You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331227934

SINERGI TNI AD DENGAN POLRI DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM


PENANGANAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Di Kota Tarakan)

Article · February 2019


DOI: 10.33701/jiwbp.v8i2.284

CITATIONS READS

0 489

2 authors, including:

Agus Subagyo
Universitas Jenderal Achmad Yani
20 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Isu Hubungan Internasional View project

Demokrasi View project

All content following this page was uploaded by Agus Subagyo on 03 April 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA p-ISSN 2614-0241
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113-126 e-ISSN 2301-6965

SINERGI TNI AD DENGAN POLRI DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM


PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
(Studi Kasus Kota Tarakan)

Agus Subagyo, Dr Yudi Rusfiana S.IP, M.Si

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNJANI Cimahi, Dosen Fakultas Politik Pemerintahan
IPDN Jatinangor

Email : agus.subagyo@lecture.unjani.ac.id, yudi.rusfiana@yahoo.com

Abstract

This paper would like to describe the synergy of Indonesia Army (Kodim 0907 / Tarakan) with Police
(Police of Tarakan) and Government (Local Government of Tarakan City) in handling social conflict in the
community, covering conflict prevention, conflict stopping and conflict recovery. The multi-ethnic and
multicultural area of Tarakan City is very vulnerable to social conflicts that can not be handled only by Kodim
0907 / Tarakan alone, but involving other related parties, such as the Tarakan Police and the Tarakan City
Government. Communication, coordination, and collaboration between these three pillars are expected to be
able to deal with social conflict in the community

Keyword: Synergy, Army, Police, Local Government, Social Conflict.

PENDAHULUAN habisnya nilai sopan santun, dan


Di era globalisasi saat ini, musnahnya etika di tengah masyarakat.
Indonesia menghadapi berbagai perubahan Rasa nasionalisme, semangat
sosial yang sangat drastis, dramatis, dan patriotisme, cinta tanah air, rela berkorban,
massif. Masuknya berbagai ideologi, dan militansi bangsa telah mengalami
budaya dan teknologi asing telah penurunan yang berakibat pada ikatan
mempengaruhi seluruh sendi kehidupan persatuan dan kesatuan sebagai bangsa
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.1 Indonesia. Generasi muda Indonesia saat
Budaya nasional dan budaya lokal mulai ini sudah tidak lagi memahami sejarah,
mengalami kepunahan digantikan oleh kurang menghormati budaya dan adat
budaya global, budaya popular, dan istiadat, serta kurang peduli dengan nilai-
budaya universal, yang tentunya nilai perjuangan para “founding fathers”.
berdampak pada hilangnya sikap toleransi, Generasi milenial yang sering di sebut
punahnya perilaku gotong royong, sebagai “generasi jaman now”, banyak
berkutat pada sikap yang pragmatis, serba
1
Syarifudin Tippe & Agus Subagyo, Kapita “instant”, dan serba “potong kompas”.
Selekta Hubungan Internasional, Bandung :
Alfabeta, 2016, hal. 25.

