You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/281456198

ANALISIS PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK LEMPUYANG EMPRIT


DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKSTROSKOPI MASSA

Conference Paper · January 2015

CITATIONS READS

0 2,571

7 authors, including:

Dedi Hanwar Andi Suhendi


Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta
20 PUBLICATIONS   4 CITATIONS    49 PUBLICATIONS   55 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Broto Santoso
Universitas Muhammadiyah Surakarta
26 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Zerumbone Development View project

I had finished to study anti hyperuricemic properties of some Indonsesian plants View project

All content following this page was uploaded by Dedi Hanwar on 04 September 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

ANALISIS PROFIL METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK LEMPUYANG


EMPRIT DENGAN KROMATOGRAFI GAS-SPEKSTROSKOPI MASSA

Dedi Hanwar1, Andi Suhendi2, Ika Trisharyanti3, Broto Santoso4, Meisa Safitri5, dan Haryoto6
1-6
Fakultas Farmasi, Universitas MuhammadiyahSurakarta
1
email: dedi.hanwar@ums.ac.id
2
email: andi.suhendi@ums.ac.id
3
email: kyandika@yahoo.com
4
email: broto.santoso@ums.ac.id
5
email: meisafitri@ymail.com
6
email: har254@ums.ac.id

Abstract
Lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl) is one of the plants species that contain secondary
metabolites that are important in diseases treatment. This study was conducted to determine the
secondary metabolites contained in the ethanol extract of lempuyang emprit from two regions
(Semarang and Yogyakarta) after derivatized and determine its zerumbone level. Metabolite
profile analysis performed by gas chromatography with mass spectroscopy detector, split
injection system, and helium as the mobile phase at a constant rate of 3.0 mL/min and
derivatized with BSTFA (N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid). While zerumbone levels
determined by the same method but without derivatization. The results showed that there were
differences in secondary metabolite profiles of ethanol extract of lempuyang emprit from
Semarang and Yogyakarta, and the zerumbone levels also differ in the two extracts were
24.04% w/w (Semarang) and 30.32% w/w (Yogyakarta).

Keywords:Zingiber amaricans Bl, GC-MS, BSTFA, Metabolite profiling, zerumbone

1. PENDAHULUAN 2005), dan juga digunakan sebagai agen


Zingiber amaricans Bl. memiliki nama imunomodulator (Keong et al., 2010).
lokal lempuyang emprit (Tjitrosoepomo dan Metabolite profiling adalah suatu metode
Gembong, 1993) banyak dibudidayakan oleh identifikasi dan penentuan kuantitatif dari
masyarakat di pulau Jawa (Backer dan Van sejumlah besar metabolit, yang umumnya
Den Brink, 1965) kini telah banyak diteliti. berhubungan dengan jalur metabolit spesifik
Riyanto (2007) dan Sukari et al., (2008) telah (Ellis et al., 2007). Penggunaan profil
meneliti kandungan utama lempuyang emprit metabolit dapat memberikan tampilan
menggunakan GC-MS, diketahui bahwa komparatif fungsi gen. Profil metabolit
kandungan utama lempuyang emprit adalah memiliki potensi tidak hanya dapat
zerumbon yaitu suatu senyawa sekunder. memberikan wawasan lebih dalam proses
Zerumbon adalah sesquiterpen monosiklik, regulasi yang kompleks, tetapi juga dapat
yang memiliki potensi anti-inflamasi dengan menentukan fenotipe secara langsung (Fiehn
efek seperti piroksikam (Somchit, 2012). et al., 2000).
Zerumbon juga mampu menghambat HIV Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
dan sitotoksik. Zerumbon dilaporkan kandungan metabolit yang terkandung dalam
berpotensi sebagai agen kemoterapi pada rimpang lempuyang emprit menggunakan
pengobatan kanker serviks dan ovarium, metode analisis GC-MS dengan derivatisasi.
zerumbon mampu menghambat pertumbuhan Analisis metabolit berbasis GC-MS memiliki
sel kanker tersebut (Abdelwahab et al., aplikasi yang spesifik dalam menemukan
2012). Selain itu zerumbon dapat digunakan analit suatu obat atau herbisida. Selain itu
juga untuk mengobati leukimia (Huang et al., dapat membantu mengungkapkan ekspresi
gen yang berubah karena metabolisme dalam

