You are on page 1of 8

HUBUNGAN SELF EFFICACY TERHADAP KEPATUHAN

DIIT PADA PENDERITA DM

Hilda Rahmi Ningsih 1, Bayhakki 2, Rismadefi Woferst 3


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: hilda.rahmi1976@gmail.com

Abstract

Self-efficacyis the attitude of confidence or confidence in his own ability to display behavior that lead one to the
expected results. The purpose of this study was to determine the relationship of self efficacy of compliance with diet in
patients with DM at Arifin Achmad Pekanbaru. The design of this study using a correlation at study with cross sectional
approach. Samples were 40 respondents taken based on inclusion criteria using cluster sampling. The measuring
instrument used was a questionnaire, in which the self-efficacy variables using questionnaires DMSES and a
compliance questionnaire for the variable compliance diet DM. The analysis used univariate analysis to determine the
frequency distribution and bivariate using chi square test. The results showed that 15 respondents who had high self-
efficacy was obedient in performing diet DM as many as 14 respondents (70%) and of the 25 respondents who had low
self-efficacy , with better adherence to diet DM as many as 6 people respondents (30%). Statistical test results obtained
p value of 0.000 where p value < alpha (0.05), so there was a significant association between self-efficacy with diet
adherence in patients with DM at Arifin Achmad Pekanbaru. Further research is suggested to examine other variables
using different research design.

Keywords: Diabetes, diet compliance, self-efficacy

PENDAHULUAN yang tidak seimbang, kurangnya aktifitas fisik),


Diabetes Mellitus adalah penyakit stress, kelainan genetik, riwayat gestasional
gangguan metabolisme kronis yang ditandai diabetes, dan faktor usia (Soegondo, 2009). Pada
dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula DM tipe 2 sendiri merupakan DM yang tidak
darah) secara terus menerus yang disebabkan bergantung pada insulin, kondisi ini terjadi
karena hormon insulin yang dihasilkan oleh sel karena kombinasi dari kurangnya produksi
beta dari pulau langerhans pada pankreas tidak insulin, resistensi insulin, atau berkurangnya
lagi bekerja secara normal (Suryo, 2009). sensitivitas insulin. Pada penderita toleransi
Jumlah penderita diabetes didunia glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sebanyak 422 juta jiwa (Word Health sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
Organisation, 2016). Pada tahun 2015, glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
prevalensi angka kejadian DM didunia adalah normal atau sedikit meningkat, namun demikian
mencapai 415 juta penderita. Indonesia masuk jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
urutan ke tujuh dunia pada tahun 2015 dengan peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
jumlah 10 juta penderita. Jumlah penyandang glukosa akan meningkat. DM Tipe 2 merupakan
diabetes di Indonesia mencapai angka 425 juta DM yang paling sering pada penderita diabetes
orang pada tahun 2017. Proyeksi tersebut (Ernawati, 2013).
diprediksi meningkat mencapai 16,7 juta orang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
pada tahun 2045 (International Diabetes Betteng, Pangemangan, & Mayulu (2014) pada
Federation, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar penderita DM di Puskesmas Wawonasa
(riskesdas) pada tahun 2016 menunjukkan bahwa menyebutkan faktor penyebab terjadinya DM
angka DM meningkat 6,9% dari hasil riset tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, obesitas,
sebelumnya dari tahun 2013. Profil Kesehatan makanan, aktivitas fisik dan gaya hidup. Risiko
Kota Pekanbaru menyebutkan DM berada pada DM yang tertinggi pada penduduk Indonesia
urutan nomor dua setelah hipertensi dari sepuluh disebabkan oleh diet yang tidak seimbang yaitu
besar penyakit tidak menular, dengan jumlah mengkonsumsi makanan atau minuman manis
angka penderita 12.306 jiwa pada tahun 2015. lebih dari satu kali perhari (53,1%),
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi mengkonsumsi makanan atau minuman asin
seseorang berisiko tinggi mengalami penyakit lebih dari satu kali perhari (26,2%),
DM yaitu perubahan gaya hidup (pola makan mengkonsumsi makanan atau minuman

