You are on page 1of 35
GlbFM 2001 ot MODEL DINAMIK PERUBAHAN LAPSE RATE SUHU UDARA DI ATMOSFER: IPUTU SANTIKAYASA JURUSAN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 RINGKASAN I PUTU SANTIKAYASA. Model Dinamik Perubahan Lapse Rate Suhu Udara di Atmosfer. Dibimbing oleh HANDOKO. Model Perubahan Lapse Rate Suhu Udara di Atmosfer adalah suatu model yang dapat digunakan untuk menduga suhu pada ketinggian tertentu dari permukaan dengan menggunakan input sub permukean laut, Dari uuu tersebut dapat diturunkan nilai tekanan, pengembunan, kerapatan uudara dan Lifting Condensation Level (LCL). Nilai peubah-peubah tersebut digunaken untuk membuat peta Isoterm, Isobar, Potensi Awan, Kecepatan dan Arah Angi ‘Model ini menggunakan input nilai suhu permukaaan laut (SPL). Tipe data yang digunakan untuk input adalah tipe data teks dalam format *.csv( comma delimited files ) davi progiam aplikasi Ms. Excel atau data dalam format *xt ( text files) dati program aplikasi Notepad. Proses dalam model menggunakan persamaan-persamean gas ideal, termodinamika dan dinamika atmosfer. Sedaneken output model berupa file dalam format *.csv yang dapat ditampitkan dalam bentuk tabel, grafik dan peta. Model yang dibangun memiliki Kelebihan mampu memberikan nilai peubah atmosfer pada ketinggian tertentu dari nilai suhu permukaan. Tetapi model ini belum mampu mensimulasikan pengaruh dari kondisi ekstrim seperti El Nino dan La Nina serta pengaruh monsun sehingga masih ‘memerlukan pengembangan lebih lanjut. MODEL DINAMIK PERUBAHAN LAPSE RATE SUHU UDARA DI ATMOSFER I PUTU SANTIKAYASA, Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Geofisika dan Meteorologi JURUSAN GEOFISIKA DAN METEOROLOGL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 Judul : Model Dinamik Perubahan Lapse Rate Suhu Udara di Atmosfer ‘Nama 1 Putu Santikayasa Nip 602497001 Menyetujui, shh Dr. Handoko Pembimbing Mengetabi, fe Drs. Bambang Dwi Dasanto, Msi Komisi Pendidikan Tanggal Lulus : 4 September 2002 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pohsanten pada tanggal 24 Pebruari 1979 sebagai anak pertama dari pasangan I Ketut Dendra dengan Ni Ketut Wiyarsi. Pada Tahun 1997 pemulis lulus dari SMU Negeri 1 Negara dan pada tahun yang sama penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Jurusan Gcofisika dan Metcorologi, Fakultas Matematika dan Itmu Pengetahuan Alam. ‘Selarma mengikuti perkuliahan penulis pemah menjadi asisten untuk mata kulian Fisika Dasar, ‘Thermodinamika dan Dinamika Atmosfer. Penulis juga aktif di beberapa organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) IPB dan Brahmacarya Bogor. Selain itu penulis juga menjadi guru privat untuk pelajaran Matematika, Fisika dan Kimia untuk siswa SMP dan SMU. PRAKATA Puji syukur kehadspan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa kerena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya imiah ini. Penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan sejak Pebruari 2002 sampai dengan September 2002 dengan judul Model Dinamik Perubahan Lapse Rate Subu Udara di Atmosfer. Penulis mengucapkan terima asin kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam ‘menyelesaikan karya iia ini, antara tain: 1. Kedua Orang Tua penulis serta seluruh keluarga yang telah memberiken dorongan, semangat dan perhatiannya. 2. Bapak Dr. Handoko selaku pembimbing yang telah banyak memberi masukan berupa saran dan kritikan kepada pentlis, 3. Bapak Idung Risdiyanto, MIT yang telah banyak memberikan bantuan saran dan masukan kepada penulis. 4, Bapak Rahmat Hidayat, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen pengujl. 5. Desak Putu Shanti Wiryatini atas doa dan perhatiannya. 6 Temancteman Agromet-34 khususnya Ari, Mamnun, Endang, Tina, Razi atas bantuan dan ide- idenya, Staf Agrisoftatas pinjaman komputenya “Teman-teman Asrama Bali yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis. Pihak-pihak lain yang telah banyak membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. ; een Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, September 2002 Penulis DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR LAMPIRAN..... PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Struktur Atmosf Level Kondensasi Stabilitas Atmosfer Neraca Energi Variasi Vertikal Precipitable Water (PW) Perubahan Lapse Rate Model Simulasi Komputer. