You are on page 1of 24
Salinan Menimbang ‘Mengingat BUPATI BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Badan Permusyawaratan Desa; 1. 2. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah — Kabupaten/Kota Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 9) scbagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan _‘Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 2- 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 7. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO Menetapkan dan BUPATI BOJONEGORO MEMUTUSKAN: : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bojonegoro. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. 3. Bupati adalah Bupati Bojonegoro. 10. fi: 12. 3 - Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan Desa dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Kepala Desa adalah Pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyclenggarakan rumah tangga desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemcrintah Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya discbut APBDesa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Musyawarah Desa adalah musyawerah antera BPD, pemerintah desa dan unsur masyaraket yang diselenggarakan oleh BPD untuk menycpakati hal yang bersifat strategis. Pengisian Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa adalah proses pengisian anggota Badan Permusyawaratan Desa secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan. Panitia Pengisian Anggota Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disebut Panitia Pengisian Anggota BPD adalah panitia yang dibentuk oleh Kepala Desa terdiri dari unsur Perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya, yang bertugas untuk melakukan pengisian anggota Badan Permusyawaratan Desa. BAB Il FUNGSI DAN WEWENANG BPD Pasal 2 BPD mempunyai fungsi: a. b. pelaksanaan pembahasan dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; pelaksanaan pembahasan dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; pelaksanaan penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat Desa; dan pengawasan kinerja Kepala Desa. Pasal 3 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BPD mempunyai wewenang: a. b. c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa; membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa; mengusulkan pengesahan dan pemberhentian Kepala Desa; meminta laporan tahunan Kepala Desa atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa; menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan menyusun tata tertib BPD. BAB Ill PEMBENTUKAN BPD Bagian Kesatu Umum Pasal 4 ‘Anggota BPD adalah merupaken wakil dari penduduk Desa bersangkutan, berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. (a) 2) a (2) Pasal 5 Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan keterwakilan wilayah, perempuan, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang ditentukan berdasarkan jumlah penduduk Desa, dengan ketentuan: a. jumlah penduduk sampai dengan 3000 jiwa, sebanyak 5 (lima) orang anggota; b. 3001 sampai dengan 5000 jiwa, sebanyak 7 (tujuh) orang anggota; c. diatas 5000 jiwa, sebanyak 9 (sembilan) orang anggota. Bagian Kedua Panitia Pengisian Anggota BPD Pasal 6 Pengisian keanggotaan BPD dilaksanakan secara demokratis melalui: a, pemilihan secara langsung; atau b. musyawarah perwakilan, Dalam rangka proscs pengisian keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa mengadakan Musyawarah Desa untuk membentuk Panitia Pengisian Anggota BPD dan menetapkan wilayah keterwakilan serta kuota keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (3) (4) (8) (6) m (8) 9) iB ew Panitia Pengisian Anggota BPD scbagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai tugas: a. menerima pendaftaran bakal calon anggota BPD; b, melakukan pemeriksaan persyaratan bakal calon dan menetapkan bakal calon menjadi calon anggota BPD; c. melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggotan BPD; d. mengumumkan kepada publik terkait dengan calon anggota BPD yang telah ditetapkan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat; ©. mclaksanaken pendaftaran pemilih dan pengesahan daftar pemilih sementara maupun daftar pemilih tetap; f. melaksanakan pemilihan calon anggota BPD; g. _menetapkan besarnya biaya pemilihan; dan h. membuat berita acara pemilihan dan melaporkan pelaksanaan pemilihan calon anggota BPD kepada Kepala Desa. Musyawarah Desa scbagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh: BPD, Perangkat Desa, Ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat dan perwakilan kelompok masyarakat setempat. Penetapan wilayah keterwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berdasarkan Dusun atau Rukun Warga sesuai kondisi Desa masing-masing dengan tetap memperhatikan keterwakilan secara proporsional dan merata. Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur: Perangkat Desa dan unsur masyarakat lainnya dengan jumlah anggota paling sedikit 9 (sembilan) orang paling banyak 15 (lima belas) orang dan komposisi yang proporsional serta dengan memperhatikan keterwakilan wilayah. Kepala Desa dan BPD dilarang menjadi anggota Panitia Pengisian Anggota BPD. Susunan Panitia Pengisian Anggota BPD dipilih dari dan oleh anggota Panitia Pengisian Anggota BPD dengan difasilitasi Kepala Desa, sebagai berikut: a. Ketua merangkap angota; b. Wakil Ketua merangkap anggota; c. Sekretaris merangkap anggota; dan d. Anggota. Panitia Pengisian Anggota BPD tidak dapat dicalonkan menjadi anggota BPD, dan apabila dicalonkan menjadi anggota BPD, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari kepanitiaan dan digantikan dari unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (4). (10) Panitia Pengisian Anggota BPD sudah harus melaksanakan tugasnya paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dilantik oleh Kepala Desa. (11) Panitia Pengisian Anggota BPD bertanggung jawab kepada Kepala Desa. (12) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan Panitia Pengisian Anggota BPD, jadwal sosialisasi, pendaftaran, dan musyawarah pada tingkat keterwakilan wilayah diatur dengan Peraturan Bupati. 6 - Bagian Ketiga Penetapan Bakal Calon Anggota BPD Pasal 7 (1) Panitia Pengisian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) melakukan penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka waktu 6 (cnam) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir. (2) Panitia Pengisian Anggota BPD menetapkan calon anggota BPD yang jumlahnya sama atau lebih dari anggota BPD yang dibutuhkan dan dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir. Bagian Keempat Persyaratan Pemilih dan Calon Anggota BPD Pasal 8 Yang dapat memilih dalam pemilihan anggota BPD adalah Kepala Keluarga yang terdaftar sebagai warga Desa setempat. Pasal 9 Kepala Keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pada saat pemilihan sudah berusia 17 (tujuh belas) atau sudah pernah menikah. Pasal 10 Yang dapat menjadi calon anggota BPD adalah: a. b. ce Warga Negara Republik Indonesia; bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinncka Tunggal Ika; terdaftar sebagai penduduk Desa dan berdomisili di Desa yang bersangkutan paling singkat 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dengan tidak terputus-putus; berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah menikah; berpendidikan paling rendah tamat Sckolah Menengah Pertama atau sederajat; berbadan sehat dan bebas narkoba; bukan sebagai Perangkat Desa; memiliki komitmen yang kuat untuk memikirkan kehidupan bersama dan memajukan Desa; dan bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD. Bagian Kelima Pengisian Keanggotaan BPD Melalui Pemilihan Langsung Paragraf 1 Umum Pasal 11 (1) Pemilihan keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, dilaksanakan oleh Kepala Keluarga yang mempunyai hak pilih den dilaksanakan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD. (2) Setiap Kepala Keluarga yang telah ditetapkan sebagai pemilih, wajib hadir dan tidak boleh diwakilkan penggunaan suaranya kepada siapapun dan dengan alasan apapun. (2) Pemilihan keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh BPD, Panitia Pengisian Anggota BPD, dan calon anggota BPD yang berhak dipilih. (4) Pemilihan dilaksanakan dengan cara mencoblos surat suara yang memuat foto calon anggota BPD yang berhak dipilih. (5) Apabila sampai batas waktu pemilihan berakhir/ditutup, berapapun jumlah pemilih yang hadir telah menggunakan suaranya, maka pemilihan dianggap sah. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 12 (1) Untuk kelancaran pelaksanaan pengisian keanggotaan BPD, Panitia Pengisian Anggota BPD menyediakan: a.papan pengumuman yang memuat nama-nama calon Anggota BPD yang berhak dipilih sesuai penetapan Panitia Pengisian Anggota BPD; b. surat suara yang memuat foto calon Anggota BPD yang berhak dipilih yang telah ditanda tangani oleh Ketua Panitia Pengisian Anggota BPD sebagai tanda surat suara yang sah; c. kotak suara, bilik suara, alat coblos disesuaikan dengan kebutuhan; dan d. papan tulis untuk menghitung perolehan suara. (2) Bentuk dan model kotak suara, bilik suara, surat suara, alat coblos, dan perlengkapan pemilihan lainnya ditentukan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD. Paragraf 2 Teknis Pelaksanaan Pemungutan Suara Pasal 13 Sebelum melaksanakan pemungutan suara Panitia Pengisian Anggota BPD membuka kotak suara dan memperlihatkan kepada para pemilih bahwa Kotak suara dalam kcadaan kosong serta menutupnya kembali, mengunci, dan menyegel dengan menggunakan kertas yang dibubuhi cap atau stempel Panitia Pengisian