Professional Documents
Culture Documents
5807 17806 1 SM PDF
5807 17806 1 SM PDF
Gracia Risnawaty
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: graciarisnawaty@yahoo.co.id
Abstract: One of the factors that are considered important for the development of social welfare in
Indonesia is health. Based on data from the WHO, diarrhea and ARI (Acute Respiratory Infection) is an
infectious disease remains a health problem in Indonesia. From the data obtained in 2015, it is known
that the village Tanah Kalikedinding RW II (RT 07 and 11) has a health problem with the number of
diarrhea and ARI are quite high, as many as 2.467 cases of diarrhea and 15.207 cases for patients with
respiratory infection. The purpose of this research is to find information about the relationship between
knowledge and attitudes toward behavior handwashing (CTPS) in the village Tanah Kalikedinding. The
research method is analytic with cross sectional approach. The population in this study is the whole
community in the village Tanah Kalikedinding. A total sample of 70 people were selected using simple
random sampling. The research variables are gender, age, knowledge, education, employm ent, attitudes
and behaviors CTPS. The primary data obtained from interviews and questionnaires, while secondary
data obtained from the data clinic. The results showed a determinant factor in the behavior of people in
the CTPS divided into three driving factors are gender, age, knowledge, education, employment, attitudes
and behaviors CTPS, enabling factors such as facility and reinforcing factors are health workers. It
is necessary to attempt a programmed extension activities, sustainable, evaluation and monitoring at
regular intervals in each program activity CTPS on society as well as involving cross-sector cooperation
in every program CTPS on society.
Abstrak: Salah satu faktor yang dianggap penting untuk pembangunan kesejahteraan penduduk di
Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan data dari WHO, diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) yang merupakan penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dari data
yang diperoleh pada tahun 2015 diketahui bahwa Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II (RT 07 dan 11)
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya memiliki masalah kesehatan dengan angka penderita diare dan ISPA
yang cukup tinggi yakni 2.467 kasus diare dan sebanyak 15.207 kasus untuk penderita ISPA. Tujuan dari
penelitian ini adalah mencari informasi tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Kelurahan Tanah Kalikedinding. Metode penelitian merupakan
analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di
Tanah Kalikedinding. Jumlah sampel sebanyak 70 orang yang dipilih dengan menggunakan cara simple
random sampling. Variabel penelitian yaitu jenis kelamin, umur, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan,
sikap dan perilaku CTPS. Diperoleh data primer dari hasil wawancara dan kuesioner, untuk data sekunder
diperoleh dari data puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan pada masyarakat dalam
perilaku CTPS terbagi menjadi tiga yaitu faktor pendorong, faktor pemungkin dan faktor penguat.
Maka perlu dilakukan upaya kegiatan penyuluhan yang terprogram, berkelanjutan, upaya evaluasi dan
monitoring secara berkala dalam setiap program kegiatan CTPS pada masyarakat serta melibatkan
kerjasama lintas sektor dalam setiap program CTPS pada masyarakat.
70
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan… 71
berbagi wadah cuci tangan hal itu sama saja karena rendahnya pengetahuan, pendidikan
saling berbagi kuman dan tetap membiarkan dan kesadaran terhadap perilaku cuci tangan
kuman menempel pada tangan. Kebiasaan pakai sabun. (Kemenkes RI, 2014)
itu harus ditinggalkan dan dirubah menjadi Menurut penelitian yang telah
yang lebih baik dengan standar prosedur dilakukan oleh Grayson et al pada tahun
melakukan cuci tangan menggunakan sabun 2009, mencuci tangan menggunakan sabun
(Kemenkes RI, 2014). maupun dengan menggunakan pencuci
Indikator PHBS (Perilaku Hidup tangan berbasis alkohol memberikan
Bersih dan Sehat) salah satunya mencuci efektifitas dalam mengurangi konsentrasi
tangan dengan air mengalir dan sabun virus pada tangan.
yang merupakan sekumpulan perilaku Pada penelitian yang dilakukan Rahim
yang dilakukan karena kesadaran dari hasil (2007), juga mengungkapkan bahwa
pembelajaran, yang membuat individu atau cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat
keluarga dapat menjaga dan memelihara mencegah infeksi cacingan (Mustika, 2011).
