Professional Documents
Culture Documents
18 DediHanwar PDF
18 DediHanwar PDF
net/publication/281456198
CITATIONS READS
0 2,571
7 authors, including:
Broto Santoso
Universitas Muhammadiyah Surakarta
26 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
I had finished to study anti hyperuricemic properties of some Indonsesian plants View project
All content following this page was uploaded by Dedi Hanwar on 04 September 2015.
Dedi Hanwar1, Andi Suhendi2, Ika Trisharyanti3, Broto Santoso4, Meisa Safitri5, dan Haryoto6
1-6
Fakultas Farmasi, Universitas MuhammadiyahSurakarta
1
email: dedi.hanwar@ums.ac.id
2
email: andi.suhendi@ums.ac.id
3
email: kyandika@yahoo.com
4
email: broto.santoso@ums.ac.id
5
email: meisafitri@ymail.com
6
email: har254@ums.ac.id
Abstract
Lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl) is one of the plants species that contain secondary
metabolites that are important in diseases treatment. This study was conducted to determine the
secondary metabolites contained in the ethanol extract of lempuyang emprit from two regions
(Semarang and Yogyakarta) after derivatized and determine its zerumbone level. Metabolite
profile analysis performed by gas chromatography with mass spectroscopy detector, split
injection system, and helium as the mobile phase at a constant rate of 3.0 mL/min and
derivatized with BSTFA (N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid). While zerumbone levels
determined by the same method but without derivatization. The results showed that there were
differences in secondary metabolite profiles of ethanol extract of lempuyang emprit from
Semarang and Yogyakarta, and the zerumbone levels also differ in the two extracts were
24.04% w/w (Semarang) and 30.32% w/w (Yogyakarta).
158
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
159
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015
160
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
Riyanto (2007) pada penelitian ini belum selektif dan merupakan agen pilihan untuk
memberikan pemisahan yang baik. gugus amino (Rohman, 2009).
Optimasi selanjutnya menggunakan Analisis profil metabolit Z. amaricans
metode yang dilakukan oleh Mulyani (2010) menggunakan GC-MS dengan derivatisasi
terhadap fraksi kristal minyak Zingiber BSTFA dilakukan dengan pemanasan pada
zerumbet dimana suhu injektor diprogram suhu 60o-70oC. BSTFA merupakan derivat
280o C, suhu kolom diprogram 70° (5 menit) yang memiliki keunggulan yaitu merupakan
– 270° C (15 menit) dengan kenaikan suhu derivat yang mampu menderivatisasi banyak
diatur 10o C/menit. Kecepatan gas pembawa analit. Adapun pemanasan pada proses
3,0 mL/menit. Penerapan metode ini derivatisasi ditujukan untuk memastikan
memberikan hasil pemisahan yang cukup kelarutan metabolit sekunder seperti amina
baik (Gambar 1). sekunder, alkohol tersier, dan amida.
Senyawa-senyawa tersebut memiliki gugus
fungsional yang sukar diderivatisasi sehingga
A memerlukan pemanasan. Identifikasi dan
isolasi Zingiber amaricans Bl. dengan GC-
MS yang dilakukan oleh Riyanto (2007)
mengunkapkan bahwakomponen utama
Zingiber amaricans Bl. adalah zerumbon,
selain itu dia juga menemukan komponen
kecil lainnya berupa campuran phytosterol
yaitu Cholesterol, Campesterol,
Stigmasterrol, β-Sitosterol. Analisis dengan
B derivatisasi pada penelitian ini
mengungkapkan pula senyawa-senyawa lain
seperti senyawa-senyawa asam, kolesterol,
karipilen oksid, alpha-Humulen, valerianol,
myrtenol, skavalen, dan zerumbon sebagai
senyawa mayor.
161
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015
Metabolit dengan kadar relatif tinggi Analisis terhadap ekstrak etanol rimpang
seperti zerumbon dan asam palmitat selalu lempuyang emprit dilakukan hanya pada
muncul pada kromatogram baik tanpa lempuyang emprit asal Semarang. Analisis
maupun dengan derivatisasi, tetapi metabolit- ini ditujukan untuk membandingkan profil
metabolit dengan kadar relatif yang rendah metabolit yang mendapat perlakuan tanpa
tidak selalu muncul. Analisis ekstrak dan dengan derivatisasi. Analisis diamati
rimpang lempuyang emprit tanpa derivatisasi pada integrationarea 150.000. Didapatkan 9
tidak dapat mengungkapkan metabolit- metabolit tanpa derivatisasi dan 22 metabolit
metabolit asam dengan baik. Senyawa- dengan derivatisasi yang dapat teridentifikasi
senyawa asam memiliki sifat polar dimana (Tabel 1).
senyawa yang memiliki sifat polar memiliki Analisis terhadap sampel dengan
sifat volatilitas yang kurang baik sehingga derivatisasi mampu mengungkapkan
pada sampel tanpa derivatisasi tidak dapat metabolit-melabolit asam dan kolesterol yang
162
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
sebelumnya tidak muncul pada kromatogram merupakan senyawa mayor. Senyawa mayor
tanpa derivatisasi. Selain senyawa asam yang inilah yang akan menjadi senyawa marker
memiliki sifat volatilitas yang buruk pada rimpang lempuyang emprit (Tabel 2).
sehingga sulit dilakukan identifikasi dengan
GC, kolesterol juga memiliki kendala untuk
dilakukan identifikasi menggunakan GC.
