Professional Documents
Culture Documents
4955 ID Faktor Sosial Budaya Dalam Praktik Perawatan Kehamilan Persalinan Dan Pasca Pers PDF
4955 ID Faktor Sosial Budaya Dalam Praktik Perawatan Kehamilan Persalinan Dan Pasca Pers PDF
1 / Januari 2007
Chriswardani Suryawati *)
*) Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM Undip dan Program Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Background : Reproductive health is focusing on the reproductive aspect of women which are
considerable problems on sexuality and reproduction, such as ante-natal care, delivery process,
postpartum treatment etc. Maternal mortality rate and infant mortality rate are some indicators
of reproductive health, where in Indonesia those rate are still high rather than some neighboring
countries. Previous research showed that socio-cultural and demographic factors influence
the high maternal and infant mortality rate. The purpose of this study was to describe socio-
cultural aspect towards ante-natal care, delivery process and post –partum treatment among
Javanese.
Method: The design study was observational with cross sectional approach. The research
took place in Jepara Region, Central Java. The population study was women in reproductive
age and total number of the sample was 60 women. Data were collected through questionnaire
using in – depth interview guide. Socio- cultural factors data were gathered through in-depth
interview with health providers, such as doctors, midwives as well as religious people and
community leader.
Results: This study found that the majority of the respondents (96.7%) did antenatal care,
assisted by doctors or midwifes, accompanied by their husband (76.6%), done every month
(48.3%). Midwife is health provider who was mostly chosen by respondents furthermore by
traditional birth attendance (18,4%). The accompanying reasons were the distance between
the home and the location, skill and the complete of the apparatus. Most of the respondent
(93%) accompanied by their husband during birth process. During post- partum period, they
took traditional medicine and also massage. This study found that there is no special food has
been consumed during antenatal and post-partum period. Ritual activities have done such as
mitoni (munari), krayanan (brokohan), resikan (walikan) and kekahan (aqiqah) since
pregnancy until post-partum period.
21
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)
22
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, Kesehatan reproduksi kaum remaja
2001) ditekankan pada kegiatan pendidikan kehidupan
Tingginya angka kematian maternal yang keluarga, pencegahan kehamilan remaja dan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan pencegahan penyakit menular. Sedang pada masa
dipengaruhi oleh faktor- faktor di dalam dan di perkawinan dalam kondisi produktif kesehatan
luar kesehatan / medis. Pelayanan obstetri yang reproduksi yang perlu diupayakan meliputi
tepat guna dan memadai bila tersedia belum perwatan kehamilan, pertolongan persalinan,
menjamin pemanfaatannya oleh masyarakat perawatan bayi baru lahir, perawatan nifas dan
karena adanya hambatan jarak , biaya dan praktek keluarga berencana, dan upaya-upaya
budaya. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat ini sering disebut sebagai safe-motherhood.
dalam pengenalan tanda bahaya dan pencarian Pada masa usia lanjut, kesehatan reproduksi
pertolongan profesional seringkali belum berkaitan dengan upaya skrining keganasan tu-
memadai. Di banyak negara berkembang masih mor dan menopause (Muhammad, 1996).
ditemukan hambatan akses yaitu berupa Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan
ketidakberdayaan wanita dalam pengambilan kondisi lingkungan (kondisi geografis)
keputusan sementara peran suami, ibu atau berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi.
mertua sangat dominan dan banyak faktor lain Situasi budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini
yang menyebabkan keterlambatan dalam memang tidak kondusif untuk help seeking be-
rujukan. havior dalam masalah kesehatan reproduksi di
Secara umum dikenal tiga jenis terlambat Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini
yaitu :1).terlambat dalam mengambil keputusan dikemukakan berdasarkan realita, bahwa
merujuk yang merupakan langkah pertama untuk masyarakat Indonesia pada umumnya sudah
menyelamatkan ibu yang mengalami komplikasi terbiasa menganggap bahwa kehamilan
obstetri, 2). terlambat dalam mencapai fasilitas merupakan suatu hal yang wajar yang tidak
kesehatan yang dipengaruhi oleh jarak, memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan
ketersediaan dan efisiensi sarana trasnportasi pula tentang pengetahuan dan pemahaman
serta biayanya, 3). terlambat dalam memperoleh masyarakat tentang pentingnya antenal care dan
pertolongan di fasilitas kesehatan yang pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya.
dipengaruhi oleh beberapa faktor : jumlah dan Tingginya angka kematian bayi dan ibu
ketrampilan tenaga kesehatan, ketersediaan bersalin serta faktor penyebabnya baik dari segi
peralatan, obat, transfusi darah dan bahan habis kesehatan/ medis maupun diluar kesehatan
pakai serta manajemen dan kondisi fasilitas mendorong penulis untuk meneliti bagaimanakah
pelayanan (Depkes RI, 1999). praktek perawatan kehamilan, persalinan dan
Proses reproduksi berawal dari sebelum nifas serta deskripsi sosial budayanya. Karena
terjadi konsepsi, sebelum terjadi pembuahan oleh luasnya bidang kajian kesehatan reproduksi
sperma terhadap sel telur, kemudian terjadi maka dalam tulisan ini dibatasi pada masa
konsepsi, hamil, lahir, bayi, remaja, usia produktif kehamilan yaitu perawatan kehamilan, kelahiran
dan usia lanjut. Dengan demikian kesehatan (persalinan) bayi dan masa nifas (perawatan
reproduksi dimulai sejak masa remaja hingga usia nifas).