kesehatan serta berperan aktif untuk Bila tidak mencuci tangan menggunakan
mewujudkan masyarakat sehat. Salah sabun, dapat menularkan infeksi pada diri
satu pilar utama dalam Indonesia Sehat sendiri terhadap bakteri dan virus dengan
dan merupakan salah satu strategi untuk memegang bagian hidung, mata dan mulut.
mengurangi beban negara dan masyarakat Selain itu juga dapat menyebarkan atau
terhadap pembiayaan kesehatan yaitu PHBS menularkan bakteri kepada orang lain.
(Kemenkes RI, 2014). Penyakit infeksi biasanya terjangkit melalui
Cara CTPS yang benar adalah kontak tangan ke tangan termasuk flu dan
menggosok telapak tangan secara common cold. Pada tangan yang kurang
bersamaan, menggosok punggung kedua bersih tidak hanya dapat menyebabkan ISPA
tangan, jalinkan kedua telapak tangan lalu dan diare tetapi juga dapat menimbulkan
digosok-gosokkan, tautkan jari-jari antara penyakit terkait infeksi bakteri Salmonella
kedua telapak tangan secara berlawanan, dan E.coli (Lestari, 2008).
gosok ibu jari secara memutar dilanjutkan Berdasarkan uraian data masalah dan
dengan daerah antara jari telunjuk dan penelitian diatas, sehingga penelitian ini
ibu jari secara bergantian, gosok kedua berfokus pada tujuan untuk mengetahui
pergelangan tangan dengan arah memutar, faktor determinan perilaku Cuci Tangan
bilas dengan air dan keringkan. Hal Pakai Sabun (CTPS) pada masyarakat di
terpenting dalam CTPS bukan berapa lama Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II (RT
waktu mencuci tangan, tetapi cara mencuci 07 dan RT 11) Kecamatan Kenjeran Kota
tangannya (Kemenkes RI, 2014). Surabaya. Hasil penelitian ini diharapkan
Menggunakan sabun saat mencuci bermanfaat bagi Dinas Kesehatan dan
tangan diketahui sebagai salah satu upaya Puskesmas Tanah Kalikedinding serta dapat
pencegahan penyakit dan penularan dijadikan sebagai sumber informasi untuk
penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan menurunkan angka kejadian ISPA dan Diare
merupakan agen yang membawa kuman dan di Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II
menyebabkan patogen berpindah dari satu (RT 07 dan RT 11) Kecamatan Kenjeran
orang ke orang lain, baik dengan kontak Kota Surabaya.
tidak langsung maupun kontak langsung
(menggunakan permukaan lain seperti METODE
handuk dan gelas) (Kemenkes RI, 2013).
Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku Penelitian ini menggunakan metode
cuci tangan menggunakan sabun merupakan deskriptif. Penelitian dilaksanakan di
suatu upaya yang memiliki dampak besar Kelurahan Tanah Kalikedinding RW II
bagi pencegahan penyakit-penyakit menular (RT 07 dan 11) Kecamatan Kenjeran Kota
seperti diare dan ISPA, namun mencuci Surabaya. Pengolahan data yang digunakan
adalah data primer yang diambil langsung
tangan masih belum menjadi kebiasaan
dengan wawancara dan pengisian kuesioner.
pada masyarakat. Tentunya hal ini masih
Sedangkan data sekunder didapatkan dari
dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya
dokumen Puskesmas Tanah Kalikedinding.
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan… 73
Jenis Kelamin
Karakteristik yang terdapat pada Pendidikan Responden
responden berdasarkan jenis kelamin yang Karakteristik responden berdasarkan
diperoleh sebagai berikut: pendidikan yang diperoleh sebagai berikut:
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jenis Pada tabel 3 karakteristik responden
kelamin responden di Kelurahan Tanah berdasarkan pendidikan diketahui bahwa
Kalikedinding terdapat perempuan dengan mayoritas mempunyai pendidikan SMP
sebesar 45 orang (64,3%) dan sisanya 25 sebanyak 61 orang (87,1%).
