You are on page 1of 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No.

2, November 2012

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR SERAT KASAR YANG BERBEDA TERHADAP


DAYA CERNA PAKAN PADA IKAN BERLAMBUNG DAN IKAN TIDAK BERLAMBUNG

FEEDING WITH DIFFERENT LEVELS OF CRUDE FIBER ON THE DIGGESTIBILITY OF


FEED IN TRUE STOMACH FISH AND STOMACHLESS FISH

Ratna Ayu Megawati, Muhammad Arief dan Moch. Amin Alamsjah

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

Feed plays an important role in fish farming activities. Meeting the needs of feed quality and
quantity sufficient aims to increase farming production, in addition to the feed given to fish properly
assessed not only from the composition of the feed but also of how much the components contained in the
feed can be absorbed and utilized by the fish in his life. Factors that may affect the digestibility of feed
include feed composition, range and quality of the enzyme in the intestine or the stomach of fish (NRC,
1993) while Mudjiman (2002) states that the specific differences in the digestive system in fish can lead
to differences in the ability of fish to digest feed, for it is used in this study true stomach fish and
stomachless fish.
This study aims to determine whether there are differences in the digestibility of crude fiber and
determine the optimum content in true stomach fish and stomachless fish. The study design used in this
study was Complete Randomized Design (CRD) factorial pattern with two factors, factor A is a type of
fish and factor B is the type of feed. Analysis of the data were processed using Analysis of Variance
(ANOVA) to determine whether there is an interaction effect between the treatment given. If there is a
difference in the effect of test distance followed by Multiple Duncan (Duncan's Multiple Range Test).
Based on the research results showed that there is a very real difference (p<0.01) on the
digestibility of fish and feed efficiency in true stomach fish and stomachless fish. The highest digestibility
resulting in treatment A2 (81,26%) while for fish feed efficiency, the true stomach fish has a higher feed
efficiency than the stomachless fish is 20,91%.

Keywords : digestibility of feed, crude fiber, true stomach fish, stomachless fish

Pendahuluan faktor lain yang berpengaruh didalamnya.


Pakan memegang peranan penting Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya
dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan cerna pakan salah satunya adalah perbedaan
pakan selama budidaya dapat mencapai sekitar spesifik sistem pencernaan pada ikan yang dapat
60-70% dari biaya operasional budidaya menyebabkan perbedaan kemampuan ikan
(Hadadi, dkk., 2009). Pakan yang diberikan dalam mencerna pakan Mudjiman (2002),
pada ikan dinilai baik tidak hanya dari sehingga dalam penelitian ini digunakan ikan
komponen penyusun pakan tersebut melainkan berlambung dan ikan tidak berlambung.
juga dari seberapa besar komponen yang Tujuan dari penelitian ini adalah
terkandung dalam pakan mampu diserap dan mengetahui perbedaan daya cerna dan kadar
dimanfaatkan oleh ikan dalam kehidupannya serat kasar pada pakan bagi ikan berlambung
(NRC, 1993) sehingga pakan yang diproduksi dan ikan tidak berlambung.
dengan harga mahal pun belum tentu memiliki Manfaat yang diperoleh dari penelitian
kualitas yang baik oleh karena itu, perlu dicari ini adalah memberikan informasi pada
alternatif bahan pakan yang dapat membantu masyarakat maupun instansi terkait mengenai
dalam proses pencernaan pakan. Salah satu daya cerna dan kadar serat kasar dalam pakan
bahan pakan yang dapat digunakan adalah serat bagi ikan berlambung dan ikan tidak
kasar. berlambung. Selain itu, diharapkan penelitian
Serat kasar membantu dalam ini mampu memberikan informasi yang
mempercepat ekskresi sisa-sisa pakan melalui dibutuhkan untuk kepentingan penelitian lebih
saluran pencernaan, namun keberadaan serat lanjut.
kasar didalam pakan saja tidak cukup dalam
menunjang kecernaan pakan, terdapat faktor-

