Professional Documents
Culture Documents
3553 10699 1 SM PDF
3553 10699 1 SM PDF
(Siiti Ramlah)
Sitti Ramlah
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl. Prof.Dr.Abdurrahman Basalamah No.28 Makassar 90231
Pos-el. st.ramlah.bbihp@gmail.com
(Artikel diterima 16 Maret 2016; direvisi 26 April 2016; disetujui 27 Juni 2016)
Abstract. Research of Flavor and Quality Characteristics of Rich Polyphenol Chocolate has been done.
This research aims to understand the flavor and quality characteristics of polyphenol–rich chocolate,
therefore can be used for functional food. Research method referred to Ramlah (2014), whereas cocoa
beans roasting temperature was set on 40oC and 120oC and re-formulated without soy milk addition.
Testing parameters are moisture content, protein as SNI 2323-2008 procedure, fat content as SNI 3749-
2009 procedure, flavor test and polyphenol content using spectrophotometer analyzed in Indonesia
Coffee and Cocoa Research Institute, Jember. Results of this study concluded that chocolate made
from fermented cocoa beans roasted at 40oC has the quality characteristics of the water content of
2.03%; protein content of 11.15%; fat content of 48.67% and polyphenol content of 5.36%. Chocolate
prepared from fermented cocoa beans roasted at 120oC has the quality characteristics of water content
of 1.43%; protein content of 8.84%; fat content of 53.39% and polyphenol content of 4.83%. In terms
of flavor, overall panelists’ acceptance to chocolate F1 is to have good flavor and aroma and tend to be
acidic, whereas chocolate F2 has very good flavor and aroma.
Kata Kunci characteristics of quality, flavor, roasting, chocolate, Polyphenol.
Abstrak. Penelitian Karakteristik Mutu Dan Citarasa Cokelat Kaya Polifenol telah dilakukan. Penelitian
ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui sejauhmana karakteristik mutu dan citarasa cokelat yang
mengandung polifenol yang tinggi, sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai makanan kesehatan.
Metode penelitian mengacu pada penelitian Ramlah (2014) dengan suhu penyangraian biji kakao 40 0C dan
120 0C , yang diformulasikan ulang tanpa penambahan susu kedelei. Parameter uji yang digunakankadar
air,protein mengacu pada SNI 2323-2008, kadar lemak mengacu pada SNI 3749-2009, Uji Citarasa
dan uji kadar polifenol dengan Spektrofotometer diuji pada lab.Puslitkoka Jember. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa cokelat yang diolah dari biji kakao fermentasi yang disangrai dengan suhu 40
o
C mempunyai karakteristik mutu; kadar air air 2,03 %, kadar protein 11,15 %, kadar lemak 48,67 % serta
mengandung polifenol 5,36 % Cokelat yang diolah dari biji kakao fermentasi yang disangrai dengan suhu
120 oC mempu nyai karakteristik mutu ; kadar air 1,43 %, kadar protein 8,84 %, kadar lemak 53,39 % serta
mengandung polifenol 4, 83 %.Dari segi citarasa secara keseluruhan diperoleh bahwa penerimaan panelis
secara umum terhadap cokelat F1 adalah mempunyai citarasa aroma dan flavor yang bagus (good) dan
cenderung asam,, sedangkan F2 mempunyai citarasa aroma dan flavor yang sangat bagus (very good).
Kata Kunci : Karakteristik Mutu, Citarasa, Penyangraian, Cokelat, Polifenol.
Cocoa dan cokelat bukan hanya precursor tersebut akan mengembang pada
terdiri dari lemak tetapi juga mengandung saat penyangraian. Selama penyangraian
karbohidrat dan protein, serta mineral – terjadi reaksi-reaksi kimia pembentuk aroma
mineral seperti: zat besi, fosfor, kalium, krom, khas cokelat dari calon pembentuknya
magnesium, mangan, dan lain – lain. Cokelat melalui reaksi Maillard.
juga menandung teobromin dan kafein, Kompleksitas citarasa cokelat terdiri
merupakan senyawa – senyawa yang bekerja dari ratusan komponen yang sangat spesifik
di pusat saraf yang dalam jumlah tertentu dan tidak bisa digantikan oleh sumber lain.
