PEREMPUAN ANTARA PANTI WREDHA NEGERI DAN SWASTA (Studi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Provinsi Jawa Tengah dan Panti Wredha Harapan Ibu Kota Semarang Tahun 2019) Yulinar Tri Pamungkas Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, yulinartripamungkas@gmail.com ABSTRACT ix + 100 Page + 21 table + 15 attachment Previous studies found nutritional status in the underweight category of Homecare compared with elderly living in non-orphanages dominated by women.7 Purpose of the study was to analyze differences between National Homecare and Private Homecare of the food availability, Energy-Protein Sufficiency Level and nutritional status of elderly women. The research method uses a cross sectional approach. The population is the elderly who live in the Semarang City Homecare. The sampling technique uses a purposive sampling method with the inclusion and exclusion criteria of elderly women in National and Private Homecare of 30 and 32 respondents. Data analysis used univariate and bivariate analysis with the Shapiro Wilk statistical test, different tests: Chi Square, Mann Whitney U and Independent Sample T-Test. The results showed a p value of 0.001 on the availability food between National and Private Homecare. There is a difference in the energy sufficiency level of elderly women with a value of difference (p = 0.001) between National and Private Homecare. There is a difference in the level of protein adequacy of elderly women with a difference value (p = 0.001) between National and Private Homecare. And there is no difference in the nutritional status of elderly women based on Body Mass Index (BMI) with a difference value (p = 0.125) between National and Private Homecare. There was no difference in nutritional status based on the circumference of the elderly abdominal women with a value difference (p = 0.359) between National and Private Homecare. It can be concluded that there are differences in the variables of food availability, the energy-protein sufficiency Level in elderly women and there is no difference in nutritional status based on BMI and the stomach circumference of elderly women between National and Private Homecare. Keywords:Food Availability, Energy-Protein Sufficiency Level, Women Elderly, Homecare Bibliography: a. Pendahuluan Selain itu, lanjut usia yang Undang Undang Republik mengalami malnutrisi beresiko Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 terhadap beberapa komplikasi tentang kesehatan menyatakan penyakit yang mempengaruhi bahwa meningkatkan kesadaran, kualitas hidup serta meningkatnya kemauan dan kemampuan hidup resiko kematian.3 Masalah kesehatan sehat bagiosetiap individu lanjut usia menurut data statistik agarrterwujuddderajat kesehatan terdapat 55,21% mengalami keluhan masyarakat yangosetinggi-tingginya kesehatan terjadi pada kelompok sebagai investasi bagi pembangunan lanjut usia perempuan.4 Menurut sumber daya manusia yang produktif Departemen Kesehatan pada tahun secara sosial dan ekonomi serta 2009 terdapat 3,4% lanjut usia yang sebagai salah satu unsur mengalami kurang gizi.5,6 kesejahteraan umum. Perbaikan gizi Pertambahan penduduk lanjut masyarakat ditujukan untuk usia terutama kelompok berjenis peningkatan mutu gizi perorangan kelamin perempuan lebih tinggi dan masyarakat. Salah satu sebesar 12,34 % dibandingkan lelaki peningkatan mutu gizi yaitu 8,78% pada tahun 2018 memberikan peningkatan askes dan mutu dampak positif dan negatif.4 Dampak pelayanan gizi yang sesuai dengan negatifnya bahwa lanjut usia memiliki kemajuan ilmu dan teknologi. kondisi masalah kesehatan terutama Perbaikan gizi ini ditujukan pada kebutuhan gizi.4 Panti Wredha seluruh siklus kehidupan sejak dalam merupakan lembaga atau institusi kandungan hingga lanjut usia.1 sebagai tempat tinggal yang Masa lanjut usia merupakan melaksanakan rehabilitasi sosial bagi tahap akhir dalam siklus kehidupan lanjut usia.2 Panti Wredha di Provinsi yang diharapkan dapat memiliki Jawa Tengah diselenggarakan oleh kehidupan yang berkualitas, mandiri, yayasan negeri dan swasta. Panti dan menua sehat.2 Lanjut usia salah Wredha memiliki keadaan cukup satuukelompok usia yanggrawan memprihatinkan karena terdapat menderita gizi kurang dengan perbedaan pemahaman diperburuk oleh penyakit degeneratif. penyelenggaraan sistem pelayanan Lanjut usia yang menderita gizi oleh pengelola. Jumlah dan mutu kurang memiliki