113

Terakreditasi Kemenristek Dikti Nomor 21/E/KPT/2018, tanggal 9 Juli 2018


JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
Ditambah lagi dengan munculnya Akan tetapi dibalik kekayaan alam
sikap intoleransi, menguatnya kelompok yang melmpah ini terkandung potensi
radikal, mengemukanya terorisme, dan kerawanan konflik sosial. Wilayah Kota
menghangatnya separatisme, semakin Tarakan rawanterjadinya konflik sosial,
menciptakan kerawanan sosial di tengah konflik SARA dan konflik lainnya sebagai
masyarakat.2 Struktur masyarakat akibat dari aktviitas politik, pemerintahan
Indonesia yang multi agama, multi etnis, dan demokrasi, berupa Pilkada, Pileg, dan
dan multi bahasa sangat rawan untuk Pilpres. Terlebih lagi pernah terjadi konflik
terjadinya berbagai konflik sosial, sosial dan kerusuhan massal yang terjadi
kekerasan massal, dan kerusuhan. Terlebih pada tanggal 27 September 2010 yang
lagi dengan adanya konflik politik akibat memakan korban nyawa dan harta benda
dibukanya “kran” demokrasi yang serta gelombang pengungsi antara suku
menyebabkan masyarakat terpecah belah Tidung (pribumi) dengan suku Bugis (suku
oleh pilihan politik, khususnya menjelang pendatang). Hal ini tentu menjadi perhatian
Pilkada, Pileg, dan Pilpres. dan skala prioritas untuk di deteksi,
Salah satu wilayah Indonesia yang dicegah dan ditangggulangi, sehingga
rentan terjadinya konflik sosial adalah konflik sosial yang potensial terjadi dapat
Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. diantisipasi dan dapat dicegah seminimal
Wilayah Kota Tarakan merupakan wilayah mungkin, agar supaya kehidupan
yang sangat strategis karena menjadi pusat masyarakat dan kenyamanan masyarakat
bisnis, pusat industri dan pusat dapat terjamin dan terlindungi.
perekonomian terbesar di Provinsi Sebagai satuan komando
Kalimantan Utara, menjadi parameter kewilayahan yang membawahi wilayah
perekonomian di Propinsi Kalimantan Kota Tarakan, Kodim 0907/Tarakan
Utara, dan menjadi motor penggerak atau memiliki tugas dan tanggungjawab untuk
lokomotif aktifitas utama ekonomi, bisnis membantu pemerintah Daerah Kota
dan pariwisata di Propinsi Kalimantan Tarakan dan Polresta Tarakan untuk
Utara. Sumber daya alam yang melimpah, memelihara situasi kondusif di tengah
khususnya minyak menjadi motor masyarakat. Dalam perspektif organisasi
penggerak dan urat nadi perekonomian TNI AD, Kodim 0907/Tarakan berupaya
wilayah Kalimantan Utara pada umumnya keras dan sekuat tenaga untuk memelihara
dan Kota Tarakan pada khususnya. / menjaga situasi dan keadaan yang
kondusif dan menciptakan stabilitas
2
Agus Subagyo, Teroris(me) : Aktor dan Isu
Global Abad XXI, Bandung : Alfabeta, 2015, hal. 2 keamanan. Kodim 0907/Tarakan selalu

114
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]

berpegang teguh pada UU No 3 Tahun melakukan pengamanan terhadap jalannya


2002 Tentang Pertahanan Negara yang kehidupan kemasyarakatan, melainkan
menyatakan bahwa TNI sebagai komponen memerlukan sinergi dengan Polri dan
utama / alat pertahanan negara menghadapi Pemda untuk menciptakan situasi kondusif
ancaman militer dan non militer baik yang dalam rangka terwujudnya stabilitas
datang dari dalam negeri maupun dari luar keamanan.
negeri.
Hal ini diperkuat dengan UU No 34 KERANGKA TEORITIS
Tahun 2004 Tentang TNI, terutama Pasal Dalam perspektif konflik,
7, ayat 2, butir 9, yang berbunyi : Gillin dan Gillin menyatakan bahwa
“membantu tugas pemerintahan di konflik merupakan bagian dari interaksi
daerah”, dan butir 10 yang berisi : sosial yang membentuk pola pertentangan
“membantu Polri dalam rangka tugas atau perlawanan dan kekerasan. Dalam
keamanan dan ketertiban masyarakat kaitan ini, interaksi sosial yang bersifat
yang diatur dalam undang-undang”. disosiatif akibat perbedaan atau
Dalam aturan yang terdapat dalam UU TNI keragaman, baik yang mencakup fisik,
tersebut, khususnya banyak orang emosi, kebudayaan, maupun perilaku
menyebut dengan pasal Operasi Militer adalah bagian utama dari bentuk
Selain Perang (OMSP), jelas sekali bahwa konflik3.Pengertian konflik sosial menurut
TNI harus berkewajiban membantu Soerjono Soekanto, adalah proses sosial
Pemerintah (dan Pemerintah Daerah) serta antar individu atau kelompok yang
Polri dalam memelihara situasi yang berusaha mencapai sebuah tujuan
kondusif di tengah masyarakat supaya tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pembangunan ekonomi, pembangunan cara yang dilakukan adalah dengan
demokrasi dan kesejahteraan masyarakat menantang atau menentang pihak lawan
dapat terwujud. dan dapat disertai ancaman maupun
Atas dasar itulah, Kodim kekerasan yang melahirkan kegaduhan4.
0907/Tarakan berkomitmen dan berjuang Adapun penanganan konflik sosial
membantu Pemerintah dan Pemerintah menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7
Daerah serta Polri dalam menciptakan tahun 2012 adalah serangkaian kegiatan
situasi yang kondusif, bekerjasama / 3
Pendapat Gillin & Gillin ini dikutip dari Lambang
bermitra / bersinergi dengan semua Triyono, Spiral Kekerasan Kolektif dan Konflik
Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2014, halm.
komponen bangsa lainnya. Kodim 41
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi : Suatu Pengantar,
0907/Tarakan tidak dapat sendirian dalam Jakarta : Rajawali Pers, 2013, halm. 29

