60
MALNUTRISI
‘Ari Fahrial Syam
PENDAHULUAN
Pengertian malnutrsi sebenamya meliputi dua hal yaitu
rutrisi kurang dan nutrisi lebih. Yang akan dibahas lebih
lanjut disini adalah malnutrisi karena undernutrsi. Jka
melihat pengertian undernutrisi yang terjadi adalah
asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan pada
seseorang yang berekibat terjadi berbagai gangguan
biologi dari orang tersebut. Di dalam praktek sehar-hari
balk pada pasien rawat jalan maupunrawatinap erjadinya
‘malnutrisi dang kala tidak menjadi perhatian sehingga
sering terjadi underdiagnosis. Keadaan ini tentunya akan
menyebabkan kegagalan dalam proses penyembuhan
pasien selanjutnya,
DEFINISI MALNUTRISI
Secara praktis pengertian malnutrisi adalah apabila
terjadi penurunan berat badan lebih dari 10% dari
bberat badan sebelumnya dalam 3 bulan terakhir. Selain
kriteria yang sering digunakan adalah apabila pada saat
pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan
ideal berdasarkan tinggi badan atau Jika indeks massa
tubuh (IMT) kurang dari 18,5.
PREVALENS! MALNUTRISI
Malnutrisi merupakan suatu keadaan umum yang kita
jumpai pada pasien dengan penyakit kronik yang terjadi
pada masyarakat atau pada penyakit baik akut maupun
kronik pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Pada
berbagai kelompok penyakit kronik dapat kita jumpai
terjadi malnutrisi, Pada usia lanjut dapat mencapai S0%,
pada penyakit paru kronis dapat mencapai 45%, pada
penyakit Inflammatory bowel diseases (IBD) mencapai
461
180% sedang pada pasien dengan keganasan bahkan
kejadian malnutrisi lebih tinggi lagi mencapai 85%,
Beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya
malnutrisi adalah menurunnya nafsu makan, terjadinya
malabsorbsi, peningkatan pengeluaran misalnya adanya
luka kronis, penurunan sintesis protein serta meningkatnya
katabolisme.
KOMPLIKASI MALNUTRISI
Pada saat terjadinya matnutrisi seluruh organ akan
mengalami penurunan massanya kecuali otek dimana
malnutrisi tidak menyebabkan perubshan pada massanya.
Pada seat malnutrisi akan terjadi proses penghancuran
dari lean body mass untuk melepaskan asam amino untuk
proses glukoneogenesis. Sebagaimana kita ketahui asam
amino dan untuk protein penting dalam tubuh untuk
sistem imunitas dan proses penyembuhan penyakit.
Apabila keadaan ini berlangsung asam amino tubuh juga
berkurang otot-otot paru juga mengalami kelemahan
dan hasil akhirnya akan menyebabkan penurunan
sistem imunitas dan pasien mudah terjadi pneumonia
dan akhirnya kematian. erbagai penelitian sudh
memibuktiken bahwa dalam keadaan malnutrisi seseorang
‘akan mengalami penurunan mental, kekuatan ototnya
‘menurun, fungsijantung terganggu dan terjadi penurunan
imunitas, Keadaan gangguan ini akan memperburuk
keadaan sakit pasien dan mencegah proses penyembuhan
ddan akan berakibat terjadi komplikasi yang pada akhirnya
‘akan memperburuk keadaan.
PENDEKATAN KLINIS MALNUTRISI
Pendekatan klinis malnutrisi meliputi anamnesis terutama
tentang asupan nutrisi selama ini, pemeriksaan fisik462
terutama pengukuran antropometri dan pemeriksaan
laboratorium yang berhubungan dengan status nutrisi
pasien. Pemeriksaan khusus untuk menentukan status
hutrisi seperti Bioelectical Impedance Spectroscopy (BIS)
dan energy expenditure. Pendekatan yang akhir-akhir ini
sering digunakan terutama untuk penelitian adalah dengan
menggunakan subjective global assessment (SGA).
