Professional Documents
Culture Documents
PROSIDINGSEMNASII2018FAPERTAMUSAMUS
PROSIDINGSEMNASII2018FAPERTAMUSAMUS
net/publication/331529610
CITATIONS READS
0 403
3 authors, including:
Adnan Albahry
Ministry of Agriculture
18 PUBLICATIONS 10 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Adnan Albahry on 05 March 2019.
ABSTRACT
ABSTRAK
Kebijakan pembangunan sektor pertanian berbasis sumberdaya pangan lokal perlu dibuat dan
diimplementasikan untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan pangan. Makalah ini
bertujuan untuk mengkaji kebijakan pembangunan sektor pertanian berbasis pangan lokal dan
memaparkan implementasi penelitian dan pengkajian pengembangan pangan lokal yang
dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua. Hasil kajian
menunjukkan bahwa Pemerintah Pusat sudah membuat kebijakan khusus mengenai pangan
lokal dan dijalankan melalui program kerja Kementerian Pertanian. Sedangkan Pemerintah
Daerah Papua sudah membuat kebijakan umum mengenai pemanfaatan lahan untuk produksi
pangan lokal. Peraturan tambahan masih diperlukan untuk mendukung pengembangan
tanaman lokal yang tingkat konsumsi perkapitanya cenderung menurun. Selanjutnya, BPTP
Papua mengkaji inovasi teknologi spesifik lokasi untuk mengembangkan tanaman lokal sagu,
ubi jalar dan gembili untuk mendukung program ketahanan pangan lokal.
Kata kunci: pangan lokal, ketahanan pangan, kebijakan, inovasi, teknologi pertanian spesifik
lokasi
9
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
PENDAHULUAN
Kontribusi sektor pertanian terhadap rata-rata kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
mencapai 10.26% dengan pertumbuhan sekitar 3.90% pada periode 2010-2014. Sektor
pertanian menyerap sekitar 35.76 juta atau sekitar 30.2% dari total tenaga kerja, terbesar
dibandingkan sektor lain walaupun ada kecenderungan menurun. Nilai Tukar Petani (NTP)
meningkat dari sebesar 101.78 pada tahun 2010 menjadi 106.52 pada tahun 2014, walau
sempat menurun pada tahun 2013. Jumlah penduduk miskin di perdesaan menurun -
3.69%/tahun atau menurun dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada
tahun 2014. Penduduk desa tersebut sebagian besar berada di sektor pertanian (Kementan,
2015).
Tantangan pembangunan sektor pertanian pada masa depan adalah skala ekonomis dan
teknis yang belum tercapai, alih fungsi lahan, tataniaga pertanian, diversifikasi produk,
fluktuasi harga, infrastruktur terbatas dan perubahan iklim (Bantacut, 2019).
Untuk mengatasi permasalahan sektor pertanian tersebut, Kementerian Pertanian
menyusun sasaran strategis tahun 2015-2019. Sasaran strategis tersebut adalah: 1. pencapaian
swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi gula dan daging; 2.
peningkatan diversifkasi pangan; 3. peningkatan komoditas bernilai tambah dan berdaya
saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor; 4. penyediaan bahan baku
bioindustri dan bioenergi; 5. peningkatan pendapatan keluarga petani; 6. akuntabilitas kinerja
aparatur pemerintah yang baik. Sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam program kerja
yang terperinci (Kementan, 2015).
Selain target swasembada produk strategis nasional yaitu padi, jagung, kedelai serta
peningkatan produksi gula dan daging, Kementerian Pertanian juga fokus untuk
mengembangkan sumberdaya pangan lokal seperti tercantum dalam rencana strategis tahun
2015-2019. Program diversifikasi pangan harus terus dikembangkan menggunakan bahan
pangan lokal seperti sagu, ubi jalar, singkong dan gembili untuk mengurangi tingkat
konsumsi beras (Hanafie, 2010; Pawiroharsono, 2013). Selanjutnya, bahan pangan lokal bisa
diproses lebih lanjut menjadi tepung untuk mengurangi penggunaan terigu yang masih 100%
diimpor dari luar negeri (Budijanto, 2009; Damayanti, Wahyuni, & Wena, 2014).
Makalah ini bertujuan untuk: 1. mengkaji kebijakan pembangunan sektor pertanian
berbasis pangan lokal, 2. Memaparkan implementasi penelitian dan pengkajian
pengembangan pangan lokal yang dilakukan oleh BPTP Papua.
METODOLOGI
Kajian menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan
analisis data sekunder. Sumber data berasal dari peraturan pemerintah, peraturan daerah,
laporan akhir tahun instansi dan jurnal ilmiah. Data ditampilkan dalam bentuk tabel dan
gambar.
