebih
dari satu lessor. Kerja sama antara lessor ini didasarkan pada pertimbangan
risiko atau objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.

g. Vendor Program
Vendor program adalah suatu metode penjualan yang dilakukan oleh dealer
kepada konsumen dengan mendapatkan fasilitas leasing. Lessor membayar

13
objek leasing kepada vendor/dealer dan selanjutnya lessee akan membayar
angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau melalui dealer.

K. PERBEDAAN LEASING, SEWA, SEWA MENYEWA DAN KREDIT BANK

Penjelasan Leasing Sewa Sewa Menyewa Kredit Bank


Jenis Barang Barang Bergerak Barang Barang Bergerak Semua jenis
& Tidak Bergerak perlu pemeliharaan investasi
Bergerak
Penyewa/Pembeli Perusahaan atau Perusahaan Perusahaan atau Perusahaan
atau perorangan atau
perorangan
perorangan perorangan
Bentuk Perusahaan Badan Hukum Supplier Supplier Bank
Kepemilikan Perusahaan Pemilik Pemilik Barang Debitur
Barang Leasing Barang
Jangka Waktu Menengah Pendek Menengah/Pendek Pendek/
Menengah/P
anjang
Besarnya 100% 80% Lebih Rendah 100%
Pembiayaan
Biaya Bunga Bunga + Margin Tinggi Bunga + Margin Interbank
rated : spread
Akhir Kontrak - Hak Opsi untuk Barang Barang kembali Kredit lunas
membeli menjadi milik kepada pemilik Jaminan
-Memperpanjang penyewa modal kembali
nilai kontrak kepada
-Mengembalikan debitur
kepada lessor

14
L. PERBEDAAN FINANCIAL LEASING DENGAN LEMBAGA PEMBIYAAN LAIN

Leasing Pembiayaan Konsumen Kartu Kredit


Disertai hak opsi Tidak disertai hak opsi Tidak terdapat hak opsi
Lessor akan membayar Lembaga pembiayaan akan Barang yang dibutuhkan
kepada supplier barang membayar barang oleh pemegang kartu kredit
modal yang dibutuhkan keperluan konsumen dan bisa langsung dibei oleh
lesse, dan lesse akan konsumen akan membayar pemegang kartu dengan
membayar secara berkala kembali secara angsuran mematuhi batas maksimum
kepada lessor. Waktunya atau berkala jumlah yang bisa dibayar
sesuai perjanjian lesse dan
lessor
Objek leasing adalah Objek dari pembiayaan Objek dari kartu kredit
barang yang diperlukan konsumen adalah barang- adalah barang dan jasa
dan digunakan untuk barang bergerak kebutuhan yang dikehendaki oleh
menjalankan perusahaan. dari konsumen yang akan pemegang kartu kredit dan
dipakai untuk keperluan sekiranya dibutuhkan
hidup olehnya.

M. PERBEDAAN ANTARA PERJANJIAN LEASING DENGAN PERJANJIAN SEWA


BELI DAN JUAL BELI DENGAN ANGSURAN

Perjanjian Leasing Perjanjian Sewa Beli Perjanjian Jual Beli


Angsuran
Tujuannya adalah untuk Tujuannya adalah untuk Tujuannya adalah untuk
mendapatkan manfaat dari memperoleh hak milik atas memperoleh hak milik atas
barang yang disewa barang yang disewa barang bersangkutan
Berakhir bila jangka waktu Berakhir dengan sendirinya Berakhir dengan sendirinya
sewa telah habis tetapi setelah harga barang yang setelah pembayaran cicilan
dapat diperpanjang dengan disewa (yang dicicil) telah atau total hutang telah
persetujuan keduabelah lunas terbayar lunas terbayar
pihak

15
Barang tidak menjadi hak Hak milik atas barang baru Hak milik atas barang
milik nasabah akan beralih diakhir setelah sudah didapat diawal
pelunasan cicilan cicilan pertama

N. FLEKSIBILITAS DALAM LEASING


Aktivitas sewa guna usaha memberikan banyak kemudahan dan fleksibilitas bagi pihak
lessee. Fleksibilitas tersebut dapat dilakukan dengan membuat skema-skema khusus dalam
pembiayaan sewa guna usaha. Antara lain:

1. Step lease
Adalah suatu kontrak leasing yang memungkinkan pihak lessee melakukan pembyaran baik
dalam rangka untuk meningkatkan (step up lease) maupun untuk mengurangi atau
menurunkan (step down lease) jangka waktu leasing guna mengatasi keterbatasan arus kas
lessee.