187
Pemberian Pakan Dengan Kadar......

Metodologi yang merupakan pengolahan bahan pakan


Waktu dan Tempat Penelitian sampai menjadi pakan dengan kadar serat kasar
Penelitian dilaksanakan di Labo- seperti yang diinginkan, tahap adaptasi dimana
ratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan ikan coba akan dipelihara selama beberapa
Universitas Airlangga Surabaya. Analisis minggu agar pada saat penelitian ikan sudah
proksimat pakan dilakukan di Laboratorium terbiasa dengan pakan perlakuan dan untuk
Pakan Ternak Fakultas Kedokteran Hewan mengetahui waktu pengosongan pada ikan
Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian berlambung maupun ikan tidak berlambung, dan
dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012. tahap perlakuan dimana ikan coba diberikan
perlakuan sesuai dengan kombinasi perlakuan.
Materi Penelitian Bahan Penelitian Parameter yang diukur meliputi
Bahan-bahan yang akan digunakan parameter utama dan parameter penunjang.
dalam penelitian ini adalah ikan nila Parameter utama, yaitu daya cerna pada ikan
(Oreochromis niloticus) dan ikan mas (Cyprinus berlambung dan ikan tidak berlambung.
carpio) dengan ukuran 8-12 cm yang berasal Parameter penunjang, meliputi efisiensi pakan
dari Balai Induk Udang Galah, Pandaan. Pakan dan kualitas air, yaitu suhu, pH, DO pada air.
utama yang digunakan adalah pakan buatan Analisis parameter utama yaitu daya cerna
sendiri dengan kadar serat yang berbeda yaitu menggunakan analisis proksimat sedangkan
4%, 8%, dan 12%. parameter penunjang menggunakan termometer,
Dometer dan kertas pH.
Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian yang diperlukan Analisis Data
akuarium sebanyak 18 buah yang berukuran Analisis data diolah dengan
3
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)
50x30x30 cm , selang aerasi, batu aerasi,
untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
blower, selang, stopwatch, timbangan digital,
interaksi antara perlakuan yang diberikan. Jika
pH paper, termometer, pipet, tabung salep, dan
terdapat pengaruh perbedaan maka dilanjutkan
kertas saring.
dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s
Multiple Range Test) dengan taraf nyata α =
Metode Penelitian
0,05 untuk mengetahui perlakuan mana yang
Penelitian ini merupakan penelitian
memberikan hasil tertnggi dan terendah
eksperimen yang menggunakan rancangan
(Kusriningrum, 2008).
penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap
Hasil pengukuran kualitas air
(RAL) pola faktorial dengan 2 faktor (faktor A
menunjukkan bahwa suhu air pada tiap
dengan taraf a1 dan a2, serta faktor B dengan
pelakuan berkisar antara 27-30°C. DO pada tiap
taraf b1, b2, dan b3) dan 3 kali ulangan. Faktor
perlakuan berkisar antara 4-5 mg/l .Kisaran pH
tersebut adalah jenis ikan dan jenis pakan
pada tiap perlakuan dapat dikatakan berada pada
sehingga didapatkan 6 kombinasi perlakuan
kisaran nilai pH netral yaitu 7
yaitu a1b1, a1b2, a1b3, a2b1, a2b2, a2b3.
Daya cerna adalah kemampuan untuk
mencerna suatu bahan pakan, sedangkan bahan
Prosedur Kerja
yang tercerna adalah bagian dari pakan yang
Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu
tidak diekskresikan dalam feses. Daya cerna
tahap persiapan penelitian yang meliputi
juga dapat digunakan sebagai salah satu
persiapan ikan coba dan akuarium yang akan
indikator penentu kualitas pakan yang
digunakan, tahap pembuatan pakan perlakuan
diberikan. Berdasarkan hasil penelitian
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Daya Cerna Serat Kasar
Jenis Pakan (B)
Jenis ikan (A) Rata-rata
B1 B2 B3
A1 38,71 38,70 38,63 38,68b
A2 87,91 80,16 75,71 81,26a
Rata-rata 63,31 59,43 57,17

Rata-rata hasil penelitian menunjukkan bahwa daya cerna serat kasar pada ikan berlambung (A1)
adalah sebesar 38,68% dan pada ikan tidak berlambung (A2) adalah sebesar 81,26%.

