You are on page 1of 6

Callosum Neurology, Volume 1, Nomor 2:65-70, 2018

LAPORAN KASUS
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284

LAPORAN KASUS: PERDARAHAN


INTRASEREBRAL PADA ACQUIRED
PROTHROMBIN COMPLEX
DEFICIENCY ONSET LAMBAT
Clarissa Tertia1, Kennytha Yoesdyanto1, Imam Irfani2, Herliana Sembiring3
1
Dokter Internsip RS Arsani, Kepulauan Bangka Belitung
2
Neurolog RS Arsani, Kepulauan Bangka Belitung
3
Spesialis Pediatri RS Arsani, Kepulauan Bangka Belitung

Diterima DOI: 10.29342/cnj.v1i2.36


Disetujui
Publikasi Korespondensi: clarissa_tertia@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Acquired Prothrombin Complex time (PT) dan activated partial thromboplastin time
Deficiency (APCD) adalah pendarahan akibat (APTT). CT sken menunjukkan perdarahan
kekurangan vitamin K. Manifestasi klinis berupa intraserebral multipel, subarakhnoid, dan subdural,
defisit neurologis fokal maupun global yang iskemia luas, dan fluid-fluid level. Pasien diterapi
berhubungan dengan perdarahan intraserebral dengan asam traneksamat, vitamin K, antikonvulsan,
spontan. dan dirujuk ke RS dengan fasilitas layanan bedah
Kasus: Bayi laki-laki 1 bulan mengalami penurunan saraf.
kesadaran, bangkitan, serta muntah sejak 1 hari Diskusi: Diagnosis APCD ditegakkan berdasarkan
sebelumnya. Riwayat injeksi vitamin K dan trauma pemanjangan protrombin dan perdarahan spontan
kepala disangkal. Bayi somnolen, pucat, ubun-ubun yang ditunjang oleh CT sken kepala.
menonjol, pupil anisokoria, dan ekstremitas spastik. Simpulan: Kasus APCD memiliki tingkat morbiditas
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan dan mortalitas yang tinggi sehingga profilaksis
trombositosis, pemanjangan partial thromboplastin vitamin K pada neonatus sangat penting.

Kata Kunci: APCD, defisiensi vitamin K, perdarahan intraserebral, koagulopati, neonates.

ABSTRACT

Background: Acquired Prothrombin Complex intracerebral hemorrhages, subarachnoid, and


Deficiency (APCD) is a bleeding disorder due to subdural, broad ischemia, and fluid-fluid levels.
vitamin K deficiency. Clinical manifestations of focal Patients were treated with tranexamic acid, vitamin K,
and global neurological deficits were associated with anti-convulsant, and referred to another hospital with
spontaneous intracerebral hemorrhage. neurosurgical care facility.
Case Illustration: A 1-month-old male infant was Discussion: The diagnosis of APCD is confirmed by
losing consciousness, seizures, and vomiting from the prolonged PT and evidence of spontaneous bleeding
previous day. History of vitamin K injections and from head imaging.
head trauma were denied. Baby appeared somnolent, Conclusion: APCD cases have high rates of morbidity
pale, crown prominent, anisocoria, and spastic limb. and mortality, necessitating vitamin K prophylaxis in
Laboratory tests displayed thrombocytosis, prolonged the neonate.
PT and APTT. Head CT scan demonstrated multiple

Keywords: APCD, vitamin-K deficiency, intracerebral hemorrhage, coagulopathy, neonates