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Metodologi, Bahan dan Alat Penel Kerangka Model urns Desain Masukan (Input). Proses dalam Model Desain Keluaran (Ou). Struktur Model HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Model Perubahian Lapse Rate.. Input Model Neraca Energi Panas Terasa (Sensible Heat). Lifting Condesation Level (LCL) Kondensasi (Wp) Kecepatan dan Arah Angin... ‘Sub Program dalam Model Sub Program Utama. ‘Sub Program Data. ‘Sub Program Proses. ‘Tampilan dan Menu-menu Dalam Model Menu-menu Pada Program Utama. Hasil Model Setelah Dijalankan (di-run)... Kelebihan dan Kekurangan Model Kelebihan Model... Kekurangan Model KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... Saran.. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman 1, Suhu dan Tekanan Atmosfer Baku AS. DAFTAR GAMBAR Halaman 2. Diagram Alir Proses Perhitungan Lapse Rate. 3. Tampitan Form Pertama sen 4. Tampilan Menu Utama . 5. Tampilan Form Input 6. Tampilan Form Input Data Manual dan Data File 7. Tampilan Menu Keluar 8. Tampilan Hasil Analisis Lapse Rate 9. Tampilan Hasil Analisis Satu Titik... 10. Tampilan Form Isobar dan Isoterm.. 11. Tampilan Form Hitung Angin. 12. Grafik Profil Suhu Vertikal Jakarta dan Hasil Model 13, Grafik Tinggi LCL Hasil Model . 14. Grafik Pengembunan Hasil Model... 15, Peta Isoterm Hasil Model.. 16. Peta Isobar Hasil Model 17. Peta Potensi Awan Hasil Model 18, Peta Arah Angin Hasil Model. 19. Peta Kecepatan Angin Hasil Model.. DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Tabel Data Input... 2. Tabel Hasil Analisis Satu Titik... Tabel Hasil Wilayah..nnsnnnnninnssinnnenninninnnnnninn PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem cuaca memiliki suatu pola angin yang memungkinkan gerakan ke atas dalam skalabesar yang —disebut_—gangguan Gisnurbance) atmosfer. Presipitasi yang terjadi i atmosfer ada kaitannya dengan gangguan tersebut, Gangguan-gangguan —atmosfer tersebut ditandai dengan adanya tekanan yang relatif rendah dan konvergensi pada ketinggian sendah, Perbedaan tekanan pada tiap lapis atmosfer menyebabkan timbulnya angi Perubahan pola angin terjadi karena adanya perubahan pola tekanan tiap lapisan atmosfer sebagai akibat dari perubahan pola suhu. ‘Umumnya pola suhu pada lapisan troposfer - lapisan atmosfer tempat terjadinye cuaca - menurun dengan naiknya Ketinggian. Pola ini disebut dengan lapse rate (Trewartha, 1995). Lapse rate adalah kondisi menurumnya suhu dengen meningkatnya ketinggian. Lapse ‘rate tetjadi Karena energi yang diterima untuk ‘memanaskan atmosfer berasal dari permukaan berupa radiasi gelombang panjang bukan langsung berasal dari matahari schingga jumiah energi yang diterima atmosfer menurun dengan meningkatnya ketinggian. Energi netto yang diterima permukaan digunakan untuk memanaskan atmosfer (H), penguapan (AE), memanaskan tanah (G) dan sebagian kecil untuk fotosintesis_ (P) (Handoko, 1993). Komponen tersebut merupakan —_penyusun —neraca_—_energi permukaan. Perubahan penerimaan energi pada permukaan menyebabkan perubahan nilai pada masing-masing komponen nerace energi tersebut, Perubahan nilai_H_ menyebabkan perubahan suhu yang terjadi pada lapisan atmosfer paling bawah. Dengan adanya perubahan —energi pada. permukean ‘menyebabkan gerakan udara secara vertikal. Gerak vertikal paket udara dapat mengalami dua kondisi yaitu udara tersebut bergerak mengikuti [aja penurunan adiabatik kering sebelum udara tersebut menjadi jenuh, Setelah mencapai ketinggian tertentu dara berada dalam keadaan jenuh dan selanjutnya udara bergerak vertikal dengan mengikuti laju penurunan adiabatik jenuh, Dalam kondisi ini luap air mengalami kondensasi. Proses_ ini merupakan proses yang berkelanjutan artinya suatu paket udara yang bergerak naik diikuti oleh gerak paket yang lainnya pada waktu selanjutnya, Berdasarkan fakta tersebut maka disusun model yang mensimulasikan perubahan dari lapse rate, Model yang disusun dibatasi sampai dengan ketinggian 10,000 meter diatas permukaan laut (m dp!) yaitu pada lapisan troposfer yang merupakan —Tapisan —atmosfer_ tempat berlangsungnya proses cuaca, Model yang disusun_mampu menjelaskan proses perubahan suhu, tekanan dan Kerapatan dari suatu. paket udara yang bergerak secara vertikal, Model juga mampu —memberikan —_ketinggian Lifting Condensation Level (LCL) sebagai betas bawah awan. Dalam skala temporal model