74 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–81
Sikap Responden
Pekerjaan Responden Karakteristik responden berdasarkan
Karakteristik responden berdasarkan sikap yang diperoleh hasil sebagai berikut:
pekerjaan yang diperoleh hasil sebagai Pada tabel 6 karakteristik responden
berikut: berdasarkan sikap diketahui bahwa
Pada tabel 4 bahwa karakteristik mayoritas mendukung untuk perilaku CTPS
responden berdasarkan pekerjaan mayoritas sebanyak 65 orang (92,9%).
adalah wiraswasta sebanyak 40 orang
(57,1%) dan pekerjaan yang paling sedikit
yaitu sebagai PNS hanya 1 orang (1,4%).
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sikap Responden di Kelurahan
Tanah Kalikedinding Tahun 2016
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan Responden di Kelurahan Sikap Jumlah Persentase (%)
Tanah Kalikedinding Tahun 2016 Mendukung 65 92.9
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Tidak Mendukung 5 7.1
Karyawan Swasta 9 12.9 Total 70 100
IRT 20 28.6
Wiraswasta 40 57.1
PNS 1 1.4 Perilaku Responden
Total 70 100 Karakteristik responden berdasarkan
perilaku yang diperoleh terdapat di dalam
tabel 7 dibawah ini:
Pada data tabel 7 karakteristik
Tingkat Pengetahuan Responden
responden berdasarkan perilaku diketahui
Karakteristik responden berdasarkan bahwa mayoritas responden tidak
pengetahuan yang diperoleh dari hasil berperilaku baik dalam CTPS sebanyak
penelitian terdapat pada tabel sebagai 54 orang (77,1%) dan responden dengan
berikut: perilaku yang baik sebanyak 16 orang
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa (22,9%).
karakteristik responden berdasarkan
pengetahuan terhadap CTPS, mayoritas
memiliki pengetahuan yang baik sebanyak PEMBAHASAN
52 orang (74,3%) dan pengetahuan yang Pada penelitian yang telah dilaksanakan
kurang sebanyak 18 orang (25,7%). di Kelurahan Tanah Kalikedinding RW
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan… 75
Pada usia dewasa akan lebih mudah Intensive Care Unit (ICU) dan ICU
dalam memberikan bimbingan dan arahan bedah. Dari penelitian tersebut diperoleh
dalam menjaga kesehatan serta menyadari hasil setelah dilaksanakannya program
pentingnya menjaga kesehatan. pendidikan, kepatuhan dan cara mencuci
Sejalan dengan pendapat yang tangan yang benar mengalami perubahan
diungkapkan Nursalam (2007), bahwa sedikit; ICU 14% (sebelum diberikan
level kedewasaan dan kekuatan setiap pendidikan, kepatuhan dan cara mencuci
individu akan lebih matang dalam berpikir tangan yang benar) dan 25% (sesudah
dan bekerja seiring dengan semakin diberikan pendidikan, kepatuhan dan cara
bertambahnya umur. Karena dengan mencuci tangan yang benar),ICU bedah 6%
bertambahnya umur seseorang tingkat (sebelum) dan 13% (sesudah).
kedewasaan dalam berpikir semakin
meningkat dan muncul motivasi atau Jenis Pekerjaan
dorongan dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
Umur merupakan salah satu faktor risiko pekerjaan di Kelurahan Tanah Kalikedinding
alami yang mempengaruhi kesehatan RW II (RT 07 dan 11) Kecamatan Kenjeran
(Nilawati, 2008). Kota Surabaya adalah wiraswasta sebanyak
40 orang (57,1%). Pekerjaan wiraswasta
Pendidikan Responden
terbanyak adalah pedagang dimana
Pada penelitian ini mayoritas responden sangat menyita waktu sehingga kurang
memiliki pendidikan pada tingkat menengah memperhatikan diri dalam menjaga
pertama. Menurut Notoatmodjo (2007), kesehatan, khususnya dalam hal mencuci
respon seseorang terhadap suatu hal tangan setelah melakukan aktivitas tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pada terlalu diperhatikan.