A
Kolesterolmerupaka senyawa yang sulit
terdektesi oleh GC. Derivatisasi mampu
meningkatkan deteksi dari kolesterol
(Rohman, 2009). Derivatisasi sililasi mampu
memperbaiki sifat-sifat senyawa asam dan
meningkatan deteksi pada senyawa kolesterol
sehingga cocok untuk dilakukan analisis
dengan GC. Kolesterol muncul pada profil
metabolit sekunder lempuyang emprit dari
Yogyakarta.
Analisis terhadap ekstrak etanol
rimpang lempuyang emprit dari dua daerah B
yang berbeda yaitu Semarang dan
Yogyakarta diamati pada integrationarea
150.000 mengungkapkan sekitar 19-22
variasi metabolit dan kadar relatif yang dapat
terdeteksi oleh GC-MS.
Profil metabolit sekunder yang
ditunjukan lempuyang emprit dari Semarang
dan Yogyakarta mengunkapkan adanya
variasi metabolit dan kadar relative (Gambar
3). Suatu metabolit dapat ditemukan pada
lempuyang emprit dari Semarang tetapi tidak Gambar 3. Kromatogram lempuyang emprit
dengan derivatisasi BSTFA dari
ditemukan pada lempuyang emprit dari
Semarang (A) dan Yogyakarta (B)
Yogyakarta, begitu juga sebaliknya.
Sebelumnya Riyanto (2007)
Keberadaan metabolit berdasarkan kadar
menemukan konstituen utama rimpang
relatifnya terdiri dari senyawa mayor dengan
Zingiber amaricans adalah 2,6,9
kadar relatif (>5%) dan senyawa minor
humulatrien-8-satu (zerumbon), dan
dengan kadar relatif kecil (<5%)(Faizah,
konstituen kecil adalah campuran phytosterol
2012). Dari identifikasi yang terungkap
terdiri β-sitosterol, kolesterol, campesterol
ditemukan variasi metabolit dari tiap-tiap
dan stigmasterol, sementara itu Sukari et al
daerah. Suatu senyawa metabolit dapat
(2008) mengidentifikasi kandungan kimia
ditemukan dalam suatu sampel, namun tidak
dari rimpang Zingiber amaricans dengan
ditemukan pada sampel yang lain, begitu
GC-MS didapatkan sesquiterpen
juga sebaliknya. Selain itu juga terdapat
teroksigenasi dengan komponen utamanya
perbedaan tingkat metabolit. Hal ini mungkin
adalah zerumbon (40,7%), komponen lainnya
terjadi karena beberapa alasan seperti tingkat
adalah ester aromatik, benzil heptanoat
analit rendah (<0,05-1%) dan juga puncak
(23,5%), monoterpen (8,2%), monoterpen
tumpang tindih. Selain itu beberapa
teroksigenasi (10,6%). Namun pada
penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor
penelitian ini ditemukan juga senyawa-
seperti iklim, zat polutan buatan, dan
senyawa asam, caryophyllene oxide,
kompetisi dengan spesies lain dapat
kolesterol, alpha-Humulen, valerianol,
mempengaruhi pembentukan senyawa
myrtenol, skvalen, dan zerumbon. Zerumbon
sekunder (Harborne, 1988). Sementara itu
163
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015
164
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189
165
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015
Mursyidi, A., 1989. Analisis Metabolite Somchit, M. N., 2012, Zerumbone Isolated
Sekunder. PAU Bioteknologi Universitas from Zingiber zerumbet Inhibits Inflamation
Gajah Mada, Yogyakarta, hal 1–7, 71–81 an Pain in Rats, Juornal of Medicinal Plants
Research, 6 (2): 117-180
Oh, M.K., Rohlin, L., Kao K.C., Liao, J.C.,
2002. Global expression profiling of acetate- Sukari, M. A., Sharif, N. W. M., Yap, A. L.
grown Escherichia coli. J. Biol. Chem., 277: C., Tang, S. W., Noeh, B. K., Rahman M., et
1375-1383 al., 2008, Chemical Constituents Variatiosns
of Essential Oils from Rhizomes of Four
Riyanto, S., 2007, Identification Of Isolated Zingiberaceae Species, The Malaysian
Compounds From Zingiber amaricans Bl. Journal of Analytical Sciences, 12 (3): 638-
Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 – 96 644
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk
Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. Tjitrosoepomo dan Gembong, 1989,
442-443 Taksonomi Tumbuhan obat-obatan, hal. 113,
130, 394, 421-423, hal. 113, 130, 394, 421-
Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, H. Y., 423, Yogyakarta, UGM Press
2011, Standardisasi Bahan Obat Alam,
Yogyakarta, Graha Ilmu Villas-Boâs, S.G., Mas,S., Akesson, M.,
Smedsgaars, J. & Nielsen, J., 2005. Mass
Schauer, N., Steinhauser, D., Strelkov, S., Spectrofotometry in Metabolome Analysis,
Schomburg, D., Allison, G., Moritz, T.,et al., Mass Spectrofotometry Review, 24, 613-646
2005, GC–MS libraries for the rapid
identification of metabolites in complex Want, E. J., Cravatt, B. F., Siuzdak, G., 2005,
biological samples, FEBS Letters, 579, The Expanding Role of Mass Spectrometry
1332–1337 in Metabolite Profiling and Characterization,
ChemBioChem, 6, 1941-1951.
166