mampu ‘menjelaskan perubahan lapse rate, profil tekanan vertikal, Kerapatan udara secara vertikal, perubahan tinggi LCL, perubahan jumiah air mampu curah. Sedangkan dalam skela spasial model mampu menjelaskan tentang pusat-pusat suhut dan tekanan rendah, suhu dan tekanan tinggi, potensi awan, Kecepatan dan ara angin, Selain itu model yang disusun mampu memberi penjelasan tentang perubahan tekanan pada ketinggian tertentu sebagai dasar untuk membuat isobar. Isobar ini yang menjadi dasar gerak atmosfer secara vertikal dan horisontal yang berguna dalam analisis proses _pembentukan awan, Hal ini dapat digunakan sebagai selah satu dasar untuk melakukan prediksi cuaca. ‘Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1, Mengetahui mekanisme perubahan suhu dan tekanan pada tiap lapisan atmosfer 2. Mengetahui mekanisme perubahan Japse rate 3. Membuat model dinamik perubahan Japse rate berdasarken perubahan penerimaan energi TINJAUAN PUSTAKA Struktur Atmosfer ‘Atmosfer bumi merupakan selubung gas yang menyelimuti permukaan padat dan cair pada bumi, Selubung tersebut_membentang keatas beratus-ratus kilometer dan akhirnya bertemu dengan medium antar planet yang berkerapatan rendah dalam sistem tata surya. Gas yang membentuk atmosfer disebut dengan udara. Udara terdiri dari bahan penyusun berupa unsur dan senyawa kimia, Unsur yang paling banyak terdapat dalam udara adalah Nitogen (N), Oksigen (O) dan Argon (Ar). Sedangkan senyawa _terpenting sebagai penyusun atmosfer adalah wap air (H,O) dan karbondioksida (CO,). Perubahan suhu di atmosfer secara vertikal dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu (1) inversi suhu meningkat dengan bertambahnya ketinggien, (2) isorerm yaitu suhu tidak berubah dengan bertambahnya ketinggian, dan (3) lapse rate yaitu suhu turun dengan meningkatnya ketinggia Lapisan atmosfer terbawah disebut dengan troposfer. Suhu pada lapisan —troposfer mengalami /apse rate. Lapisan atasnya dengan kondisi suhu inversi disebut dengan stratosfer. ‘Antara kedua lapisan tersebut dibatasi oleh tropopause dengan kondisi suhu yang bersifat isotermal. Pada troposfer_ suhu rata-rata berkurang dengan laju 6,5 °Chkm (Barry & Chorley, 1976) Setelah adanya penegasan batas ketinggian suhu pada ketinggian kira-kira SO km dan betas terendah suhu pada ketinggian 80 km maka para ilmuwan memberikan nama pada lapisan-lapisen atmosfer tersebut. Lapisan yang mengalami lapse rate pada ketinggian 50-80 km discbut dengan mesosfer. Dan diatasnya dengan kondisi atmosfer inversi disebut dengan termosfer. Antara lapisan stratosfer dan mesosfer dibatasi oleh lapisan stratopause yang memi isotermal. Sedangkan batas antara_mesosfer_ dan termosfer disebut dengan lapisan mesopause ‘yang juga bersifat isotermal. Dari segi susunannya —_unsur-unsur penyusun atmosfer —bersifat_—seragam (homogen) dan tidak seragam (heterogen). Lapisan dengan susunan unsur yang seragam disebut dengan homosfer yang membentang dari permukaan sampai dengan ketinggian 80- 100 km. Tetapi walaupun kandungan N, O dan ‘Ar ampir sama, kandungan ozon jauh lebih besar pada ketinggian 15-50 km. Lapisan ozon ini dikenal dengan nama ozonosfer. Lapisan ini memegang peranan penting dalam melindingi manusia dan bentuk-bentuk kehidupan lain dari sinar ultraviolet matahari yang membahayakan. Diatas ketinggian 80 km kadar kimia penyusun utamanya mulai beragam menurut ketinggian. Lapisan ini disebut dengan lapisan heterosfer. Level kondensasi Jumlah uap air maksimum dari suatu massa ‘udara dapat berubah sebagai fngsi dari suhu. Semakin tinggi suhu maka kapasitas untuk ‘menampung uap air semakin besar. Sebaliknya semakin rendah suhu maka kapasitas untuk ‘menampung vap air juga semakin rendah, Titik pada saat udara menjadi jenuh disebut dengan suhu titi embun, Suhu udara pada kondisi ini (T) akan mendekati suhw titik embun (Td) selamaterjadinya proses pemuaian adiabatik. Pada kondisi ini kapasitas udara dalam menampung wap air menjadi maksimum, Ketika suhu — mengalami —penurunan ‘dengan bertambahnya ketinggian (lapse rate) maka akan terjadi dua kemungkinan yaitu udara menjadi sangat jenuh ( super saturated ) atau udara ‘mengalami kondensasi (Pawitan, 1989). Kondensasi dapat terjadi dengan tiga syarat yyaitu udara menjadi Iewat jenuih, adanya inti ondensasi ( yang berasal dari debu, asap, dan garam) dan suhu permukaan yang cukup untuk