individu dengan pendidikan tinggi akan Mubarak (2007), mengatakan,
memberikan respon yang logis terhadap lingkungan pekerjaan membuat seseorang
informasi yang datang dan akan berpikir mendapatkan pengalaman dan informasi
sejauh mana signifikan didapatkan dari hal baik secara langsung maupun tidak langsung.
tersebut. Sejalan dengan penelitian Zuraidah, Yeni
Pendidikan merupakan bimbingan Elviani (2013), yang meneliti tentang
yang diberikan seseorang termasuk perilaku hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
seseorang terhadap pola hidup, terutama perilaku mencuci tangan dengan benar
dalam memotivasi sikap yang memiliki pada 50 responden, dengan hasil penelitian
peran serta dalam perkembangan kesehatan. menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik
Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang belum tentu dapat membuat seseorang untuk
semakin mudah dalam menerima informasi berperilaku cuci tangan dengan benar.
sehingga makin banyak pola pengetahuan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang dimiliki. Maka dalam penelitian di Universitas Newscastle, Inggris, dengan
ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, 300 sampel yang terdiri dari 150 sampel
dikarenakan pendidikan pada responden sibuk dan 150 sampel tidak sibuk, ternyata
rendah membuat perilaku CTPS tidak baik. sebesar 26 % yang mencuci tangan benar
Mubarak (2007), mengungkapkan pada sampel sibuk dan 67% pada sampel
bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tidak sibuk. (Tones dan Tilford, 2001; WHO
mudah seseorang memahami informasi 2005).
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan serta
semakin bertambah pula informasi yang Tingkat Pengetahuan
diketahui dan sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak
Pendidikan juga dapat mempengaruhi 52 orang (74,3%) memiliki pengetahuan
perilaku cuci tangan seseorang. Hal tersebut yang baik tentang perilaku CTPS dan
didukung penelitian yang dilakukan terdapat 18 orang (25,7%) yang memiliki
oleh Larson, et al (1997), mengenai pengetahuan kurang baik tentang perilaku
implementasi dari program intervensi CTPS. Dari pengalaman yang diperoleh,
edukasi atau feedback pada pasien di
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan… 77
Sikap adalah suatu reaksi tertutup, Penilaian yang bisa berupa pendapat
bersifat intagible, merupakan kesiapan atau seseorang terhadap stimulus dan objek dalam
kesediaan untuk bertindak. Sikap belum hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
merupakan suatu tindakan akan tetapi penyakit yang diketahui merupakan sikap.
merupakan predisposisi tindakan atau Setelah responden mengetahui mengenai
perilaku. Sikap dapat diukur dengan dua bahaya tidak mencuci tangan (melalui
cara yaitu langsung dan tidak langsung. pengalaman, pengaruh orang lain, media
Menanyakan bagaimana opini atau massa, lembaga pendidikan, emosi), proses
pertanyaan responden terhadap suatu objek selanjutnya akan menilai atau bersikap
merupakan cara langsung, dalam penelitian terhadap kegiatan mencuci tangan tersebut,
ini dilakukan pertanyaan mengenai perilaku dengan adanya pengetahuan yang baik serta
CTPS terhadap responden, sebagian besar sikap yang mendukung terhadap perilaku
responden mendukung akan perilaku CTPS CTPS diharapkan mampu membuat
(Wawan, 2011). responden berperilaku CTPS tetapi dalam
Terdapat 10 Indikator PHBS dimana penelitian ini masih dibutuhkan kesadaran
salah satunya adalah mencuci tangan dengan individu dalam terwujudnya perilaku CTPS
air bersih dan sabun sebelum dan sesudah dikarenakan masih rendahnya perilaku
makan, sesudah buang air besar (BAB) CTPS pada masyarakat Kelurahan Tanah
dan buang air kecil (BAK). Keberdayaan Kalikedinding.