respon pada sistem pengelola relatif kurang memenuhi kekebalan tubuh berkurang dan prasyarat suatu panti yang ideal.3 Hal mudah terserang infeksi sehingga ini dapat menyebabkan mutu dalam proses perawatan pelayanan yang rendah berdampak membutuhkan waktu yang lama.3 pada derajat kesehatan dan gizi kurangnya variasi makanan, sistem lanjut usia pada Panti Wredha.3 kekebalan tubuh, sistem metabolisme Kebutuhan gizi lanjut usia tubuh dan pendidikan, kesehatan gigi perempuan menjadi penting dan mulut.3,8 mengingat proporsi lanjut usia Manajemen penyelenggaraan perempuan yang lebih tinggi yang gizi pada Panti Wredha yang baik mengakibatkan bertambah besar dapat memenuhi kebutuhan gizi pada kebutuhan perawatan pada instansi lanjut usia.12 Manajemen dalam dan perawatan yang lebih intensif. penyelenggaraan gizi pada institusi Penelitian sebelumnya berpengaruh secara tidak langsung terdapat masalah gizi lanjut usia terhadap kebutuhan gizi pada 12 pada beberapa Panti Wredha di penghuni. Ketersediaan pangan Indonesia. Penelitian yang dilakukan institusi merupakan hasil dari oleh Eviyati pada tahun 2004 yang manajemen penyelenggaraan menyimpulkan bahwa terdapat status makanan dalam institusi.7 Apabila gizi dalam kategori kurang pada panti ketersediaan pangan dibawah Wredha di bandingkan dengan lansia harapan maka dapat berpengaruh yang tinggal di non panti yang terhadap tingkat kecukupan gizi.13 didominasi oleh perempuan.7 Pada Menurut studi pendahuluan penelitian terbaru tahun 2016 oleh yang dilakukan manajemen Nurfantri mengenai lanjut usia yang penyelenggaraan makanan pada tinggal di panti mengalami gizi kurang panti negeri dan panti swasta sebanyak 21 orang.10 Status gizi berbeda-beda. Menurut penelitian Sri lanjut usia dalam kategori kurang Iswanti pada tahun 2011 terjadi akibat tingkat kecukupan menyimpulkan bahwa terdapat energi dan tingkat kecukupan protein perbedaan pengelolaan antara panti yang kurang.10 Pada penelitian yang berstatus negeri dengan panti Agavita tahun 2008 yang yang berstatus swasta.14 Perbedaan menyatakan bahwa lanjut usia tersebut yaitu panti Wredha yang perempuan memiliki status gizi dikelola oleh institusi negeri dalam berlebih sebesar 46,42% yang pengembangan terutama pendanaan disebabkan oleh sedangnya asupan banyak ditopang dana dari protein yang dapat mempertahankan pemerintah.14 Sedangkan di swasta energi dan keseimbangan dalam dalam bidang pengelolaan lebih tubuh.11 Terdapat beberapa faktor banyak didanai oleh yayasan, maka yang mempengaruhi malnutrisi pada dana lebih banyak untuk lanjut usia antara lain lama tinggal di operasioanal kebutuhan sehari-hari panti Wredha, ketersediaan pangan, lansia sehingga dalam implementasi pengelolaan manajemen perlu lanjut usia perempuan yang tinggal mempertimbangkan efektif dan dalam Panti Wredha Negeri dan Panti 15 efisien suatu sistem tersebut. Wredha Swasta yang memenuhi Beberapa hasil penelitian kriteria inklusi. Sampel pada sebelumnya telah diketahui penelitian sebesar 62 lanjut usia prevalensi status gizi kurang lanjut perempuan diwakili oleh 30 lanjut usia penghuni panti Wredha masih usia perempuan di Panti Wredha tinggi. Namun belum banyak yang Negeri dan 32 lanjut usia perempuan diketahui gambaran ketersediaan pangan panti dan tingkat kecukupan di Panti Wredha Swasta. Lokasi energi serta protein yang belum pada Penelitian di Panti berstatus Negeri di panti Wredha dengan jenis panti Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Wredha negeri dan panti Wredha Gading Provinsi Jawa Tengah dan swasta. Sehingga dari berbagai Panti Wredha berstatus Swasta di masalah gizi pada lanjut usia Panti Wredha Harapan Ibu Gondoriyo perempuan tersebut penelitian ini Ngaliyan Kota Semarang. Alat Ukur dilakukan untuk mengetahui dalam penelitian menggunakan perbedaan ketersediaan pangan stadiometer, knee high caliper panti, tingkat kecukupan energi kuesioner URT dan penimbangan protein dan status gizi lanjut usia makanan. Pengujian dilakukan perempuan dalam Panti Wredha dengan menggunakan Chi Square, Negeri yaitu Panti Wredha Unit Mann Whitney U dan Independent Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Sample T-Test. Provinsi Jawa Tengah dan Panti c. Hasil dan Pembahasan Wredha Swasta yaitu Panti Wredha 1. Hasil Harapan Ibu Kota Semarang. Tabel 1. Karakteristik Lanjut b. Metode Usia Perempuan Metode Penelitian yang Panti Wredha Panti Panti dilakukan merupakan