mengkondensasi. Menurut Baker (1974) setiap satu liter volume udara mengandung sekitar 1-6 juta inti Kondensasi dan pada suhu yang sangat dingin (<-20°C )Kondensas akan menghasilkan kistal es. Ketinggian saat udara menjadi jenuh dan mulai terjadi Kondensasi disebut sebagai Lifting Condensation Level (UCL). Ketinggian ini juga merupaken dasar awan. Ketinggian level ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban relatif (RH) awal saat udara terangkat keatas. Semakin rendah suhu dan RH awal yang tinggi maka LCL ‘akan semakin rendah. ‘Tjasjono (1999) menjelaskan —bahwa permukaan sangat penting dan berpengaruh terhadap jenis maupun proses pembentukan awan, yang juga berperan terhadap terjadi atau tidaknya hujan. Sedangkan Hoobs dan Deepak (1981) menjelaskan bahwa batasan_ mengenai suhu dasar pada saat mulai terjadi kondensasi berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi {opografi seria Kandungan uap air pada suatu tempat, Pada umumnya udara akan terkondensasi pada saat suhunya 0 °C khususnya awan yang didominasi oleh air. Stabilitas udara Udara yang terangkat keatas dapat mengalami gangguan secara vertikal keatas atau kebawah dari titik netral. Titik netral adalah Ketinggian pada saat suhu paket udara sama dengan suhu Jingkungan, ‘Akibat gangguan tersebut paket udara akan ‘mengalami dua kemungkinan yaitu udara akan terus bergerak meskipun adanya gesekan dengan udara sekitamya yang disebut dengan Keadaan yang tidak stabil. Kemungkinan kedua adalah udara akan kembali ke tempat semula. Kondisi ini disebut dengan kondisi stabil. ‘Suatu massa udara mejadi stabil atau tidak stabil tergantung pada perbandingan antara [aju penurunan suhu lingkungan dengan taju penurunan suhu paket udara. Bila laju Penurunan suhu dari lingkungan sama atau bbahkan lebih tinggi dari Iaju penuranan paket udara maka udara dalam keadaan tidak stabil. Sedangkan jika penurunan suhu lingkungan lebih rendah dari penurunan suhu paket udara maka udara cenderung dalam keadaan stabil Neraca energi ‘Menurut Trewartha (1995), total energi yang dipancarkan matahari relatif konstan, tetapi pada waktu tertentu terjadi_fluktuasi kecil pada bagian ultraviolet pada bagian spektrm. Dari semua energi yang. dipancarkan matahari hanya sebagian kecil yang ditangkap oleh bumi. Besarnya energi ‘yang sampai di puncak atmosfer mengalami variasi akibat perubahan jarak matahari-bumi dengan hubungan terbalik dengan kuadrat dari Jarak matahari bumi. Pada jarak rata-rata besamya energi yang ditangkap oleh bum sekitar 1360 Wim, Nilai tersebut dikenal dengan Konstanta matahari. Dalam neraca cenergi, energi yang datang peda suatu permukaan berupa gelombang pendek (Qs) dan gelombang panjang (Ql) demikian juga dengan energi yang meninggalkan suatu permukaan, Secara umum neraca energi dapat itulis dalam bentuk persamaan sebagai Derikut, = Qsi+ Qli-Qso- Qlo .. a) Dimana Qsi_radiasi gelombang pendek yang datang Qo radiasi gelombang pendek yang keluar Qli_radiasi gelombang panjang yang datang Qlo radiasi gelombang panjang yang keluar. Pada kondisi normal Qli dapat diabaikan dan perbedaan antara gelombang pendek yang datang dan keluar didekati dengan albedo () maka persamaan diatas dapat ditulis dengan Dy, = (VO, Oy ooo ecereereneesrennseseee2) Nilai Ql didekati menggunakan persamaan Brunt (1932): Ql = of "(0.56 ~0.79ea° 0.1 +0.9n/ N) QI Radiasi_gelombang panjang deri suatu permukaan bumi (Wm?) © —Tetapan Stefan-Boltzman (5.67 10% Wm? K4) T Shu udara (K) ea Tekanan uap air (mb) n Lama penyinaran Gam) NN Panjang hari (jam) Dengan asumsi tidak ada pemindahan energi secara horisontal maka radiasi netto yang diserap oleh suatu permukaan akan digunakan untuk memanaskan udara (H), panas faten penguapan (QE), memanaskan tanah (G) serta sebagian kecil energi untuk fotosintesis (P). Tetapi energi untuk fotosintesis (P) sangat kecil schingga dapat diabaikan. Dengan demikian rumus neraca energi dapat ditulis dengan : On=4H 2 /E+G. A) Dalam variasi arian perubahan G menyebabkan perubahan suhu tanah, Sedangkan H dan AE mengalami perpindahan ke atas dengan turbulensi. Untuk fapisan atmosfer dekat permukaan perpindahan energi terjadi secara konduksi dengan mengikuti persamaan : aT He pe, sexseseonneeee(S) dengan H Panas terasa ( Wm") p — Kerapataan udara (Kg m ep Panes spesifik udara untuk tekanan tetap J Kg'K”) aT — Perbedaan suhu per satuan jarak (K