masyarakat yang sadar, mau dan mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih Perilaku Responden
dan sehat dimana faktor perilaku secara Pada penelitian ini terdapat perilaku
teori mempunyai bagian sebesar 30-35% CTPS yang tidak baik sebanyak 54 orang
terhadap derajat kesehatan, serta perilaku (77,1%) dan yang berperilaku baik dengan
memberikan dampak yang cukup besar mencuci tangan pakai sabun sebanyak 16
terhadap derajat kesehatan maka dibutuhkan orang (22,9%). Sesuatu yang paling penting
bermacam upaya untuk merubah perilaku dalam mewujudkan perilaku kesehatan
menjadi sehat, salah satunya melalui adalah masalah pembentukan dan proses
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat perubahan perilaku. Pengukuran atau cara
(PHBS) (Kemenkes RI, 2014). mengamati perilaku terdapat dua cara
Berdasarkan data dari penelitian, yaitu, secara langsung maupun secara
hasil dari penelitian menunjukkan tidak langsung, pengukuran perilaku yang
bahwa masyarakat bersikap mendukung paling baik adalah secara langsung, yakni
berperilaku CTPS. Notoatmodjo (2010), dengan pengamatan (observasi) yaitu
mengungkapkan bahwa suatu sikap belum mengamati tindakan dari subjek dalam
pasti terealisasi dalam suatu tindakan (over rangka memelihara kesehatannya. Metode
behavior). Untuk mengimplementasikan tidak langsung adalah dengan menggunakan
sikap menjadi suatu tindakan nyata mengingat kembali (recall), (Notoatmodjo,
dibutuhkan suatu kondisi yang 2010).
memungkinkan, misalnya adalah fasilitas. World Health Organization (WHO)
Disamping faktor pemungkin, juga melakukan sebuah penelitian yaitu upaya
dibutuhkan faktor pendukung (support) yang dapat dilakukan untuk menurunkan
yang di dapatkan dari pihak lain. Dari hasil angka kejadian diare dan ISPA yaitu perilaku
penelitian terdapat 92.8% mendukung cuci tangan pakai sabun. Salah satu tindakan
perilaku CTPS tetapi terdapat 77.1% dengan membersihkan tangan dan jari jemari
masyarakat berperilaku tidak mencuci menggunakan air dan sabun oleh manusia
tangan menggunakan sabun. Memahami untuk menjadi bersih dan memutuskan mata
sikap dan perilaku manusia merupakan aspek rantai kuman yang disebut mencuci tangan
yang sangat penting dalam pengungkapan dengan sabun.
(assesment) atau pengukuran (measurement) Hasil penelitian ini didukung oleh
sikap. Hal itu merupakan respons evaluatif penelitian Burton, Cobb, Donachie, Judah,
yang dapat berbentuk suatu dampak baik Curtis dan Schmidit (2011) dan Pickering,
atau buruk (Wawan, 2011). Boehm, Mwanjali dan Davis (2010),
Gracia Risnawaty, Faktor Determinan Perilaku Cuci Tangan… 79
menunjukkan bahwa cuci tangan dengan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Dalam
menggunakan sabun lebih efektif dalam penelitian ini responden memiliki air bersih
memindahkan kuman dibandingkan dengan yang mencukupi dan tempat untuk mencuci
cuci tangan hanya dengan menggunakan tangan. Namun hal tersebut masih belum
air. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dapat merubah atau mendukung masyarakat
penyediaan sarana air bersih baik itu di dalam berperilaku CTPS.
sekolah dasar maupun rumah sebagai sarana
untuk cuci tangan juga sudah baik. Faktor penguat (reinforcing factors)
Semakin baik ketersediaan sarana Yang realisasinya dalam sikap dan
cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada perilaku tenaga kesehatan yang merupakan
setiap rumah akan semakin baik CTPS panutan dari perilaku masyarakat, sehingga
pada ibu rumah tangga untuk menghindari promotif dan preventif kesehatan yang
penyakit diare dan ISPA. Hal ini sejalan efektif adalah meningkatkan promosi
dengan penelitian Ambarwati dalam Utami kesehatan yang berkelanjutan dan membuat
(2010) yang tertulis dalam penelitiannya pelatihan bagi tokoh masyarakat, kader dan
bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna tenaga kesehatan, agar sikap dan perilaku
pada perilaku cuci tangan oleh kelompok petugas, kader dan tokoh masyarakat dapat
yang menyatakan sarana tidak memadai menjadi teladan atau acuan bagi masyarakat
dengan kelompok yang menyatakan sarana tentang perilaku hidup bersih dan sehat
memadai. (Notoatmodjo, 2010).