212
berlemak lebih dari satu kali perhari (40,7%) Sakit dikarenakan pasien tidak menyukai
(Riskesdas, 2013). makanan yang disediakan oleh ahli gizi, dan
Tingginya jumlah penderita DM yang tergoda oleh makanan yang dibawa oleh
terus meningkat dan risiko terjadinya keluarga ditambah dengan kurangnya keyakinan
komplikasi maka salah satu upaya penanganan dan niat mengikuti diit DM akan membawa hal
DM yang dapat dilakukan adalah kepatuhan yang baik bagi diri pasien sendiri. Kemudian 3
dalam menjaga pola diet (Bilous & Donelly, pasien mengikuti diit DM yang diberikan oleh
2014). Diit DM adalah usaha untuk ahli gizi Rumah Sakit. Berdasarkan fenomena
mengendalikan DM yang diderita melalui tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
pemilihan makanan, mengolah, dan kapan penelitian yang berjudul “hubungan self efficacy
untuk menyantap makanan (Priandarini, 2010). terhadap kepatuhan diit pada penderita DM”.
Diit DM adalah pengaturan jumlah dan jenis Tujuan penelitian ini adalah
makanan yang akan dikonsumsi setiap hari Mengidentifikasi hubungan self efficacy
yang berguna untuk mengontrol kadar gula terhadap kepatuhan diit pada penderita DM.
darah dalam mencegah dan memperlambat Hasil penelitian ini diharapkan dapat
terjadinya komplikasi (Tjokroprawiro, 2011). memberikan informasi tambahan bagi
Diit DM bertujuan untuk membantu dalam masyarakat khususnya self efficacy dalam
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga meningkatkan perawatan diri pada pasien DM,
untuk mengontrol metabolik (Tjokroprawiro, menambah informasi keilmuan keperawatan
2011). Saat menjalankan diit diabetes khususnya tentang self efficacy dalam
dibutuhkan suatu kesadaran dan niat (Self meningkatkan perawatan diri terutama
efficacy) dari seseorang untuk menjalankannya. kepatuhan diit pada pasien DM, memberikan
Self efficacy adalah keyakinan diri atau kontribusi sebagai dasar dalam pengembangan
sikap percaya diri terhadap kemampuan sendiri asuhan keperawatan khususnya pada pasien DM
untuk menampilkan tingkah laku yang akan dan dapat diaplikasikan pada tatanan pelayanan
mengarahkan seseorang pada hasil yang keperawatan baik di Rumah sakit maupun
diharapkan (Yusuf dan Nurihsan, 2011). Jika komunitas dengan menitikberatkan pada
pasien memiliki keyakinan bahwa dengan peningkatan self efficacy dalam perawatan diri
melakukan pengelolaan DM maka akan mampu terutama kepatuhan diit pada pasien DM, dan
mengontrol kondisi tetap stabil, dan merasa diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar
memiliki kemampuan untuk mengikuti program untuk penelitian lebih lanjut yang berfokus pada
diit DM (Rahman, Yulia, & Sukmarini, 2017). self efficacy pasien DM dengan desain dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh metodologi yang berbeda.
Rizka (2012), terhadap 30 responden penderita
hipertensi di R.S.I Siti Hajar didapatkan ada METODE PENELITIAN
hubungan antara self efficacy dengan treatment Penelitian yang dilakukan merupakan
adherence(α <0.05). Hal ini sesuai dengan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan
penelitian Purwanti (2014), terhadap 55 Cross sectional yang dilakukan di ruangan
responden didapatkan hasil bahwa terdapat Kenanga, Anggrek, Merak, dan Poli Penyakit
hubungan antara motivasi dan efikasi diri pasien Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada
DM Tipe 2 dalam melakukan perawatan kaki (α tanggal 20 Januari 2018 sampai dengan 23
<0.05). Januari 2018. Populasi dalam penelitian ini
Data yang didapatkan di Rekam Medik adalah penderita DM yang dirawat di ruangan
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pasien rawat Kenanga, Anggrek, Merak, dan Poli Penyakit
inap dengan diagnosa DM periode Juni-Agustus Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
2017 berjumlah 111 orang. Hasil survei dengan jumlah sampel 40 responden yang
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di diperoleh dengan teknik cluster sampling.
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dengan cara Kriteria inklusi responden pasien yang tidak
observasi didapatkan dari 8 pasien yang mengalami penurunan kesadaran, pasien yang
mengalami DM terdapat 5 pasien yang tidak bersedia menjadi responden, dan pasien yang
mengikuti diit DM yang diberikan oleh ahli gizi bisa baca dan tulis.
yaitudengan makan makanan dari luar Rumah