65 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Tertia dkk 2018 LAPORAN KASUS
Latar Belakang dalam sehari. Pasien tidak mau menyusu sejak
Acquired Prothrombin Complex Deficiency sehari sebelum masuk rumah sakit. Disangkal
(APCD) merupakan kelainan pendarahan pada adanya riwayat demam, gangguan buang air
pediatri yang disebabkan oleh kekurangan besar dan buang air kecil dalam batas normal.
vitamin K.1,2 Defisiensi vitamin K menyebabkan Riwayat terkait kehamilan dan persalinan
gangguan proses koagulasi yang dapat menunjukkan ibu menjalani persalinan normal
bermanifestasi sebagai perdarahan. Gangguan ini dengan kehamilan cukup bulan dan dibantu oleh
disebut juga dengan istilah perdarahan akibat bidan. Tidak terdapat riwayat minum obat-obatan
defisiensi vitamin K (PDVK).3 Pemberian selama kehamilan seperti antibiotik berlebihan,
vitamin K penting untuk profilaksis APCD. The antikonvulsan, obat anti tuberkulosis, maupun
Canadian Pediatric Society dan American antikoagulan. Perkembangan pascakelahiran
Academy of Pediatrics merekomendasikan pasien cukup baik, tidak ada riwayat ikterus,
pemberian vitamin K secara intramuskular. trauma kepala, ataupun diayun-ayun berlebihan
Profilaksis intramuskular (IM) hanya sebelumnya. Pasien diberikan ASI yang sesekali
menggunakan 0,5 sampai 1 mg vitamin K1.4 diselilingi susu formula. Riwayat injeksi vitamin
Rekomendasi Health Technology Assessment K pascakelahiran disangkal.
dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pemeriksaan fisik menunjukkan bayi tampak
terhadap semua bayi yang baru lahir harus pucat dan somnolen dengan Children Coma
mendapatkan profilaksis 1 mg vitamin K1 dosis Scale (CSS) 9 (E2M4V3). Pemeriksaan tanda
tunggal intramuskular.3,5 vital menunjukkan laju nadi 130 kali/menit (isi
Angka kejadian APCD pada neonatus yang tidak cukup, kuat, dan regular), frekuensi napas 66
mendapatkan profilaksis vitamin K berkisar 1 kali/menit, dan suhu 36,8°C. Berat badan bayi
tiap 200-400 orang.6 Insidensi APCD onset 4,6 kilogram dengan berat badan lahir 3,5
lambat pada bayi yang mendapatkan profilaksis kilogram. Ubun-ubun tampak menonjol,
vitamin K1 secara oral adalah 1,4-6,4 per- anisokoria dengan ukuran pupil sinistra 6 mm
100.000 sedangkan secara intramuskular 0,25-3,2 dan ukuran pupil dekstra 4 mm, serta telapak
per-100.000.7,8 tangan dan kaki yang pucat. Pemeriksaan
Profilaksis diperlukan untuk semua neonatus, neurologis menunjukkan spastisitas di
bahkan bagi yang sehat dan tanpa faktor risiko ekstremitas. Pemeriksaan fisik thoraks dan
perdarahan.9 Pedoman Dutch Paediatric abdomen dalam batas normal. Terlihat adanya
Association guna pemberian profilaksis vitamin perdarahan gastrointestinal dari orogastric-tube.
K1 pada saat terjadi perdarahan diberikan pada Tidak tampak adanya perdarahan pada kulit.
bayi langsung setelah kelahiran (1 mg vitamin Profil laboratorium hematologi menunjukkan
K1) secara oral, intravena, ataupun kondisi anemia normokromik-normositik (kadar
intramuskular, diikuti oleh dosis harian (25 μg) hemoglobin 6,8 g/dL, hematokrit 22%, MCV 92
vitamin K1 dari usia 1 hingga 5 minggu untuk fl, MCH 28 pg, MCHC 31g/dL), leukositosis
semua bayi dengan pemberian air susu ibu (ASI) (leukosit 23.500/mm3), trombositosis (782.000
yang eksklusif.10 sel/mm3), glukosa darah (101 mg/dL) dan
elektrolit (Natrium 135 mmol/L, Kalium 4
Ilustrasi Kasus mmol/L, dan Klorida 100 mmol/L) dalam batas
Seorang bayi laki-laki berusia 1 bulan tampak normal, peningkatan C-Reactive Protein (CRP 11
hipoaktif dibawa orang tuanya ke rumah sakit mg/L), partial thromboplastin time (PTT)
karena mengalami penurunan kesadaran, memanjang (tidak terhingga), activated partial
bangkitan, serta muntah sejak 1 hari sebelumnya. thromboplastin time (aPTT) 104,2 detik.
Aloanamnesis dari orang tua pasien didapatkan Pemeriksaan pencitraan kepala menunjukkan
terjadinya kaku mendadak pada kedua tangan perdarahan intraserebral multipel (regio frontalis,
dan kaki pasien , mata tampak melirik ke atas, parietalis dan temporalis kiri), perdarahan
berlangsung lebih dari 15 menit, dan tidak subarakhnoid, perdarahan subdural
sadarkan diri pascabangkitan. Bangkitan terjadi (temporoparietalis kiri), daerah iskemia luas
berulang kali dalam sehari, pasien tampak tidak (oksipitalis kiri), dan adanya fluid-fluid level
sadarkan diri di sela dua bangkitan. Pasien (temporoparietalis kanan) [Gambar 1].
muntah menyemprot dengan frekuensi 3 kali