penelitian Kategori Wredha Wredha Negeri Swasta deskriptif kuantitatif dengan n % n % Usia (tahun) : menggunakan metode cross sectional 60 – 64 0 0 2 6.2 65 – 80 30 100 30 93.8 dan pengambilan sampel Jumlah 30 100 32 100 Pendidikan Lanjut Usia menggunakan purposive sampling. Perempuan: Tamat 27 90 29 9,6 Populasi pada penelitian tersebut SD/Sederajat Tamat adalah seluruh penghuni Panti SMP-SMA 2 6.7 0 0 sederajat Wredha Negeri dan Panti Wredha Tamat Akademik/P 1 3.3 3 9.4 Swasta. Sampel pada populasi adalah T Jumlah 30 100 32 100 Pendapatan per bulan Skor mutu Pola Pangan Harapan (rupiah): ≤ Rp 401.220 pada variabel Panti Wredha Negeri 27 90.0 29 90.6 per bulan >Rp 401.220 lebih tinggi dalam kategori perak 3 10.0 3 9.4 perbulan Jumlah 30 100 32 100 dibandingkan dengan Panti Karakteristik Lanjut Usia Wredha Swasta dalam kategori Perempuan pada Panti Wredha segitiga perunggu berdasarkan Negeri dan Panti Wredha Swasta Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagian besar berusia 65-80 dalam Badan Ketahanan Pangan tahun, tingkat pendidikan lanjut Indonesia tahun 2014 dalam usia sebagian besar tamat sekolah kategori segitiga piramida. dasar dan rata-rata pendapatan dalam kategori miskin dengan Tabel 3. Hasil Uji Beda Ketersediaan Pangan Panti pendapatan dibawah Rp 401.220,-. berdasarkan Skor Pola Pangan Tabel 2. Hasil Perhitungan Skor Harapan di Panti Werdha Pola Pangan Harapan antara Negeri dan Swasta Panti Panti Wredha Negeri dan Panti Wredha Wredha Swasta Kate- PW PWS Jml Panti Wredha Panti Wredha gori N Negeri Swasta Skor N Kelompok Berat Skor Berat Skor PPH o Pangan (g) PPH (g) PPH Segi- Count 0 32 32 tiga Exp.Count 15,5 16,5 32,0 1 Padi- 179,8 16 180 24 Padian 3 Perung- % within .0% 100, 100,0 2 Umbi- 28 0,5 0 0 gu PPH 0% % Umbian Segi- Count 30 0 30 3 Pangan 103,6 16 67 14 tiga Exp.Count 14,5 15,5 30,0 Hewani 5 Perak % within 100, .0% 100,0 4 Minyak 30 5 35 5 PPH 0% % dan Lemak Jumlah Count 32 30 62 5 Buah/biji 61 5 61 5 berminyak Exp.Count 32,0 30,0 62,0 6 Kacang- 234,5 10 106,6 10 % within 100, 100, 100,0 kacangan 3 7 PPH 0% 0% % 7 Gula 20 2 19,33 2 Nilai p 0,001¥* 8 Sayur dan 293 30 86 5 Keterangan:* Signifikan (p < 0,05 ); ¥ Chi square Buah 9 Lain-lain 10 0 3 0 Total 84,5* 65∞ Hasil penelitian Keterangan: *) Segitiga Perak; ∞) Segitiga Perunggu menunjukkan bahwa ada Hasil penelitian perbedaan ketersediaan pangan menunjukkan bahwa ada berdasarkan skor Pola Pangan perbedaan ketersediaan pangan Harapan pada Panti Wredha berdasarkan skor Pola Pangan Negeri “Unit Rehabilitasi Sosial Harapan pada Panti Wredha Pucang Gading” Jawa Tengah dan Negeri “Unit Rehabilitasi Sosial Panti Wredha Swasta “Panti Pucang Gading” Jawa Tengah dan Wredha Harapan Ibu” Kota Panti Wredha Swasta “Panti Semarang dengan nilai p = 0,001. Wredha Harapan Ibu” Kota Skor mutu Pola Pangan Harapan Semarang dengan nilai p = 0,001. pada variabel Panti Wredha Negeri lebih tinggi dalam kategori perak panti werdha swasta sebesar dibandingkan dengan Panti 72.14±6.44% AKP. Wredha Swasta dalam kategori Tabel 5. Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa segitiga perunggu berdasarkan Tubuh (IMT) dan Lingkar Standar Pelayanan Minimal (SPM) Perut Lanjut Usia Perempuan di Panti Werdha Negeri dan dalam Badan Ketahanan Pangan Swasta Indonesia tahun 2014 dalam Panti Wredha Panti Wredha Panti Wredha Kate- Negeri Swasta kategori segitiga piramida. gori IMT LP IMT LP (kg/m2) (cm) (kg/ (cm) m2) Tabel 4. Rerata Tingkat Status Gizi Min 15.16 66 13,3 73 Kecukupan Energi-Protein 9 Lanjut Usia Perempuan di Max 34.37 103 31,5 108 9 Panti Werdha Negeri dan Mean ± 20.01±3. 79.2 22.9 81±10. Swasta SD 86 5±9. 9±4. 79 Panti Wredha 26 65 PWN PWS Nilai p 0,125‡ 0,35 Kate- 9‡ Energi Pro- Energi Pro- gori (%) tein (%) tein Keterangan:* Signifikan (p < 0,05 ); ‡ Mann (%) (%) whitney U TKE dan Hasil penelitian TKP Min 67 74 50.33 59 menunjukkan bahwa rerata status Max 87.96 93 81.36 82.3 3 Mean ± 75.74± 83.1 61.11± 72.1 gizi berdasarkan Indeks Masa SD 5.32 7±4. 7.30 4±6. 82 44 Tubuh (IMT) lanjut usia Nilai p <0,001 <0,0 ‡ 01§ perempuan yang tinggal di Panti ‡ Keterangan:* Signifikan (p < 0,05 ); Mann whitney; § Independent t Werdha Negeri sebesar Rerata tingkat kecukupan 20.01±3.86 kg/m2 lebih rendah energi lanjut usia perempuan di dibandingkan dengan Panti panti werdha negeri sebesar Werdha Swasta yang memiliki 75.74±5.32 % AKE lebih tinggi rerata status gizi berdasarkan dibandingkan dengan tingkat Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kecukupan energi lanjut usia lanjut usia perempuan sebesar perempuan di panti werdha swasta 22.99±4.65 kg/m2. 