10
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kebijakan Pembangunan Pertanian Berbasis Sumberdaya Pangan Lokal
11
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
12
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
tercapainya sasaran program ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal. Program budi
daya dan peningkatan produksi padi, umbi-umbian dan sagu sebagai tanaman pertanian
pangan pokok dilaksanakan untuk menjaga ketersediaan pangan yang cukup, dan aman di
setiap daerah kabupaten/kota di Papua. Program pangan lokal juga dilaksanakan untuk
melakukan antisipasi dan mengatasi daerah yang memiliki potensi terjadinya rawan pangan
(Perda, 2013a).
13
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
Pengembangan pangan lokal oleh BPTP Papua untuk mendukung program Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi spesifik
lokasi tersebut. Kegiatan pengembangan lokal meliputi pengelolaan sumber daya genetik
(SDG), komoditi sagu, ubi jalar dan gembili.
Pengelolaan sumber daya genetik
BPTP Papua telah melakukan kegiatan inventarisasi, karakterisasi dan koleksi tanaman
lokal Papua sejak tahun 2013. Kegiatan inventarisasi yang telah dilakukan adalah tanaman
buah 15 aksesi, tanaman pangan lokal 37 aksesi, tanaman sayuran 10 aksesi dan tanaman hias
5 aksesi. Karakterisasi dilakukan sebanyak 177 tanaman dan koleksi sebanyak 700 tanaman
(Ondikeleuw, 2017).
Pada tahun 2018, 6 aksesi tanaman sedang didaftarkan ke Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian oleh BPTP Papua atas
nama Kepala Daerah (Tabel 1). Dua aksesi yang didaftarkan merupakan jenis umbi. Aksesi
gembili (Dioscorea esculenta) disebut Maninggombu dan aksesi ubi kelapa/ uwi (Dioscorea
alata) lokal disebut gula yu merupakan umbi-umbian lokal yang berpotensi dikembangkan
sebagai pangan lokal. Umbi tersebut biasanya digunakan sebagai makanan pendamping untuk
acara adat seperti pembayaran mahar, kematian dan upeti kepala suku (Ondikeleuw, 2018).
14
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
bagi peningkatan kesejahteraan dengan alias kelayakan usaha R/C> 1. Tantangan
pengembangan bioindustri sagu adalah aspek pemasaran hasil. Selain itu, penerapan
teknologi pakan sapi dan pakan ikan menggunakan limbah sagu terkendala kondisi sosial
budaya (Lewaherilla, 2016).
Ubijalar
BPTP Papua mengembangkan bioindustri ubi jalar di Kampung Erom, Kabupaten
Merauke pada tahun 2016. Tujuan kegiatan adalah mendapatkan paket teknologi peningkatan
produksi ubijalar sehingga mendorong munculnya industri pengolahan ubijalar di pedesaan
dan diperolehnya paket teknologi pemanfaatan limbah ubijalar. Tahapan kegiatan yang
dilakukan adalah: 1. peningkatan produktivitas tanaman ubijalar dengan penggunaan varietas
unggul; 2. peningkatan produksi tepung ubijalar yang optimal; 3. peningkatan pemanfaatan
limbah ubijalar sebagai pakan ternak.
Hasil kajian adalah teknologi budidaya ubijalar di Kampung Erom perlu diperbaiki
terutama teknologi untuk menghadapi serangan hama boleng pada musim kemarau. Salah
satu cara adalah dengan introduksi varietas ubijalar yang tahan terhadap serangan hama
boleng Cylas formicaris yaitu dengan varietas alternatif Antin-1, Antin-2 dan Sawentar
(Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan Hama Boleng Cylas formicaris
15
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
adalah bimbingan yang intensif perlu dilakukan karena latar belakang pendidikan dan
pengetahuan anggota tani kurang (Lestari, 2016).
Gembili
Gembili menjadi salah satu komoditas pangan lokal unggul masyarakat lokal di daerah
perbatasan Sota, Kabupaten Merauke. Pola budidaya gembili masih dilakukan secara
tradisonal seperti jarak tanam tidak teratur dan tidak dilakukan pemupukan. Pola
Penyimpanan yang dilakukan masih sederhana sehingga masa simpan umbi pendek (3-4
bulan).
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, BPTP Papua melakukan kajian perbaikan teknik
budidaya gembili untuk meningkatkan populasi tanaman dan optimalisasi lahan pada tahun
2018. Teknologi yang diintroduksi adalah jarak tanam dan pemberian pupuk organik serta
memperbaiki model penyimpanan gembili sehingga masa simpan umbi bisa lebih lama dan
tunas umbi tidak cepat tumbuh. Jarak tanam yang diperkenalkan adalah 100x75x200 m,
75x75x150 m dan 100x200m (Gambar 3). Pemupukan organik dilakukan menggunakan
bahan organik yang ada di sekitar lokasi. Tujuh aksesi gembili yang ditanam yaitu Njorung,
Keplam, Tai, Saloken, Mpeter, Sipik, dan Sent. Selanjutnya, penyimpanan gembili diperbaiki
dengan cara meningkatkan ketebalan lantai penyimpanan dan pengaturan ventilasi sinar
matahari. Hasil kajian menunjukkan bahwa petani menyukai pengetahuan baru mengenai
pengaturan jarak tanam dan pemupukan organik.