213
Alat pengumpulan data pada penelitian ini Berdasarkan tabel 3 diatas, sebagian
adalah terdiri dari data demografi yang meliputi besar tingkat pendidikan responden yaitu SLTA
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sebanyak 15 orang (37,5%).
pekerjaan dan lamanya diagnosa DM, kuesioner
self efficacy dan kepatuhan diit DM. Analisis Tabel 4
data yang digunakan pada penelitian ini adalah Distribusi Pekerjaan Penderita DM
analisis univariat untuk mengetahui distribusi No Pekerjaan Jumlah %
frekuensi karakteristik responden dan analisa 1 PNS 5 12,5
bivariat dengan menggunakan uji chi square 2 IRT 13 32,5
untuk melihat hubungan self efficacy terhadap 3 Petani 4 10,0
kepatuhan diit pada penderita DM. 4 Pensiunan 1 2,5
5 Wiraswasta 7 17,5
HASIL PENELITIAN 6 Swasta 10 25,0
Hasil penelitian yang dilakukan tanggal 20 Total 40 100,0
Januari sampai 23 Januari 2018 di Ruangan
Kenanga, Anggrek, Merak, dan Poli Penyakit Berdasarkan tabel 4 diatas, sebagian
Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yaitu: besar pekerjaan responden yaitu IRT sebanyak
1. Analisa univariat 13 orang (32,5%).

Tabel 1. Tabel 5
Distribusi Usia Penderita DM Distribusi Lama Didiagnosa DM
No Usia Jumlah % No Lama didiagnosa Jumlah %
1 Usia pertengahan (45 – 59 28 65,0 1 0 – 6 bulan 6 15,0
tahun) 2 6 bulan keatas 34 85,0
2 Lanjut usia (60 – 74 tahun) 11 32,5 Total 40 100,0
3 Lanjut usia tua (75 – 90 1 2,5
tahun)
4 Sangat tua (diatas 90 tahun) 0 0,0
Berdasarkan tabel 5 diatas, sebagian
Total 40 100,0 besar lama didiagnosa DM responden yaitu 6
bulan keatas sebanyak 34 orang (85,0%).
Berdasarkan tabel 1 di atas, sebagian
besar usia responden yaitu pada usia pertengahan Tabel 6
(45 – 59 tahun) sebanyak 28 orang (65,0%). Distribusi Self Efficacy Penderita DM
No Self efficacy Jumlah %
1 Tinggi 15 37,5
Tabel 2
Distribusi Jenis Kelamin 2 Rendah 25 62,5
Total 40 100,0
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 22 55,0
2 Perempuan 18 45,0 Berdasarkan tabel 6 diatas, sebagian
Total 40 100,0 besar self efficacy yaitu rendah sebanyak 25
orang (62,5%) dan tinggi sebanyak 15 orang
Berdasarkan tabel 2 diatas, sebagian (37,5).
besar jenis kelamin responden yaitu laki-laki
sebanyak 22 orang (55,0%). Tabel 7
Distribusi Kepatuhan Diit DM
Tabel 3 No Kepatuhan diit Jumlah %
Distribusi Tingkat Pendidikan Penderita DM DM
No Tingkat Jumlah % 1 Patuh 20 50,0
Pendidikan 2 Tidak Patuh 20 50,0
1 SD 9 22,5 Total 40 100,0
2 SLTP 8 20,0
3 SLTA 15 37,5
Berdasarkan tabel 7 diatas, kepatuhan diit DM
4 D3 5 15,0
5 S1 2 5,0 pada responden sama yaitu patuh sebanyak 20
6 Lainnya (D2) 1 2,5 orang (50,0%) dan tidak patuh sebanyak 20
Total 40 100,0 orang (50,0%).