61.11±7.30 % AKE. Rerata Rerata status gizi tingkat kecukupan protein pada berdasarkan lingkar perut lanjut lanjut usia perempuan yang usia perempuan yang tinggal di tinggal di panti werdha negeri Panti Wredha Negeri sebesar sebesar 83.17±4.82 % AKP lebih 79.25±9.26 cm, lebih rendah tinggi dibandingkan dengan rerata dibandingkan dengan rerata status tingkat kecukupan protein lanjut gizi berdasarkan lingkar perut usia perempuan yang tinggal di lanjut usia perempuan yang tinggal di Panti Werdha Swasta swasta sehingga hipotesis sebesar 81±10.79 cm. penelitian Ho diterima dan Ha Tabel 6. Rekapitulasi Hasil ditolak. Perbedaan Ketersediaan Pangan Panti, Tingkat Kecukupan Energi-Protein Dan 2. Pembahasan Status Gizi Lansia Perempuan a. Uji Beda Ketersediaan Di Panti Werdha Negeri dan Pangan Panti Werdha Swasta Panti Wredha Negeri dan Panti Werdha Varia- Panti Panti Nilai p Swasta bel Wredha Wredha Berdasarkan hasil Negeri Swasta PPH penelitian menunjukkan Segi- tiga <0,001 perung 0 (0%) 32 (100%) ¥ * bahwa ada perbedaan -gu Segi- ketersediaan pangan tiga 30 (100%) 0 (0%) perak berdasarkan skor Pola Pangan 58,33 74,67 (67 – <0,001 Harapan (PPH) dengan nilai TKE (50,33 – ‡ 87,96) * 81,36) 83,17 ± 72,14 ± <0,001 perbedaan p = 0.001 antara TKP § 4,82 6,44 * 20,01 22,99 Panti Wredha Negeri dan IMT (15,16 – (13,39 – 0,125‡ 34,37) 31,59) Panti Wredha Swasta. Hasil 79,25 (66 – 81 (73 – LP 0,359‡ 103) 108) penelitian sejalan dengan ‡ Keterangan: * Signifikan (p < 0,05 ); ¥ Chi square; Mann whitney; § Independent t penelitian sebelumnya oleh Qusna pada tahun 2017 bahwa Berdasarkan tabel tabel 6 ketersediaan pangan di menunjukkan bahwa hasil pada Pondok Pesantren dari variabel Ketersediaan pangan yayasan swasta memiliki skor panti, Tingkat Kecukupan Energi pola pangan harapan yang (TKE) dan Tingkat Kecukupan kurang beranekaragam. Selain Protein (TKP) memiliki perbedaan itu, Penelitian pada tahun pada Panti Werdha Negeri dan 2014 oleh Khoirul Anwar Panti Werdha Swasta sehingga bahwa Skor Pola Pangan hipotesis dalam penelitian Ho Harapan (PPH) pada ditolak dan Ha diterima. perempuan dewasa belum Sedangkan status gizi berdasarkan beragam dengan rata-rata skor Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Pola Pangan Harapan (PPH) lingkar perut tidak memiliki sebesar 53.1 di Indonesia.63 perbedaan walaupun panti werdha Ketersediaan pangan negeri mempunyai nilai rata-rata berdasarkan skor Pola Pangan lebih rendah dibanding panti Harapan menggambarkan bahwa lanjut usia perempuan kondisi keanekaragaman sebesar 87.5% di panti pangan yang tersedia. Wredha negeri mengonsumsi Perbedaan skor Pola Pangan energi dibawah AKG yang Harapan pada Panti Wredha lebih tinggi dibandingkan Negeri dan Panti Wredha dengan lanjut usia perempuan Swasta antara lain manajemen yang tinggal di non panti penyelenggaraan makanan dengan energi dibawah AKG pada Panti Wredha Negeri sebesar 65%.7 lebih terstruktur dan memiliki Berdasarkan hasil Rencana Anggaran Belanja rerata tingkat kecukupan yang tersusun dengan baik energi lanjut usia perempuan serta memiliki daftar menu di Panti Wredha Negeri setiap bulan, sedangkan pada sebesar 75.74±5.32 % AKE Panti Wredha Swasta belum lebih tinggi dibandingkan memiliki manajemen dengan Panti Wredha Swasta penyelenggaraan makanan 61.11±7.30 % AKE. Rerata atau standar pelayanan tingkat kecukupan energi pada minimal dan belum terdapat dua kelompok Panti belum Rencana Anggaran Belanja mencapai tingkat kecukupan yang tersusun. energi yang normal pada b. Uji Beda Tingkat lanjut usia perempuan. Kecukupan Energi Lanjut Perbedaan tingkat Usia Perempuan dalam Panti Werdha Negeri dan kecukupan energi lanjut usia Panti Werdha Swasta perempuan disebabkan oleh Hasil penelitian beberapa faktor antara lain menunjukkan bahwa ada diluar penelitian seperti sistem perbedaan pada variabel penataan porsi yang berbeda. tingkat kecukupan energi Panti Wredha Negeri dalam lanjut usia perempuan dalam penyelenggaraan makanan Panti Wredha Negeri dan pada makanan pokok lebih Panti Wredha Swasta dengan disesuaikan dengan selera nilai perbedaan p = 0.001. penghuni sedangkan pada Penelitian ini sejalan dengan Panti Wredha Swasta penelitian sebelumnnya oleh dilakukan dengan