115
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan bantuan TNI sesuai ketentuan
terencana dalam situasi dan peristiwa baik peraturan perundang-undangan7.
sebelum, pada saat, maupun sesudah
terjadi konflik yang mencakup pencegahan METODE
konflik, penghentian konflik, dan Penelitian ini menggunakan metode
pemulihan pasca konflik5. Lebih detail lagi penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
2015 tentang Penanganan Konflik Sosial data, fakta dan informasi dengan tujuan
menyatakan bahwa penanganan konflik dan kegunaan tertentu.8 Jenis data yang
sosial harus dilakukan secara sinergis oleh dikumpulkan adalah jenis data primer dan
Pemerintah / Pemerintah Daerah bersama- data sekunder. Data primer diperoleh
sama dengan Polri, TNI, dan semua melalui observasi, wawancara, dan Focus
stakeholder terkait6. Group Discussion (FGD). Data sekunder
Selanjutnya, MoU Polri dengan diperoleh melalui studi pustaka / studi
TNI Nomor B/2/2018 dan Nomor dokumentasi / studi literatur
Kerma/2/I/2018 Tentang Perbantuan TNI Informan dipilih secara purposive
Kepada Polri Dalam Kamtibmas mengatur sampling, yang terdiri atas unsur Kodim,
tentang perbantuan TNI untuk Polri, Polresta, Pemda, dan Masyarakat. Adapun
misalnya dalam menghadapi unjuk rasa, jumlah informan secara rinci dalam
mogok kerja, kerusuhan massa, konflik penelitian ini ditampilkan dalam Tabel 1
sosial, dan mengamankan kegiatan berikut :
masyarakat dan pemerintah. Pasal 2 MoU
ini menjabarkan bahwa TNI bisa terlibat
dalam: a) Perbantuan menghadapi unjuk
rasa maupun mogok kerja; b) Menghadapi
kerusuhan massa; c) Menangani konflik
sosial; d) Mengamankan kegiatan
masyarakat dan atau pemerintah di dalam
negeri yang bersifat lokal, nasional,
maupun internasional yang mempunyai
kerawanan, dan; e) Situasi lain yang 7
MoU Polri dengan TNI Nomor B/2/2018 dan
Nomor Kerma/2/I/2018 Tentang Perbantuan TNI
5
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Kepada Polri Dalam Kamtibmas
8
Penanganan Konflik Sosial. Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif,
6
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 Kuantitatif, R&D, Bandung : Alfabeta, 2010, halm.
Tentang Penanganan Konflik Sosial 52

116
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]

Tabel 1. Daftar Jenis dan Jumlah Informan

NO UNSUR INFORMAN JUMLAH

1 Kodim Dandim 1
Kasdim 1
Danramil 2
Babinsa 3
Sub Total 6
2 Pemda Walikota 1
Wakil Walikota 1
Ketua DPRD 1
Anggota DPRD 1
Kakesbanglinmas 1
Camat 1
Sub Total 6
3 Polresta Kapolres 1
Wakapolres 1
Kasat Reskrim 1
Kasat Sabhara 1
Kapolsek 1
Bhabinkamtibmas 1
Sub Total 6
4 Masyarakat Kelompok Intelektual 4
Partai Politik 6
Tokoh Masyarakat 4
Tokoh Agama 4
Tokoh Pemuda 4
Pers / Media 2
NGO / LSM 2
KPUD 2
Panwaslu 2
Sub Total 25
TOTAL 48