2. Skipped payment lease


Skipped payment lease adalah perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki pihak
lessee untuk melakukan pembyaran selama periode atau bulan-bulan tertentu tahunnya.

3. Swap lease
Swap lease memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barang yang disewa
apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan perbaikan dan
penggantian komponen tertentu, dimana penukaran dengan barang lain yang sejenis selama
barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya pemeliharaan dan
penundaan.

4. Upgrade lease
Hal ini dapat memberikan pilihan yang lebih fleksibel bagi lessee yang memungkinkan
untuk meminta tamabahn barang leasing guna meningkatkan kapasitas atau efisiensi.

16
5. Master lease
Lessor memberikan lease line credit yang memungkinkan lessee untuk menambah barang
atau peralatan untuk disewa, dengan persyaratan yang sama seperti kontrak sebelumnya
tanpa perlu dilakukan negosiasi dan perjanjian kontrak leasing baru.

6. Short term or experimental lease


Adanya masa percobaan penggunaan barang yang disewa yang dapat menhilangkan risiko
spekulasi bagi lessee dalam usaha memperoleh suatu brang atau aset.

O. KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN LEASING

1. Keuntungan Leasing
Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa keuntungan antara lain:
a. Menghemat modal
Untuk memulai usaha, lessee tidak perlu menyediakan dana dalam jumlah besar
untuk menyiapkan barang-barang modal, dana yang tersedia dapat dialokasikan
untuk kebutuhan yang lebih urgent.

b. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan


Adanya sumber pembiyaan selain dari bank akan memberikan keleluasaan dan
alternatif untuk membiayai usahanya tanpa khawatir adanya kebijaksanaan
pengetatan ekspansi kredit perbankan yang akan membahayakan kelanjutan
usahanya.

c. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel


Dipandang dari sisi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena dapat dengan lebih
mudah menyesuaikan dengan keadaan keuangan lessee.

d. Biaya lebih murah


Penggunaan suatu brang atau peralatan melalui metode leasing jauh lebih murah
dibandingkan dengan kredit bank berdasarkan perhitungan nilai sekarang (present
value)

17
e. Di luar neraca (off-balance sheet)
Tidak adanya ketentuan yang mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca perusahaan, memberi daya tarik tersendiri bagi lessee yang berarti
prosedur pembelian aktiva tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena masih
dalam batas kewenangan direksi.

f. Menguntungkan arus kas


Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan
arus dana kerena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti bagi
pendapatan lessee.

g. Proteksi inflasi
Leasing dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi dimana dalam tahun-
tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing
berdasarkan suku bunga tetap maka lessee membayar dengan jumlah tetap atas sisa
kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu.

h. Perlindungan akibat kemajuan teknologi


Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model atau system yang disebabkan
oleh pesatnya perkembangan teknologi.

i. Sumber pelunasan kewajiban


Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi melalui leasing
karena pelunasan atau pembayaran sewa hampir selalu diperkirakan berasal dari
modal kerja yang dihasilkan oleh adanya aktiva yang disewa.

j. Kapitalisasi biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
intalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan, dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan lamanya masa leasing.

18
k. Risiko keuangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keuangan.
Sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang
mungkin terjadi.

l. Kemudahan penuyusunan anggaran


Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.

m. Pembiayaan proyek skala besar


Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalm pembiayaan proyek yang
sering kali menjadi masalah diantara pemberi dana biasanya dapat diatasi melalui
perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima
dan kemudahan untuk menguasai aktiva yang dibiayai apabila terjadi suatu
kelalaian.

2. Kekurangan Leasing
a. Pembiayaan secara leasing merupakan sumber pembiayaan yang relatif mahal bila
dibandingkan dengan kredit investasi dari bank. Hal ini terjadi karena sumber dana
lessor pada umumnya dari bank atau lembaga keuangan bukan bank.

b. Barang modal yang dilease tidak dapat dicantumkan sebagai unsur aktiva lesee
untuk tujuan "Collateral Credit" dari Bank, yaitu "Trade Creditor" mungkin akan
menilai perusahaan tersebut memiliki posisi keuangan yang lemah.

c. Bagi para perusahaan tertentu kadang-kadang timbul masalah prestise antara


memiliki barang modal sendiri atau lease.

d. Resiko yang lebih besar pada lessor, artinya adanya tanggung jawab yang menuntut
pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerusakan atas barang orang lain yang
disebabkan oleh "lease property" tersebut, dan juga lessor belum tentu yakin bahwa
barang lease tersebut bebas dari berbagai ikatan seperti "liens" (gadai)
"preferences", "priorities", “charges" atau kepentingan-kepentingan lainnya.