dapat mengangkat mood (Afriansyah, 2006). Rasa khas coklet tidak lain adalah suatu
Pasta cokelat mengandung alkaloid yaitu kombinasi yang seimbang dari rasa dasar
teobromin 1-2% dan kafein <1%.Teobromin pahit, asam, dan manis yang tersusun dari
merupakan diuretic ringan, stimulant jantung, komponen-komponen unik dalam cokelat
dan dapat digunakan untuk mengobati (Misnawi dan Jinap, 2008.).
tekanan darah (Star, 2006). Untuk mendapatkan cokelat yang
Cokelat merupakan salah satu mempunyai rasa khas cokelat yang tinggi
produk olahan kakao yang banyak digemari serta warna dan aroma yang bagus maka
masyarakat karena mempunyai citarasa bahan baku yang digunakan pada pembuatan
yang khas. Namun cokelat yang beredar cokelat adalah biji kakao fermentasi . Namun
dipasaran umumnya mengandung kalori dari segi kandungan fungsionalnya untuk
yang tinggi, karena selain biji kakao yang kesehatan seperti polyfenol akan berkurang
digunakan sebagai bahan baku pada proses selama proses fermentasi. Untuk itu perlu
pembuatan cokelat juga ditambahkan gula , dilakukan penelitian yang menghasilkan
susu dan bahan tambahan lainnya, sehingga produk cokelat kaya polifenol dan dengan
untuk masyarakat yang mempunyai masalah rasa, aroma yang disukai konsumen.
/kelebihan berat badan dan penyakit tertentu Hasil penelitian Suprapti et al (2011)
tak dapat menghindari untuk mengkonsumsi menunjukkan bahwa penyangraian sangat
produk cokelat ini. berpengaruh terhadap kandungan polifenol
Cokelat merupakan salah satu produk pasta kakao non fermentasi. Semakin tinggi
kakao yang paling istimewa dibanding suhu penyangraian semakin rendah kadar
produk-produk lainnya.Cokelat memiliki polifenol pasta kakao yang dihasilkan.
tiga sifat utama yang membedakannya dari Pembuatan makanan kesehatan dari
produk-produk lai, yaitu kekhasan citarasa, biji kakao non fermentasi menghasilkan
tekstur, dan warnanya. Padatan cokelat pasta kakao dengan kandungan polifenol
berperan sebagai pemberi citarasa dan yang tinggi yaitu antara 7,29 – 11,87%,
warna, sedangkan lemak dalam cokelat namun dari citarasa sangat tidak disukai
berperan dalam mengendalikan tekstur oleh konsumen (Suprapti et al.,2011).
produk.Kompleksitas citarasa cokelat terdiri Hasil penelitian Ramlah (2014),
dai ratusan komponen yang yang sangat menunjukkan bahwa suhu penyangraian
spesifik dan tidak bisa digantikan oleh pada biji kakao fermentasi mempengaruhi
sumber lain. Rasa khas cokelat tidak lain polifenol dan citarasa cokelat yang dihasilkan.
adalah suatu kombinasi yang seimbang dari Kadar polifenol cokelat dari biji kakao yang
rasa dasar pahit, asam, dan manis yang disangrai dengan 120 oC mengandung
tersusun dari komponen-komponen unik polifenol sebesar 3,76 % sedangkan cokelat
dalam cokelat.(Misnawi dan Jinap, 2008 ). dari biji kakao yang disangrai dengan suhu
Citarasa adalah merupakan salah 40 oC sebesar 4,95 %.
satu faktor penting pada produk cokelat. Pada penelitian Ramlah (2014),
Citarasa cokelat sangat ditentukan oleh pembuatan cokelat menggunakan bahan
faktor fermentasi dan pengeringan biji kakao. subtitusi susu kedelei, sedangkan untuk
Selama fermentasi akan terbentuk senyawa penelitian ini tidak menggunakan susu
precursor citarasa, memperbaiki warna, kedelei sebagai bahan baku pembuatan
mengurangi rasa sepat dan pahit. Senyawa cokelat.