PEMBAHASAN politik yang sangat dinamis, dimana PAN,


1. Posisi Strategis Kota Tarakan Partai Demokrat, PDIP dan Partai Golkar
Kota Tarakan merupakan Kota ke-17 merupakan partai terbesar yang memiliki
terkaya di Indonesia, kota terbesar di basis masa yang kuat dan merupakan
Proviinsi Kalimantan Utara, dan berada di pemenang pada Pileg 2014 sehingga
wilayah perbatasan, serta pernah kejadian menguasai DPRD Kota Tarakan sehingga
kerusuhan etnis pada tahun 2010. Wilayah pertarungan Pilkada, Pileg dan Pilpres
Kota Tarakan sangat strategis apabila diwarnai oleh pergulatan sengit antar partai
dilihat dari berbagai aspek kehidupan, baik politik tersebut.
dalam aspek politik, ekonomi, sosial Dalam aspek ekonomi, wilayah
budaya, dan pertahanan keamanan. Kota Tarakan merupakan pusat ekonomi
Dalam aspek politik, wilayah Kota Provinsi Kalimantan Utara, pusat bisnis
Tarakan memiliki dinamika kehidupan dan pusat perdagangan di Provinsi

117
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
Kalimantan Utara, serta sebagai kota 2. Sejarah Konflik Sosial Di Kota
terbesar di wilayah Provinsi Kalimantan Tarakan
Utara. Di wilayah ini terdapat kandungan Dalam perspektif historis, di Kota
minyak yang besar sehingga menjadikan Tarakan pernah terjadi konflik etnis yang
Kota Tarakan sebagai kota minyak, kota menjadi sorotan nasional mengingat
industri dan kota bisnis di wilayah adanya korban meninggal dunia, korban
Kalimantan Utara. luka berat dan ringan.9 Kerusuhan sosial
Dalam aspek sosial budaya, ini juga menimbulkan kerugian harta
wilayah Kota Tarakan mayoritas beragama benda, kebakaran rumah, pengrusakan
Islam yang diwarnai dengan suasana fasilitas sosial umum, dan gelombang
religius dan secara etnis terdapat etnis pengungsian. Konflik yang bermula dari
besar, yakni suku tidung (sebagai suku persoalan ringan, bersifat pribadi dan
pribumi) dan suku Jawa dan suku Bugis termasuk kriminal murni, telah menjalar
(yang merupakan suku pendatang). ini pada konflik antar etnis, yakni antara suku
sangat rawan terjadi konflik sosial Tidung dan suku Bugis.
mengingat pernah terjadi kerusuhan pada Konflik etnis yang mengarah konflik
tanggal 27 September 2010 yang menjadi sosial dan merembet terjadinya kerusuhan
sorotan nasional karena mengakibatkan sosial ini telah menjadi sorotan nasional,
korban nyawa, harta benda, dan penduduk yang mendorong aparat keamanan,
mengungsi akibat konflik antara suku khususnya TNI dan Polri mengerahkan
tidung dengan suku Bugis. pasukannya di wilayah Tarakan untuk
Dalam aspek pertahanan meredam agar konflik tidak meluas di
keamanan, wilayah Kota Tarakan sangat seluruh masyarakat Kota Tarakan.
strategis untuk dijadikan sebagai wilayah Gambaran umum peristiwa konflik sosial
pertahanan karena berdekatan dengan di Kota Tarakan dapat dilihat pada kutipan
negara tetangga, yakni Malaysia, sebagai berikut :
khususnya Blok Ambalat, sehingga sering “Pada tanggal 26 September 2010, terjadi
menjadi tempat latihan tempur bagi TNI perselisihan antara dua kelompok pemuda
di kawasan Perumahan Juata Permai yang
AD, sebagai basis pertahanan di wilayah
mengakibatkan seorang pemuda bernama
perbatasan. Kota Tarakan menjadi basis
Abdul Rahmansyah terluka di telapak
pertahanan Indonesia pada saat
9
menghadapi musuh yang datang dari
http://www.tribunnews.com/nasional/2010/09/30/in
Utara, sehingga sangat vital posisinya i-kronologi-lengkap-kerusuhan-tarakan-versi-polri.
Diunduh pada tanggal 27 Mei 2018, Jam 14.00
dilihat dari aspek pertahanan negara. WIB