mr") dz Kisaran arian dari suhusangat dipengaruhi oleh Kondisi atmosfer. Pada kondisi berawan kisaran suhu maksimum dan minimum lebih kecil dibandingkan dengan kondisi atmosfer yang cerah. Selain kondisi atmosfer, faktor lain yang mempengaruhi kKisaran suhu harian adalah kondisi permukean, Jika permukaan memi kelembaban yang tinggi maka kisaran suhu atmosfer diatasnya lebih kecil dibandingkan dengan permukaan yang kering (Trewartha, 1995). Variasi Vertikal Kisaran Suhu Pemanasan dan pendinginan _atmosfer terjadi di perbatasan atmosfer-permukaan. Hal ini menyebabkan kisaran arian subu mencapai angka terbesar pada daerah dekat permukaan, Kisaran suhu ini akan berkurang, dengan meningkatnya ketinggian, Perubahan subu vertikal disebabkan oleh adanya perubahan transfer energi dan gerak uudara secara vertikal. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi, Energi yang menyebabkan perubahan tersebut berasal dari panas laten kondensasi, radiasi dan panas terasa yang berasal dari permukeaan, Adanya adveksi suhu secara horisontal juga mempengaruhi perubahan suhu vertikai. Keadaan suhu rata-rata pada berbagai ketinggian diatas permukaan bumi diberikan dalam US Standard Atmosphere 1976 (Atmosfer Baku AS 1976). Perkiraan tersebut merupakan gambaran yang disempurnakan mengenai keadaan yang dianggap khas untuk daerah lintang sedang ( 45 *LU/LS ) sampai dengan ketinggian 1000 km. Sampai dengan ketinggian 32 km perkirean dari Atmosfer Baku AS sama seperti ICAO Standard Atmosphere ( Atmosfer Baku ICAO ) yang digunakan oleh International Civil Aviation Organitation. Untuk Ketinggian yang. lebih besar, perkiraan nilai-nilai yang tepat ditentukan oleh suatu panitia ilmuan AS dengan menggunakan pengamatan yang didapat dari roket dan satelit Dalam atmosfer baku suhu udara pada troposfer menuran dengan Iaju yang tetap yaitu 6.5 °Ckm sampai dengan ketinggian 11 km. Suhu dinyatakan dengan satuan Kelvin yang dengan suhu sebesar 288,15 K pada ketinggian 1000 mb ( dekat permukaan ) dan 1000 K pada ketinggian 1000 km. ‘Pada ketinggian 86-97 km, suhu mencapai_titik terendah kemudian mengalami inversi. Atmosfer baku bersifat_mewakili_ keadaan ‘ata-rata sepanjang tahun pada lintang 45° LU/LS. Suhu rata-rata untuk semua ketinggian berbeda pada lintang yang satu dengan yang lainnya, Dan suhu sesungguhnya berubah-ubah menurut waktu dalam setahun, Struktur suhu secara vertikal juga berubah menurut lintang dan musim (Gill, 1982). Keragaman Tekanan Menurut Ketinggian. ‘Menurut Neiburger (1982) tekanan dihasilkan oleh adanya benturan antar molekul atau antara molekul dengan dinding ruangan tempat dari suatu zat. Sebelum molekul tersebut tersebar merata ke seluruh ruang maka tekanan tidak akan sama rata dan molekul akan lebih terdesak ke tempat yang lebih sedikit molekuinya. Dalam waktu yang sangat cepat dicapai keadaan yang seimbang dengan keadaaan tekanan dalam gas akan bisa tetap atau berubah-ubah sedemikian rupa schingga tekanannya tepat_mengimbangi ‘gaya luar yang bekerja pada gas tersebut. Kecepatan molekul rata-rata dan gaya yang itimbulkannya ketika bertabrakan berubab-ubeh ‘menurut subu, Jika suhu suatu gas dinaikkan pada volume yang tetap maka akan menyebabken tekanannya meningkat akibat adanya percepatan gerak molekul sehingga tabrakan yang dihasilken semakin banyak. Sebaliknya jika subu diturunken maka akan menyebabkan tekanan semakin rendah arena gerak molekul yang semakin lambat menyebabkan jumlah tabraken yang terjadi semakin sediki ‘Secara kuantitatif tekanan dapat dinyatakan dalam suatu persamaan: p Tekanan (Pa) ro Kerapatan udara (Kg m”) T Suhu mutlak (K) a Volume jenis (m’ kg"') R tetapan gas untuk udara kering sobesar 287 J Kerk’ Dengan menggunakan persamaan hidrostatik diperoleh hubungan tekanan sebagai berikut 4p = pb pa= pgh Kemudian persaman tersebut disubstitusikan ke persamaan hidrostatika untuk mendapatkan persamaan Ap =-(ph! RT)Ah. 0) Dari persamaan tersebut terlihat bahwa tekanan = menurun dengan semakin meningkatya ketinggian, Penurunan tekanan ini juga berbanding terbalik dengan suhu. Didekat permukaan laut yang tekanannya tinggi, maka perubahan tekanan untuk kenaikan ketinggian tertentu lebih besar jika dibandingkan dengan penurunan tekanan pada suatu ketinggian ertentu. — Sedangkan perubahan suhu jauh lebih lambat menurut ketinggian dibandingkan dengan tekanan sehingga perubahan suhu