16
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
KESIMPULAN
Tingkat konsumsi pangan lokal cenderung menurun karena perubahan pola konsumsi
ke beras. Kondisi ini bisa melemahkan ketahanan pangan nasional. Pembangunan sektor
pertanian berbasis sumberdaya pangan lokal harus terus diupayakan untuk meningkatkan
ketahanan pangan. Pemerintah Pusat membuat kebijakan percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun
2009 yang kemudian diimplementasikan pada program kerja Kementerian terkait.
Kementerian Pertanian sebagai penyelenggara urusan pemerintahan di bidang pertanian
menjalankan kebijakan dan program kerja untuk mewujudkan sistem pertanian-bioindustri
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi
berbasis sumberdaya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani. Pemerintah
Daerah Papua sudah membuat kebijakan umum mengenai pemanfaatan lahan untuk produksi
pangan strategis nasional dan pangan lokal, namun masih perlu peraturan tambahan khusus
untuk pengembangan pangan lokal. BPTP Papua mengembangkan teknologi pertanian
spesifik lokasi untuk mengakomodir kepentingan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah di
Papua. Inovasi pengembangan komoditas pertanian lokal seperti sagu, ubi jalar dan gembili
terus dikembangkan mulai dari aspek sumberdaya genetik, bibit unggul, teknologi budidaya
dan pengendalian hama penyakit sampai teknologi panen dan pascapanen.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M. (2010). Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung pencapaian
diversifikasi pangan. Gizi Indon, 33(1), 20–28.
Bantacut, T. (2019). Agenda Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan 2014-2019.
Pangan, 23(3), 278–295.
BPS. (2015). Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Papua Tahun 2015. Jayapura, Papua:
CV. Mitra Karya Pura.
BPS. (2017). Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Papua Tahun 2017. Jayapura, Papua:
CV. Mitra Karya Pura.
Budijanto, S. (2009). Dukungan Iptek Bahan Pangan pada Pengembangan Tepung Lokal.
Pangan, 54(18), 55–67.
Damayanti, D. A., Wahyuni, W., & Wena, M. (2014). Kajian kadar serat, kalsium, protein,
dan sifat organoleptik chiffon cake berbahan mocaf sebagai alternatif pengganti terigu.
Teknologi Dan Kejuruan, 37(1), 73–82.
Hanafie, R. (2010). Peran Pangan Pokok Lokal Tradisional Dalam Diversifikasi Konsumsi
Pangan. J-SEP, 4(2), 1–7.
Kementan. (2015). Rencana Strategis Kementerian PertanianTahun 2015-2019. Biro
Perencanaan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian.
Lestari, M. S. (2016). Model Pertanian Bioindustri Berbasis Ubijalar Di Papua. Laporan
Akhir BPTP Papua. Jayapura, Papua.
Lewaherilla, N. E. (2016). Model Pertanian Bioindustri Berbasis Sagu Di Papua. Laporan
17
ISBN 978-602-51761-1-1
Seminar Nasional Pertanian Terpadu II,
Fakultas Pertanian, UNMUS
Merauke, 5 – 6 November 2018
Akhir BPTP Papua.
Ondikeleuw, M. (2017). Pengelolaan Sumber Daya Genetik Di Provinsi Papua. Laporan
Akhir BPTP Papua. Jayapura, Papua.
Ondikeleuw, M. (2018). Pengelolaan Sumber Daya Genetik Di Provinsi Papua. Laporan
Akhir BPTP Papua. Jayapura, Papua.
Pawiroharsono, S. (2013). Revitalisasi Penganekaragaman Pangan Berbasis Pangan Lokal.
Pangan, 22(1), 77–86.
Perda. Perlindungan Lahan Pertanian Pokok Berkelanjutan, Pub. L. No. 27 (2013). Papua.
Perda. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Papua Tahun 2013-2018,
Pub. L. No. 14 (2013). Papua.
PP. Ketahanan Pangan, Pub. L. No. 68 (2002). Indonesia.
PP. Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal, Pub. L. No. 68 (2009).
Widodo, Y., Sandjaja, & Ernawati, F. (2017). Skor pola pangan harapan dan hubungannya
dengan status gizi anak usia 0,5 – 12 tahun di Indonesia. Penelitian Gizi Dan Makanan,
40(2), 63–75.
18
ISBN 978-602-51761-1-1