lanjut (Muhammad, 1996). Untuk menjamin Laporan penelitian ini merupakan sebagian
terjadinya kesehatan reproduksi yang optimal dari penelitian Perilaku Kesehatan Wanita Usia
perlu pelayanan kesehatan reproduksi yang Subur di Kabupaten Jepara yang dilakukan oleh
berkesinambungan, sejak remaja hingga usia Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga
lanjut. Penelitian Universitas Diponegoro.
23
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)
24
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Tabel 1. Deskripsi Responden Penelitian
responden (93,4%) menyatakan suami mereka Latar belakang sosial budaya di Kecamatan
berpartisipasi dalam menyambut persalinan bayi Bangsri dan Kabupaten Jepara adalah
mereka. masyarakat suku Jawa. Pada masyarakat Jawa
4. Praktik perawatan nifas yang menganut pola garis keturunan patrilineal
Dalam hal praktek perawatan selama masa maka dalam adat kebiasaan keluarga, peranan
nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan suami / ayah sangat berpengaruh. ayah / suami
sekitar 35- 40 hari) beberapa data dapat sebagai kepala rumah tangga adalah perantara
dipaparkan. Minum jamu yang merupakan dalam penentuan nasib termasuk yang menguasai
kebiasaan sebagian masyarakat suku Jawa juga sumber-sumber ekonomi keluarga (Herkovits
dilakukan oleh hampir semua responden saat dalam Susilowati, 2001).
nifas. Hanya satu orang (1,7%) yang dengan jujur Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan
menyatakan melakukan hubungan seksual saat kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa
nifas, walaupun ini tidak dianjurkan oleh yang penting dalam siklus hidup manusia. Oleh
kesehatan dan juga agama (Islam). Selama masa karena itu ibu dan keluarga melakukan
nifas sebagian responden (41,7%) berpantang serangkaian aktivitas ritual untuk menyambutnya.
mengkonsumsi daging dan ikan. Pijat badan Faktor kekerabatan (suami, orang tua, nenek)
untuk mengembalikan kebugaran tubuh setelah masih memberikan peran yang penting dalam
bersalin dilakukan oleh 83,3% responden. tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan
5. Deskripsi kondisi sosial budaya kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik
setempat dalam memberikan nasehat (karena mereka
Masyarakat memiliki kebudayaan yang sudah berpengalaman menjalani peristiwa
mencakup aturan – aturan, norma – norma, tersebut) maupun pengambilan keputusan siapa
pandangan hidup yang dijadikan acuan dalam penolong persalinan dan sarana pelayanan
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat. apakah yang akan dipergunakan.
25
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)
Selama kehamilan, biasanya si ibu akan tidak dibenarkan apalagi kalau makanan tersebut
melakukan berbagai upaya agar bayi dan ibunya bergizi. Selama kehamilan juga ada pantangan
sehat dan dapat bersalin dengan selamat, nor- yang harus diperhatikan ibu dan bapak misal:
mal dan tidak cacat. Sebagian masyarakat masih tidak boleh menyiksa atau membunuh binatang
berpantang makan makanan tertentu seperti dan tidak boleh mengejek orang yang cacat
udang atau kepiting dan buah nanas, walaupun supaya si bayi dapat lahir dengan selamat dan
menurut kesehatan pantangan makanan tertentu tidak cacat. Terutama keluarga dengan tingkat
26
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Tabel 3. Praktek Persalinan
pendidikan yang cukup tinggi, seiring dengan ketan berwarna kuning yang diibaratkan cahaya
kemajuan jaman sudah banyak yang tidak sebagai simbol bahwa pada usia kehamilan
mempercayainya begitu juga dengan sebagian ketujuh si janin sudah mempunyai roh atau
responden penelitian. nyawa. Acara munari ini seringkali dilengkapi
Informan/ responden dari tokoh masyarakat, dengan upacara seperti halnya mitoni yaitu si ibu
tokoh agama dan PLKB menjelaskan bahwa ganti kain tujuh kali, memecahkan kelapa gading
sebagian besar masyarakat di Kabupaten Jepara yang berukir gambar tokoh wayang Dewa
masih memperingati upacara 7 bulan bayi dalam Kamajaya dan Dewi Kamaratih (dua dewa /
kandungan khususnya bagi anak pertama, dewi dalam pewayangan yang terkenal
termasuk sebagian besar responden ibu yang ketampanan dan kecantikannya) dengan harapan
telah diwawancarai. Di daerah lain pada suku si bayi nantinya akan tampan seperti Dewa
Jawa upacara tersebut disebut mitoni, Kamajaya dan cantik seperti Dewi Kamaratih.