188
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

Tabel 2. Efisiensi Pakan


Jenis Pakan (B)
Jenis ikan (A) Rata-rata
B1 B2 B3
A1 22,77 23,26 16,69 20,91a
A2 5,47 6,06 5,78 5,77b
Rata-rata 14,12 14,66 11,2

Rata-rata hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pakan pada ikan berlambung (A1) adalah
sebesar 20,91% dan pada ikan tidak berlambung (A2) adalah sebesar 5,77%.

didapatkan rataan daya cerna serat kasar yang penelitian menunjukkan bahwa nilai efisiensi
disajikan pada Gambar 6, diketahui bahwa jenis pakan tertinggi terdapat pada perlakuan ikan
ikan memberikan pengaruh yang sangat nyata berlambung (A1) yaitu sebesar 20,91%
terhadap daya cerna serat kasar (p<0,01) yaitu sedangkan perlakuan ikan tidak berlambung
yang tertinggi adalah A2 sebesar 81,26% (A2) sebesar 5,77%. Hal ini disebabkan karena
sedangkan untuk A1 sebesar 36,68% . pada perlakuan A1 mengkonsumsi pakan lebih
Hal ini membuktikan bahwa dengan sedikit dibandingkan dengan perlakuan
adanya perbedaan status fisiologis kedua ikan perlakuan A2 serta memiliki nilai rata-rata daya
ini dapat berpengaruh terhadap daya cerna yaitu cerna serat kasar lebih rendah yaitu sekitar
keberadaan lambung. Pada ikan berlambung 38,68% sehingga nutrisi yang terkandung di
memiliki lambung yang berfungsi pada awal dalam pakan seperti protein dan lemak dapat
proses pemecahan bahan pakan dengan bantuan terserap dengan baik.
HCl sehingga pakan yang masuk kedalam Nilai efisiensi pakan rata-rata dari
lambung akan dihancurkan terlebih dahulu dan penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan
proses ini dapat mempermudah bahan pakan bahwa pemberian 1 gram pakan dengan kadar
untuk diolah selanjutnya didalam usus yang serat kasar 4 – 12 % pada ikan berlambung
kemudian akan diserap dan dialirkan melalui hanya mampu menyumbangkan 20,91 gram
peredaran darah sebagai sumber energi. Pada pada bobot tubuhnya, sedangkan ikan tidak
ikan tidak berlambung, tidak memiliki tempat berlambung yaitu 5,77 gram. Nilai efisiensi
untuk menyimpan pakan yang masuk dan tidak pakan tersebut masih sangat rendah. Rendahnya
menghasilkan HCl sehingga pakan yang masuk nilai efisiensi pakan tersebut dikarenakan oleh
akan diuraikan secara perlahan didalam usus beberapa faktor seperti kualitas pakan dan
depan yang membesar (Intestinal bulb) sebagai spesies yang berbeda, seperti kandungan
tempat awal masuknya pakan (Halver, 1989). protein, lemak, asam amino, mineral, dan
Tidak hanya karena perbedaan status fisiologis vitamin yang terkandung di dalam pakan
ikan, perbedaan daya cerna terhadap serat kasar tersebut.
juga dipengaruhi oleh keberadaan bakteri
didalam usus (Evans dan Claiborne, 2006). Kesimpulan
Seperti hewan monogastrik lainnya, Kesimpulan dari penelitian ini adalah
kemampuan ikan dalam mencerna serat kasar (1) Terdapat perbedaan daya cerna serat kasar
dibatasi oleh kemampuan mikroflora dalam antara ikan berlambung (A1) dengan ikan tidak
ususnya untuk mensekresikan selulosa (Bureau berlambung (A2). Ikan tidak berlambung (A2)
et al., 1999). Berdasarkan hasil yang memiliki nilai daya cerna serat kasar lebih
didapatkan, diduga pada ikan tidak berlambung tinggi dibandingkan dengan ikan berlambung
memiliki mikroflora didalam usus yang lebih (A1). (2) Tidak terdapat perbedaan kadar
banyak dibandingkan dengan ikan yang pemberian serat kasar dalam pakan pada ikan
berlambung. Hal ini dapat dilihat dari berlambung (A1) dan ikan tidak berlambung
persentase daya cerna pada perlakuan A2 (A2). Penelitian ini dapat dijadikan dasar
sebesar 81,26% dibandingkan dengan perlakuan pertimbangan untuk penelitian lanjutan
A1 sebesar 36,68% mengenai daya cerna nutrisi pakan lainnya
Efisiensi pakan didefinisikan sebagai seperti protein dan lemak menggunakan metode
nilai perbandingan antara pertambahan berat yang metode pengumpulan feses maupun
ikan dengan berat pakan yang dikonsumsi metode indikator. Penggunaan serat kasar dalam
selama masa pemeliharaan yang dinyatakan pakan untuk kedua ikan adalah sama yaitu dapat
dalam persen (Shafrudin, 2003). Hasil mencapai 12% (p>0,05) serta harus