19
P. METODE PEMBAYARAN LEASING

Terdapat dua cara untuk melakukan pembayaran pada leasing ini yaitu:
1. Pembayaran dimuka (payment in advance)
Pembayaran angsuran pertama dilakukan pada saat realisasi atau saat tanggal dimana
perjanjian leasing disepakati. Angsuran ini hanya mengurangi utang pokok karena saat
itu belum dikenakan bunga.

3. Pembayaran sewa di belakang (payment in arrears)


Angsuran ini dilakukan pada periode berikutnya setelah relisasi atau sebulan setelah
perjanjian leasing disepakati. Angsuran ini mengandung unsur bunga dan cicilan
pokok.

Q. PERJANJIAN LEASING/ AKAD IJARAH

1. Akad Ijarah Multimanfaat


Akad ijarah multimanfaat ini digunakan dalam produk pembiayaan multiguna.
Sesuai arahan fatwa DSN-MUI no. 09 tahun 2000, akad ijarah ini dapat digunakan
untuk pembelian manfaat barang, seperti sewa mobil, ruko ataupun peralatan. Dan
juga manfaat jasa, berupa upah. Seperti biaya pendidikan dan pengobatan.

2. Akad Ijarah Mutahiyyah Bittamlik (IMBT)


Pengertian akad ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah perjanjian sewa-
menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang
disewakan kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.

3. Akad Ijarah Musyarakah Mutanaqisah (MMQ)


Pengertian akad ijarah Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) adalah perjanjian sewa-
menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang
disewakan kepada penyewa, diawal masa sewa.

20
4. Akad Ijarah Maushufah Fi Al-Dzimmah
Transaksi ijarah berikut terjadi karena praktik sewa menyewa yang mengunakan
pola pemesanan barang atau jasa berdasarkan spesifikasi yang disepakati, sering
disebut juga sewa-inden.

R. PELAKSANAAN HAK OPSI

Opsi adalah hak Lessee untuk membeli barang modal atau memperpanjang jangka waktu
perjanjian sewa-guna-usaha. Penggunaan hak opsi pada akhir jangka waktu dalam
perjanjian Sewa Guna Usaha (Leasing).

Pelaksanaan atas hak opsi:


1. Dalam hal Lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal, maka
pembelian dilakukan dengan melunasi pembayaran nilai sisa barang modal yang
disewa-guna-usaha. Dasar penyusutan untuk opsi membeli adalah nilai sisa barang
modal.

2. Dalam hal Lessee menggunakan hak untuk memperpanjang jangka waktu perjanjian
sewa-guna-usaha, maka nilai sisa barang modal yang disewa-guna-usahakan, akan
digunakan sebagai dasar dalam menetapkan piutang sewa-guna-usaha.

S. STANDAR AKUNTANSI LEASING

1. Dasar Pertimbangan
Menurut ketentuan dalam pasal 3 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 dinyatakan bahwa sepanjang
perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang modal obyek transaksi
sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna usaha. Dengan demikian, selama
jangka waktu sewa guna usaha, hak milik (legal title) atas aktiva yang
disewagunausahakan tetap berada pada perusahaan sewa guna usaha meskipun
berdasarkan suatu perjanjian sewa guna usaha tanggung jawab atas penggunaan aktiva
tersebut diserahkan kepada penyewa guna usaha.
Terlepas dari ketentuan tersebut, ditinjau dari aspek akuntansi, paragraf 35
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa

21
laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi (economic substance) dari
suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (legal form).
Oleh karena itu, apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan
makna ekonominya merupakan pemindahan dari seluruh manfaat serta resiko yang
melekat pada kepemilikan suatu aktiva, maka transaksi tersebut harus dipandang
sebagai perolehan suatu aktiva dan terjadinya kewajiban (capital lease) bagi penyewa
guna usaha, dan suatu penjualan atau pembiayaan (finance lease) bagi perusahaan sewa
guna usaha.
Sebaliknya apabila suatu transaksi sewa guna usaha yang berdasarkan makna
ekonominya tidak merupakan suatu pemindahan seluruh manfaat dan resiko yang
melekat pada kepemilikan aktiva tersebut, maka transaksi tersebut harus dipandang
sebagai transaksi sewa menyewa biasa (operating lease) antara perusahaan sewa guna
usaha dengan penyewa guna usaha.