Kadar Protein
Dari Tabel 2 juga dapat dilihat, bahwa
cokelat F1 mengandung kadar protein yang
lebih tinggi (11,15 %) dibanding dengan kadar
protein dari cokelat F2 (8,84 %). Tingginya
kandungan protein pada cokelat F1 diduga
disebabkan penggunaan nib kakao suhu
penyangraian 40 oC ( suhu rendah) . Pada
saat proses penyangraian terjadi reaksi
gula dengan asam amino (Beckett, 2000),
dan selama penyangraian terjadi penurunan
asam amino. (Brito et al, 2004). Menurut
Suprapti (2013), semakin rendah suhu dan
makin cepat waktu penyangraian , maka
kadar asam amino semakin tinggi. Asam
amino dalam pasta kakao berkisar 10,234 %
- 11,978 % .
Pada dasarnya protein dibentuk oleh
satuan-satuan asam amino yang membentuk
“polimer” sehingga merupakan senyawa
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang panjang.Kadar protein di dalam suatu
produk pangan menentukan mutu produk itu
sendiri.Protein dapat mengalami kerusakan
oleh pengaruh panas, reaksi kimia dan asam
atau basa, goncangan dan sebab lainnya
(Winarno, 1980).
Biji kakao kaya akan protein antara
10 -15 %. Pada saat fermentasi protein
akan berkurang , demikian juga pada saat
Kadar Air pemeraman buah (Afoakwa et al, 2011).
Kadar air merupakan faktor yang Protein biji kakao mempunyai 4 tipe yaitu;
sangat penting terhadap mutu suatu produk. albumin, globulin, prolanin, dan glutein.
Kandungan air sangat berpengaruh terhadap Albumin dan globulin merupakan bagian
konsistensi bahan pangan. Pada umumnya terbesar dan diketahui 52% dari 43 % dari
keawetan bahan pangan mempunyai total protein. Biji kakao juga kaya akan
hubungan erat dengan kadar air yang peptide dan asam amino, ini merupakan
dikandungnya (Winarno, 1980). precursor aroma cokelat (Jalil et al, 2008).
Hasil pengujian kadar air cokelat Fermentasi pada pengolahan biji kakao
berkisar 1,43 % hingga 2,03 % menghendaki terjadinya perubahan kimiawi
(Tabel 2). Kadar air cokelat F1 cenderung dalam biji.Perubahan kimiawi tersebut
lebih tinggi dari cokelat F2. Hal ini diduga dikehendaki selain agar dapat terbentuk
disebabkan cokelat F1 menggunakan bahan komponen precursor aroma dan memperbaiki
baku nib kakao dengan suhu penyangraian citarasa juga untuk menghasilkan warna
yang lebih rendah (40 oC) di banding cokelat yang menarik.Senyawa pembentuk citarasa
pada cokelat adalah polifenol, theobromin, Sedangkan pada pembuatan pasta cokelat
dan asam-asam organik. Sedangkan pada suhu yang tinggi dapat menurunkan
komponen precursor aroma diantaranya kadar polifenol sebesar 10 %. Selanjutnya
asam amino dan gula reduksi, terbentuk dari Thomas et al (2007),menyatakan bahwa
hasil hidrolisis protein dan sukrosa biji kakao penyangraian biji dengan suhu yang tinggi
(Jinap et al, 2010). dan waktu yang lama akan mengurangi
polifenol karena terjadi degradasi yaitu
Kadar Lemak oksidasi enzimatis maupun non enzimatis.
Hasil uji terhadap kadar lemak Cokelat
yang dihasilkan berkisar 48,67 % hingga53,39 Uji Citarasa
% (Tabel 2). Dari Tabel 2, menunjukkan
Aroma dan Flavor
bahwa kadar lemak Cokelat F2 lebih tinggi
Hasil uji citarasa cokelat terhadap
dari cokelat F1 . Hal ini disebabkan kadar
aroma dan flavor diperoleh bahwa Cokelat
Lemak Nib kakao pada cokelat F2 yang
F2 mempunyai Chocolate aroma (7,30)
digunakan adalah Nib kakao dengan suhu
dan Intensity of aroma (7,10)yang berarti “
penyangraian 1200C . Suhu penyangraian
strong”, sedangkan Cokelat F1 mempunyai
yang lebih tinggi akan menguapkan kadar air
nilai 6,90 dan Intensity of aroma 6,60
yang terkandung dalam biji kakao sehingga
yang berarti “Moderately Strong” bahkan
akan menyebabkan konsentrasi kandungan
mendekati “Strong\’ . Tingginya aroma
lemak cenderung lebih tinggi.