189
Pemberian Pakan Dengan Kadar......

memperhatikan kebutuhan nutrisi dan energi Metailler. 1999. Nutrition and Feeding
pakan agar dapat meningkatkan nilai efisiensi of Fish and Crustaceans. Springer-
pakan. Praxia Book in Aquaculture and
Fisheries. Chichester. UK.
Daftar Pustaka Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2.
Bureau, D.P., Harris, A.M., and Cho, C.Y. Departemen Pendidikan Nasional.
1999. Apparent Digestibility of Jakarta. http://www.ftp.lipi.go.id. 15
Endered Animal Protein Ingredients Desember 2011.
For Rainbow Trout (Oncorhynchus Hadadi, A., Herry, K. T. Wibowo, E. Pramono,
mykiss). Journal of Aquaculture. A. Surahman, dan E. Ridwan. 2009.
Cho, C.Y., C.B. Cowey, and R. Watanabe. Aplikasi Pemberian Maggot Sebagai
1985. Finfish Nutrition In Sumber Protein Dalam Pakan Ikan
Asia:Methodological Approaches Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dan
Research Centre. Ottawa. 154 p. Gurame (Osphronemus gouramy Lac.).
Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo, R.P., Laporan Tinjauan Hasil Tahun 2008.
dan Jauzi, A. 2005. Akuakultur Balai Pusat Budidaya Air Tawar
Masyarakat Perikanan Nusantara Sukabumi. hal. 175 – 181.
(MPN) dan Taman Kuarium Air Haetami, K. 2009. Evaluasi daya Cerna Pakan
Tawar. Jakarta. 3 hal. Limbah Azola Pada Ikan Bawal Air
Chotimah, D.N. 2009. Respon Daya Cerna Dan Tawar (Colossoma macropomum,
Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus CUVIER 1818). Fakultas Perikanan
carpio) Pasca Transportasi Dengan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Menggunakan Daun Bandotan Padjajaran. Bandung.12 hal.
(Ageratum conyzoides) Sebagai Bahan Halver, J. E. 1989. Fish Nutrition. Second
Anti Metabolik. Fakultas Perikanan Edition. Academic Press Inc.
dan Kelautan. Universitas Airlangga. California.
Surabaya. 8 hal. Hariadi, Bambang., A. Haryono, dan U. Susilo.
Cui, Y., X. Liu., S. Wang, and Chen. 1992. 2005. Evaluasi Efisiensi pakan Dan
Growth and Energy Budgen In Young Efisiensi Protein Pada Ikan Karper
Grass Carp Ctenopharyngodon idella Rumput (Ctenopharyngodon idella
Val., Fed Plant and Animal Diets. Val.) yang Diberi Pakan Dengan Kadar
Journal Of Fish Biology. Karbohidrat Dan Energi Yang
De Silva, S.S., and Anderson, T.A. 1995. Fish Berbeda. Fakultas Biologi Unsoed.
Nutrition In Aquaculture. Chapman & Purwokerto.
Hall. London. Hariati, A.M. 1989. Makanan Ikan.
Djarijah, A. S. 1995. Pakan Ikan Alami. Nuffic/Unibraw/Luw/Fish. Universitas
Kanisius. Yogyakarta. 86 hal. Brawijaya. Malang. 155 halaman.
Evans, D.H. and J.B. Claiborne. 2006. The Hartadi, H., S Resohadoprodjo, dan A.D.
Physiology of Fishes. Third Edition. Tillman. 1990. Tabel Komposisi Pakan
CRC Press. USA. Untuk Indonesia. Gadjah Mada
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. University Press. Yogyakarta. Hal. 68-
Yayasan Nusatama. Yogyakarta. 102.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan:Dasar Huismann, E.A.1976. Food Conversition
Pengembangan Teknik Perikanan. PT Efficiencies at Maintanance and
Asdi Mahasatya. Jakarta. hal. 116-130. Production Levels for Carp, Cyprinus
Furuichi M. 1988. Fish Nutrition In Fish carpio L. and Rainbow trout, Salmo
Nutrition and Mariculture. JICA Text gairdneri Richardon. Aquaculture.
book. The General Aquaculture 9:259-273.
Course. T. Watanabe (Ed). Department Jantrarotai, W., S. Prasert., and R. Siripom.
of Aquatic Bioscience, Tokyo 1994. The Optimum Carbohydrate To
University of Fisheries. p. 1-78. Lipid Ratio On Ratio In Hybrid Clarias
Grosell, Martin., A.P. Farrell, and C.J. Brauner. catfish Diets Containing. Row Broken
2011. The Multifuctional Gut Of Fish. Rice. Aquaculture.
Fish Physiology : Volume 30. United Indariyanti, N. 2011. Evaluasi Kecernaan
States Of America. Campuran Bungkil Inti Sawit dan
Gufran, M. Dan H. Kordi.2000. Budidaya Ikan Onggok yang Difermentasi oleh
Nila. Dahara Prize. Semarang. hal.180 Trichoderma harzianum Rifai Untuk
Guillaume J., Kaushik S., Bergot P., and pakan Nila Oreochromis sp. Thesis