158
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

aplikasi bioteknologi. Keunggulan GC-MS digunakan untuk membaca sekilas semua


pada profil metabolit adalah cepat, handal metabolit yang dapat dideteksi dengan
dan Identifikasi yang jelas. Hal ini berlaku menggunakan metode analisis yang sesuai
untuk ratusan metabolit yang sangat (Villas-Boâs et al., 2005).
kompleks, seperti plasma darah, ekstrak, Kromatografi gas spektroskopi massa
tanaman yang kompleks, mikroba (KGSM) telah lama digunakan sebagai
intraseluler, dan sampel hewan (Schauer, metode metabolite profiling karena memiliki
2005). Derivatisasi dilakukan untuk reprodusibilitas yang baik dan aplikasi yang
mengubah suatu senyawa menjadi senyawa luas untuk berbagai jenis kelas metabolit
lain, sehingga senyawa tersebut memiliki (Dunn et al., 2005; Fienh et al., 2000). Profil
sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan metabolit dengan KGSM untuk sampel
analisis menggunakan GC (Rohman, 2007). biologi adalah salah satu teknologi kunci
. untuk metabolite profiling (Kopka, 2006).
Metabolite profiling dengan KGSM meliputi
2. KAJIAN LITERATUR
6 tahap yaitu ekstraksi metabolit dari sampel,
derivatisasi metabolit untuk membuatnya
Profil Metabolit volatile dan mudah diterima KG (untuk
Metabolit sekunder adalah zat kimia senyawa yang tidak mudah menguap),
bukan nutrisi yang memainkan peran penting pemisahan dengan KG, ionisasi senyawa
dalam proses keberadaan dan evaluasi yang dielusi dari KG, deteksi ion molekuler,
bersama antar jenis di lingkungan (Mursyidi, dan evaluasi data dimulai dengan
1989). Peran umum dari metabolit sekunder mencocokkan waktu retensi dengan pola
pada tanaman adalah mekanisme pertahanan fragmentasi spektra massa dari referensi
terhadap herbivora (vertebrata dan serangga), database (Desbrosses, 2005).
mikroba (bakteri, jamur, dan virus), dan
kompetisi untuk bertahan hidup. Jalur Lempuyang emprit (Zingiber amaricans
metabolisme metabolit sekunder yang Bl.)
terkandung dalam rimpang lempuyang gajah Berdasarkan penelitian identifikasi dan
dapat melalui jalur asam asetat, jalur asam isolasi Riyanto (2007) terhadap Zingiber
sikimat dan jalur asam mevalonat. amaricans Bl. yang diperoleh dari pasar
Konsentrasi metabolit sekunder dan Bringharjo-Yogyakarta dengan GC-MS
komposisinya dipengaruhi oleh faktor diperoleh komponen utama dari rimpang
internal (genetik, kondisi kesehatan tanaman, Zingiber amaricans Bl. adalah zerumbon.
umur) dan faktor eksternal (lingkungan, Sedangkan komponen lainnya adalah
perawatan dengan obat) (Fancy and Rumpel, campuran dari phytosterol yaitu Cholesterol,
2008). Metabolit sekunder mempunyai peran Campesterol, Stigmasterrol, β-Sitosterol.
yang mendukung keberadaan organisme di Sukari et al (2008) mengidentifikasi
lingkungan, yaitu sebagai hasil detoksifikasi kandungan kimia dari minyak atsiri rimpang
metabolit primer, signal intraorganisme, Zingiber amaricans Bl. dengan GC-MS
signal komunikasi antar organisme, dan didapatkan sesquiterpen teroksigenasi dengan
sistem keseimbangan ekologi (Mursyidi, komponen utamanya adalah zerumbon
1989). (40,7%), komponen lainnya adalah ester
Salah satu analisis metabolit adalah aromatik, benzil heptanoat (23,5%),
metabolite profiling, yaitu metode untuk monoterpen (8,2%), monoterpen
identifikasi dan penentuan kuantitatif dari teroksigenasi (10,6%). Sedangkan profil
sejumlah besar metabolit, yang umumnya metabolit dari ekstrak rimpang lempuyang
berhubungan dengan jalur metabolit spesifik emprit belum dilakukan.
(Ellis et al., 2007). Metabolite profiling harus
cepat, sensitif, bisa diotomatisasi, reliabel,
dan mampu mencakup banyak metabolit
(Fiehn et al., 2000). Metabolite profiling