Anggota BPD. ie} (2) (y (2) (3) Pasal 14 Pemilih yang hadir diberikan selembar surat suara oleh Panitia Pengisian Anggota BPD sesuai urutan kehadiran. Setelah menerima surat suara, pemilih memeriksa atau meneliti dan apabila surat suara dimaksud dalam keadaan cacat atau rusak, pemilih berhak menycrahkan kembali surat suara yang rusak kepada panitia dan panitia mengganti dengan surat suara yang baru. Pasal 15 Pencoblosan surat suara dilaksanakan di bilik suara dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD. Pemilih yang keliru mencoblos surat suara diberikan surat suara baru sebanyak 1 (satu) kali setelah menyerahkan surat suara yang keliru kepada Panitia Pengisian Anggota BPD. Setelah surat suara dicoblos, pemilih melipat kembali kartu suara dan memasukkan surat suara kedalam ketak suara yang telah disediakan. Paragraf 3 Pelaksanaan Penghitungan Suara Pasal 16 Setelah waktu pemungutan suara berakhir dan pemilih telah menggunakan hak pilih, panitia pemilihan melakukan penghitungan surat suara secara terbuka dihadapan para calon anggota BPD dan masyarakat. q@) (2) Pasal 17 Panitia Pengisian Anggota BPD membuka kotak suara dan menghitung surat suara. Setiap lembar surat suara diteliti satu persatu untuk mengetahui suara yang diberikan kepada calon yang berhak dipilih dan kemudian panitia pemilihan membaca nama calon yang dicoblos/dipilih serta mencatatnya dipapan tulis yang ditempatkan sedemikian rupa schingga dapat dilihat dengan jelas oleh semua pemilih yang hadir. Pasal 18 Calon terpilih adalah calon dari masing-masing keterwakilan wilayah yang memperoleh suara terbanyak pertama sampai dengan di bawahnya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Bagian Keenam Pengisian Keanggotaan BPD Melalui Musyawarah Perwakilan Paragraf 1 Umum Pasal 19 Pemilihan keanggotaan BPD scbagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, dilaksanakan melalui proses musyawarah perwakilan oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih. a) (2) QQ) (2) (3) q) Pasal 20 Calon Anggota BPD diusulkan melalui Musyawarah Desa yang dilaksanakan oleh unsur-unsur masyarakat yang terdiri dari: a. tokoh adat; b. tokoh agama; c. tokoh masyarakat; d. tokoh pendidikan; e. perwakilan kelompok tanis f. perwakilan kelompok nelayan; g. perwakilan kelompok perajin; h. perwakilan kelompok perempuan; i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan jj. perwakilan kelompok masyarakat miskin. Calon Anggota BPD yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing dua orang dan apabila jumlah calon yang diusulkan masih kurang dari jumlah yang ditentukan maka setiap kelompok organisasi dapat mengusulken tambahan calon masing-masing 1 (satu) orang. Pasal 21 Calon Anggota BPD yang diusulkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 oleh Panitia Pengisian Anggota BPD didaftar dan diseleksi persyaratan administrasi. Hasil pendaftaran dan hasil seleksi scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dalam daftar calon anggota BPD. Hasil seleksi Calon anggota BPD yang telah dilakukan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD dilaporkan kepada BPD untuk ditetapkan sebagai Calon yang berhak dipilih dengan keputusan BPD. Paragraf 2 Mckanisme Musyawarah Pasal 22 Panitia Pengisian Anggota BPD memfasilitasi pelaksanaan musyawarah pembentukan BPD di masing-masing wilayah keterwakilan. - 10 - (2) Apabila dusun ditetapkan sebagai wilayah keterwakilan maka dalam musyawarah tersebut menghadirkan seluruh Kepala Keluarga, wakil dari kepengurusan RT/RW, organisasi_ _kemasyarakatan —_ dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat dan tokoh agama serta kelompok masyarakat dari masing-masing RT/RW. (3) Apabila RW ditetapkan sebagai wilayah keterwakilan, maka dalam musyawarah tersebut menghadirkan seluruh Kepala Keluarga, wakil dari kepengurusan RT, organisasi kemasyarakatan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat dan tokeh agama serta kelompok masyarakat dari masing-masing RT. Pasal 23 (1) Hasil musyawarah pembentukan BPD dari wilayah keterwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dituangkan dalam Berita Acara rapat musyawarah pencalonan Anggota BPD yang ditandatangani oleh Panitia Pengisian Anggota BPD yang memfasilitasi dan dari unsur-unsur peserta musyawarah untuk diusulkan menjadi Calon BPD. (2) Usulan Calon Anggota BPD dari masing-masing wilayah keterwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Desa sebagai bahan rapat musyawarah penetapan Anggota BPD di tingkat Desa. (3) Musyawarah penctapan Anggota BPD dipandu dan dipimpin oleh Kepala Desa dengan difasilitasi Camat atau pejabat yang ditunjuk. Bagian Ketujuh Penetapan Hasil Pemilihan Langsung dan Musyawarah Perwakilan Pasal 24 (1) Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 19 dituangkan dalam