2. Tujuan
Pernyataan ini dirumuskan berdasarkan beberapa alasan berikut ini:
a. Diperlukan ketegasan tentang perlakuan dan pelaporan transaksi sewa guna usaha
yang dapat mengungkapkan status aktiva yang disewagunausahakan baik bagi
perusahaan sewa guna usaha maupun penyewa guna usaha.
b. Perlu adanya pedoman tentang keseragaman perlakuan akuntansi transaksi sewa
guna usaha sehingga data keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dianalisis dan ditafsirkan dengan mudah oleh semua pihak yang berkepentingan.
c. Dengan meluasnya transaksi sewa guna usaha di Indonesia setelah kebijakan
deregulasi dan debirokratisasi, maka perlu diatur pengungkapan yang layak dalam
standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai laporan
keuangan.

3. Kriteria Pengelompokan Transaksi Sewa Guna Usaha


Berhubung dasar pertimbangan utama yang digunakan adalah asas makna
ekonomi, maka suatu transaksi sewa guna usaha akan dikelompokkan sebagai capital
lease bagi penyewa guna usaha atau finance lease bagi perusahaan sewa guna usaha
apabila dipenuhi semua kriteria berikut ini:

22
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang
disewagunausaha pada akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang telah
disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.

b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha ditambah
dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang
disewagunausaha serta bunganya, sebagai keuntungan perusahaan sewa guna usaha
(full payout lease).

c. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun. Kalau salah satu kriteria tersebut
di atas tidak terpenuhi maka transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai
transaksi sewa menyewa biasa (operating lease).

4. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)


4.1. Finance Lease
a. Penanaman neto dalam aktiva yang disewagunausahakan harus diperlakukan
dan dicatat sebagai penanaman neto sewa guna usaha. Jumiah penanaman neto
tersebut terdiri dari jumlah piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga
opsi) yang akan diterima oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa
sewa guna usaha dikurangi dengan pendapatan sewa guna usaha yang belum
diakui (unearned lease income), dan simpanan jaminan (security deposit).

b. Selisih antara piutang sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) dengan
harga perolehan aktiva yang disewagunausahakan diperlakukan sebagai
pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease income).

c. Pendapatan sewa guna usaha yang belum diakui harus dialokasikan secara
konsisten sebagai pendapatan tahun berjalan berdasarkan suatu tingkat
pengembalian berkala (periodic rate of retum) atas penanaman neto perusahaan
sewa guna usaha.

d. Apabila perusahaan sewa guna usaha menjual barang modal kepada penyewa
guna usaha sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka perbedaan
antara harga jual dengan penanaman neto dalam sewa guna usaha pada saat

23
penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian
periode berjalan.

e. Pendapatan lain yang diterima sehubungan dengan transaksi Sewa Guna Usaha
harus diakui dan dicatat sebagai pendapatan periode berjalan.

4.2. Operating Lease


a. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.

b. Pembayaran sewa guna usaha (lease payments) selama tahun berjalan yang
diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan
sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus
sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha
mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

c. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah


yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.

d. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai


buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian
tahun berjalan.

5. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha (Lessor)


5.1. Capital Lease
a. Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh
pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus
dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Selama
masa sewa guna usaha setiap pembayaran sewa guna usaha dialokasikan dan
dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban sewa guna usaha dan beban bunga
berdasarkan tingkat bunga yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban
penyewa guna usaha.

24
b. Kalau aktiva yang disewagunausaha dibeli sebelum berakhirnya masa sewa
guna usaha, maka perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun berjalan.

c. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan
jangka panjang sesuai dengan praktek yang lazim untuk jenis usaha penyewa
guna usaha.

d. Dalam hal dilakukan penjualan dan penyewaan kembali (sales and leaseback)
maka transaksi tersebut harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah
yaitu transaksi penjualan dan transaksi sewa guna usaha. Selisih antara harga
jual dan nilai buku aktiva yang dijual harus diakui dan dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan. Amortisasi atas keuntungan atau
kerugian yang ditangguhkan harus dilakukan secara proporsional dengan biaya
amortisasi aktiva yang disewa guna usaha apabila leaseback merupakan capital
lease atau secara proporsional dengan biaya sewa apabila leaseback merupakan
operating lease.