159
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

3. METODE PENELITIAN C/menit. Kondisi GC-MS : ion source temp


250° C, interface temp 300° C dan solvent
Alat dan Bahan cut time 3 menit (Mulyani, 2010). Komponen
i. Alat yang digunakan diidentifikasi dengan membandingkan
Neraca analitik, sonikator (Branson spektra massa sampel dengan internal Willey
2510), seperangkat alat gelas, seperangkat Library.
Kromatografi Gas Shimadzu-GC 2010 v. Penetapan kadar zerumbon
dilengkapi dengan Shimadzu-GC 2010S Pembuatan kurva baku zerumbon dibuat
mass selective detector dengan kolom dengan MS program: waktu mulai 10 menit,
RxiTM-1MS. waktu akhir 17 menit, metode: SIM (107,
ii. Bahan yang digunakan 135, 96, dan 41). Penetapan kadar zerumbon
Ekstrak etanol 96% Zingiber amaricans menggunakan persamaan regresi linier Y =
Bl. dari dua daerah yang berbeda dengan bx + a dari 5 seri konsentrasi.
pelarut metanol, BSTFA (N,O-bis- Pembuatan sampel dilakukan dengan
(trimetilsilil)-trifluoroasetamid). melarutkan 10 mg ekstrak dalam metanol
p.a. Dilakukan pengenceran 2x, yaitu dengan
Jalannya Penelitian mengambil larutan sebanyak 500 µL dengan
i. Preparasi sampel mikro pipet ke dalam tabung ependrof,
Preparasi sampel dilakukan dengan kemudia ditambahkan metanol p.a sampai 1
melarutkan 10 mg ekstrak dalam metanol p.a, mL.
dilakukan replikasi 3x.
ii. Optimasi suhu kolom Analisis Data
Proses optimasi dilakukan dengan Profil metabolit sekunder didapatkan
memprogram suhu injektor 280o C, suhu dengan membandingkan kandungan
kolom diprogram 70° (5 menit) – 270° C (15 metabolit sekunder yang telah diperoleh
menit) dengan kenaikan suhu diatur 10o dengan spektra massa sampel terhadap
C/menit. Kecepatan gas pembawa 3,0 internal Willey Library. Optimasi dilakukan
mL/menit. dengan Suhu injektor 280oC, suhu kolom
iii. Derivatisasi diprogram 70° (5 menit) – 270° C (15menit)
Proses derivatisasi pada penelitian ini dengan kenaikan suhu diatur 10o C/menit.
menggunakan BSTFA dengan pemanasan. Kondisi GC-MS : ion source temp 250° C,
Masing-masing 10 mg ekstrak dimasukkan interface temp 300° C dan solvent cut time 3
kedalam vial, dilarutkan dengan metanol menit.
p.a.sampai 5 mL, sampel diambil 100 µLdan
dikeringkan, kemudian ditambahkan 100 µL
BSTFA. Vial di Vortex dan dipanaskan pada 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
suhu 60oC – 70oC selama 10 menit. Setelah Optimasi Suhu Kolom
dingin sampel diinjekan 100µL. Optimasi yang dilakukan dalam
iv. Analisis metabolit sekunder ekstrak menganalisis profil metabolit ekstrak
lempuyang emprit menggunakan GC-MS rimpang lempuyang emprit yaitu berupa
Analisis dilakukan dengan menggunakan optimasi suhu kolom.Optimasi ini dilakukan
Shimadzu–GC 2010 dilengkapi dengan agar didapatkan pemisahan yang optimal.
Shimadzu–GCMS 2010S mass selective Penerapan suhu kolom dilakukan
detector dan kolom kapiler RxiTM–1MS berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
(30m x 0,25mm, ketebalan lapisan 0,25μm). Riyanto (2007) dengan suhu injektor
Gas pembawa digunakan helium dengan laju diprogram 60o C, suhu kolom diprogram 80°
konstan 1 mL/menit, diinjeksikan sebanyak 1 (2 menit) – 265° C (10 menit) dengan
μL (split ratio 10:1), suhu injector280oC, kenaikan suhu diatur 3o C/menit. Penerapan
suhu kolom diprogram 70° (5 menit) – 270° metode optimasi yang dilakukan oleh
C (15menit) dengan kenaikan suhu diatur 10o