118
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]
tangan. Abdul pulang ke rumah untuk Wita, Abdullah, korban tewas dalam
meminta pertolongan dan diantar pihak pertikaian dini hari, dimakamkan di
keluarga ke RSU Tarakan untuk berobat. Gunung Daeng, Kelurahan Sebengkok,
Pada 27 September sekitar pukul 00.30 Tarakan Tengah, Tarakan. Pukul 18.00
Wita, Abdullah (56), orangtua Abdul Wita, terjadi pengeroyokan terhadap
Rahmansyah, beserta enam orang yang Samsul Tani, warga suku Bugis, warga
merupakan keluarga dari suku Memburungan, Kecamatan Tarakan
Tidung berusaha mencari para pelaku Timur, Kota Tarakan, oleh orang tidak
pengeroyokan dengan membawa senjata dikenal. Pukul 18.00 Wita, personel
tajam berupa mandau, parang, dan tombak. gabungan dari Polres Tarakan (Sat
Mereka mendatangi sebuah rumah yang Intelkam, Sat Reskrim, dan Sat Samapta)
diduga sebagai rumah tinggal salah diperbantukan untuk mengamankan
seorang dari pengroyok di Perum Korpri. tempat kejadian perkara. Pukul 20.30 Wita
Penghuni rumah yang mengetahui hingga 22.30 Wita, berlangsung pertemuan
rumahnya akan diserang segera yang dihadiri unsur pemda setempat,
mempersenjatai diri dengan senjata tajam seperti Wali Kota Tarakan, Sekda Kota
berupa badik dan parang. Setelah itu, Tarakan, Dandim Tarakan, Dirintelkam
terjadilah perkelahian antara kelompok Polda Kaltim, Dansat Brimob Polda
Abdullah dan penghuni rumah tersebut Kaltim, Wadir Reskrim Polda Kaltim,
yang adalah warga suku Bugis Letta. serta perwakilan dari suku Bugis dan suku
Abdullah meninggal dengan kondisi kedua Tidung. Pertemuan berlangsung di Kantor
tangannya terpotong akibat ditebas senjata Camat Tarakan Utara. Dalam pertemuan
tajam. Pukul 01.00 Wita, sekitar 50 orang itu, disepakati bahwa masalah yang terjadi
dari kelompok suku Tidung menyerang adalah masalah individu. Para pihak
Perum Korpri. Para penyerang membawa bertikai sepakat menyerahkan kasus
mandau, parang, dan tombak. Mereka tersebut pada proses hukum yang berlaku.
merusak rumah Noordin, warga suku Polisi segera bergerak mencari pelaku.
Bugis Letta. Pukul 05.30 Wita terjadi pula Semua tokoh dari elemen-elemen
aksi pembakaran rumah milik Sarifudin, masyarakat memberikan pemahaman
warga suku Bugis Letta, yang juga tinggal kepada warganya agar dapat menahan
di Perum Korpri. Pukul 06.00 Wita, sekitar diri”.10
50 orang dari suku Tidung mencari Asnah,
warga suku Bugis Letta. Namun, ia
3. Potensi Konflik Sosial Di Kota
diamankan anggota Brimob. Pukul 10.00
Wita, massa kembali mendatangi rumah Tarakan
tinggal Noodin, warga suku Bugis Letta Potensi konflik sosial di Kota
dan langsung membakarnya. Pukul 11.00 Tarakan sebenarnya cukup besar apabila
Wita, massa kembali melakukan
10
perusakan terhadap empat sepeda motor
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Tarakan.
yang berada di rumah Noodin. Pukul 14.30 Diunduh pada tanggal 27 Mei 2018, Jam 13.00
WIB.