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 66


LAPORAN KASUS Tertia dkk 2018

disangkalnya riwayat mengayun-ayun berlebih


maupun riwayat trauma pada pasien.
Pemeriksaan fisik menunjukkan sindrom
peningkatan tekanan intrakranial dengan adanya
kecurigaan ke arah proses herniasi. Gejala lemas,
pucat, muntah menyemprot, ubun-ubun
menonjol, yang disertai ukuran pupil yang
anisokor. Perdarahan intrakranial mengakibatkan
penekanan pada saraf kranial yang menyebabkan
perubahan ukuran dan reaksi pupil terhadap
cahaya. Bangkitan tonik yang terjadi dapat akibat
dari lesi maupun iritasi pascaperdarahan di
korteks dan intraserebral. Tanda klinis
ekstremitas yang spastik menunjukkan adanya
lesi pada upper motor neuron (UMN).
Kesimpulan yang dapat
diambil dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang mengarah pada diagnosis
APCD/ PDVK onset lambat.
Gambar 1. Pemeriksaan Computed Tomography Berbagai faktor dapat menyebabkan timbulnya
(CT)-Sken kepala pasien kondisi APCD. Neonatus memiliki risiko yang
lebih besar karena konsentrasi faktor pembekuan
Pasien didiagnosis mengalami kondisi APCD vitamin K dalam darah yang rendah menjelang
onset lambat dan diberikan terapi sesuai proses kelahiran kelahiran. Nilainya mengalami
protokol. Pemberian oksigen dalam headbox 8 penurunan hingga 50% dan akan kembali normal
Liter/menit. Pasien diinfus dengan menggunakan di usia 7 - 10 hari. Pada usia 6 bulan kadarnya
cairan Dextrose-10/ Normal Saline (1/5) dengan serupa dengan nilai normal pada individu
kecepatan 14 mL/jam. Diberikan injeksi vitamin dewasa. Konsumsi obat-obatan selama
K 1x1mg, injeksi omeprazole 2x4 mg, injeksi kehamilan dapat mengganggu metabolisme
asam traneksamat 3x50 mg, dan loading bolus vitamin K. Golongan obat seperti antikonvulsan,
pelan fenobarbital 90 mg via intravena saat antituberkulosis, antikoagulan, serta peresepan
bangkitan yang dilanjutkan dengan fenobarbital antibiotik yang tidak rasional akan mengurangi
3x10 mg sebagai terapi rumatan. Pasien juga jumlah bakteri usus yang berperan dalam proses
mendapatkan injeksi antibiotik golongan sintesis vitamin K. Sindrom malabsorpsi usus
penisilin 3x250 mg dan golongan ceftazidime ataupun diare juga menyebabkan gangguan
3x250 mg. Fresh frozen plasma merupakan absorpsi vitamin K.11 Bayi dengan gangguan
pilihan utama namun tidak tersedia, sehingga fungsi hati pada kasus obstruksi biliaris
pasien diberikan transfusi packed red cell (PRC) (intrahepatik dan ekstrahepatik) menyebabkan
60 mL. Pasien dirujuk ke rumah sakit lain tidak terbentuknya garam empedu yang
dengan fasilitas layanan bedah saraf untuk diperlukan untuk absorpsi vitamin K. Lebih
tatalaksana selanjutnya. lanjut, obstruksi komplit dapat menyebabkan
gangguan homeostatis. Rendahnya asupan
Diskusi
vitamin K dijumpai pada bayi yang mendapatkan
Diagnosis APCD ditegakkan melalui anamnesis
ASI eksklusif. Hal ini disebabkan oleh kadar
pasien terhadap faktor risiko berupa saat baru
vitamin K pada ASI (<5mg/mL) jauh lebih
lahir tidak mendapatkan injeksi vitamin K 1 mg
rendah jika dibandingkan dengan kadar di susu
serta bayi yang cenderung menyusu ASI
formula (50-60mg/mL). Susu formula
dibandingkan susu formula. dimana kadar
mengandung bakteri Bacteriodes fragilis yang
vitamin K dalam ASI jauh lebih rendah daripada
mampu menyintesis vitamin K, sebaliknya pada
susu formula. Manifestasi perdarahan spontan
ASI terdapat bakteri Lactobacillus yang tidak
yang terjadi adalah perdarahan intrakranial dan
mampu menyintesis vitamin K. Penurunan
saluran cerna bagian atas. Kemungkinan
konsentrasi plasma vitamin K pada bayi baru
perdarahan akibat trauma dapat disingkirkan dari