takaran Eviyati pada tahun 2004 yang sama. Selain itu, faktor yang menyatakan bahwa aktivitas fisik pada Panti tingkat kecukupan protein Wredha Negeri selalu pada lanjut usia di Panti dilakukan senam setiap hari Wredha Swasta dalam untuk penghuni panti dan kategori normal.64 pengurus panti di lapangan Perbedaan tingkat depan Panti Wredha kecukupan protein lanjut usia sedangkan Panti Wredha perempuan pada Panti Wredha Negeri dilakukan senam Negeri dan Panti Wredha dalam satu minggu sekali. Swasta disebabkan oleh menu c. Uji Beda Tingkat makan pada Panti Wredha. Kecukupan Protein Lanjut Menu makan pada Panti Usia Perempuan dalam Panti Werdha Negeri dan Wredha Negeri terstuktur Panti Werdha Swasta. dengan rapi dan Berdasarkan hasil beranekaragam serta penelitian menunjukkan memenuhi standar mutu gizi bahwa ada perbedaan pada dengan adanya makanan variabel tingkat kecukupan pokok, selingan dan air yang protein lanjut usia perempuan cukup, sedangkan pada Panti dalam Panti Wredha Negeri Wredha Swasta dalam dan Panti Wredha Swasta pengelolaan menu belum dengan nilai p sebesar memenuhi keanekaragaman 0.000<0.05. Rerata Tingkat makanan serta tidak ada Kecukupan Protein pada makanan selingan untuk lanjut lanjut usia perempuan yang usia perempuan. Selain itu tinggal di Panti Wredha penghuni panti kurang selera Negeri sebesar 83.17±4.82 % dengan makanan yang AKP lebih tinggi disajikan sehingga terdapat dibandingkan tingkat sisa makanan yang terbuang. kecukupan protein lanjut usia d. Uji Beda Status Gizi perempuan yang tinggal di Berdasarkan Indeks Massa Panti Wredha Swasta sebesar Tubuh (IMT) Lanjut Usia Perempuan pada Panti 72.14±6.44 % AKP. Werdha Negeri dan Panti Penelitian ini tidak sesuai Werdha Swasta Hasil menunjukkan dengan penelitian sebelumnya tidak ada perbedaan status gizi oleh Desy pada tahun 2014 berdasarkan Indeks Masa Wredha Pucang Gading pada Tubuh (IMT) lanjut usia tahun 2010 oleh Lucky.65 perempuan yang tinggal di Penelitian ini tidak sejalan Panti Wredha Negeri dan oleh penelitian Agavita tahun Panti Wredha Swasta dengan 2008 yang menyatakan bahwa nilai p = 0.125. Rerata status status gizi pada lanjut usia di gizi berdasarkan Indeks Masa Panti Wredha mengalami Tubuh (IMT) lanjut usia status gizi berlebih di Panti perempuan yang tinggal di Wredha Swasta.11 Panti Wredha Negeri memiliki Perbedaan status gizi rerata sebesar 20.01±3.86 berdasarkan (IMT) kg/m2 lebih rendah dipengaruhi oleh beberapa dibandingkan dengan Panti faktor lain diluar penelitian Wredha Swasta memiliki antara lain keadaan sistem rerata status gizi berdasarkan manajemen panti yang Indeks Massa Tubuh pada berbeda. Lanjut usia lanjut usia perempuan sebesar perempuan pada Panti Wredha 22.99±4.65 kg/m2. Hasil pada Negeri lebih banyak memiliki penelitian ini tidak sejalan aktivitas fisik seperti senam dengan penelitian sebelumnya setiap pagi hari. Sedangkan pada tahun 2016 oleh pada Panti Wredha Swasta Nurfantri bahwa terdapat memiliki keterbatasan lanjut usia yang memiliki aktivitas fisik seperti senam status gizi kurang di Panti hanya dilakukan satu minggu Wredha Negeri di Kota satu kali. Kendari.7 Penelitian pada kedua kelompok memiliki e. Uji Beda Status Gizi Berdasarkan Lingkar Perut rata-rata status gizi Lanjut Usia Perempuan berdasarkan Indeks Massa pada Panti Werdha Negeri dan Swasta Tubuh (IMT) dalam kategori Hasil penelitian normal. penelitian ini sejalan menunjukkan bahwa tidak ada dengan penelitian sebelumnya perbedaan status gizi bahwa lanjut usia mengalami berdasarkan lingkar perut status gizi yang normal di lanjut usia perempuan dalam Panti Negeri yaitu Panti Panti Wredha Negeri dan Panti Wredha Swasta dengan dalam waktu yang lama terjadi nilai p= 0.359. Penelitian ini faktor resiko seperti penyakit tidak menunjukkan pengaruh diabetes melitus. Panti Wredha dalam keadaan d. Kesimpulan dan Saran status gizi lanjut usia Kesimpulan perempuan yang tinggal di 1. Karakteristik Lanjut Usia Panti Wredha Negeri maupun Perempuan pada Panti Wredha Panti Wredha Swasta. Rerata Negeri dan Panti Wredha Swasta status gizi berdasarkan lingkar sebagian besar berusia 65-80 perut pada Panti Wredha tahun, tingkat pendidikan lanjut Negeri rerata status gizi usia sebagian besar tamat sekolah berdasarkan lingkar perut dasar dan rata-rata pendapatan lanjut usia perempuan yang dalam kategori miskin dengan tinggal di Panti Wredha pendapatan dibawah Rp 401.220,- Negeri