160
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Riyanto (2007) pada penelitian ini belum selektif dan merupakan agen pilihan untuk
memberikan pemisahan yang baik. gugus amino (Rohman, 2009).
Optimasi selanjutnya menggunakan Analisis profil metabolit Z. amaricans
metode yang dilakukan oleh Mulyani (2010) menggunakan GC-MS dengan derivatisasi
terhadap fraksi kristal minyak Zingiber BSTFA dilakukan dengan pemanasan pada
zerumbet dimana suhu injektor diprogram suhu 60o-70oC. BSTFA merupakan derivat
280o C, suhu kolom diprogram 70° (5 menit) yang memiliki keunggulan yaitu merupakan
– 270° C (15 menit) dengan kenaikan suhu derivat yang mampu menderivatisasi banyak
diatur 10o C/menit. Kecepatan gas pembawa analit. Adapun pemanasan pada proses
3,0 mL/menit. Penerapan metode ini derivatisasi ditujukan untuk memastikan
memberikan hasil pemisahan yang cukup kelarutan metabolit sekunder seperti amina
baik (Gambar 1). sekunder, alkohol tersier, dan amida.
Senyawa-senyawa tersebut memiliki gugus
fungsional yang sukar diderivatisasi sehingga
A memerlukan pemanasan. Identifikasi dan
isolasi Zingiber amaricans Bl. dengan GC-
MS yang dilakukan oleh Riyanto (2007)
mengunkapkan bahwakomponen utama
Zingiber amaricans Bl. adalah zerumbon,
selain itu dia juga menemukan komponen
kecil lainnya berupa campuran phytosterol
yaitu Cholesterol, Campesterol,
Stigmasterrol, β-Sitosterol. Analisis dengan
B derivatisasi pada penelitian ini
mengungkapkan pula senyawa-senyawa lain
seperti senyawa-senyawa asam, kolesterol,
karipilen oksid, alpha-Humulen, valerianol,
myrtenol, skavalen, dan zerumbon sebagai
senyawa mayor.

Analisis Profil Kromatografi dengan Gas


Chromatography-Mass Spectrophotometry
Gambar 1. Kromatogram ekstrak etanol rimpang (GC-MS)
lempuyang emprit (A) metode
optimasi kolom Ryanto (2007), (B) Analisis dengan GC-MS dilakukan
metode Mulyani (2010) untuk mengetahui metabolit sekunder yang
terkandung dalam ekstrak etanol lempuyang
Derivatisasi emprit dari dua daerah yang berbeda. Kriteria
Derivatisasi ditujukan untuk memperbaiki utama untuk pemilihan puncak yang sesuai
sifat volatilitas suatu senyawa sehingga dapat untuk dilakukan identifikasi memiliki puncak
dianalisis dengan kromatografi gas. Metode (>0,05 %) (Mahdi et al, 2010). Hasil analisis
derivatisasi yang digunakan adalah sililasi. GC-MS diekspresikan dalam bentuk puncak
Reaktifitas derivat sililasi berdasarkan (peak), mewakili senyawa yang berbeda.
kemampuan penyumbang silil. Derivat ini Masing-masing puncak dianalisis
sering digunakan untuk menggantikan eter menggunakan spektrometer massa dan
akil pada analisis sampel yang bersifat polar. dibandingkan dengan internal Willey Library
BSTFA (N,O-bis-(trimetilsilil)- versi 7 yang telah terintegrasi dengan GC-
trifluoroasetamid) merupakan agen MS. Metode GC-MS memiliki kelemahan
pembentuk derivat trimetilsilil (TSM) yang berupa waktu analisis yang lambat, perlunya
modifikasi kimia, dan terbatasnya jumlah