cokelat pada cokelat F2 disebabkan suhu
Kisaran kadar lemak kakao Indonesia
penyangraian yang digunakan terhadap
adalah antara 49 – 52 % (Mulato et al,
biji kakao yang digunakan yaitu suhu 120
2005). Lemak kakao merupakan campuran o
C, dibanding cokelat F1 yang disangrai
trigliserida , yaitu senyawa gliserol dan tiga
dengan suhu 40 oC. Menurut Klahors,( 2005)
asam lemak. Komposisi asam lemak kakao
saat penyangraian dengan suhu tinggi
sangat berpengaruh pada titik leleh dan
akan terjadi reaksi oksidasi flavonoid yang
tingkat kekerasan lemak kakao.Titik leleh
akan membantu pembentukan flavor , dan
lemak kakao yang baik untuk makanan
menyebabkan rasa khas cokelat yang akan
cokelat adalah mendekati suhu badan
semakin tajam.
manusia dengan tingkat kekerasan minimum
Penyangraian biji kakao dengan suhu
pada suhu kamar (Minifie, 1999).
tinggi (120 oC) akan menyebabkan terjadi
penguapan asam-asam dibanding dengan
Kadar Polifenol
menggunakan suhu rendah (40 oC) sehingga
Hasil pengujian polifenol pada Tabel
didapatkan intensitas aroma dan flavor
2 diperoleh bahwa kadar polifenol tertinggi
cokelat yang lebih tinggi.
diperoleh dari cokelat F1 , menyusul
Penyangraian bertujuan untuk
cokelat F2. Tingginya kandungan polifenol
membentuk aroma dan citarasakhas cokelat
cokelat F1 diduga disebabkan cokelat F1
dari biji kakao dengan perlakuan panas
menggunakan nib kakao suhu penyangraian
(Mulato et al, 2005). Biji kakao yang telah
40 0C . Sedangkan untuk cokelat F2 , kadar
difermentasi dan dikeringkan dengan baik
polifenolnya lebih kecil dari cokelat F1 ,
mengandung cukup banyak senyawa calon
karena formula Cokelat F2 menggunakan
pembentuk citarasa dan aroma khas cokelat
nib kakao dengan suhu penyangraian 120
antara lain asam amino dan gula reduksi.
0
C.
Jika dipanaskan pada suhu dan waktu yang
Menurut Suprapti (2011), semakin
cukup, keduanya akan bereaksi membentuk
rendah suhu penyangraian dan makin cepat
senyawa Maillard (reaksi pembentukan rasa
waktu penyangraian maka kandungan
dan aroma).
polifenol semakin tinggi. Bernaert (2007),
Kualitas citarasa cokelat sangat
menyatakan bahwa penyangraian dapat
ditentukan oleh kondisi penyangraian,
menurunkan kadar polifenol sampai 20%.
khususnya waktu dan suhu sangria.
Senyawa pembentuk aroma khas cokelat selama penyangraian (Misnawi dan Jinap,
seperti pirazin, karbonil dan ester meningkat 2008).
pemanasan terjadi reaksi antara gugus dengan tekstur yang lembut menghasilkan
asam amino, peptide, atau protein dengan citarasa creamy yang lebih tinggi.
gugus hidroksil glikosid atau melanoidin. Hasil pengujian citarasa secara
Reaksi ini dikenal dengan reaksi Maillard. keseluruhan diperoleh bahwa cokelat F1
Menurut Winarno (1992), reaksi Maillard penerimaan panelis secara umum adalah
adalah reaksi antara karbohidrat, khususnya mempunyai citarasa aroma dan flavor
gula pereduksi dengan gugus amina primer. yang bagus (good) dan cenderung asam,,
sedangkan F2 mempunyai citarasa aroma
Sweetness (Citarasa manis) Creamy dan flavor yang sangat bagus (very good) .