190
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

Magister Sains. Institut Pertanian (Cyprinus carpio Linn) Yang


Bogor. Bogor. Dipelihara Di Dalam Drum. Karya
IPB. 2009. Efisiensi Pakan. http://repository. Ilmiah. Fakultas Perikanan. Institut
ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ Pertanian Bogor.
46731/Efisiensi Pakan.pdf. 21 Februari http://repository.ipb.ac.id.
2012. Piliang W.G. dan S. Djojosoebagio A.H. 2006.
Khairuman, S.P. dan K. Amri. 2003. Budidaya Fisiologi Nutrisi. Volume 1. IPB Press.
Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia Bogor.
Pustaka. Jakarta. Pillay, T.V.R and M.N. Kutty. 2005.
Khairuman, S.P. dan K. Amri. 2008. Budidaya Aquaculture Principles and Practices.
Perikanan. Agromedia Pustaka. Secound Edition. Blackwell Publishing
Jakarta. Ltd. Oxford. UK. p 108.
Kordi, M.G.H. 2004. Penanggulangan Hama Rankin, J.C. and F.B. Jensen. 1993. Fish
dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta dan Ecophysiology. St. Edmundsburry
Bina Adiaksara. Jakarta. hal 23. Press. Suffolk.
Kusriningrum, R.S. 2010. Perancangan Sagala, Windayani. 2011. Analisis Biaya Pakan
Percobaan. Pusat Penerbitan dan dan Performa Sapi Potong Lokal Pada
Percetakan Unair (AUP). Surabaya. Ransum Hijauan Tinggi Yang
273 hal. Disuplementasi Ekstrak Lerak.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and Fakultas Peternakan. IPB.
D.R.M. Passion. 1997. Ichthyologi. Santoso, B. 1993. Budidaya Ikan Mas. Kanisius.
John Willey and Sons. New York. 505 Yogyakarta.
p. Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius.
Lovell, Tom. 1998. Nutrition and Feeding Of Yogyakarta.
Fish. Second Edition. Kluwer Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH), ITB.
Academic Publisher. London. 276 p. 2010. Teknologi Produksi Bahan Baku
Maynard et al. 1979. Animal Nutrition. Seventh Pakan.http://www.sith.itb.ac.id/d4_aku
Edition. McGraw-Hill Book Company. akultur_kultur_jaringan/bahankuliah/2
Philipine. _TeknologiProduksiBahanBakuPakan_
Millamena, O. M. 2002. Replacement of Fish NUTRISI_PAKAN.pdf. 1 Februari
Meal by Animal by-Product Meals in a 2012.
Practical Diet for Grow-Out Culture of Shafrudin, D. 2003. Pembesaran Ikan Karper Di
Grouper Epinephelus Coioides. Kolam Jaring Apung. Modul :
http://fishnutrition.uoguelph.ca. 11 Pengelolaan Pemberian Pakan.
Januari 2011. Direktorat Pendidikan Menengah
Mudjiman, A. 2002. Makanan Ikan. Penebar Kejuruan. Direktorat Jenderal