sedangkan di Kabupaten Jepara disebut Upacara ini seringkali dipimpin oleh dukun bayi
munari. Munari merupakan upacara selamatan atau orang yang dituakan di dalam keluarga
dengan nasi tumpeng yang puncaknya adalah nasi tersebut. Di dalam upacara tersebut suami harus
27
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)
28
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
dan dikuburkan di depan rumah/ teras serta sisi lain mereka mengupayakan peningkatan
diterangi sentir/ teplok (lampu minyak) pada peran bidan dan bidan di desa (BDD) tetapi
malam hari. Pelaku dari semua upacara ini adalah mengusahakan agar tidak lahir dukun bayi baru
suami dari istri yang baru saja melahirkan. karena adanya target cakupan tertentu dari ANC
Berdasarkan pengamatan penulis di depan rumah dan persalinan oleh tenaga kesehatan serta
beberapa rumah responden ,yang kebetulan baru eliminasi tetanus neonatorum (ETN) yang harus
beberapa hari melahirkan, terdapat gundukan diupayakan menjadi angka nol. Pemotongan dan
tanah yang ditutupi dengan pagar dari bambu dan perawatan tali pusat yang tidak bersih dan steril
diberi lampu minyak dan mereka menjelaskan merupakan salah satu penyebab utama adanya
bahwa plasenta bayi telah mereka kuburkan di tetanus neonatorum. Dukun yang belum dilatih
situ. seringkali melakukan pemotongan dan perawatan
Di daerah Jepara dikenal upacara krayanan tali pusat secara tidak higienis seperti diberi kunyit
atau brokohan atau selapanan yaitu upacara atau apu (kapur gamping yang basah), tetapi saat
pada saat bayi berusia 35 hari untuk memberi ini hal tersebut hampir tidak pernah ditemui
nama bayi dengan cara berdoa bersama dan karena semua dukun bayi di desa lokasi penelitian
bancakan atau selamatan dengan nasi urap / sudah dilatih oleh Puskesmas.
sego gudangan rambanan reno pitu. Nuansa Islam yang cukup kuat di daerah
Bersamaan dengan upacara krayanan tersebut Jepara mewarnai adat dengan adanya upacara
juga diadakan upacara adat walikan atau kekahan atau aqiqah yaitu ungkapan rasa
resikan. Upacara ini lebih ditujukan untuk si ibu bersyukur pada Tuhan YME atas anugerah anak
bayi karena sudah selesai menjalani masa nifas dan sebagai salah satu kewajiban orang tua
dan siap untuk melayani suaminya kembali. Pada dalam ajaran Islam terhadap anaknya. Pada
saat selamatan itu si ibu dirias secantik mungkin. acara kekahan ini untuk anak laki-laki akan
Di dalam upacara ini kehadiran dukun bayi juga disembelih dua ekor kambing, sedangkan bila
penting, terutama bila mereka yang menolong anak perempuan cukup satu ekor kambing.
kelahiran bayinya. Daging yang sudah dimasak dibagikan kepada
Masih banyak masyarakat di lokasi penelitian para tamu dan tetangga. Adat kekahan tidak mesti
yang membutuhkan dukun bayi. Menurut harus segera dilakukan setelah bayi lahir tetapi
responden, dukun bayi dirasakan mempunyai bisa sampai dengan menjelang remaja. Kekahan
beberapa kelebihan disbanding bidan / dokter biasanya dilakukan oleh keluarga yang cukup
yaitu dukun bayi mampu memberikan pelayanan mampu.
yang paripurna mulai dari menolong persalinan Perilaku positif lainnya yang masih dijalankan
sampai memimpin upacara kelahiran bayi. Dukun oleh sebagian besar responden seperti halnya
bayi juga siap setiap saat dibutuhkan, kebiasaan para ibu dari suku Jawa setelah
memberikan rasa nyaman dan aman karena melahirkan yaitu kebiasaan minum jamu dengan
mereka kebanyakan dituakan, begitu juga tujuan agar ASI mereka lancar serta untuk
hubungan kekeluargaan membuat kehadiran menjaga kesehatan dan kebugaran ibu. Jamu
dukun bayi dalam hal tertentu sulit digantikan oleh wejah diminum agar ASI lancar dan jamu beras
bidan. Kepala Puskesmas dan bidan serta PLKB kencur agar badan tidak terasa capek dan jamu
yang diwawancarai menyadari bahwa dukun bayi pilis yang ditempelkan di dahi agar kepala terasa
masih dibutuhkan oleh masyarakat, oleh karena ringan dan tidak pusing. Selama masa nifas ada
itu program pelatihan dukun bayi dan pembinaan pantangan berhubungan seksual. Hal positif ini
serta pendampingan oleh bidan Puskesmas sejalan dengan kesehatan dan larangan dalam
merupakan program yang terus dijalankan. Di agama Islam yang mayoritas mereka anut.
29
Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan... (Chriswardani Suryawati)
30
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 2 / No. 1 / Januari 2007
Susilowati, Rini. 2001. Pola Pengambilan
Keputusan Keluarga dan Penolong
Persalinan dalam Memutuskan Merujuk Ibu
Bersalin ke Rumah Sakit pada Kasus
Kematian Ibu Bersalin di kabupaten
Semarang. tesis pada Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang.
31