214
2. Analisa bivariat menyebabkan berkurangnya kemampuan
Tabel 8 sel β pankeas dalam memproduksi insulin.
Hubungan Self Efficacy Terhadap Kepatuhan b. Jenis Kelamin
Diit Pada Penderita DM Perbandingan jumlah resonden laki-laki
N Kepatuhan diit DM (55%), hampir sama banyak dengan jumlah
o Self p responden perempuan (45%). Penelitian
Efficacy Patuh Tidak Total value
Patuh yang dilakukan oleh Irawan (2010)
n % n % n % mengatakan perempuan memiliki resiko
1 Tinggi 14 70 1 5 15 75 0,000 lebih tinggi terkena DM dibandingkan laki-
2 Rendah 6 30 19 95 25 125 laki, dikarenakan wanita secara fisik
Total 20 100 20 100 40 100
memiliki peluang untuk peningkatan indeks
masa tubuh yang lebih besar. Sindroma
Tabel 8 menunjukkan hubungan self efficacy siklus bulanan dan paska menopouse
terhadap kepatuhan diit DM. Hasil analisa self
membuat distribusi lemak tubuh menjadi
efficacy dan kepatuhan diit DMdari 40 orang mudah terakumulasi akibat proses
responden diperoleh bahwa 15 orang responden hormonal sehingga wanita beresiko tinggi
yang memiliki self efficacy tinggi yang patuh untuk menderita DM.
dalam menjalankan diit DM sebanyak 14 orang Menurut Wicaksono (2011), kejadian
responden (70,0%) dan dari 25 orang responden DM pada laki-laki sering dihubungkan
yang memiliki self efficacy rendah yang patuh dengan kebiasaan merokok, dimana
menjalankan diit DM sebanyak 6 orang kebiasaan merokok menyebabkan
responden (30,0%). Hasil analisa menggunakan gangguan metabolisme glukosa dan
chi square menunjukkan p value sebesar 0,000 peningkatan resistensi insulin yang
dimana p value < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak menyebabkan peningkatan resiko terkena
dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan self DM.
efficacy terhadap kepatuhan diit DM. c. Tingkat pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang
PEMBAHASAN dilakukan terhadap 40 responden yang
A. Pembahasan hasil penelitian diteliti, pendidikan responden yang
1. Analisa Univariat terbanyak yaitu SLTA berjumlah 15
a. Umur responden (37,5%), responden pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan yang paling sedikit yaitu Sarjana/
umur terhadap 40 responden yang diteliti berjumlah 2 responden (5%). Menurut
diperoleh responden terbanyak berada pada penelitian Irawan (2010) tingkat
usia pertengahan (45-59 tahun) berjumlah pendidikan memiliki pengaruh yang
26 responden (65%). Prevalensi DM penting terhadap kejadian DM. Seseorang
meningkat seiring dengan pertambahan
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
usia, didapatkan bahwa setelah mencapai biasanya akan memiliki banyak
usia 30 tahun keatas, kadar glukosa dalam pengetahuan tentang kesehatan, sehingga
darah akan mengalami peningkatan 1-2 mereka memiliki kesadaran untuk menjaga
mg% pertahun pada saat puasa dan akan kesehatannya.
naik 5,6-13 mg% pertahun pada dua jam Disamping itu dengan tinggi nya
setelah makan (Kurniawan, 2010). tingkat pendidikan seseorang maka akan
Studi yang dilakukan Sanjaya (2009), semakin mudah seseorang untuk
juga menemukan bahwa pada kelompok memahami suatu informasi dan akan
umur yang paling banyak menderita DM membantu seseorang untuk menguasai diri
adalah kelompok umur 45-52 tahun, terhadap sakitnya dan melakukan
peningkatan DM terjadi seiring dengan perawatan diri (Ismonah, 2008).
peningkatan umur khususnya pada usia
d. Pekerjaan
lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada Berdasarkan hasil penelitian yang
usia tersebut mulai terjadi peningkatan dilakukan terhadap 40 responden yang
intoleransi glukosa, adanya proses penuaan diteliti, pekerjaan responden yang