dapat diabaikan, Dalam kondisi tersebut diasumsikan atmosfer berada dalam keadaan isoterm. Dengan demikian perubahan tekanan untuk perubahan ketinggian merupakan hasil perkalian tekanan dengan suatu besaran tertentu. Besaran ini berubah —menurut —Ketinggian_ secara ceksponensial. Jadi tekanan dapat dikatakan berubah —secara__eksponensial dengan ketinggian, Tekanan itu berkurang sampai dengan setengahnya dari nilainya pada permukaan laut pada ketinggian 5,5 km. Sedangkan perubahannya—_mencapai seperempatnya pada ketinggian 10 km dan menjadi seperdelapannya pada ketinggian 15 km dan seperenambelas pada ketinggian 20 km. Tekanan dan suhu menurut atmoster baku dapat dilihat pada tabel 1. ‘Suhu juga mempengaruhi taju penurunan tekanan. Pada udara dingin udara memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara hangat. Hal ini menyebabkan Jaju penurunan tekanan yang lebih besar dibandingkan dengan laju penurunan tekenan pada udara hangat (Trewarta, 1995) Precipitable Water (PW) Persamaan yang — digunakan untuk menghitung PW diturunkan dari pemyataan tentang kandungan wap ait di atmosfer. Precipitable Water (PW ) adalah tinggi air yang dapat diubah menjadi hujan walaupun tidak ada proses alam yang dapat mengubah seluruh lengas udara menjadi hujan (Linsey e¢ al. 1989). Tabel 1. Suhu dan Tekanan Atmosfer Baku AS (Pawitan, 1989). Ketinggian ‘Suhu ‘Tekanan (km) (kK) (mb) 0.0 288,2 1013,2 10 281,7 398.8 20 2752 795,0 3,0 268,7 701,2 40 262,2 616.6 5,0 255,7 510,5, 60 249,2 472,3 70 242.6 A110 8.0. 236,2 356,5 9,0 29,7 308,0 10,0 223,3 265.0 11,0 216,8 227,0 12,0 2166 194,0 14,0 2166 1417 16,0 2166 103,5 18,0 216.6 75,63 20,0 216,6 55,29 25,0 21,6 25,49 30,0 26,5 11,97 35,0 236,5 5,746 40.0 250.4 2.871 50,0 270,6 0,798 Persamaan yang digunakan untuk menghitung PW dalam milimeter adalah : (10) PW =50.01xqxdp. Dengan p adalah tekanan dalam milibat, q adalah mixing ratio dalam gram per kilogram, Soerjadi (1993) menyatakan bahwa PW adalah jumlah wap air atmosfer yang terkandung dalam kelompok tegak berpenampang satu satuan Tuas antara dua paras tertentu yang biasanya dinyatakan dengan satuan tinggi. Sedangkan Ann Henderrson-Sellers dan Petter J. Robinson (1986) ‘menyatakan bahwa untuk memperoleh nilai PW digunakan rumus 1A PW =— [adp... San atau dapat disedethanakan sebagai berikut (Linstey et al. 1989): a ae 8 7 eaee(11) (12) dengan g adalah mixing ratio dan g adalah gaya gravitasi. Perubahan Lapse rate Lapse rate didunia secara rata-rata sebesar 6.5 °Cikm. Tetapi nilai ini berubah menurut ketinggian, musim, dan lokasi. Pengukuran yang dilakukan oleh beberapa ab mendapatkan nilai lapse rate sebesar $ °C/km pada ketinggian 2 km, 6 °Cikm pada ketinggian 4 dan 6 km, 7 °C/km pada ketinggian 6 dan 8 km. Pengukuren yang dilakukan di Colorado pada dua ketinggian yaitu Pike’s Pike (4301 m dpl) dan Colorado ‘Spring (1859 m dpl) menghasilkan nilai lapse rate 4.1 °Cikm pada musim winter dan 6.2 *Crkin pada musim summer.(Barry , 1982) Dengan adanya perubahan energi yang diterima oleh lapisan atmosfer menyebabkan terjadinya proses fisika pada lapisan tersebut. Perubahan lapse rate dapat didekati dengan melihat persamean lapse rate sebagai berikut. or 13) a dengan T lapse rate (Km) T suhu (K) Z_ ketinggian terhadap permukaan bumi (m) Perubahan lapse rate diperoleh dengan menurunkannya terhadap waktu sehingga diperoleh : eae seseenneee V__kecepatan angin horisontal (m s) @ —kecepatan vertikal (m s") Dari hukum T ‘Thermodinamika.berlaku fhubungan : sesssneteesensseeee(I5) @ panas yang ditambahkan untuk satu satuan ‘massa udara, ep panas jenis udara pada tekanan tetap ¥- volume jenis, dan p adalah tekanan udara. Untuk atmosfer diperoleh hubungan sebagai berikut. 06) dengan Kerapatan udara (Ke m°) Percepatan gravitasi (m #2) Dengan mensubstitusikan persamaan tersebut diperoleh : +4 -wr-oty-1