memiliki rerata sebesar 2. Ketersediaan pangan panti 79.25±9.26 cm, lebih rendah berdasarkan skor pola pangan dibandingkan rerata status gizi harapan pada Panti Wredha pada Panti Wredha Swasta Negeri lebih tinggi dalam kategori sebesar 81±10.79 cm. Pada segitiga perak dibanding Panti rerata kedua kelompok Wredha Swasta dalam kategori mengalami perbedaan segitiga perunggu. Rata-rata kategori, pada Panti Wredha tingkat kecukupan energi lanjut Negeri dalam kategori normal usia perempuan pada Panti dan Panti Wredha Swasta Wredha Negeri dalam kategori dalam kategori obesitas kurang dibanding Panti Wredha sentral. Perbedaan status gizi Swasta dalam kategori kurang. berdasarkan lingkar perut pada Rata-rata tingkat kecukupan lanjut usia perempuan protein lanjut usia perempuan dipengaruhi oleh aktivitas pada Panti Wredha Negeri lebih fisik yang secara tidak tinggi dalam kategori normal langsung mempengaruhi dibanding Panti Wredha Swasta obesitas sentral. Obesitas dalam kategori kurang. Rata-rata sentral terjadi akibat status gizi berdasarkan Indeks kurangnya aktivitas fisik. Massa Tubuh (IMT) lanjut usia Apabila hal ini berlangsung perempuan antara Panti Wredha Negeri dalam kategori normal dan aspek gizi kualitatif terkait Panti Wredha Swasta dalam ketersediaan pangan panti, kategori normal. Rata-rata status diharapkan pengembangan gizi berdasarkan lingkar perut regulasi dan kerjasama lintas lanjut usia perempuan pada Panti sektoral untuk peningkatan Wredha Negeri dalam kategori kualitas dan kuantitas sumber normal dan panti Wredha swasta daya manusia (pramu rukti) dalam dalam kategori normal. kelangsungan sistem manajemen 3. Ada perbedaan ketersediaan penyelenggaraan makanan untuk pangan Panti berdasarkan Skor penghuni panti. Pola Pangan Harapan antara Panti 2. Penelitian dapat dilanjutkan Wredha Negeri dan Panti Wredha dalam menganalisis faktor Swasta. determinan yang mempengaruhi 4. Ada perbedaan tingkat kecukupan asupan makanan pada penghuni energi pada lanjut usia perempuan panti. antara Panti Wredha Negeri dan 3. Standar Pelayanan Minimal Panti Wredha Swasta. (SPM) pada Panti Wredha Negeri 5. Ada perbedaan tingkat kecukupan disarankan sebagai standar acuan protein pada lanjut usia sistem manajemen pelaksanaan perempuan antara Panti Wredha panti pada Panti Wredha Swasta. Negeri dan Panti Wredha Swasta. e. Ucapan Terima Kasih 6. Tidak ada perbedaan yang TerimaLkasih kepada seluruh pihak bermakna status gizi berdasarkan atas dukunganLdalam menyelesaikan Indeks Massa Tubuh (IMT) lanjut penelitian ini. usia perempuan antara Panti f. Daftar Rujukan 1. Undang Undang Republik Indonesia Wredha Negeri dan Panti Wredha Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Swasta. Kesehatan 2. Peraturan Menteri Sosial Republik 7. Tidak ada perbedaan yang Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 bermakna status gizi berdasarkan tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. lingkar perut lanjut usia 3. Hoirun Nisa, Media Litbang perempuan antara Panti Wredha Kesehatan XVI Nomor 3 Tahun 2006: Artikel Faktor Determinan Negeri dan Panti Wredha Swasta. Status Gizi Lansia Penghuni Panti Saran Werdha Pemerintah DKI Jakarta Tahun 2004. 1. Dalam rangka pengembangan 4. Ammanullah, Gantjang. Statistik keanekaragaman pangan sebagai Lanjut Usia Tahun 2018. Katalog BPS 4104001. Jakarta: Badan Pusat Ilmiah Pusat Studi Sumber Daya Statistik. 2018 Lansia Lembaga Penelitian 5. Amita Taufik, Nur. Gambaran Status Universitas Negeri Yogyakarta, 2011. Gizi pada Lanjut Usia (Lansia) di 15. Yuniar Adryana, Elsa. Iis Rahmawati Panti Werdha Gau Mabaji Kabupaten dan Dini Kurniawati. Hubungan Gowa. Skripsi Universitas Islam Penyelenggaraan Makanan Sehat Negeri Alaudin: Makasar, 2011. Seimbang dengan Kejadian Berat 6. Departemen Kesehatan Republik Badan Bawah Garis Merah (BGM) Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia pada Anak Usia 1-3 Tahun di Desa 2008. 2009. Diakses dalam Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo http://www.depkes.go.id pada tanggal Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah 01 Juli 2018. Universitas Jember, 2013. 