215
terbanyak yaitu IRT berjumlah 13 f. Self efficacy
responden (32,5%), pekerjaan responden Berdasarkan hasil penelitian yang
yang paling sedikit pensiunan berjumlah 1 dilakukan terhadap 40 responden yang
responden (1%). Kebanyakan responden diteliti, responden yang terbanyak yaitu
pada penelitian ini adalah kelompok yang self efficacy rendah berjumlah 25
tidak bekerja dan juga berjenis kelamin responden (62,5%). Self efficacy adalah
perempuan. Menurut Wahyuni (2010) keyakinan diri atau sikap percaya diri
diasumsikan bahwa seseorang yang tidak terhadap kemampuan sendiri untuk
bekerja memiliki gaya hidup yang kurang menampilkan tingkah laku yang akan
aktif, orang yang memiliki gaya hidup mengarahkan seseorang pada hasil yang
yang kurang aktif lebih mungkin terkena diharapkan (Yusuf &Nurihsan, 2011).
diabetes dibandingkan dengan seseorang Self efficacy yang tinggi dapat
yang hidup aktif. membuat rasa percaya diri dalam
Ketika seseorang dalam pekerjaannya merespon hal tertentu dalam memperoleh
kurang latihan fisik menyebabkan jumlah reinforcement sebaiknya apabila self
timbunan lemak didalam tubuh tidak akan efficacy yang rendah maka seseorang akan
berkurang dan berat badan menjadi cemas dan tidak mampu melakukan respon
meningkat sehingga dapat menyebabkan (Yusuf &Nurihsan, 2011). Self efficacy
terkena DM. Pekerjaan yang membuat seseorang berpotensi untuk
meningkatkan latihan fisik dapat berperilaku sehat, orang yang tidak yakin
menurunkan hiperinsulinemia, bahwa mereka dapat melakukan suatu
meningkatkan sensitifitas insulin, perilaku yang menunjang kesehatan akan
menurunkan lemak tubuh, menurunkan cenderung enggan mencoba (Friedman dan
tekanan darah, dan menurunkan kadar Schustack, 2008). Individu yang memiliki
HbA1c kelevel yang bisa mencegah self efficacy yang tinggi akan cenderung
terjadinya komplikasi DM (Rondonuwu, untuk memilih terlibat langsung dalam
Rompas, Bataha, 2016). menjalankan suatu tugas, sekalipun tugas
e. Lama didiagnosa DM tersebut adalah tugas yang sulit.
Berdasarkan hasil penelitian yang Sebaliknya, individu yang memiliki self
dilakukan terhadap 40 responden yang efficacy rendah akan menjauhi tugas-tugas
diteliti, lama responden yang terdiagnosa yang sulit karena mereka menganggapnya
DM responden yang terbanyak yaitu lama sebagai suatu ancaman sehingga membuat
(> 6 bulan) berjumlah 34 responden (85%), mereka untuk menghindari tugas-tugas
responden paling sedikit lama terdiagnosa yang mereka anggap sulit.
DM berjumlah 6 responden (15%). g. Kepatuhan diit DM
Penelitian Ismonah (2008), menyebutkan Berdasarkan hasil penelitian yang
lamanya menderita DM nantinya kan dilakukan terhadap 40 responden yang
disertai dengan munculnya berbagai diteliti, kepatuhan diit DM responden yaitu
macam komplikasi mikrovaskuler dan patuh berjumlah 20 responden (50%) sama
makrovaskuler. Penyebab komplikasi salah dengan tidak patuh yaitu 20 responden
satunya adalah kurangnya kepatuhan diit (50%). Kepatuhan adalah kondisi ketika
DM. individu/kelompok berkeinginan untuk
Pasien yang menderita DM dengan patuh, tetapi ada sejumlah faktor yang
jangka waktu lama lebih mampu menghambat kepatuhan terhadap saran
beradaptasi dengan lingkungan jika tentang kesehatan (Carpenito, 2009).
mampu mengatur distres emosional dan Pasien yang patuh dalam menjalankan
dapat memberikan perlindungan diri diit DM akan memiliki kontrol gula darah
terhadap stres dan cemas, dengan yang lebih baik, dengan kontrol gula darah
pengolahan stres yang baik akan yang baik dapat mencegah terjadinya
membantu dalam pencegahan dan komplikasi akut, serta dapat mengurangi
pengelolaan DM (Restada, Ernata, & Sri, resiko komplikasi jangka panjang (Bilous
2016). & Donelly, 2014). Menurut penelitian