| oe Tres one Gambar I.Diagram Alir Proses Internal dalam Sistem bentuk yaitu hasil dalam bentuk grafik, tabel dan peta. Hasil berupa grafik memudahkan pengguna untuk melihat profil subu, tekanan, tinggi LCL, kerapatan udara dan jumlah pengembunan yang terjadi serta perubaliannya. Hail berupa tabel untuk memudahkan pengguna melihat hasil dari seluruh perhitungan, Sedangkan hasil dalam bentuk peta memudahkan pengguna untuk melihat secara spasial suatu wilayah yang dianalisis terutama untuk hasil berupa perubahan pusat tekanan, suhu, potensi awan, kecepatan serta arah angin. Format hasil tersebut dapat disimpan datam file dalam format *.csv (comma delimited ) atau *.txt (ext file) atau ditampilkan ke layar komputer. Informasi yang dapat diperoleh dari model adalah (1) faju pemurunan sub suatu paket udara (lapse rate) serta perubahannya, (2) laju penurunan suhu adiabatik kering, (3) tinggi LCL, (4) suhu dan tckanan pada ketinggian tertentu yang menjadi deser penyusunan isoterm dan isobar dan (5) air mampu curah sebagai dasar pendugaan curah hujan. (6) peta pusat tekanan dan subu (7) peta potensi awan dan (8) peta kecepatan serta arah angin, Steuktur Model Model ini memerlukan masukan berupa suhu muka laut ( Sea Surface Temperature, SST), penutupan awan dan kecepatan angin dalam resolusi per jam. Selain itu. model juga memerlukan input jumlsh tapisan yang diinginkan dari ketinggian 10.000 m_ dpl. Parameter yang diperlukan model _meli kerapatan udara kering permukaan (p.), Kapasitas panas udara pada tekanan tetap (cp), albedo permukaan (a), tekanan udara permukaan(p.), konstanta matahari, panas taten penguapan (A), laju penurunan suhu adiabatik kering (Dry Adiabatic Lapse Rate, DALR), dan gaya gravitasi @. ‘Suh muka laut, penutupan awan dan kecepatan angin merupakan input dalam model. Tahap awal model ini adalah menghitung nil Komponen neraca energi untuk memperoleh nilai panas terasa (H, Sensible Heat) pada permukaan. Nilai H dan SST digunakan untuk memperoteh nilai suhu udara deket permukaan, Nilai sub permukaan dipengaruhi oleh tinggi lapisan(dz), kerapatan udara(p) dan tahanan 2erodinamik(ra) pada permukaan. Asumsi yang digunakan adalah semua energi yang diterima permukaan menjadi Komponen neraca energi artinya residu energi sama dengan nol. Diatas permukaan, udara dibagi_ menjadi beberapa lapisan sesuai dengan nilai yang dimasukkan oleh pengguna. Suku udara pada Japisan-lapisan tersebut —diperoleh dengan ‘menggunakan konsep paket udara. Udara terbagi dalam paket-paket yang terbentuk setiap satu setuan waktu, Pada waktu selanjutnya paket udara menempati lapisan diatesnye. Sehingga peubah-peubah paket pada suatu lapisan udara dipengaruhi oleh nilai peubah dari paket udara dibawahnya dan waktu.sebelumnya. Dalam model ini paket udara diasumsikan hanya mengelami gerakan secara vertikal. Gerak paket udara tersebut ipengaruhi oleh kondisi energi di permukaan, Dengan adanya pemanasan akibat radiasi ‘matahari maka paket udara_tersebi mengalami gerak vertikal. Gerak vertikal mengil persamaan —termodinamika atmosfer. Gerak paket udara_tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air yang terdapat dalam paket tersebut. Jika paket udara tersebut dalam keadaan tidak jenuh gerakan paket udara mengikuti DALR. Batas udara tersebut jenuh atau mul terjadi kondensasi adalah pada saat mixing ratio dati paket udara sama dengan mixing ratio jenuhnya. Sesuai dengan hukum Normand (Normand's Rule) maka gerak vertikal udara tidak menyebabkan perubahan pada mixing ratio, Tetapi mixing ratio jenuhnya mengalami perubahan Karena ‘merupakan fungsi dari suhu. Setelah udara berada pada fase jenuh pergerakan vertikal udara_—selanjutnya mengikuti Japse rate udara jenuh (SALR, Saturated Adiabatic Lapse Rate). Karena SALR dipengaruhi oleh mixing ratio maka besamya SALR tidak Konstan tetapi mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan perubahan sutiu setelah udara tersebut jenuh tidak Konstan. Selama paket udara mengikuti SALR, mixing ratio dalam paket udara mengal terjadinya kondensasi. Schingga pada ketinggian tertentu gerak vertikal udara kembali mengikuti DALR. yaitu pada saat mixing ratio paket udara mendekati nol. Karena tidak ada proses alam yang mampu mengkondensasi wap air Selurubnya. Nila tekanan diturunkan dari nilai suhu dan kerapatan udara. sedangkan kerapatan udara dipengaruhi oleh nilai kerepatan udara sebelumnya, Nilai tekanan wep jenuh diturunkan dari nilai suhu demikian’ juga dengan nilai mixing ratio jenuh diturunkan dari ‘tekananuap jenuh dan tekanan udara, Input SST,Awan,ut ¥ parametrisasi 2 For t=1 to 24 Qs:Qa:QhQn GLE ¥ HO ¥ T(0,0;PC0,0;r0(0,0;5Tdalr;19(0,0) Gambar 2. Diagram Alir Proses perhitungan Lapse Rate Profil suhu vertikal merupakan susunan nilai suhu pada masing-masing lapis dengan ketinggian yang berbeda, Nilai suu dari nilai suhu paket udara yang berada pada masing-masing lapis. Proses