5.2. Operating Lease


a. Barang modal yang disewagunausahakan harus diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan.
b. Pembayaran sewa guna usaha (lese payment) selama tahun berjalan yang
diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan
sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus
sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembyaran sewa guna usaha
mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.
c. Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan harus dilakukan dalam jumlah
yang layak berdasarkan taksiran masa manfaatnya.
d. Kalau aktiva yang disewagunausahakan dijual maka perbedaan antara nilai
buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai kerugian atau keuntungan
tahun berjalan.

25
T. CONTOH PRAKTIK DAN ANALISIS RASIO KEUANGAN
1. Pendirian PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF)
PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF) didirikan pada bulan Desember 2006
di Jakarta dan memperoleh izin pada tanggal 14 Mei 2007 selanjutnya mulai beroperasi
tanggal 27 Agustus 2007 awalnya sebagai perusahaan pembiayaan bagi komunitas
bisnis Indonesia dan Asia Tenggara dengan menawarkan pembiayaan minimal sebesar
Rp 2 milyar per- transaksi serta jasa konsultasi keuangan.
Pendirian ALIF diprakarsai oleh tiga lembaga keuangan terkemuka Indonesia
dan Timur Tengah, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Boubyan Kuwait,
International Leasing & Investment Company (ILIC) dengan penempatan modal awal
keseluruhan sebesar Rp 105 miliar. 12

a. Struktur Organisasi

b. Susunan Organisasi
1. KOMISARIS
Presiden Komisaris : Sukamto
Anggota : Tindomora Siregar

12
https://pembiayaansyariah.com/profil/

26
Anggota : Purnomo B Soetadi
2. DIREKSI
Direktur Utama : Afrid Wibisono
Direktur Pengembangan Bisnis : Agus Darmawan
Direktur Keuangan : Teguh Nugroho
3. DEWAN PENGAWAS SYARIAH
Dewan Pengawas Syariah : Muhammad Faisal Muchtar

2. Metode Analisa
Analisa mengunakan jenis data sekunder yaitu berupa Tabel Perbandingan Data
Keuangan yang ada didalam laporan tahunan 2017 PT. Al Ijarah Indonesia Finance
(ALIF) yang dipublikasikan pada web perusahaan. 13

Mengenai teknik analisanya menggunakan rasio profitabilitas dan solvabilitas.


Rumus yang digunakan untuk mengkaji analisis data, antara lain:
1. Rasio Profitabilitas
a. Return of Asset (ROA)

13
https://pembiayaansyariah.com/laporan-tahunan/

27
Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan
persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan
dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata
lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang
mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam
persentase (%). Rumus yang digunakan adalah:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return of Assets (ROA) = × 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

b. Return of Equity (ROE)


Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut.
Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang
dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan
oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase
(%). Rumus yang digunakan adalah:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return of Equity (ROE) = × 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
a. Debt to Assets Rasio (DAR)
Debt to Assets Ratio adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total hutang yang dimiliki dengan total aktiva
perusahaan. Rumus yang digunakan adalah:

Total Hutang
Debt to Assets Rasio = × 100%
Total Aset

28
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio adalah sebagai rasio untuk membandingkan antara
hutang dengan ekuitas emiten. Rumus yang digunakan adalah:

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = Total Ekuitas × 100

3. Hasil Analisis dan Pembahasan


Dari data yang di peroleh berhasil didapatkan rasio keuangan PT. Al Ijarah
Indonesia Finance (ALIF) selama tiga tahun dari tahun 2015 sampai 2017.
Pedoman yang dipergunakan untuk menentukan standard nilai adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Standar nilai ROA, ROE, DER dan DAR


Indikator Standard Nilai
Return on Asset (ROA) Semakin tinggi maka semakin baik
Return on Equity (ROE) 0,5% - 1,25%
Debt to Equity Ratio (DER) Semakin rendah maka semakin baik
Debt to Asset Ratio (DAR) Semakin rendah maka semakin baik

a. Analisis Rasio Profitabilitas


Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan
(earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu.
Rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan
yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan
keuangan yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Tabel 3.2. Rasio Profibilitas berdasarkan Return of Asset