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Pengukuran berat badan merupakan pemeriksaan yang
sering digunakan untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Perubahan berat badan yang mendadak menunjukkan
perubahan balans cairan yang mendadak. Sedang
perubahan berat badan jangka lama menunjukkan
perubahan massa real jaringan tubuh. Setelah diketahui
berat badan tentunya yang perlu dihitung selanjutnya
adalah indeks massa tubuh. (IMT). IMT didapat
perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan
tinggi badan kuadrat dalam meter. (hat lihat pada rurnus
ppengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg)/ (tinggi
bbadan)2 (m2)
Berdasarkan IMT pasien tersebut dapat ditentukan
status nutrisi pasien tersebut. Berbagai klasifikasi
‘unakan untuk menentukan status nutrisi seseorang yang
sering digunaken adalah klasifikasi oleh WHO dimana nila
‘normal IMT adalah 18,5 sampai 22,9. Tabel 1).
‘Tabel 1. Klasifikasi Pengukuran Indeks Massa Tubuh
wan noel ea enrere!
Kiasifikasi IMT (kg/m)
Underweight 185
Normat 185-229
Overweight 3
Berisiko 23-249
Obes | 25.299
Obes 11 Bo
Selain pemeriksaan berat badan, parameter
antropometri lain yang digunakan yaitu pengukuran
tebal leak bawah kulit triseps (Triceps skinfold thickness/
‘TSF) dan pengukuran lingkar lengan atas/LLA (Midarm
circumference/MAC). Pengukuran TSF dilakukan dengan
menggunakan alat khusus. Pengukuran LLA dilakukan
dengan menggunakan alat pengukur meteran yang
terbuat umumnya dari kain atau nylon yang diletakan
pada pertengahan lengan antara akromian dan olekranon.
Pengukuran TSF untuk memperkirakan cadangan lemak
jaringa sedang LLA untuk memperkirakan massa otot.
NUTRISH KUINIK
Besaran standar untuk TSF orang dewasa laki-laki 12,5 mm
sedang untuk perempuan 16,5 mm, Untuk lingkar lengan
atas standar yang digunakan adalah 29,3 cm untuk dewasa
laki-laki dan 28,5 untuk dewasa perempuan,
Pemeriksaan TSF dan LLA ini terutama ditujukan jika
pengukuran berat badan tidak memungkinkan. Kedua
pemeriksaan ini jika dilakukan secara bersamaan ber-
tujuan untuk mengukur massa otot dan lemak. Dari hasil
kedua pemeriksaan ini dapat dinilai lvas otot tangan
(arm muscle area/AMA) dengan menggunakan rumus
Heymsfield (modified). Dengan menggunakan rumus
Heymsfield (modified) kita dapat mengukur sebesar berat,
Uundernutrisi yang terjadi. Rumus untuk mengukur !uas
otot tangan:
‘AMA untuk laki-laki = (MAC-pTSF)*-10
40
‘AMA untuk perempuan = (MAC-pTSE)-65
4p
AMA= arm muscle area (cm2)
MAC= mid arm circumference/lingkar lengan atas (cm)
TSF = triceps skin fold (cm)
Selain pemeriksaan antropometri tersebut, secara
umum kita juga dapat melihat pasien yang kekurangan
berbagai zat nutrisi. Pemeriksaan tersebut meliputi
pemeriksaan kulit, rambut, kuku. Membran mukosa dan
sisters neurologi. Adanya edema perifer terutama pada
Ujung kaki dan tangan serta rambut yang mudah dicabut
menunjukan adanya defisiensi protein.
Pemeriksaan kulit mungkin menemukan popular
keratitis jika terjadi defisiensi vitamin A, perdarahan
perfolikular karena defisiensi vitamin C, ekimosis karena
difisiens vitamin K dan hiperpigmentasi pada daerah k
yang terpajan menunjukkan adanya defisiensi niasin.