67 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Tertia dkk 2018 LAPORAN KASUS
lahir dengan ASI eksklusif terjadi terutama pada Menurunnya peran faktor koagulasi II
3-4 minggu pascakelahiran.2-4,11,12 (protrombin), VII, IX, X, protein C, dan protein
Perdarahan spontan atau perdarahan akibat S, sebaliknya kadar dan fungsi yang normal
trauma yang terjadi pada pasien APCD dijumpai pada faktor koagulasi lain, kadar
disebabkan oleh penurunan aktivitas faktor fibrinogen, maupun trombosit.6
koagulasi. Hal ini lebih lanjut akan mengganggu Diagnosis APCD dapat diklasifikasikan
proses hemostasis. Proses hemostasis terdiri dari berdasarkan usia onset klinis, yaitu tipe onset
empat fase kompleks yaitu fase vaskular, fase dini, klasik, dan onset lambat. Diagnosis APCD
trombosit, fase plasma dan fase fibrinolisis. onset dini sangat jarang terjadi, terjadi dalam 24
Apabila terdapat gangguan pada minimal salah jam pertama kehidupan dan dikaitkan dengan
satu fase, maka akan terjadi gangguan hemostatis penggunaan obat-obatan selama kehamilan. Jenis
yang bermanifestasi sebagai perdarahan. yang paling sering dijumpai adalah APCD klasik.
Gangguan terjadi pada faktor koagulasi yang Karakteristik ketiga tipe APCD dapat diamati
bergantung dengan adanya vitamin K. pada Tabel 1.11,13,14

Tabel 1. Tipe Acquired Prothrombin Complex Deficiency 1


Tipe Usia Insiden Lokasi Perdarahan Penyebab
Subperiosteal
<5% pada
sefalhematoma), Penggunaan obat selama
Onset dini 0-24 jam kelompok resiko
intrakranial, intratorakal, kehamilan
tinggi
intraabdomen, umbilikus
Idiopatik, penggunaan obat
Gastrointestinal, kulit, selama kehamilan, asupan
0,01-1%
kelenjar adrenal, hidung, vitamin K inadekuat, kadar
Klasik 2-7 hari (tergantung pola
luka post sirkumsisi, vitamin K rendah pada
makan bayi)
intrakranial, umbilikus ASI, tidak mendapat
profilaksis vitamin K
Gangguan absorpsi
vitamin K (kistik fibrosa,
2-24
atresia biliaris, gangguan
minggu 4-10 per-100.000
Onset Intrakranial, kulit, hati dengan kolestatis,
(terutama kelahiran (terutama
lambat gastrointestinal asupan vitamin K
2-12 di Asia Tenggara)
inadekuat, kadar vitamin K
minggu)
rendah pada ASI, tidak
dapat profilaksis vitamin K
Keterangan: Acquired Prothrombin Complex Deficiency (APCD), Air Susu Ibu (ASI)