216
Sukmarini, Yulia, & Rahman (2017) dilakukan dengan pengetahuan dan
pasien DM akan mematuhi untuk keterampilan yang dirinya miliki.
melaksanaan pengolaan DM dengan baik
jika pasien DM memiliki keyakinan bahwa B. Keterbatasan penelitian
dengan melakukan pengelolaan DM Keterbatasan dalam penelitian ini adalah
makan akan mampu untuk mengontrol peneliti tidak melihat atau mengobservasi
kondisi tetap stabil, dan sesuai dengan secara langsung bagaimana responden
manfaat yang didapat, dan merasa dapat mematuhi diit DM nya dan hanya
untukmengikuti program. mengumpulkan data dengan menggunakan
kuesioner. Penelitian ini menggunakan
2. Analisa Bivariat kuesioner untuk melihat kepatuhan diit DM
Hasil analisis menunjukkan hubungan self dan self efficacy pasien DM yang terdiri dari
efficacy terhadap kepatuhan diit pada beberapa pernyataan yang membutuhkan
penderita DM di RSUD Arifin Achmad waktu bagi responden untuk menjawabnya.
Pekanbaru menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan self efficacy terhadap kepatuhan diit SIMPULAN
pada penderita DM (p value= 0,000, p value < Hasil penelitian tentang self efficacy
0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan terhadap kepatuhan diit DM dilakukan pada
penelitian Sukmarini, Yulia, & Rahman 40 responden di RSUD Arifin Achmad
(2017), yang berjudul “Efikasi diri, Pekanbaru pada tanggal 20-23 Januari 2018
kepatuhan, dan kualitas hidup pasien diabetes diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar
melitus tipe 2” dimana jumlah sampel pada usia responden yaitu pada usia pertengahan
penelitian ini sejumlah 125 sampel didapatkan (45 – 59 tahun) sebanyak 28 orang (65,0%).
hasil bahwa terdapat hubungan bermakna Jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki
antara self efficacy dengan kepatuhan. dengan 22 orang (55,0%), tingkat
Self efficacy pada pasien akan
pendidikan terbanyak yaitu SLTA dengan
mempengaruhi pasien dalam berperilaku dan
15 orang (37,5%), pekerjaan terbanyak yaitu
berkomitmen, sehingga dengan efficacy diri
swasta dengan 10 orang (25,0%) dan lama
dari perubahan perilaku yang diinginkan dapat
dicapai. Menurut Dharmana, Niken, & Yaqin didiagnosa DM terbanyak yaitu 6 bulan
(2017) self efficacy memiliki peranan yang keatas dengan 34 orang (85,0%).
sangat penting dalam merubah perilaku Hasil dari pengukuran kepatuhan diit
seseorang tentang kesehatan. Self efficacy DM didapatkan responden yang patuh
sangat erat hubungannya dengan kepatuhan, terhadap diit DM sebanyak 14 orang
termasuk pada kepatuhan diit DM. (70,0%) memiliki self efficacy yang tinggi,
Hasil penelitian lain yang sejalan dengan responden yang patuh terhadap diit DM
penelitian ini adalah Harjanto, Ekwantini, & tetapi memiliki self efficacy yang rendah
Cahyani (2015) tentang hubungan efikasi diri sebanyak 6 orang (30,0%). Pada responden
dengan kepatuhan pengelolaan DM tipe 2 di yang tidak patuh terhadap diit DM sebanyak
RSUP DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten 1 orang (5,0%) memiliki self efficacy yang
sebanyak 70 responden menyatakan bahwa tinggi, responden yang tidak patuh terhadap
terdapat hubungan yang signifikan antara diit DM tetapi memiliki self efficacy yang
efikasi diri dengan kepatuhan pengelolaan rendah sebanyak 19 orang (95,5%). Hasil
DM tipe 2 dengan p = 0,001 (p value < 0,05) analisa menggunakan chi square
dan r = 0,360. Menurut Dharmana, Niken, & menunjukkan bahwa ada hubungan self
Yakiq (2017), self efficacy menentukan efficacy terhadap kepatuhan diit DM (p
seberapa besarnya usaha yang akan
value = 0,000 < α (0,05)).
dicurahkan dan seberapa lama individu untuk
tetap bertahan dalam menghadapi rintangan-
SARAN
rintangan atau pengalaman yang tidak
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
menyenangkan. Keyakinan juga membantu
beberapa saran diantaranya:
seseorang untuk menentukan apa yang akan