Dalam kehidupan sehari-hari perilaku Dalam penelitian ini tenaga kesehatan
dapat dipengaruhi karena adanya persepsi. telah memberikan penyuluhan perilaku
Stimulus yang diperoleh oleh seseorang hidup bersih dan sehat yang dilakukan
memiliki perbedaan maka menimbulkan pada saat posyandu balita, lansia dan saat
suatu persepsi yang berbeda antar individu pelayanan di puskesmas.
(Satriadi, 2011). Sedangkan John Ivancevich
(2006), mengatakan ada hubungan antara
persepsi dengan perilaku, dimana individu SIMPULAN
melalui tindakan, bahasa tubuh, dan cara Hasil penelitian dapat disimpulkan
bicara, berusaha menciptakan suatu kesan dalam hal-hal sebagai berikut:
tertentu dalam persepsi orang lain. Karakteristik responden pada penelitian
Namun tidak sesuai dengan penelitian ini menggambarkan jenis kelamin, umur,
Zuraidah (2013), dalam hubungan pendidikan, jenis pekerjaan, pengetahuan,
pengetahuan dan sikap terhadap perilaku sikap dan perilaku. Responden terbanyak
mencuci tangan dengan benar pada kelas perempuan sebanyak 45 orang (64.3%),
V SD, hasil analisis yang menyatakan dengan rentan umur 45-55 tahun sebanyak
bahwa sebanyak 50 responden yang 28 orang (40%), lulus pendidikan SMP
mencuci tangan dengan benar adalah 41 sebanyak 28 orang (40%), pekerjaan
responden dengan pengetahuan baik dan wiraswasta sebanyak 40 orang (57.1%),
dari hasil analisisnya mengatakan bahwa pengetahuan yang baik tentang CTPS
ada hubungan pengetahuan dengan perilaku sebanyak 52 orang (74.3%), sikap dan
mencuci tangan pakai sabun pada kelas V perilaku dalam penelitian menunjukkan
sekolah dasar. 65 orang (92,9) mendukung dalam CTPS
Woodhworth mengatakan bahwa namun dalam pelaksanaan CTPS mayoritas
motivasi atau dorongan akan menciptakan responden tidak berperilaku baik dalam
sebuah perilaku. Dengan dorongan tersebut, CTPS sebanyak 54 orang (77,1%).
akan memberikan suatu keyakinan terhadap Penelitian ini mengambarkan
seseorang untuk melakukan perilaku determinan mencuci tangan dengan benar
tersebut. (Wawan, 2011). dan memakai sabun ditentukan oleh perilaku
diri sendiri dalam menjaga kesehatannya,
Faktor pemungkin (enabling factors) serta menunjukkan bahwa peran sikap dalam
Yang terjadi dalam lingkungan fisik, perilaku CTPS merupakan dukungan dalam
terdapatnya sarana dan prasarana atau tercapainya perilaku CTPS yang benar.
80 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 70–81
Kumar, S., Sebastian. 2011. “Does improved Wawan. 2011. Teori dan Pengukuran
sanitation reduce diarrhea in children in Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
rural India?. Journal of Harvard School Manusia. Nuha Medika : Yogyakarta
of Public Health. WHO. 2005. A Lively and Healthy Me,
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 diakses tanggal 10 April 2016 pukul
tahun 2009 tentang Kesehatan 12.30
Utami, W. 2010. Faktor-Faktor Yang Zuraidah, Y. 2013. Hubungan Pengetahuan
Berhubungan Dengan Kebiasaan Cuci dan Sikap Dengan Perilaku Mencuci
Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat Tangan Dengan Benar Pada Siswa
Di Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas SD Kota Lubuklinggau Tahun 2013.
Kabupaten Sumedang Tahun 2010. Jurnal fakultas keperawatan. Politeknik
Kesehatan Palembang