Pemeriksaan konjungtiva yang pucat menunjukkan
hemoglobin yang rendah dan hal ini bisa berhubungan
dengan adanya defisinesi zat besi (Fe), ditemukannya
Bitot spot menunjukkan defisiensi vitamin A yang berat,
nistagmus dan paresis otot okular menunjukkan defisiensi
thiamine, Pemeriksaan mulut mungkin menemukan
stomatitis angular dan keilosis yang berhubungan dengan
defisiensi riboflavin dan atau niasin, adanya glositis dengan
permukaan lidah yang halus dan merah menujukkkan
adanya defisiensi riboflavin, niasin, vitamin B12 atau
defisiensi piridoksin. Sedang adanya perdarahan gusi
yang hipertrofi berhubungan ‘dengan defisiensi vitamin
C. Gangguan neurology yang sering ditemiukan adalah
neuropati perifer yang bethubungan dengan difisiensi
piridoksin atau vitamin E.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk
mengevaluasi status nutrisi antara lain pemeriksaanMALNUTRISt
463
albumin, prealbumin, transferin, kreatinin dan balans
nitrogen,
Bioelectical Impedance Spectroscopy (BIS)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur cairan
tubuh total/total body water (TBW), cairan ekstraselular/
extracellular water (ECW) dan cairan intraselular/
intracellular water (CW), Pemeriksaan ini didasarkan pada
perbedaan hantaran dari berbagaijaringan tubuh. Jaringan
seperti otot atau darah merupakan konduktor yang baik,
sedang massa lemak, udara atau tulang merupakan
konduktor yang buruk. Dengan mengetahui ECW, ICW
dan TBW dapat dihitung fat-free mass (FFM), sedang fat
mass didapat dari berat badan dikurangi FFM.
Pengeluaran Energi (Energy expenditure)
Pengeluaran energi basal/Basal energy expenditure (BEE)
dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus
Harris Benedict. Berdasarkan rumus ini diketahui bahwa
BEE didapat dari resting energy expenditure (REE) sekitar
75% dari total energi), pengeluaran panas dari proses
ppencernaan (sekitar 10% dari total energi) dan aktivites
fisik (sekitar 15% dari total energi). Rumus Harris Benedict
untuk penghitungan BEE yaitu
Perempuan BEE (kkal/hari)
655 + (9,6 BB) + (1,8 X TB)— (4,7 XU)
Laki-laki BEE (kkal/hari) =
66 + (13,7 X BB) + (5 X TB)~ (6.8XU)
BEE _: basal energy expenditure
BB berat badan aktual dalam kg
T tinggi dalam cm.
u mur dalam tahun
Melalui rumus ini dapat diperhitungan kebutuhan
‘energi dari seseorang mengingat untuk menjaga BB tetap
stabil energi yang dibutuhkan sesuai dengan energi yang
dikeluarkan,
SUBJECTIVE GLOBAL ASSESSMENT
Metode lain yang sering digunakan untuk melakukan
penilaian nutrisi adalah dengan menggunakan subjective
global assessment SGA). Metade SGA yang telah ter-
validasi ini dikembangkan oleh Destky. Sedang metode
yang menyerupai SGA dan diperuntukkan untuk p
Usia lanjut adalah Mini Nutritional Assesment (MNA)
yeng dikembangkan oleh Vellas dan kawan-kawan,
Metode SGA ini melakukan pendekatan penilaian nutrisi
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anarmnesis
meliputi adanya perubahan badan, perubahan asupan
makanan, keluhan gastrointestinal yang menetap selama
2 minggu, perubahan status fungsional dan penyakit yang
berhubungan dengan kebutuhan nutrisi. Sedang pada
pemeriksaan fisik dinilai berdsarkan adanya kehilangan
lemak subkutan, kehilangan massa otot, adanya edema
pada kaki, edema pada sacrum dan adanya asites.
Klasifikasi SGA terdiri dari kelas A, B dan C. Kelas Aika
status nutrisi baik, Kelas Bika malnutrisi sedang/moderat
dan kelas C jika mainuttisi berat.
Penapisan Malnutrisi
Penapisan malnutrisi yang dilakukan sebaiknya dengan
metode mudah dan cepat. Metode yang digunakan
sebaiknya dapat mendeteksi seluruh pasien dengan risiko
gangguan nutrisi, Ada empat hal untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya malnutrisi pada seseorang yaitu
berat badan turun, asupan makan terakhir yang kurang,
indeks massa tubuh saat diperiksa dan beratnya penyakit.
Salah satu model yang digunakan untuk penapisan
‘malnutrisi adalah yang digunakan oleh University hospital
of Nottingham (Tabel 2).