161
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

molekul yang dapat dianalisis (Want et al., mengungkap metabolit-metabolit asam


2005). dengan baik.
Profil kromatogram menunjukkan pola
yang berbeda antara ekstrak rimpang Tabel 1. Perbandingan metabolit ekstrak
lempuyang emprit tanpa dan dengan etanol rimpang lempuyang emprit
derivatisasi. Analisis ekstrak rimpang dari Semarang tanpa dan dengan
lempuyang emprit dengan derivatisasi derivatisasi
menunjukan peak-peak yang lebih banyak
(Gambar 2). Tanpa Dengan
Metabolit derivatis derivatis
asi asi
Acetylen - +
A Alpha-Humulen + +
Asam 11-Cis-
- +
Octadecenoat
Asam Dihidroxymaleic + +
Asam Hydroxymalonic - +
Asam Laktat - +
Asam Linoleic - +
Asam Malic - +
Asam Malonic - +
Asam Mandelic - +
Asam Mercaptoacetic + +
Asam Miristat - +
B Asam Oxalat + +
Asam Palmitat + +
Asam Stearat - +
Asam Trans-9-
- +
Octadecenoat
Gamma-Hydroxybutyric - +
Glyoxalic Hydrate + +
Myrtenol - +
Skavalen - +
Tertadecamethylhexasil
+ +
oxane
Gambar 2. (A) kromatogram lempuyang emprit Tryptophane + -
tanpa derivatisasi; (B) kromatogram Valerianol - +
lempuyang emprit dengan Zerumbon + +
derivatisasi Keterangan: (+) ada metabolit; (-) tidak ada metabolit

Metabolit dengan kadar relatif tinggi Analisis terhadap ekstrak etanol rimpang
seperti zerumbon dan asam palmitat selalu lempuyang emprit dilakukan hanya pada
muncul pada kromatogram baik tanpa lempuyang emprit asal Semarang. Analisis
maupun dengan derivatisasi, tetapi metabolit- ini ditujukan untuk membandingkan profil
metabolit dengan kadar relatif yang rendah metabolit yang mendapat perlakuan tanpa
tidak selalu muncul. Analisis ekstrak dan dengan derivatisasi. Analisis diamati
rimpang lempuyang emprit tanpa derivatisasi pada integrationarea 150.000. Didapatkan 9
tidak dapat mengungkapkan metabolit- metabolit tanpa derivatisasi dan 22 metabolit
metabolit asam dengan baik. Senyawa- dengan derivatisasi yang dapat teridentifikasi
senyawa asam memiliki sifat polar dimana (Tabel 1).
senyawa yang memiliki sifat polar memiliki Analisis terhadap sampel dengan
sifat volatilitas yang kurang baik sehingga derivatisasi mampu mengungkapkan
pada sampel tanpa derivatisasi tidak dapat metabolit-melabolit asam dan kolesterol yang