119
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
tidak diwaspadai dan dirawat dengan baik, kelompok di tengah masyarakat. Isu-isu
mengingat banyaknya permasalahan sensitif, seperti penerimaan ASN, Pilkada,
ekonomi, sosial dan budaya di tengah Pileg dan Pilpres, serta penempatan posisi
masyarakat. Dalam perspektif ekonomi, di lingkungan birokrasi pemerintahan
terdapat ketimpangan ekonomi yang cukup dapat berpotensi timbulnya kerawanan
besar antara masyarakat pribumi dan sosial yang mengarah konflik sosial di
masyarakat pendatang. Masyarakat tengah masyarakat.
pribumi, yang berasal dari suku Bugis,
suku Jawa, suku Madura, dansuku Bali, 4. Sinergi Kodim dengan Polresta
umumnya memiliki taraf ekonomi dan dan Pemda Kota Tarakan Dalam
pendapatan yang baik. Sedangkan Menangani Konflik Sosial
masyarakat pribumi; suku Tidung, Sinergi jajaran Kodim 0907/Tarakan
umumnya status ekonominya relatif dengan jajaran Polresta Tarakan dan
miskin. jajaran Pemda Kota Tarakan dalam
Dalam perspektif sosial budaya, adat menangani konflik sosial sebenarnya sudah
istiadat, budaya, seni, dan bahasa diantara baik, sudah optimal dan sudah efektif. Hal
penduduk di Kota Tarakan yang multi etnis ini dapat dilihat dari aspek pencegahan,
sangat beragam sehingga rentan terjadinya penghentian, dan pemulihan konflik sosial
gesekan dan gejolak sosial. Kerawanan sebagai berikut :
sosial yang terjadi di tengah masyarakat a. Pencegahan Konflik Sosial
semakin menguat apabila tidak dikelola Dalam aspek pencegahan konflik,
dengan baik. Dalam perspektif politik, kegiatan yang dilakukan oleh Kodim
adanya kegiatan Pilkada, Pilpres, maupun 0907/Tarakan bersama-sama dengan
Pileg akan semakin menguatkan politik jajaran Polresta Tarakan dan Pemda
identitas, lahirnya semangat kesukuan, dan Kota Tarakan adalah mengedepankan
timbulnya gesekan akibat ulah para politisi identifikasi potensi konflik, pendataan
yang ingin meraup suara sebesar-besarnya kelompok radikal di tengah
tanpa memperdulikan solidaritas sosial dan masyarakat, pengembangan sistem
kohesi sosial. deteksi dini, sistem cegah dini, dan
Kondisi tersebut akan menjadi sistem tangkal dini, dengan ujung
runyam dan pelik jika terdapat aksi dan tombak adalah Babinsa,
provokasi dari kelompok tertentu yang Babhinkamtibmas, dan Lurah, sebagai
memanaskan situasi sehingga bisa bagian dari tiga pilar Kamtibmas.
menyebabkan terciptanya gesekan antar

120
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]

Agar pencegahan konflik sosial ini  Mengoptimalkan peran jajaran


berjalan efektif, terdapat serangkaian Satkowil untuk melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh jajaran deteksi dini, temu cepat dan
Kodim 0907/Tarakan bersama dengan lapor cepat dengan
Polresta Tarakan dan Pemda Kota menugaskan aparat Satkowil di
Tarakan, yaitu: kelurahan/desa yang memiliki
 Mendorong pranata adat dan bobot potensi konflik tinggi
atau pranata sosial untuk dan bersinergi dengan aparat
menyelesaikan perselisihan lain.
dalam masyarakat melalui  Mengoptimalkan peran
musyawarah untuk mufakat Babinsa, diantaranya dengan
yang hasilnya mengikat para menempatkan 1 (satu) atau
pihak lebih Babinsa pada setiap
 Mengedepankan pemenuhan kelurahan yang memiliki bobot
keadilan dalam upaya potensi konflik tinggi.
penyelesaian perselisihan,  Mengoptimalkan peran patroli
khususnya terhadap Satkowil, diantaranya melalui
pelangggaran hukum yang patroli dialogis untuk
ringan atau kerugiannya kecil memperoleh informasi tentang
dan atau pelakunya anak-anak perkembangan situasi wilayah.
dan orang lanjut usia.  Mengoptimalkan peran
 Penyelesaian dengan cara Koramil, Polsek dan Kelurahan
penegakan hukum melalui sebagai basis deteksi dini di
proses peradilan merupakan tengah masyarakat.
langkah terakhiir, apabila  Membangun komunikasi yang
langkah diatas tidak tercapai. intensif dengan media massa
 Memberikan keteladanan dan jejaring sosial dalam
kepada masyarakat bahwa rangka memperluas jaringan
aparat tidak boleh main hakim informasi.
sendiri, bersikap sewenang-  Mewajibkan anggota TNI AD,
wenang dan melakukan tindak Polri dan ASN yang bertugas
kekerasan. di daerah potensi konflik untuk
membuat laporan informasi