‘Tabel 2. Penapisan Malnutrisi
A Indes masse tbs ifr)
2a.Lebih besar dari 20
IMT 18-20
CIMT < 18 =2
B, Besarnya penurunan berat badan yang tidak dikehendaki
dalam 3 bulan terakhir
a. Tidak ada 0
b. Kurang dari 3kg = =1
clebihdari3kg = 2
C.Asupan makanan yang terganggu dalam satu bulan
terakhir
a Tidak ada =0
bya =t
D. Faktor stress dan beratnya penyakit
a. Tidak ada 0
b. Moderate” 1
Berat** =2
Penapisan = jika total skor 0-2 tidak perlu intervensijika
total skor 3-4 diawasi dan dinilai dalam 1 minggu perawatan,
jika > atau = 5 perlu intervensi nutris
*pembedahan minor tanpa komplikasi, infeksi ringan,
penyakit kronis yang ringan, IBD, gagal ginjal kronis,
diabetes metitus, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK),
sirosis hepatis,
* luka multiple, fraktur dan luka bakar multipel, trauma
kepala, sepsis yang berat, kanker,disfagia berat, pankreatits,
bedah mayor, komplikasi pases bedah
KESIMPULAN
Malnutrisi adalah suatu keadaan klinis yang harus
teridentifikasi sejak awal saat pasien bertemu dengan464
dokternya, Intervensi nutrisi harus dilakukan sejak
awal jika didalam pnapisan awal terdeteksi adanya
keadaan mainutrisi yang sedang atau berat. Penilaian
‘malnutrisi meliputi anamnesis, pemeriksaan antropometr,
laboratorium dan pemeriksaan khusus lainnya.
Sampai saat ini tidak ada gold standard untuk
menentukan status nutrisi seseorang. Sebagian besar
pendekatan perilaian nutisi yang ada didasarkan beratnya
penyakit dan telah tervalidasi berdasarkan outcome klinis,
dari pada parameter nutrisi yang spesifk.
REFERENSI
Alpers DH, Klein, General nutritional principles. In: Yamada T,
Alpers DH, Laine L, Owyang C, Powell DW (eds). Textbook
of Gastroenterology, 3d ed, New York: Lippincott Williams
& Wilkins 1998,
_Avunduk C. Manual of gastroenterology, Diagnosis and Therapy.
‘rd ed New York: Lippincott Williams & Wilkins 2002.
Barendregt K, Socters B, Allison SP. Diagnosis of malnutrition
Screening and assessment. In Sobotka L. Allison SP, Farst P|
‘etal (editors), Basis in clinical nutrition. 2nd edition Semily
House Galen 2000 p.2936,
‘Campbell SE, Avenell A, Walker AE. Assessment of nutritional
‘satus in Hospital in-patients. QJ Med 200298837,
Daldiyono H. lndikasi pemeberian nutrsi enteral dan parenteral
‘Dalam Sudoyo AW, Maskum HMMS, Seiati , AlWi I, Gani
RA, Sumaryono Naskah lengkap Pertemuan Iimiah Penyakit
Dalam, 1998 Jakarta Bag. IPD FKULp. 758.
Detsky AS, MeLaughin JR, Baker Petal. Whats subjective global
‘assessment of nutritional status? JPEN 1987:118
‘Dwyer. Nutritional Requirements and Dietary Assessment. In
Fauci AS, Brotnveald E, Iselbacher KJ etal (eds), Hartison’'s
Principle of Internal Medicine. 14th edition. New York:
‘MeGraw- Hill. 2002. p. 451-54
“Halsted CH, Malnutrition and nutritional assessment. nn Fact
‘AS, Braunwald E, Isselbacher KJ et al. (eds). Harrison's
Principle of Internal Medicine, 15th edition. New York:
McGraw-Hill. 2002-p455-60.
Keusch GT. The History of Nutrition: Malnutrition, Infection and
Tnmuanity Nut, 2003; 133:3366-408,
Meier R. Prevalence of Malnatrition. In Sobotka L, Allison SP,
‘Rarst Petal. (editors) Basics inclinical nutrition 2nd edition
Semily: House Galen 2000 p19-21.
[NUTRIS! KUNIK