162
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

sebelumnya tidak muncul pada kromatogram merupakan senyawa mayor. Senyawa mayor
tanpa derivatisasi. Selain senyawa asam yang inilah yang akan menjadi senyawa marker
memiliki sifat volatilitas yang buruk pada rimpang lempuyang emprit (Tabel 2).
sehingga sulit dilakukan identifikasi dengan
GC, kolesterol juga memiliki kendala untuk
dilakukan identifikasi menggunakan GC.
A
Kolesterolmerupaka senyawa yang sulit
terdektesi oleh GC. Derivatisasi mampu
meningkatkan deteksi dari kolesterol
(Rohman, 2009). Derivatisasi sililasi mampu
memperbaiki sifat-sifat senyawa asam dan
meningkatan deteksi pada senyawa kolesterol
sehingga cocok untuk dilakukan analisis
dengan GC. Kolesterol muncul pada profil
metabolit sekunder lempuyang emprit dari
Yogyakarta.
Analisis terhadap ekstrak etanol
rimpang lempuyang emprit dari dua daerah B
yang berbeda yaitu Semarang dan
Yogyakarta diamati pada integrationarea
150.000 mengungkapkan sekitar 19-22
variasi metabolit dan kadar relatif yang dapat
terdeteksi oleh GC-MS.
Profil metabolit sekunder yang
ditunjukan lempuyang emprit dari Semarang
dan Yogyakarta mengunkapkan adanya
variasi metabolit dan kadar relative (Gambar
3). Suatu metabolit dapat ditemukan pada
lempuyang emprit dari Semarang tetapi tidak Gambar 3. Kromatogram lempuyang emprit
dengan derivatisasi BSTFA dari
ditemukan pada lempuyang emprit dari
Semarang (A) dan Yogyakarta (B)
Yogyakarta, begitu juga sebaliknya.
Sebelumnya Riyanto (2007)
Keberadaan metabolit berdasarkan kadar
menemukan konstituen utama rimpang
relatifnya terdiri dari senyawa mayor dengan
Zingiber amaricans adalah 2,6,9
kadar relatif (>5%) dan senyawa minor
humulatrien-8-satu (zerumbon), dan
dengan kadar relatif kecil (<5%)(Faizah,
konstituen kecil adalah campuran phytosterol
2012). Dari identifikasi yang terungkap
terdiri β-sitosterol, kolesterol, campesterol
ditemukan variasi metabolit dari tiap-tiap
dan stigmasterol, sementara itu Sukari et al
daerah. Suatu senyawa metabolit dapat
(2008) mengidentifikasi kandungan kimia
ditemukan dalam suatu sampel, namun tidak
dari rimpang Zingiber amaricans dengan
ditemukan pada sampel yang lain, begitu
GC-MS didapatkan sesquiterpen
juga sebaliknya. Selain itu juga terdapat
teroksigenasi dengan komponen utamanya
perbedaan tingkat metabolit. Hal ini mungkin
adalah zerumbon (40,7%), komponen lainnya
terjadi karena beberapa alasan seperti tingkat
adalah ester aromatik, benzil heptanoat
analit rendah (<0,05-1%) dan juga puncak
(23,5%), monoterpen (8,2%), monoterpen
tumpang tindih. Selain itu beberapa
teroksigenasi (10,6%). Namun pada
penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor
penelitian ini ditemukan juga senyawa-
seperti iklim, zat polutan buatan, dan
senyawa asam, caryophyllene oxide,
kompetisi dengan spesies lain dapat
kolesterol, alpha-Humulen, valerianol,
mempengaruhi pembentukan senyawa
myrtenol, skvalen, dan zerumbon. Zerumbon
sekunder (Harborne, 1988). Sementara itu