121
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
tenang berbagai permasalahan penyiapan tempat pengungsian,
yang ditemukan. perawatan medis, mendirikan
 Mewajibkan anggota TNI AD, dapur umum dan sebagainya.
Polri dan ASN memasukkan  Melakukan isolasi untuk
data potensi konflik ke dalam menghambat penyebaran
sistem informasi yang konflik massa guna membatasi
terintegrasi. ruang gerak massa.
b. Penghentian Konflik Sosial  Melakukan penyekatan
Dalam aspek penghentian konflik terhadap jalur atau jalan yang
sosial, kegiatan yang dilakukan oleh dimungkinkan untuk masuknya
jajaran Kodim 0907/Tarakan bersama massa ke lokasi / derah konflik.
dengan jajaran Polresta Tarakan dan  Mencegah terjadinya konflik
Pemda Kota Tarakan adalah susulan dengan cara
melakukan simulasi, gladi, dan pengamanan agar tidak terjadi
kegiatan bersama serta rencana aksi aksi balas dendam, penjagaan
bersama yang bersifat kolaboratif tempat/obyek yang menjadi
antara personil Kodim, Polresta dan sasaran massa, melakukan
Pemda, untuk menghentikan konflik deteksi terhadap para pihak
sosial jika terjadi. yang berkonflik, counter isu
Rangkaian kegiatan simulasi provokatif, tindakan tegas dan
penghentian konflik sosial digelar mem-back up untuk
secara rutin dan sinergis antara ketiga melaksanakan proses hukum
pihak yang mencakup aksi-aksi terhadap orang yang sengaja
bersama sebagai berikut : melakukan perbuatan yang
 Memberikan pertolongan dan memancing terulangnya
evakuasi korban konflik secara konflik.
cepat dan tepat. c. Pemulihan Konflik Sosial
 Melakukan identifikasi Dalam aspek pemulihan
terhadap korban konflik, baik konflik sosial, kegiatan yang
korban meninggal maupun dilakukan oleh jajaran Kodim
luka-luka. 0907/Tarakan bersama dengan
 Membantu pemda/instansi Polresta Tarakan dan Pemda Kota
terkait, antara lain dalam hal Tarakan adalah menggelar kegiatan
bersama-sama, sinergis, kerjasama,
122
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]

berupa komunikasi, koordinasi, dan dan kerusuhan massal di Kota


kolaborasi dalam tahapan Tarakan.
rekonsiliasi, rehabilitasi, dan
rekonstruksi pasca konflik, 5. Hambatan Yang Dihadapi Dalam
khususnya mengamati pihak yang Penanganan Konflik Sosial
terlibat pada kerusuhan sosial tahun Hambatan yang dihadapi oleh
2010 agar supaya tidak ada Kodim 0907/Tarakan bersama
dendam, hidup rukun, dan dengan Polresta Tarakan dan Pemda
melupakan masa lalu, serta Kota Tarakan dalam menangani
menatap masa depan secara arif konflik sosial di wilayah Kota
dan bijaksana. Tarakan adalah :
Adapun kegiatan yang a. Persepsi masyarakat yang keliru
diterapkan oleh personil Kodim bahwa penanganan konflik sosial
0907/Tarakan dengan Polresta merupakan tanggungjawab dan
Tarakan dan Pemda Kota Tarakan tugas Polri dan TNI semata,
dalam memberikan keamanan sehingga beberapa masyarakat
supaya konflik tidak berulang masih menganggap bahwa
adalah : konflik sosial adalah domainnya
 Memulihkan situasi Polri dan TNI saja untuk
keamanan dan ketertiban menanganinya, tanpa perlu
masyarakat supaya tetap bantuan dan keterlibatan serta
kondusif dan tercipta kohesi masyarakat.
sosial antar berbagai b. Dinamika pelaksanaan demokrasi
kelompok masyarakat. berupa Pilkada, Pileg dan Pilpres
 Melakukan kegiatan bakti menjadikan para politisi
sosial dan kesehatan pada membawa isu politik identitas
daerah pasca konflik, untuk meraup suara di tengah
khususnya di daerah yang masyarakat, dengan
pernah terjadi kerusuhan mengedepankan isu agama, etnis,
sosial tahun 2010. dan isu lokal lainnya sehingga
 Memperbanyak kegiatan membuat masyarakat terpancing,
binter bersama Polri dan emosional, dan mengarah
Pemda untuk menangkal gesekan politik akibat perbedaan
berulangnya konflik sosial pilihan politik.