217
1. Bagi Ilmu Keperawatan Dharmana, E., Niken, S., & Yakiq, A. (2017).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Self efficacy training terhadap self
menjadi informasi dalam pengembangan efficacy dan kepatuhan diet diabetes.
ilmu keperawatan tentang hubungan self Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 1 No 1.
efficacy dan kepatuhan diit DM. Diakses tanggal 23 Januari 2018, dari
2. Bagi Masyarakat http//www.eprints.undip.ac.id
Hasil penelitian ini dapat digunakan Dinas Kesehatan Kota. (2015). Profil kesehatan
sebagai tambahan informasi dan Kota Pekanbaru. Diakses tanggal 9
pengetahuan bagi masyarakat khususnya Desember 2017, dari
penderita DM diharapkan dapat memiliki http://www.depkes.go.id
self efficacy yang lebih baik lagi. Ernawati. (2013). Penatalaksanaan keperawatan
3. Bagi Rumah Sakit diabetes militus terpadu. Jakarta: Mitra
Hasil penelitian ini diharapkan lebih Wacana Media
memperhatikan self efficacy penderita DM Friedman, H. & Schustack, W. (2008).
yang dimana sangat berperan dalam proses Kepribadian teori klasik dan riset
perawatan DM khususnya diit DM. modern jilid I. Jakrta: Erlangga
4. Bagi Penelitian Harjanto, T., Ekwantini, E. R, & Cahyani, R.C.
Hasil penelitian ini dapat menambah data (2015). Hubungan efikasi diri dengan
atau informasi tentang hubungan self kepatuhan pengolahan diabetes mellitus
efficacy terhadap kepatuhan diit DM lebih tipe 2 RSUP DR Soeradji Tirtonegoro
lanjut mengenai usia, jenis kelamin, Klaten. Electronic Theses &
pekerjaan, tingkat pendidikan dan lama Dissertations Gadjah Mada University.
didiagnosa DM serta lain-lain. Diakses tanggal 23 Januari 2018, dari
http/www./etd.respository.ugm.ac.id
1 IDF. (2017). Diabetes atlas eighth edition.
Hilda Rahmi Ningsih: Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Diakses tanggal 9 Desember 2017, dari
Indonesia. http://www.diabetesatlas.org
2 Ismonah. (2008). Analisis faktor-faktor yang
Ns. Bayhakki, M. Kep., Sp. KMB, PhD:
Dosen Bidang Keilmuan Keperawatan berhubungan self care management
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi pasien diabetes mellitus dalam konteks
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. asuhan keperawatan di RS Panti Wilasa
3 Citarum Semarang. Depok: FIK UI.
Rismadefi Woferst., M.Biomed: Dosen
Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Diakses tanggal 29 Oktober 2017, dari
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas http//www.Iib.ui.ac.id
Riau, Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. (2013). Pokok-pokok
hasil riset kesehatan dasar Provinsi Riau.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Badan Litbangkese, diakses pada
Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, M. tanggal 21 November 2017 dari
(2014). Analisis faktor resiko penyebab http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id
terjadinya diabetes militus tipe 2 pada Kurniawan, I. (2010). Diabetes melitus tipe 2
wanita usia produktif di Puskesmas pada usia lanjut. Majalah Kedokteran
Wawonasa. Jurnal.e-Biomedik, Vol 2 No Indonesia Vol 60 No 12. Diakses tanggal
2 hal: 407-411. Diakses tanggal 3 23 Januari 2018, dari
september 2017, dari http://www.academia.edu
http://www.ejournal.unsrat.ac.id Priandarini, L. (2010). Diet sehat tanpa lapar.
Bilous, R., & Donelly, R. (2014). Buku pegangan Jakarta Selatan: Trans Media Pustaka
diabetes edisi 4 (Egi Komara Yuda, Purwanti, L.E. (2014). Hubungan motivasi
penerjemah). Jakarta: Bumi Medika dengan efikasi diri pasien dm tipe 2
Carpenito, Linda Juall. (2009). Diagnosa dalam Melakukan perawatan kaki di
keperawatan aplikasi pada praktek klinik wilayah kerja puskesmas Ponorogo utara,
Edisi 8. Jakarta: EGC diakses tanggal 21 Agustus 2017, dari
http://jurnal.stikes-aisyiyah.ac.id