163
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

menurut Saifudin et al., (2011) faktor Penetapan Kadar Zerumbon


genetik, lingkungan tempat tumbuh, menggunakan GC-MS
penambahan bahan pendukung pertumbuhan, Penetapan kadar zerumbon dilakukan
waktu panen, penanganan pasca panen dapat dengan membuat beberapa seri konsentrasi
mempengaruhi kualitas dan kwantitas (Gambar 4).
metabolit sekunder, lanjutnya teknologi
ekstraksi, teknologi pengentalan dan 1400000
pengeringn ekstrak, serta cara penyimpnan 1200000
ekstrak merupakan faktor penentu mutu 1000000
ekstrak. 800000
600000
400000
Tabel 2. Waktu retensi, keberadaan metabolit,
200000
dan level konsentrasi ekstrak
0
lempuyangemprit dari Semarang dan 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Yogyakarta % b/v
Keberad Level
RT ± SD aan konsetra
(n = 3)
Metabolit metabolit si Gambar 4. Regresi linier seri kadar vs luas
S Y S Y area
5,25 ± 0,01 Asam Butanoat - + - 2
5,50 ± 0,01 Asam Laktat + + 2 2
10,37 ± 0,00 Gliserin - + - 2 Kurva baku yang diperoleh adalah Y=
12,57 ± 0,00 α-Humulen + + 2 2 2.107x – 355625, dengan R2= 0,9967. Hasil
13,37 ± 0,00 Asam Malat - + 2 2
13,42 ± 0,00 Asam Malonat + - 1 - persamaan regresi linier digunakan untuk
14,29 ± 0,00 β-Selinen - + - 2 mengetahui kadar rata-rata zerumbon yang
14,42 ± 0,00 Kariopilen Oksid - + - 2 terkandung dalam ekstrak etanol lempuyang
15,21 ± 0,00 γ-Hidroksibutirat + - 2 -
15,59 ± 0,00 Valerianol + + 2 2 emprit yang diperoleh dari Semarang dan
15,69 ± 0,00 Myrtenol - + 2 - Yogyakarta dengan replikasi 2 kali. Pada
15,84 ± 0,00 Zerumbon + + 3 3
16,24 ± 0,00 Linalool Oksid + + - 2
preparasi sampel, sampel tidak mendapat
17,47 ± 0,00 Asam Miristat + - 2 - perlakuan derivatisasi. Hal ini dikarenakan
19,43 ± 0,01 Asam Palmitat + + 3 2 zerumbon telah memiliki sifat volatilitas
20,95 ± 0,00 Asam Linoleat + + - 2
21,02 ± 0,00 Asam Trans-9- + - 2 - yang baik.
Oktadekenoat Hasil perhitungan kadar zerumbon rata-
21,08 ± 0,01 Asam 11-Cis- + - 2 - rata ekstrak lempuyang emprit dari Semarang
Oktadekenoat
21,27 ± 0,01 Asam Stearat + + 3 - sebesar 24,04% b/b sedangkan kadar rata-
21,72 ± 0,02 Kolesterol-Oleat - + - 2 rata zerumbon pada ekstrak lempuyang
21,86 ± 0,00 Asetilen + - 2 -
22,48 ± 0,00 Skvalen - + 2 -
emprit dari Yogyakarta sebesar 30,32 % b/b.
23,17 ± 0,00 Parterol - + - 2 Muklas (2013) menemukan kadar zerumbon
23,32 ± 0,00 Asam + - 2 - ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit
Dihidroksimaleat
Asam - + - 2 Yogyakarta diperoleh kadar rata-rata sebesar
23,81 ± 0,00
Undekandioat 31,07 %b/b. Menurut Oh et al., (2002)
24,49 ± 0,00 Asam Oksalat + - 2 - variasi senyawa metabolit dipengaruhi faktor
Asam - + - 2
25,58 ± 0,00
Hidroksimalonat lingkungan, diferensial gen, dan faktor
25,64 ± 0,00 Hidrat Glyoxalat + - 2 - interinsik seperti ketersediaan nutrisi. Variasi
27,04 ± 0,00 Tetradekametil + - 2 -
hexasiloksan
ekspresi gen dapat juga menyebabkan variasi
28,85 ± 0,00 Asam + - 2 - dalam konsentrasi metabolit (Mahdi et al.,
Merkaptoasetat 2010).
31,26 ± 0,00 Asam Mandelat + - 2 2
33,59 ± 0,01 Kolesterol - + - 2
34,52 ± 0,02
Asam + - 1 2 5. SIMPULAN
Hidroksimalonat
Keterangan: S: Semarang, Y: Yogyakarta; (+) ada metabolit; a. Analisis profil metabolit sekunder
(-) tidak ada metabolit; (1): level <0,5%; (2): level 0.5-10%; ekstrak lempuyang emprit (zingiber
(3): level >10% amaricans BI.) menggunakan GC-
MS dengan derivatisasi dari dua