123
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
c. Masih adanya sebagian tokoh tengah masyarakat, yaitu ada
masyarakat, tokoh agama, dan instansi yang merasa paling
tokoh adat yang belum dewasa berwenang dalam menangani
dalam menyikapi setiap persoalan konflik sosial, ada instansi yang
sosial di tengah masyarakat, lepas tangan dalam menangani
sehingga mempengaruhi konflik sosial, dan ada pula
masyarakat akar rumput untuk instansi yang cenderung
bertindak yang berpotensi menyalahkan pihak lain, sebagai
melanggar hukum dan akibat dari mis komunikasi dan
menimbulkan konflik sosial, yang mis persepsi, yang bisa
pada akhirnya bisa mengarah mempengaruhi penanganan
terhadap kerusuhan sosial. konflik sosial di tengah
d. Ego sektoral antar instansi dalam masyarakat.
menangani konflik sosial di

PENUTUP berupa konflik etnis antara etnis Bugis dan


Kota Tarakan merupakan salah satu etnis Tidung telah mengoyak
Kota di Propinsi Kalimantan Utara yang kerukunan antar etnis, keharmonisan sosial
sangat strategis baik ditinjau dari aspek dan solidaritas masyarakat.
politik, ekonomi, sosial budaya, dan Potensi konflik sosial di Kota
pertahanan. Kota Tarakan merupakan Kota Tarakan sampai dengan saat ini masih
Pulau yang berada di wilayah perbatasan besar, mengingat keragaman etnis, budaya,
dengan sumber daya alam minyak yang bahasa, dan adat istiadat yang ada di
melimpah, serta dihuni oleh penduduk tengah masyarakat. Ketimpangan ekonomi
yang multi etnis layaknya miniatur masyarakat baik pendatang maupun
Indonesia. pribumi yang kentara serta pemukiman
Secara historis, pernah terjadi penduduk yang berkelompok berdasarkan
konflik sosial berupa kerusuhan massal etnis tertentu sangat membuka peluang
tahun 2010 di wilayah Kota Tarakan terjadinya konflik sosial.
sehingga menyebabkan meninggalnya Sinergi antara Kodim
korban, harta benda dan gelombang 0907/Tarakan bersama dengan Polresta
pengungsian, yang kemudian menarik Tarakan dan Pemda Kota Tarakan dalam
perhatian nasional. Kerusuhan sosial mencegah, mendeteksi, menangkal, dan

124
Sinergi Tni AD Dengan Polri....[Agus Subagyo,
Yudi Rusfiana]

meredam konflik sosial selama ini sudah masyarakat yang masih menganggap
cukup efektif, cukup optimal, dan cukup bahwa penanganan konflik sosial hanya
baik. Hal ini ditandai dengan adanya tugas Polri dan TNI semata, partisipasi
sinergi, kerjasama dan kolaborasi antara masyarakat yang rendah dalam deteksi dini
personil di ketiga pihak, khususnya dengan di tengah masyarakat, demokrasi Pilkada,
mengedepankan tiga pilar Kamtibmas, Pileg, dan Pilpres yang mengangkat isu
yakni Babinsa, Babhinkamtibmas, dan politik identitas, tokoh masyarakat / tokoh
Lurah, dalam mendeteksi gangguan di adat / tokoh agama yang belum dewasa
tengah masyarakat. dalam mensikapi persoalan sosial di tengah
Hambatan yang dihadapai oleh masyarakat, serta ego sektoral antar
Kodim 0907/Tarakan dengan Polresta instansi dalam penanganan konflik sosial.
Tarakan dan Pemda Kota Tarakan dalam
menangani konflik sosial adalah persepsi

DAFTAR REFERENSI

BUKU:

MoU Polri dengan TNI Nomor B/2/2018 dan Nomor Kerma/2/I/2018 Tentang Perbantuan
TNI Kepada Polri Dalam Kamtibmas

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penanganan Konflik Sosial

Soekanto, Soerjono, (2013), Sosiologi : Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers.

Subagyo, Agus, (2015), Teroris(me) : Aktor dan Isu Global Abad XXI, Bandung : Alfabeta.

Sugiono, (2010), Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R&D, Bandung : Alfabeta.

Tippe, Syarifudin & Agus Subagyo, (2016), Kapita Selekta Hubungan Internasional,
Bandung : Alfabeta

Triyono, Lambang, (2014), Spiral Kekerasan Kolektif dan Konflik Sosial, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

LAIN-LAIN :

http://www.tribunnews.com/nasional/2010/09/30/ini-kronologi-lengkap-kerusuhan-tarakan-
versi-polri. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2018, pukul 14.00 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Tarakan. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2018, Pukul


13.00 WIB.

125
JURNAL ILMIAH WAHANA BHAKTI PRAJA
 Vol. 8, No. 2, Desember 2018: 113 - 126
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial.

126

View publication stats

You might also like