218
Purwanto, N.H. (2011). Hubungan pengetahuan Soegondo. (2009). Penatalaksanaan diabetes
tentang diet diabetes mellitus dengan militus terpadu. Jakarta: Balai penerbit
kepatuhan pelaksanaan diet pada FKUI
penderita diabetes mellitus. Jurnal Suryo, J. (2009). Rahasia herbal penyembuh
keperawatan. Diakses tanggal 21 diabetes. Yogyakarta: B first
November 2017, dari Tjokroprawiro, A. (2011). Panduan lengkap pola
http://eprints.ums.ac.id makan untuk penderita diabetes. Jakarta:
Rahman, F.H., Yulia, & Sukmarini, L. (2017). Gramedia Pustaka Utama
Efikasi diri kepatuhan dan kualitas hidup Sanjaya, I.N. (2009). Pola konsumsi makanan
pasien Diabetes Mellitus tipe 2. E-jurnal tradisional Bali sebagai faktor risiko
Pustaka Kesehatan Vol 5 No 1 hal: 110. kejadian diabetes melitus tipe 2 di
Diakses tanggal 28 September 2017, dari Kabupaten Tabanan. Jurnal Skala
http://jurnal.inej.ac.id Husada. Diperoleh pada tanggal 23
Rizka, R. (2012). Hubungan self efficacy dengan Januari 2018 dari
treatment adherence pada penderita http://www.etd.repository.ugm.ac.id
hipertensi RSI Siti Hajar, diakses tanggal Wahyuni, S. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan
21 Agustus 2017, dari dengan penyakit diabetes melitus (DM)
http://digilib.uinsby.ac.id daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007 :
Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan Depok Universitas Indonesia. Diakses
pengembangan kesehatan . Kementrian tanggal 23 Januari 2018 dari http://www.
academi.edu
kesehatan RI. Diperoleh pada tanggal 11
Wicaksono, P.R. (2011). Faktor-faktor yang
Agustus 2017 dari berhubungan dengan kejadian diabetes
http://www.depkes.go.id/ melitus tipe 2. Diponegoro University
Rumahorbo, H. (2014). Mencegah diabetes Institutional Repository. Diakses pada
mellitus dengan perubahan gaya hidup. tanggal 23 Januari 2018 dari http://
Bogor: Inmedia undip.ac.id
Runtukahu, Finny, R., Rompas, Sefti, Pondaag, World Health Organization. (2016). About
& Linnie. (2015). Analisis faktor-faktor diabetes Geneva: WHO diakses pada
yang berhubungan dengan kepatuhan tanggal 9 Desember 2017 dari
melaksanakan diit pada penderita http://www.who.int/diabetes/action.
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Yusuf, S., & Nurihsan, J. (2011). Landasan dan
Wolaang Kecamatan Langowan Timur. bimbingan konseling. Bandung: PT.
Jurnal Keperawatan Vol 3 No 2. Diakses Reamaj Rosdakarya
tanggal 21 November 2017 dari
http://www. neliti.com

219

You might also like