164
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

daerah yang berbeda menunjukkan Development, Humana Press, Totowa, hal


adanya variasi metabolit. 317–340
b. Dari analisis kromatogram,
zerumbon merupakan senyawa Fiehn, O., Kopka, J., Dormann, P., Altmann,
mayor. Selain itu ditemukan juga T., Trethewey, R.N., Willmitzer, L., 2000,
senyawa-senyawa asam, alpha- Metabolite profiling for plant functional
Humulen, kariofilen oksida, genomics, Nat. Biotech. 18, 1157–1161
kolesterol, valerianol, myrtenol, dan
skavalen. Harbone, 1988, Introduction Of Ecological
c. Kadar zerumbon rata-rata ekstrak Biochemistry. Edisi Ketiga. London.
lempuyang emprit dari Semarang Academic Press
sebesar 24,04% b/b dan dari
Yogyakarta sebesar 30,32 % b/b. Huang, G. C., Chien, T. Y. Chen, L. G.,
Wang, C. C., 2005, Antitumor effects of
6. REFERENSI zerumbone from Zingiber zerumbet in P-
Abdelwahab, S.I., Abdul A. B, Zain, Z. N., 388D1 cells in vitro and in vivo, Plant Med.
Abdul, A. H, 2012, Zerumbone inhibits 71(3), 219-224
interleukin-6 and induces apoptosis and cell
cycle arrest in ovarian and cervical cancer Keong Y.S., Alitheen, N. B., Mustafa, S.,
cells, International Immunopharmacology, Aziz, S.A, Adul, R, M., Ali, A. M., 2010,
12 (4) : 594-602 Immunomodulatory Effects of Zerumbone
Isolated from Roots of Zingiber
Backer, C. A., and Van Den Brink, R. C. B., zerumbet,Pak J Pharm Sci. 23(1) : 75-82
1965, Flora of Java: Spermatophytes only
Volume 3, N. V. P. Noordhoff-Groningen- Kopka, J., 2006. Current Challenges and
The Netherlands, 45 Developments in GC–MS Based Metabolite
Profiling Technology, Journal of
Ellis, D.I., Dunn, W.B., Griffin, J.L., Biotechnology, 124 : 312–322
Allwood, J.W., Goodacre, R., 2007,
Metabolic Fingerprinting as A Diagnostic Mahdi H.J., Andayani R., Ishak, 2010,
Tool, Pharmacogenomic Review, 8(9), 1243- Metabolic Fingerprinting of Three Malaysian
1266 Ginger (Zingiber officinale Roscoe) Using
Gas Chromatography-Mass Spectromertry,
Desbrosses, G., Steinhauser, D., Kopka, J. & American Journal of Applied Sciences 7 (1):
Udvardi, M., 2005. Metabolome Analysis 17-23, 2010
Using GC-MS, Lotus Japonicus Handbook,
Chapter 4.6, p. 166, Max-Planck-Institute Of Mukhlas, A., 2013, Penentuan Profil
Molecular Plant Physiology, Plant Nutrition Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang
Group, Germany Emprit (Zingiber amaricans Bl.) dan
Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan
Dunn, W.B., Bailey, N.J.C. & Johnson, H.E., Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
2005. Measuring the metabolome:current Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
analytical technologies, Analyst, 130, 606- Muhammadiyah Surakarta
625
Mulyani, S., 2010, Komponen dan anti-
Fancy, S.A., dan Rumpel, K., 2008. GC-MS- bakteri dari fraksi kristal minyak Zingiber
Based Metabolomics, dalam Methods in zerumbet, Majalah Farmasi Indonesia,
Pharmacology and Toxicology: Biomarker 21(3), 178 – 184
Methods in Drug Discovery and

165
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Mursyidi, A., 1989. Analisis Metabolite Somchit, M. N., 2012, Zerumbone Isolated
Sekunder. PAU Bioteknologi Universitas from Zingiber zerumbet Inhibits Inflamation
Gajah Mada, Yogyakarta, hal 1–7, 71–81 an Pain in Rats, Juornal of Medicinal Plants
Research, 6 (2): 117-180
Oh, M.K., Rohlin, L., Kao K.C., Liao, J.C.,
2002. Global expression profiling of acetate- Sukari, M. A., Sharif, N. W. M., Yap, A. L.
grown Escherichia coli. J. Biol. Chem., 277: C., Tang, S. W., Noeh, B. K., Rahman M., et
1375-1383 al., 2008, Chemical Constituents Variatiosns
of Essential Oils from Rhizomes of Four
Riyanto, S., 2007, Identification Of Isolated Zingiberaceae Species, The Malaysian
Compounds From Zingiber amaricans Bl. Journal of Analytical Sciences, 12 (3): 638-
Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 – 96 644
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk
Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. Tjitrosoepomo dan Gembong, 1989,
442-443 Taksonomi Tumbuhan obat-obatan, hal. 113,
130, 394, 421-423, hal. 113, 130, 394, 421-
Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, H. Y., 423, Yogyakarta, UGM Press
2011, Standardisasi Bahan Obat Alam,
Yogyakarta, Graha Ilmu Villas-Boâs, S.G., Mas,S., Akesson, M.,
Smedsgaars, J. & Nielsen, J., 2005. Mass
Schauer, N., Steinhauser, D., Strelkov, S., Spectrofotometry in Metabolome Analysis,
Schomburg, D., Allison, G., Moritz, T.,et al., Mass Spectrofotometry Review, 24, 613-646
2005, GC–MS libraries for the rapid
identification of metabolites in complex Want, E. J., Cravatt, B. F., Siuzdak, G., 2005,
biological samples, FEBS Letters, 579, The Expanding Role of Mass Spectrometry
1332–1337 in Metabolite Profiling and Characterization,
ChemBioChem, 6, 1941-1951.

166

View publication stats

You might also like