Tahun ROA Kategori
2015 0,1% Tidak Profitable
2016 0,2% Tidak Profitable
2017 0,1% Tidak Profitable
Sumber: data sekunder diolah

29
Pada tahun 2015 rasio profibilitas berdasarkan Return of Asset adalah 0,1%, ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00- asset yang dikelola hanya menghasilkan laba
sebesar 0,1%. Pada tahun 2016 mengalami sedikit kenaikan menjadi 0,2%, ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00- asset yang dikelola hanya menghasilkan laba
sebesar 0,2% dan di tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 0,1%, ini menunjukkan
bahwa setiap Rp 100,00- asset yang dikelola hanya menghasilkan laba sebesar 0,1%.
Menurut hasil perhitungan dari rasio profitabilitas pada laporan keuangan tiga tahun
terakhir menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF)
tergolong tidak profitable. Artinya mereka belum mampu mengelola asset untuk
menghasilkan laba secara maksimal.

Tabel.3.3 Rasio Profibilitas berdasarkan Return of Equity


Tahun ROA Kategori
2015 2,0% Tidak Profitable
2016 3,9% Tidak Profitable
2017 1,4% Tidak Profitable
Sumber: data sekunder diolah

Pada tahun 2015 rasio profibilitas berdasarkan Return of Equity (ROE) adalah
2,0%, ini menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00- ekuitas yang dikelola hanya
menghasilkan laba sebesar 2,0%. Pada tahun 2016 mengalami sedikit kenaikan menjadi
3,9%, ini menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00- ekuitas yang dikelola menghasilkan
laba sebesar 3,9% dan di tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 1,4%, ini
menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00- ekuitas yang dikelola hanya menghasilkan laba
sebesar 1,4%. Menurut hasil perhitungan dari rasio profitabilitas pada laporan keuangan
tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kondisi keuangan PT. Al Ijarah Indonesia
Finance (ALIF) tergolong tidak profitable. Artinya mereka belum mampu mengelola
ekuitas yang dimiliki untuk menghasilkan laba secara maksimal.

b. Analisis Rasio Solvabilitas


Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
jangka pendek maupun panjang. Dikatakan solvable apabila perusahaan memiliki
aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya.

30
1. Rasio Solvabilitas berdasarkan Debt to Asset Ratio (DAR)
Tabel.3.4. Rasio Solvabilitas berdasarkan Debt Asset Ratio
Tahun DAR Kategori
2015 89,0% 4 - Tidak Baik
2016 90,3% 4 - Tidak Baik
2017 90,0% 4 - Tidak Baik
Sumber: data sekunder diolah

Tahun 2015 rasio solvabilitas PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF)


berdasarkan Debt to Asset Ratio sebesar 89,0% ini menunjukkan hutang yang dimiliki
sebesar 89% dari total asset yang dimiliki. Tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi
90,3% ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang 90,3% dari total aset dan
pada tahun 2017 rasio solvabilitas mengalami sedikit penurunan menjadi 90,0% ini
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang 90% dari jumlah aset. Rasio Hutang
terhadap Aset yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan memiliki total hutang yang
sudah mendekati jumlah total asset (terbukti di tahun 2017 sudah mencapai 90,0%).
Hal ini tidak baik dan rentan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutangnya.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF) tidak
solvable.

2. Rasio Solvabilitas berdasarkan Debt Equity Ratio (DER)


Tabel.3.5. Rasio Solvabilitas berdasarkan Debt Equity Ratio
Tahun DER Kategori
2015 7,66 4 - Tidak Baik
2016 8,94 4 - Tidak Baik
2017 8,72 4 - Tidak Baik
Sumber: data sekunder diolah

Tahun 2015 rasio solvabilitas PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF)


berdasarkan Debt Equity Ratio sebesar 7,66 ini menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki jumlah hutang 7.66 kali lebih besar dari jumlah ekuitas. Tahun 2016
mengalami peningkatan menjadi 8,94 ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

31
jumlah hutang 8.94 kali lebih besar dari jumlah ekuitas dan pada tahun 2017 rasio
solvabilitas mengalami peningkatan kembali menjadi 8,72 ini menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki jumlah hutang 8.72 kali lebih besar dari jumlah ekuitas. Rasio
Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan mungkin tidak
dapat menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi kewajiban hutangnya. Dapat
disimpulkan bahwa kinerja PT. Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF) tidak solvable.