Berita Acara tentang penetapan anggota BPD dan disampaikan oleh Panitia Pengisian Anggota BPD kepada Kepala Desa peling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkannya hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan. (2) Hasil pemilihan langsung atau musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Desa dan disampaikan kepada Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditcrimanya hasil pemilihan dari Panitia Pengisian Anggota BPD untuk disahkan olch Bupati. BAB IV PENGESAHAN DAN PENGUCAPAN SUMPAH JANJI ANGGOTA BPD Pasal 25 (1) Pengesahan scbagaimana dimakeud delam Pasal 24 ayat (2) dalam bentuk Keputusan Bupati tentang Pengesahan Anggota BPD. -1- (2) Peresmian Anggota BPD dilaksanakan secara serentak pada hari yang bersamaan dengan saat berakhirnya masa bakti Anggota BPD periode sebelumnya. (3) Anggota BPD yang telah disahkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk, diresmikan oleh Camat atas nama Bupati dengan menghadirkan Kepala Desa beserta Perangkat Desa, ‘Tokoh Masyarakat/Pemuka Agama dari Desa yang bersangkutan. (4) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Camat atas nama Bupati. (5) Susunan kate-kata sumpah/janji anggota BPD dimaksud adalah sebagai berikut : "Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota BPD dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus- lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. BABV HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN Pasal 26 BPD berhak: a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pasal 27 Anggota BPD berhak: mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; mengajukan pertanyaan; menyampaikan usul dan/atau pendapat; memilih dan dipilih; dan mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. eBags ep - 12 - Pasal 28 Anggota BPD wajib: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggel Ika; melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam penyclenggaraan Pemerintahan Desa; menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat Desa; mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; menghormati dan menjaga nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Pasal 29 Anggota BPD dilarang: a b. mone So pm QQ (2) merugikan kepentingan umum, meresahkan masyarakat Desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa; melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; menyalahgunakan wewenang; melanggar sumpah/janji jabatan; merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa; merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan perundangan-undangan; sebagai pelaksana proyek Desa; menjadi Pengurus BUMDesa; menjadi pengurus Partai Politik; dan/atau menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang. BAB VI MASA KEANGGOTAAN BPD Pasal 30 Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut. 16) = BAB VII PEMBERHENTIAN ANGGOTA BPD Pasal 31 Anggota BPD berhenti bersama-sama pada saat BPD yang baru telah disahkan dan diresmikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. q) (2) (3) a) (2) (3) Q) Pasal 32 Anggota BPD berhenti karena: a. meninggal dunia; b, permintaan sendiri; dan c. diberhentikan. Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena: a, berakhir masa keanggotaannya; b. tidak dapat melaksanakan, tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD; dinyatakan melanggar sumpah /janji; tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPD; dan/atau melanggar larangan bagi anggota BPD. ‘Apabila ada anggota BPD yang berhenti sebogaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan Pengganti Antar Waktu (PAW) dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. pe ae Pasal 33 Apabila pimpinan BPD berhenti maka anggota BPD mengadakan musyawarah untuk menentukan pimpinan BPD yang baru. Apabila terjadi anggota BPD berhenti sebelum habis masa jabatannya, digantikan warga masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon anggota BPD hasil pemilihan sesuai urutan jika pelaksanaannya melalui mekanisme pemilihan atau dari wilayah keterwakilan sesuai BPD yang diganti jika mekanismenya melalui musyawarah keterwakilan. Dalam hal tidak terdapat Calon Anggota BPD scbagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dari keterwakilan wilayah lainnya berdasarkan musyawarah BPD bersama Pemerintah Desa. BAB VII SUSUNAN ORGANISASI Pasal 34 Setelah anggota BPD dilantik, paling lama 7 (tujuh) hari harus mengadakan rapat untuk pemilihan pimpinan BPD yang terdiri dari 1 (satu) orang Ketua 1 (satu) orang Wakil Ketua dan 1 (satu) orang Sckretaris. (2) (3) 4 qa) (2) (3) @) a fe Rapat sebagaimana ayat (1) dipimpin olch anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Pimpinan BPD scbagaimana dimaksud ayat (1) dipilih dari dan oleh Anggota BPD sccara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus untuk pemilihan pimpinan BPD. Sckretaris BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain sebagai unsur pimpinan, memimpin Sekretariat BPD dan dapat dibantu oleh staf sesuai kebutuhan yang diangkat oleh Kepala Desa dan bukan dari Perangkat Desa. BAB IX PERATURAN TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA. Bagian Kesatu Peraturan Tata Tertib BPD Pasal 35 Peraturan tata tertib BPD paling sedikit memuat: a, waktu musyawarah BPD; b. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD; c. tata cara musyawarah BPD; d. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD; e. pembuatan berita acara musyawarah BPD; dan £. sanksi. Peraturan tata tertib sebagaimana pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan BPD dan disampaikan kepada Bupati melalui Camat dengan tembusan Kepala Desa. Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. pelaksanaan jam musyawarah; b. tempat musyawarah; c. jenis musyawarah; dan d. daftar hadir anggota BPD. Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. penctapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota hadir lengkap; b. penctapan pimpinan musyawarah apabila Ketua BPD berhalangan hadir; c. penctapan pimpinan musyawarah epabila Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir; dan d. penetapan sccara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD antar waktu. (5) © ” q) (2) (3) « is! = Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD scbagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. tata cara pembahasan Rancangan Peraturan Desa; b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa; c. tatacara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa; dan d. tata cara penampungen atau penyaluran aspirasi masyarakat. Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi: a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa; b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan BPD; c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala Desa; dan d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada Bupati. Pengaturan mengenai penyusunan berita acara BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e meliputi: a. penyusunan notulen rapat; penyusunan berita acara; format berita acara; penandatanganan berita acara; dan ep penyampaian berita acara. Bagian Kedua Mekanisme Kerja Pasal 36 Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa. Musyawarah Desa scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Pimpinan BPD, diikuti oleh Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; perwakilan kelompok tani; perwakilan kelompok pemuda; perwakilan kelompok perajin; Fr oo ao ep perwakilan kelompok perempuan; 4) 6 © (7) (8) qa) (2) (3) (a) (2) = 16: i, perwakilan kelompok pemerhati seni dan budaya; j. perwakilan kelompok masyarakat difabel; k. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan 1. perwakilan kelompok masyarakat miskin. Sclain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah peserta musyawarah yang diundang. Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat dan apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara. Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit % (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta musyawarah yang hadir. Hasil Musyawarah Desa ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilampiri notulen musyawarah yang dibuat olch Sckretaris BPD. BAB X PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 37 Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan melaksanakan sarasehan, anjang sana, temu warga atau bentuk lain sesuai dengan kondisi sosial budaya sctempat. Menerima masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan pertimbangan kebijakan untuk disampaikan Pemerintah Desa. Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa guna peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. BAB XI HUBUNGAN KERJA DENGAN KEPALA DESA DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN Pasal 38 Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan timbal balik dan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan pemcrintehan desa, pembangunan kemasyaralatan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hubungan kerja BPD dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan hubungan konsultatif dan koordinatif. - 17 - BAB XII BIAYA PEMILIHAN, TUNJANGAN, DAN PEMBIAYAAN BPD Bagian Kesatu Biaya Pemilihan Pasal 39 (1) Biaya pengisian Anggota BPD bersumber dari APBDesa. (2) Panitia Pengisian Anggota BPD mengajukan rancangan biaya kepada Kepala Desa yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan Pemerintah Desa. Bagian Kedua ‘Tunjangan dan Pembiayaan BPD Pasal 40 (1) Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Desa (2) Tunjangan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APBDesa. BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 41 Anggota BPD yang ada pada seat ini tetap menjalankan tugas sampai habis masa keanggotaanya. BAB XIV PENUTUP Pasal 42 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, ketentuan Pasal 105 sampai dengan Pasal 131 dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 9 Tahun 2010 tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2010 Nomor 9) dan ketentuan Pasal 44 sampai dengan Pasal 54 dalam Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 66 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Berita Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011 Nomor 66), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 43 Peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. = 48. = Pasal 44 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Dacrah Kabupaten Bojonegoro. Ditetapkan di Bojonegoro pada tanggal 19 April 2016 BUPATI BOJONEGORO, ttd. H.SUYOTO Diundangkan di Bojonegoro pada tanggal 11 Juli 2016 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO ted. SOEHADI MOELJONO BERITA DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016 NOMOR 9. Selinan sesuai dengan aslinya KABUPATEN BOJONEGORO SEKRETARIAT ‘DAES NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO, PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : 119-9/2016. a. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA UMUM Peraturan Daerah ini disusun dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang didasarkan pada asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik serta sejalan dengan asas pengaturan Desa sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta dimaksudkan untuk terciptanya Pemerintahan Desa yang efektif dan efisien demi mewujudkan Desa yang maju, mandiri dan sejahtera. Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan dilaksanakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, maka terdapat beberapa hal yang harus discsuaikan terkait kelembagaan BPD, tidak terkecuali di Kabupaten Bojonegoro. Schingga dalam pelaksaneannya, guna tertib dan terwujudnya kepastian hukum, maka diperlukan penyesuaian kelembagaan BPD yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro Nomor 9 ‘Tahun 2010 tentang Desa, melalui pembentukan Peraturan Daerah ini. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Agar dalam pengisian Anggota BPD dapat demokratis, Pemerintah Desa dapat memilih melalui pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan. Namun yang perlu perhatian adalah peserta harus sama yaitu Kepala Keluarga. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Yang dimaksud dengan ‘kelompok masyarakat setempat” adalah kelompok masyarakat lainnya yang tidak termasuk dalam kriteria unsur yang telah disebutkan (BPD, Perangkat Desa, Ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, dan tokoh masyarakat). Ayat (5) Cukup Jelas. Ayat (6) Yang dimaksud dengan “unsur masyarakat lainnya’ misalnya: Ketua RT/RW, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat dan perwakilan kelompok-kelompok masyarakat setempat. Ayat (7) Cukup Jelas. Ayat (8) Cukup Jelas. Ayat (9) Cukup Jelas. Ayat (10) Cukup Jelas. Ayat (11) Cukup Jelas. Ayat (12) Culup Jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Cukup Jelas. Pasal 8 Kepala Keluarga yang dibuktikan dengan memiliki Kartu Keluarga pada Desa yang bersangkutan. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 13 Culcup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup Jelas. Pasal 17 Ayat (1) Culup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 21 Ayat (1) Culzup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 22 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 24 Ayat (1) Culup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 25 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Culp jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup Jelas. Pasal 30 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 33 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Staf Sekretariat BPD bertugas untuk membantu kelancaran tugas-tugas BPD serta sebagai penghubung antara Pemerintah Desa dengan BPD. Staf Sckretariat BPD mendapatkan penghasilan yang dibebankan pada ABPDesa yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan keuangan Desa Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Pasal 36 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Ayat (7) Cukup jelas. Ayat (8) Cukup jelas. Pasal 37 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 38 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 39 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 40 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas. Pasal 44 Cukup jelas. Qo000000000000000000000

You might also like