7. Yuli Rianto, Eviyati. Perbedaan 16. Nur Husna Putri, Ayuningtyas. Konsumsi Energi, Protein dan Status Penyelenggaraan Makanan, Gizi Lansia di Panti dan Non Panti. Konsumsi Pangan, dan Status Gizi Skripsi 2004. Residen di Unit Pelaksana Teknis 8. Sharlin, Judith dan Sari Edelstein. Terapi dan Rehabilitasi Badan Buku Ajar Gizi dalam Daur Narkotika Nasional. Skripsi Kehidupan. Terj Yohanes et al. Departemen Gizi Masyarakat Jakarta: EGC. 2014. Fakultas Ekologi Manusia. Bogor: 9. Widyakarya Nasional Pangan dan Institut Pertanian Bogor, 2012. Gizi X 2014. Standar Mutu dan 17. Sutaat, dkk. Lembaga Pelayanan Kecukupan Gizi. Lembaga Ilmu Kesejahteraan Sosial Pemerintah Pengetahuan Indonesia. 2014. Daerah di Era Otonom. Jakarta 10. Nurfantri, Dian Yuniar. Identifikasi Timur: P3KS Press IKAPI. 2012. Status Gizi dan Resiko Malnutrisi 18. Menteri Sosial Republik Indonesia. pada Lanjut Usia di Panti Sosial Peraturan Menteri Sosial Republik Tresna Werdha Minaula Kota Indonesia Nomor :106/HUK/ 2009 Kendari. Jurnal Keperawatan dan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kesehatan Vol 4 No 2:93-99. 2016. Panti Sosial di Lingkungan 11. Cendy Agustien, Agavita. Hubungan Departemen Sosial. Diakses dalam Antara Kondisi Psikologis, Tingkat www.bphn.go.id pada tanggal 8 Kecukupan Energi –Protein dan Maret 2018. Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Status 19. Amannullah, Gantjang. Statistik Gizi di Panti Wredha Harapan Ibu Penduduk Lanjut Usia 2017. Jakarta: Gondoriyo Semarang. Skripsi Ilmu Badan Pusat Statistik, 2017. Gizi Fakultas Kedokteran Universitas 20. Victoria, Debrina. 2013. Studi Faktor Diponegoro. Semarang, 2008. Risiko, Perilaku Pencegahan dan 12. June Payne-Palacio and Monica Perawatan Hipertensi Pada Lansia Theis. Foodservice Management: (Studi di Panti Werdha Simeon Hana Pronciples and Practices13th Ed. Tangerang) Tahun 2011.Epid dan London: Pearson Education Limited. Penyakit Tropik DKM Undip 2016. Semarang. 2011. 13. Nur Aini, Qusna. Hubungan 21. Setyaningsih. Panti Lansia di Ketersediaan Pangan dan Asupan Zat Surakarta. Universitas Gajah Mada. Gizi dengan Kadar Hemoglobin Yogyakarta. 1999. Santriwati Saat Puasa Ramadhan. 22. Nurul Putri, Farida. Perbedaan Skipsi Universitas Diponegoro: Tingkat Konsumsi Protein, Vitamin C Semarang. 2017. dan Zat Besi Pada Remaja Putri di 14. Iswanti, Sri, A. dkk. Identifikasi Panti Asuhan Ikhlasul Amal 1 dan Potensi Ekonomi Proaktif Para Lansia Pondok Pesantren Al-Anwar. Skripsi Penghuni Panti Werdha. Penelitian Universitas Muhammadiyah Lanjut Usia . Jakarta: Direktorat Bina Semarang. 2016. Pelayanan Sosial Lanjut Usia. 2006. 23. Badan Ketahanan Pangan. Panduan 35. Nur Kholifah, Siti. Buku Bahan Ajar Penghitungan Pola Pangan Harapan Cetak Keperaatan. Pusdik SDM (PPH). Jakarta: Badan Ketahanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan. Pangan Kementerian Pertanian. 2014. Jakarta: PSDM Kesehatan, 2016. 24. Badan Ketahanan Pangan. Temu 36. Wijaya, O. Strategi Pengembangan Ilmiah Internasional PERSAGI: Komodias Pangan Unggulan dalam Ketahanan Pangan dan Gizi. Jakarta: Menunjang Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, 2014. Wilayah (Studi Kasus di Kabupaten 25. Hanani, Nuhfil. Strategi Pencapaian Batang, Propinsi Jawa Tengah). Ketahanan Pangan Keluarga. Agraris. Vol. 3 No.1, 48-56. 2017. Agricultur Economis Electronic 37. Supariasa, I Dewa Nyoman. Journal, 1(1). 2012 Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC. 26. Minarto. Pedoman Pelayanan Gizi 2002. Lanjut Usia. Kementerian Kesehatan 38. Soegondo, Diabetes Mellitus, Republik Indonesia. Jakarta: Bakti Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Husada, 2012. Balai Penerbitan FKUI. 2007. 27. Tika, Chyntiarama Fajtiyan. 39. Muis SF. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Penyelenggaraan Makanan, Kesehatan Usia Lanjut): Gizi pada Konsumsi Pangan dan Status Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit Santri Putri Pondok Pesantren FKUI. 2009. Darussalam Bogor. Skripsi 40. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Gizi Masyarakat, Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Fakultas Ekologi Manusia IPB. 2012. 2013. Kemenkes RI. 2013. 28. Arisman. Gizi dalam Daur 41. Kartini, Apoina dkk. Petunjuk Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Praktikum Penentuan Status Gizi Jakarta: EGC, 2009. Ed.II. Laboratorium Kesehatan 29. Hartono, Andy. Terapi Gizi dan Diet Masyarakat, Universitas Diponegoro. Rumah Sakit, Kesehatan Masyarakat Semarang: 2016. II:14-38. Jakarta: EGC. 2008. 42. Fatmah. Osteoporisis dan Faktor 30. Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Resikonya pada Lansia Etnis Jawa Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka 43(2):57-67. Media Medika Utama. 