perhitungan tersebut terbagi dalam beberapa tahap seperti diagram yang terlihat pada gambar 2 Setelah semua persamaan tersebut dicoba dengan menggunakan program Ms. Excel tehap —selanjutnya adalah menuliskan persamaan-persamaan tersebut—_kedalam bahasapemrograman untuk —memudabkan pengguna dalam menggunakan model yang telah disusun, Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic. Dilanjutkan dengan validasi model menggunakan data yang tersedia, Bohan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data suhu vertikal empat tempat (Jakarta, Singapura, Bangkok dan ChiangMai ) 2, Data suhu permukaan laut pada lintang 10° LU sampai 13° LS dan 90° BT sampai 150° BT yang diambil dari NOAA dalam format *.txt (text file) 3, Data Digital Elevation Model (DEM) untuk wilayah Indonesia 4, Seperangkat komputer (PC) dengan program aplikasi Ms. Word, Excel, dan Visual Basic. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Model Perubahan Lapse Rate Model perubahan lapse rate merupaken alat analisis kuantitatif untuk melihat perilaku satu paket udara akibat adanya perubahan yang terjadi dipermukean, Model ini mampu menggambarkan gerak paket udarasecara vertikal. Model ini mampu menunjukken proses pembentukan dasar_awan yang ditunjukkan dengan nilai LCL. Selain itu model mampu memberikan informasi tentang, perubahan /apse rate, perubahan tekenan, dan ssuhu, pengembunan dan perubahan kerapatan udara. Sedangkan secara spasial model mampu memberikan gambaran suhu dan tekanan, potensi awan, arah dan kecepatan angin, Input Model Model ini memiliki resolusi per jam sehingga input yang diperlukan berupa suhu muka laut, Kecepatan angin, dan keawanan resolusi pet jam. Untuk 10 ‘mengatasi Keterbatasan data dengan resolusi per jam maka semua data tersebut dimodelken dari nilai rata-rata harian sehingga pengguna hanya perlu. meng-imput data rata-rata harian dati masukan data yang diperlukan. Pemodelan dari ‘masing-masing data input adalah sebagai berikut : © Suhu muka laut T Treo + {ssi (Qa(z =) 360 dengan -) 12 Subu Udara Daratan Suhu udara daratandiduga dengan. menggunakan data DEM dan model simulasi penduga suhu Sherary-Weather (Handoko, 1997). ® Angin = Uuaora © Keawananan Keawanan dimodelkan dengan rumus stout = eed rae rer * in (838222) Neraca Energi Model perubahan lapse rate ini disusun dengan menggunakan persamaan neraca energ termodinamika dan dinamike atmosfer. Radiasi matahari yang diterima oleh puncak atmosfer (Qa) dimodelkan dengan persamaan (Allen, 1998): abut en (22) arf esis eayeox inten] 18) Qa i di puncak atmosfer (W m”) So. tetapan matahari (1360 W mv Nm dr faktor konversi jarak matahari bumi ws panjang hari © lintang (rad) 8 sudut matahari (rad) ‘Awan merupakan Komponen penting yang mempengaruhi penerimaan radiasi surya oleh permukaan bumi. Dengan adanya Komponen awan ini maka besamya radiasi surya yang diterima permukaan (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan: Qs = Qax (0.25 + 0.511 N) oveseere(9) dengan n lama penyinaran (jam) N__ panjang hari Gam) Radiasi yang diterima permukaan akan dipantulkan dan dipancarkan Isgi_berupa radiasi —gelombang —panjang untuk menghasilkan radiasi netto yang diterima permukaan. Radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh permukaan diperoleh dengan menggunakan persamaan Brunt (1932): at anrare ar 34-0 4d 02840501) : svveen(20) dengan Ql radiasi gelombang panjang dari suatu permukaan bumi (W m*) T suhu udara (K) cea tekanan uap air di udara (mb) Karena radiasi gelombang panjang yang datang jauh lebih kecil daripada pancaran keluar maka radiasi ini dapat diabaikan. Jika albedo permuksan dinyatakan dengan o maka radiasi_ netto yang diterima oleh permukaan (Qn) diperoleh dengan persamaan : Qn=(1-a)x Qs-QI.. (21) Panas Terasa ( Sensible Heat, H) Panas terasa (H, Sensible Heal) merupakan komponen neraca energi yang mempengaruhi suhu udara permukean. Nilai H_ dihitung dengan menggunakan persamaan neraca cenergi pada persamaan (4) yaitu : Nilai XE dengan persamaar n AE = AX ETP cessssssveres 23) dengan A adalah panas laten penguapan (2.454 MJ m? mm). Sedangkan nilai Etp iperoleh dari persamaan Penman-Monteith ‘Allen, 1998): 900 T4273 0.408A(Qu-G) +7. aes - ea) Ax y(l+034u2) Nilai G ( Soil Heat Fiua) diperoleh tergantung dari resolusi yang digunakan yaitu (Allen, 1998): per jam G=0.1 Qn ; jika 06.00

You might also like