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kondisi 90%) merupakan penyebab mortalitas (10-25%)


anemia dapat diakibatkan oleh adanya dan kecacatan (40-65%) yang signifikan.15
perdarahan. Temuan adanya pemanjangan PTT Sekitar 80-100% perdarahan intrakranial berupa
dan aPTT merupakan tanda gangguan terjadi perdarahan subdural dan subaraknoid.
pada faktor pembekuan darah. Gambaran khas Perdarahan intrakranial selanjutnya
perdarahan intraserebral dengan fluid-fluid level menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
menunjukkan etiologi perdarahan berupa proses intrakranial (PTIK) yang bervariasi dari
koagulopati. asimptomatis hingga simptomatis (60%). Gejala
Manifestasi perdarahan karena defisiensi vitamin klinis PTIK berupa muntah menyemprot, nyeri
K tidak spesifik dan sangat bervariasi dari kepala, ubun-ubun besar menonjol, bangkitan,
perdarahan ringan (hematoma ringan) hingga edema papil, pupil anisokor, defisit neurologis,
ekimosis generalisata, pucat, perdarahan kulit hingga penurunan kesadaran.6
(purpura atau ekimosis), dan gastrointestinal. Ikatan Dokter Anak Indonesia15 merumuskan
Perdarahan yang terjadi dapat spontan ataupun kriteria diagnosis APCD berdasarkan data yang
akibat trauma seperti trauma pada jalan lahir didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
yang mengakibatkan terjadinya sefalhematoma.6,9 pemeriksaan penunjang. Melalui anamnesis
Manifestasi klinis perdarahan intrakranial (80%- yaitu:

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 68


LAPORAN KASUS Tertia dkk 2018

• Bayi kecil (usia 1-6 bulan) yang sebelumnya simptomatis berupa transfusi PRC sesuai kadar
sehat, tiba-tiba tampak pucat, malas minum, hemoglobin awal, tatalaksana bangkitan, dan
lemah dan banyak tidur. terapi guna mengatasi peningkatan tekanan
• Minum ASI ekslusif. intrakranial.15,16 Terkadang tatalaksana konservatif
• Tidak mendapatkan vitamin K1 saat lahir. pada perdarahan intrakranial pada kasus APCD
• Bangkitan fokal. dibatasi oleh ukuran dan lokasi perdarahan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: intrakranial, sehingga tindakan operatif
• Pucat tanpa perdarahan yang nyata. diperlukan guna memberikan dekompresi dan
• Peningkatan tekanan intrakranial yang evakuasi perdarahan.2
ditandai dengan ubun-ubun besar yang
menonjol, penurunan kesadaran, dan papil Simpulan
edema. Diagnosis APCD ditegakkan melalui anamnesis,
• Defisit neurologis fokal berupa bangkitan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
fokal, hemiparesis, paresis nervus kranial. Anamnesis bertujuan untuk menggali faktor
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: risiko seperti tidak diberikannya vitamin K
• Darah perifer lengkap menunjukkan kondisi pascakelahiran, konsumsi obat-obatan selama
anemia berat dengan jumlah trombosit kehamilan, pemberian ASI ekslusif, dan onset
normal. perdarahan yang terjadi. Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan PTT memanjang dan APTT bertujuan menilai keadaan umum, tingkat
dapat normal atau memanjang. kesadaran, dan memperkirakan lokasi perdarahan
• Pemeriksaan ultrasonografi atau CT sken pasien. Pemeriksaan laboratorium terhadap
kepala menunjukkan adanya perdarahan faktor koagulasi membuktikan adanya
intrakranial. pemanjangan PPT dan aPTT. Pemeriksaan CT-
Injeksi vitamin K dan asam traneksamat scan bertujuan untuk membuktikan adanya
diberikan guna menghentikan dan meminimalisir perdarahan intrakranial. Injeksi vitamin K,
perdarahan. Transfusi PRC diberikan untuk pemberian FFP, dan tindakan operatif merupakan
tatalaksana anemia pada pasien. Tatalaksana manajemen pasien APCD dengan perdarahan
simptomatik berupa pemberian oksigen, intrakranial. Profilaksis vitamin K pada semua
antikonvulsan, antibiotik, dan injeksi omeprazol. bayi baru lahir sangat penting guna menghindari
Pasien membutuhkan tindakan operatif guna APCD yang memiliki tingkat mortalitas yang
mengevakuasi perdarahan yang terjadi serta tinggi.
mengurangi tekanan intrakranial. Pasien dirujuk
ke rumah sakit lain yang memiliki spesialis Laporan penelitian ini diajukan dalam sesi ilmiah
bedah saraf akibat keterbatasan fasilitas. presentasi poster di The Bali Neurology Update 5th
Manajemen kasus APCD berupa pemberian yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter
vitamin K1 dengan dosis 1 mg intramuskular Spesialis Saraf Indonesia cabang Denpasar bekerja
sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas
selama 3 hari berturut-turut guna memperbaiki
Udayana dan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
defisiensi yang ada. Terapi penggantian faktor Denpasar tanggal 22-24 September 2017 di Denpasar,
pembekuan darah diperlukan dengan cara Bali.
memberikan fresh frozen plasma (10-15 mL/
KgBB) selama 3 hari berturut-turut. Manajemen