2004. Indonesiana. 2008. 31. Sediaoetama. Ilmu Gizi untuk 43. Thamaria, Netty. Bahan Ajar Gizi; Mahasiswa dan Profesi Gizi di Penilaian Status Gizi. PPSDMK Indonesia Jilid II. Jakarta: PT. Dian Kementerian Kesehatan Republik Rakyat. 2006. Indonesia Edisi Tahun 2017. 32. Bakri, Bachyar. Ani Intiyati dan BPPSMK: Jakarta. 2017. Widartika. Bahan Ajar: Sistem 44. Fauziah Akmal, Hilda. Perbedaan Penyelenggaraan Makanan Institusi. Asupan Energi, Protein, Aktivitas Ed.1. Jakarta: Kemenkes RI, 2018. Fisik dan Status Gizi antara Lansia 33. Umami Riza, Priyanto Sigit. yang Mengikuti d an tidak Mengikuti Hubungan Kualitas Tidur dengan Senam Bugar Lansia. Semarang: Fungsi Kognitif dan Tekanan Darah Skripsi Fakultas Kedokteran pada Lansia di Desa Pasuruhan Universitas Diponegoro. 2012. Kecamatan Martoyudan Kabupaten 45. Badan Penelitian dan Pengembangan Magelang. Jurnal Fakultasn Ilmu Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan, 2013. Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 34. Departemen Sosial Republik Provinsi Sumatera Selatan Tahun Indonesia. Undang-Undang Republik 2007. Departemen Kesehatan Indonesia tentang Kesejahteraan Republik Indonesia. 2009. 46. Riyanto Wreksoatmodjo, Budi. Werdha Pucang Gading Semarang. Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia 20(1993-200) 2010. Jurnal Ilmu yang Tinggal di Keluarga dengan Keperawatan Universitas yang Tinggal di Panti di Jakarta Muhamadiyah Semarang. Barat: Jurnal Kedokteran CDK-209 56. Dahlan, M. Besar Sampel dan Cara bol.40 no.10 Universitas Atmajaya Pengambilan Sampel dalam Indonesia. 2011. Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 47. Martono H, Pranaka K. Buku Ajar Jakarta: Salemba Medika. 2009. Boedhi-Darmojo Geatri (Ilmu 57. Nurika Ismayanti, Sholikah. Kesehatan Usia Lanjut). Ed.4. Hubungan antara Pola Konsumsi dan Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. Aktivitas Fisik dengan Status Gizi 48. Mitchell MK. Nutrition Across the pada Lansia di Panti Sosial Tresna Life Span. Ed.II Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Pennysylvania:Elvesier.2003. Jurnal Kesmas UAD ISSN: 1978- 49. Maryam, Siti. Mengenal Lanjut Usia 0575. hal.162. Fakultas Kesehatan dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Masyarakat Universitas Ahmad Medika. 2008. Dahlan, Yogyakarta 2011. 50. Peraturan Menteri Kesehatan 58. Dewi, Ade Chintya Nirmala. Trias Republik Indonesia Nomor 75 Tahun Mahmudiono. Hubungan Pola 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Makan, Aktivitas Fisik, Sikap dan yang dianjurkan bagi bangsa Pengetahuan tentang Obesitas dengan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI, Status Gizi Pegawai Negeri Sipil di 2017. Kantor Dinas Kesehatan Provinsi 51. Willward, D. Joe. Vernon Young and Jawa Timur. Jurnal Mdia Gizi the Development of Current Indonesia, Vol. 9, No. 1 Januari-Juli Knowledge in Protein and Amino 2013:hlm 42-48, 2013. Acid Nutrition: The American 59. Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan I. Journal of Clinical Nutrition, Vol.80. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Isue5, 1093-1101. 2004. Klinis Ed.IV Jakarta: Sagung Seto. 52. Widajanti, Laksmi. Survei Konsumsi 2011. Gizi. Semarang: Universitas 60. Peraturan Pemerintah Republik Diponegoro. 2014 Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 53. Amran, Yuli Riastuti Kusumawardani tentang Pengelolaan dan dan Nita Supriyatiningsih. Penyelenggaraan Pendidikan. Diakses Determinan Asupan Makanan Usia pada www.luk.stuff.ugm.ac.id pada Lanjut. Kesmas, Jurnal Kesehatan tanggal 28 Juli 2018. Masyarakat Nasional Vol.6 No. 6 61. Suhariyanto. Statistik Pendapatan Juni 2012. Februari 2017. Katalog BPS : 54. Pi Hui Hsu, et.al. Higher Energy and 2301030. Badan Pusat Statistik. 2017. Protein Intake from Enternal 62. Sujarweni, V. Wiratna, SPSS untuk Nutrition May Reduce Hospital Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Mortality in Mechanically Ventilated Press, 2015. Critically III Elderly Patients: 63. Dwi Aprilia, Desy, Ali Khomsan. J International Journal of Gerontology Gizi Pangan; Konsumsi Air Putih, xxx (2018) 1-5. Taiwan, 2018. Status Gizi, dan Satus Kesehatan 55. Senja, Lucky. Faktor-Faktor yang Penghuni Panti Werrdha di Berhubungan dengan Tingkat Kabutapten Pacitan, 2014 (9):167- Kebugaran Pada Lansia di Panti 172.