(citarasa Cream) Hal ini disebabkan biji kakao yang digunakan
Hasil penilaian terhadap citarasa manis adalah biji kakao fermentasi (full fermented)
(sweetness) cokleta F1 adalah 6,20 dan F2 dan pada cokelat F2 disangrai pada suhu
adalah 6,95 yang berarti Moderately Strong 120 oC.
– strong.Pada penelitian ini persentase
penambahan gula adalah sama pada cokelat Citarasa Asam (Acidity)
F1 dan F2. Namun dari uji citarasa manis Hasil penilaian organoleptic terhadap
mempunyai nilai yang agak berbeda. Nilai cita rasa asam cokelat F1 adalah 5,70
citarasa manis pada cokelat F2 lebih tinggi (Moderately Strong) dan F2 adalah 6,15
disbanding F1 diduga disebabkan nib kakao (Moderately Strong ). Nilai citarasa asam dari
yang digunakan disangrai dengan suhu yang cokelat F1 dan F2 masuk dsalam kategori
berbeda. Tingginya suhu sangrai pada F2 yang sama yaitu Moderately Strong (agak
menyebabkan asam-asam yang ada pada kuat/agak asam). Namun dari segi nilai
biji kakao akan lebih banyak menguap, cokelat F2 mempunyai nilai yang lebih tinggi
sehingga rasa manis akan lebih tajam atau yang berarti bahwa citarasa asam semakin
tinggi pada cokelat F2 dibanding dengan F1 . berkurang.Hal ini diduga disebabkan cokelat
Rasa manis adalah sifat rasa yang F2 diolah dari nib kakao hasil penyangraian
mempengaruhi citarasa keseluruhan cokelat. suhu yang lebih tinggi dibanding F2, dimana
Rasa manis ini terutama diperoleh dari pada proses penyangraian akan terjadi
penambahan padatan gula dalam proses penguapan asam-asam organik yang
formulasinya. Beberapa asam amino bebas terdapat dalam biji kakao.
seperti glisin dan alanine serta beberapa Citarasa asam yang timbul pada produk
peptida juga memberikan rasa manis. cokelat disebabkan karena adanya asam
Namun, bila dibandingkan rasa manis yang yang tidak seluruhnya menguap pada saat
berasal dari padatan gula, konstribusi asam- proses pengolahan cokelat, terutama pada
asam amino tersebut sangat kecil. Arti proses penyangraian dan concing . Senyawa
penting asam-asam amino dan gula dalam asam dalam biji kakao adalah asam-asam
biji kakao sangat besar dalam pembentukan organic yang terbagi dalam kelompok asam
komponen citarasa, terutama selama organic yang mudah menguap terutama
penyngraian.Konsentrasi asam amino dan asam asetat dan asam yang tidak mudah
gula akan menurun secara nyata selama menguap termasuk didalamnya asam laktat,
proses tersebut, yakni sejalan dengan suksinik, malik /malat, oksalat dan tartarat
peningkatan jumlah komponen citarasa (Jinap dan Zeslinda , 1995).
(Misnawi dan Jinap, 2008). Citarasa asam erat kaitannya erat
Hasil penilaian terhadap citarasa kaitannya dengan nilai pH. Citarasa asam
creamy cokelat F1 adalah 6,35 dan F2 adalah (acidity) mempunyai korelasi positif dengan
6,70 yang berarti Moderately Strong – strong komponen citarasa pahit (bitterness), brown
yang berarti citaras creamy agak kuat sampai fruit, citrus, hammy, metallic, smoky, dan
kuat. Citarasa creamy dari cokelat F2 lebih scooty serta tidak mempunyai korelasi nyata
tinggi dari cokelat F1.Hal ini diduga bahwa dengan komponen citarasa lainnya (Yusianto,
perpaduan antara rasa cokelat yang tajam 1988 dalam Sudibyo, A dan J.Astuti, 2010).