Daftar Rujukan
3. Kumala A. Perdarahan Subdural terkait Defisiensi
1. Pansatiankul B, Jitapunkul S. Risk factors of
Kompleks Protrombin Didapat [Internet].
acquired prothrombin complex deficiency
cdkjournal. 2016 [diakses 3 September 2017].
syndrome: a case-control study. J Med Assoc
Tersedia di:
Thai. 2008;91(Suppl3): 1-8.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/articl
2. Dewi LP, Nurfitri E, Tiya Romli M. Good
e/download/73/
outcomes in operative management of acquired
4. Mihatsch W, Braegger C, Bronsky J, Campoy C,
protrombin complex deficiency: a serial case
Domellöf M, Fewtrell M et al. Prevention of
report. Paediatrica Indonesiana.2011;51(5):298-
Vitamin K Deficiency Bleeding in Newborn
302.

69 | Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali


Tertia dkk 2018 LAPORAN KASUS
Infants. Journal of Pediatric Gastroenterology and 11. Abrams S, Savelli S. Be prepared to address
Nutrition. 2016;63(1):123-129. parents’ concerns about vitamin K injection
5. Saboori P, Sadegh A. Histology and Morphology [Internet]. Aappublications.org. 2017 [diakses 3
of the Brain Subarachnoid Trabeculae. Anatomy 12. September 2017]. Tersedia di:
Research International. 2015;2015:1-9 http://www.aappublications.org/content/35/5/1.
6. Sastroasmoro S. Perdarahan Akibat Defisiensi 13. Ciantelli M, Bartalena L, Bernardini M, Biver P,
Vitamin K, Buku Panduan Pelayanan Medis Chesi F, Boldrini A et al. Late vitamin K
Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2007: 279-28 deficiency bleeding after intramuscular
7. American Academy of Pediatrics Committee on prophylaxis at birth: a case report. Journal of
Fetus and Newborn. Controversies concerning Perinatology. 2009;29(2):168-169.
Vitamin K and the newborn. Pediatrics. 2003 14. Ijland M, Pereira R, Cornelissen E. Incidence of
Jul;112(1 Pt 1):191-2. late vitamin K deficiency bleeding in newborns in
8. McMillan D, Canadian Paediatric Society, Fetus the Netherlands in 2005: evaluation of the current
and Newborn Committee. Routine administration guideline. European Journal of Pediatrics.
of Vitamin K to newborns: A joint statement with 2007;167(2):165-169.
the College of Family Physicians of Canada. 15. The Canadian Paediatric Surveillance Program.
Paediatr Child Health 1997;2(6):429-31 Vitamin K injection – best prevention for
9. Sankar M, Chandrasekaran A, Kumar P, Thukral newborns. Paediatr Child Health. 2002;7(8):588–
A, Agarwal R, Paul V. Vitamin K prophylaxis for 589.
prevention of vitamin K deficiency bleeding: a 16. Pudjiadi AH, Hegar B, Handaryastuti S, Idris NS,
systematic review. Journal of Perinatology. Gandaputra EP, Hamoniati ED. Pedoman
2016;36:S29-S35. Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
10. Van-Winckel M, De-Bruyne R, Van De Velde S, IDAI. 2011. Hal: 41-42.
Van Biervliet S. Vitamin K, an update for the 17. Lippi G, Franchini M. Vitamin K in neonates:
paediatrician. European Journal of Pediatrics. facts and myths. Blood Transfus. 2011;9:4
2008;168(2):127-134.

Callosum Neurology – Jurnal Berkala Neurologi Bali | 70

You might also like