Swadaya. Jakarta. Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mundayana, Y. 2010. Fungsi Gizi Dlam Pakan. Departemen Pendidikan Nasional.
Posluhdes Desa Nanggareng.htm. 4 http://bos.fkip.uns.ac.id.
Februari 2012. Smith, L.S. 1980. Digestive Fuctions In Teleost
Murtidjo, B.A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Fishes. P 331-421 in Halver, J. E.
Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Hal 10. 1989. Fish Nutrition. Second Edition.
Northeastern Regional Aquaculture Center. Academic Press Inc. California.
1977. Nutrient Requirment Of Sudenda, D. 2002. Budidaya Ikan Mas. Penebar
Warmwater Fishes. National Academy Swadaya. Jakarta.
Of Sciences. Washington DC. 71 p. Suhana. 2010. Reinkarnasi Kebijakan Kelautan
National Research Council. 1983. Nutrient dan Perikanan. http://pk2pm.
Requirments Of Warm water Fishes wordpress.com. 27 Agustus 2010. 5
and Shellfishes. National Academy hal.
Press. Washington DC. Suhenda, N dan R. Samsudin. 2008.
Northeastern Regional Aquaculture Center. Pemanfaatan Pakan Iso Protein Dengan
1993. Introduction to Water Chemistry Kadar Karbohidrat dan Lemak Yang
Freshwater Aquaculture. University of Berbeda Untuk Pertumbuhan Benih
Massachussets Dannouth. North Ikan Jambal. Balai Riset Perikanan
Dannouth Massachssets. Budidaya Air Tawar. Bogor. 10 hal.
Patongloan, E. 1984. Pengaruh Tingkat Sulmartiwi, L. dan H. Suprapto. 2009. Buku
Pemberian Makanan Buatan Terhadap Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas
Pertumbuhan dan Produksi Ikan Mas Airlangga. Surabaya. Hal 91-96.

191
Pemberian Pakan Dengan Kadar......

Sutardi, 1997. Landasan Ilmu Nutrisi. Tillman Alen D, Hartadi Hari, Reksohadiprodjo
Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Soedomo, Prawirokusumo Soeharto
Ternak. Fakultas Peternakan IPB. dan Lebdosoekojo Soekanto, 1998.
Bogor. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Suyanto, S.R. 1994. Nila. Penebar Swadaya. MadaUniversity Press. Yogyakarta
Jakarta. 105 hal. Watanabe, T. 1982. Lipid Nutrition In Fish.
Thung, P.H., and S.Y. Shiau. 1991. Effect Of Comp. Biochem. Physiol.
Meal Frequency On Growth Zonneveld, N., E.A. Huismann, dan J.H. Boon.
Performance Of Hybrid Tilapia, 1991. Prinsip Budidaya Ikan.
Oreochromis niloticus X O. Aureus, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fed Different carbohydrate Diets.
Aquaculture.

192

You might also like