32
BAB III
PENUTUP

3. 1. Kesimpulan
1. Ijarah (persewaan) yaitu suatu akad yang berkaitan dengan pemanfaatan barang
yang dikehendaki yang telah diketahui penggunaannya. Barang tersebut dapat
diserahkan kepada penyewa dengan ongkos yang jelas atau pasti. Akad
persewaan ini adalah akad yng tetap, artinya kedua orang yang melakukan akad
sewa-menyewa ini tidak boleh menghentikan akad sekehendaknya, kecuali
setelah selesai atau habis waktunya menurut perjanjian yang telah ditetapkan.
Dasar akad ijarah ini adalah Al-Qu’an, hadits, dan ijma’.

2. Ada dua jenis kegiatan usaha Ijarah/Leasing:


- Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa
seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang
mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah
yang dibayarkan disebut ujrah.
- Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu
memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada
orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan
leasing (sewa) pada bisnis konvensional.

3. Jenis Pembiayan Leasing dibagi dua: Operating Lease dan Finance Lease
3.1.Operating Lease
Dalam pembiayaan jenis operating lease, lessor membeli barang modal
dan disewagunakan kepada lessee. Pembayaran periodik yang dilakukan
lessee tidak mencakup biaya yang dikeluarkan lessor untuk mendapatkan
barang modal dan bunganya. Lessor hanya mengharapkan keuntungan dari
penjualan barang-barang modal yang disewagunakan dan sumber
penghasilan dari perjanjian leasing yang lain, oleh karenanya perlu keahlian
khusus memasarkan kembali asset tersebut.
Semua pembayaran pajak, asuransi dan pemeliharaan barang/asset yang
dilease-kan menjadi tanggung jawab lessor. Dalam operating lease, lessee

33
boleh menunda atau membatalkan pembayaran asalkan sejak awal
diberitahukan kepada lessor.
3.2. Financial Lease
Dalam pembiayaan jenis financial lease, perusahaan leasing sebagai
lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal, sedangkan
lessee hanya melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang
modal yang menjadi obyek transaksi leasing.
Adapun jenis-jenis Financial Lease antara lain: Direct finance lease,
Hire Purchase, Sale and lease back, Leveraged lease, Cross Border Lease,
Syndicated lease dan Vendor Program.

34
DAFTAR PUSTAKA

Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di
Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006
Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga keuangan lainnya, Yogyakarta: STIE YKPN, 2002
John D. Martin, Dasar-dasar Managemen Keuangan. Terjemahan Haris Munandar, Jakarta:
Raja Grafindo, 1994
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Wacana Ulama & Cendikia, Jakarta: Tazkia
Institute, 1999.
PPHIM, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Prenada Media Group, 2017.
Irham Fahmi, Analisis Kinerja Keuangan, Bandung: Alfabeta, 2011
Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Np. 107 tentang Akuntansi Ijarah. Jakarta: Graha Akuntan.,
2009.
Peraturan No. 31/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Pembiayaan Syariah.
Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. Islamic Banking – Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010.
Rodoni, A., dan A. Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta Timur: IKAPI, 2008.
Hanafi, Mahduh dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: (UPP)
STIM YKPN, 2012.
Sofyan Syafri Harahap, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Al Ijarah Indonesia Finance. https://pembiayaansyariah.com. Diakses pada tanggal 28
Oktober 2019 pukul 17.05 WIB.
Wikipedia. Rasio finansial diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Rasio_finansial tanggal 28
Oktober 2019 pukul 19:30 WIB.
Jurnal.id, Mengenal Pengertian dan Fungsi Analisa Rasio Keuangan Perusahaan diakses di
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-pengertian-dan-fungsi-analisa-rasio-keuangan-
perusahaan/ pada tanggal 28 Oktober 2019 pukul 20.00 WIB.
Nur Rohman. Pengertian Analisis Rasio Keuangan, Macam-Macam Rasio dan Rumusnya
diakses di https://akuntanonline.com/pengertian-analisis-rasio-keuangan/ tanggal 28 Oktober
2019 pukul 20:12 WIB.

35
LAMPIRAN

36

You might also like