Kehadiran rasa asam dalam jumlah sedikit cokelat lebih cepat terasa dan menghilang
akan menyumbang pada keseimbangan di permukaan lidah dengan cepat. Rasa
citarasa produk., tetapi pada jumlah yang pahit cokelat dapat dirasakan di seluruh
lebih besar rasa asam diterima sebagai rongga mulut, sedangkan rasa pahit
cacat citarasa. Asam asetat dan asam laktat theobromine hanya terasa di bagian pangkal
yang terbentuk selama fermentasi biji kakao lidah. Terdapat korelasi positif yang nyata
adalah komponen yang ditengarai sebagai antara total polifenol dalam pasta cokelat
penyebab cacat citarasa permen cokelat, dan tingkat kepahitannya .Timbulnya rasa
berupa rasa asam yang menyengat dan tidak pahit pada cokelat disebabkan oleh adanya
disukai (Jinap, 1964 dalam Misnawi , 2006). theobromin, polifenol, dan flavoid dalam biji
Asam laktat adalah asam yang tidak kakao (Afriansyah, 2005).
mudah menguap (non volatile) dan hanya Rasa pahit cokelat dapat dirasakan
10 % dari konsentrasi yang ada dapat diseluruh rongga mulut, sedangkan rasa
diuapkan selama penyangraian (Jinap dan pahit theobromine hanya terasa di bagian
Dimick, 1991).Asam oksalat adalah asam pangkal lidah. Terdapat korelasi positif yang
yang konsentrasinya cukup tinggi tetapi nyata antara total polifenol di dalam pasta
kecil pengaruhnya terhadap rasa asam dan cokelat dan tingkat kepahitannnya (Misnawi
citarasa keseluruhan cokelat (Jinap dan dan Jinap, 2008).
Zeslinda, 1995).
Citarasa asam, pahit dan sepat pada Astringency (citarasa Sepat)
cokelat yang dihasilkan berasal dari biji Hasil penilaian panelis terhadap
kakao yang digunakan sebagai bahan baku . citarasa sepat (astringency) terhadap
Timbulnya sedikit rasa asam , pahit dan sepat cokelat F1 adalah 5,40 dan F2 adalah
akan menyumbang pada keseimbangan 4,80 yang berarti Moderately weak ( agak
citarasa cokelat , tetapi dalam jumlah yang lemah) - Moderately Strong (agak kuat).
lebih besar diterima sebagai cacat citarasa. Hal ini disebabkan cokelat F1 mengandung
polifenol yang lebih tinggi yaitu 5,36 % dan
Bitter (citarasa pahit) F2 4,83 % (Tabel 2). Menurut Clifford (1985)
Hasil penilaian panelis terhadap dalam Misnawi dan Jinap (2008), rasa
citarasa pahit terhadap cokelat F1 adalah sepat cokelat meningkat seiring dengan
5,75 dan Cokelat F2 adalah 6,00 yang berarti peningkatan derajat polimerisasi polifenol
Moderately Strong (agak kuat). yang dikandungnya.
Rasa pahit adalah citarasa khas lain Rasa sepat yang menonjol merupakan
yang alami yang bisa dikecap dari cokelat. salah satu cacat serius yang pada
Rasa tersebut berasal dari komponen- cokelat yang disebabkan karena biji tidak
komponen alkaloid seperti theobromin dan terfermentasi. Rasa ini sangat menimbulkan
caffeine, komponen fenolic, pirazin, beberapa rasa kurang nyaman karena mengganggu
peptide, dan asam amino bebas. Rasa pahit saraf di lidah yang seolah-olah menyengat
cokelat seringkali rancu dengan rasa sepat dan menimbulkan rasa kering.Hal ini terjadi
, karena sebagian orang tidak sepenuhnya karena polifenol yang berlebihan pada
mengerti sifat-sifat perbedaan antara antara cokelat berinteraksi dengan protein kaya
kedua rasa tersebut. Terlebih lagi tannin atau prolin di air liur dan mengendapkannya
polifenol dalam cokelat sebagai komponen (Misnawi dan Jinap, 2008).
yang banyak bertanggungjawab terhadap Citarasa sepat yang timbul pada cokelat
rasa sepat, juga menghasilkan rasa pahit disebabkan oleh kandungan antosianin yang
(Misnawi dan Jinap, 2008). sebagian terurai selama proses fermentasi
Clifford (1985) dalam Misnawi dan Jinap berlangsung karena masuknya asam pada
(2008) , menegaskan bahwa theobromine keping biji.
menampakkan rasa pahit metallic yang
tidak langsung dirasakan di permukaan lidah
dan bersifat stabil, sedangkan rasa pahit
11. Khomsan, 2003.Pangan dan Gizi Untuk 20. Ross, Jessica. 2000. Cocoa and
Kesehatan. PT. Rajagrafindo, Jakarta. Chocolate as Functional Foods, Journal
12. Klahors, Suanne, 2005. From Cocoa to of Medical Food, Vol.3. No. 2. 2000.
Cocoa , Food Product Design Ingridient 21. Sudibyo, A dan J.Astuti, 2010.
Insight, http://www.foodproductdesign. Mempelajari Karakteristik Kimia dan
com/archives/2005/0715INI.html Citarasa Cokelat Formulasi dari Biji
(diakses 27-03-2006). Kakao yang Berasal Dari Berbagai
13. Misnawi dan Jinap, S. 2008.Citarasa , Daerah Penghasil Kakao di Indonesia.
Tekstur, dan Warna Cokelat dalam buku Jurnal Industri Hasil Perkebunan, Vol. 5
Panduan Lengkap KAKAO, Penerbit : (1).
Penebar Swadaya, Jakarta. 22. Suprapti, et al. 2011.Pembuatan
14. Misnawi, 2005.Peranan Pengolahan Makanan Kesehatan Dari Pasta
Terhadap Pembentukan Citarasa Cokelat Non Fermentasi Kaya Polifenol.
Cokelat, Warta Pusat Penelitian Kopi dan Laporan Penelitian Balai Besar Industri
Kakao Indonesia, Vol. 21 No. 3. Pusat Hasil Perkebunan , Badan Pengkajian
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia , Kebijakan Iklim Dan Mutu Industri,
Jember. Kementerian Perindustrian .
15. Misnawi, Susijahadi, Jinap,S. Teguh 23. Suprapti, 2013. Pengolahan Biji
Wahyudi, Novrita Putriani, 2006. Kakao Menjadi Pasta Cokelat Sebagai
Pengaruh Konsentrasi Alkali dan Suhu Makanan Kesehatan Penurun Bobot
Koncing terhadap Citarasa, Kekerasan, Badan Dan Kolesterol Darah. Jurnal
dan Warna Permen Cokelat , Pelita Riset Teknologi Industri. Vol.7 no. 13
Perkebunan, Vol. 22 Agustus 2006, Juni 2013.
Pusat Kopi dan Kakao, Indonesia. 24. Star, Michael and Other, E & OE,
16. Minifie, 1999.Chocolate, Cocoa and 2006. HealthyChocolate ? Cocoa is
Convectionery, Science and Technology The Best Antioxidant Food.http://www.
AVI, Westport, Connecticut. astrologyzine.com/healthy .chocolates.
17. Mulato, S., S.Widyatomo, Misnawi, Diakses 11 April 2006.
E.Suharyanto, 2005.Pengolahan Produk 25. Thomas,Berberan, FA., Elena
Primer dan Sekunder Kakao. Pusat Cienfuegos J, Alicia Marin, Begona,
Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, 2007.
Jember. 26. Winarno,FG. 1992. Kimia Pangan dan
18. Ramlah, S.2014.Pengaruh Suhu Gizi. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Penyangraian Terhadap Mutu Cokelat 27. Winarno, FG. 1980. Pengantar Teknologi
Sebagai Makanan Kesehatan Penurun Pangan. Penerbit PT.Gramedia Pustaka,
Kadar Kolesterol Darah. Jurnal Industri Jakarta.
Hasil Perkebunan. Volume 9 No. 2.
Desember 2014.
19. Reineccius,G.A., P.G. Keeney dan
W.Weisberger , 1994. Factors affecting
the concentration of pyrazines in cocoa
beans. Journal of Agricultural and Food
Chemistry 20.