You are on page 1of 14

ISLAMUNA

Jurnal Studi Islam


Volume 5 Nomor 1 Juni 2018
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

Mulyadi
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang
Email : mulyadi_uin@radenfatah.ac.id

Abstract
The concept of Islam in the Qur'an interpreted in two interpretation techniques that are
understood textually and contextually. These two perspectives have different focus,
Islam in textual understanding is more focused on the text as it is in the sense of a
standard, institutionalized, holistic creed, creed, and doctrine that governs all aspects
of human life. While contextual in addition to paying attention to the text also
consider the elements of the context that surrounds the text which is a religious
instrument with a set of doctrines that are universal and progressive, interpreted in
accordance with his nature as a religion rahmatan li al-'alamin, may not be rigid or
static. Therefore Islam should be open, progressive, and dynamic. The most crucial
verse and debate among the Muslims, namely the verse contained in Q.S. Al-Ma'idah :
3. The passage of this verse describes an enhanced religion (din), and Islam is
recognized as a religion (din) which is accepted by God. Call it the two interpreters
who represent these two schools, Sayyid Qutb and Rashid Rida. This paper will
describe briefly from the meaning of Islamic language to its use in several verses
along with the views of some figures and scholars about the meaning of Islam both
textually and contextually.

Keywords: Religion, Islam, textual and contextual Quran

Abstrak
Konsep Islam dalam Al-Qur’an dimaknai dalam dua teknik interpretasi yaitu dipahami
secara tekstual dan kontekstual. Kedua perspektif ini memiliki fokus yang berbeda,
Islam dalam pemahaman tekstual lebih terfokus pada teks apa adanya dalam
pengertian sebuah keyakinan, akidah, dan doktrin yang telah baku, melembaga, dan
bersifat holistik, yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Sedangkan
kontekstual selain memperhatikan teks juga mempertimbangkan unsur konteks yang
melingkupi teks yang merupakan sebuah instrumen agama dengan seperangkat doktrin
yang bersifat universal dan progresif, dimaknai dalam pengertian sesuai dengan
fitrahnya sebagai agama rahmatan li al-‘alamin, tidak mungkin bersifat kaku atau
statis. Oleh karena itu Islam semestinya bersifat terbuka, progresif, dan dinamis. Ayat
yang paling krusial dan menimbulkan perdebatan di kalangan kaum muslim, yaitu ayat
yang terdapat pada Q.S. Al-Ma’idah : 3. Penggalan ayat ini menjelaskan tentang
agama (din) yang telah disempurnakan, dan Islam diakui sebagai agama (din) yang
diridhai Allah. Sebut saja dua penafsir yang mewakili kedua aliran ini, Sayyid Qutb
dan Rasyid Rida. Makalah ini akan menguraikan secara singkat mulai dari arti islam
secara bahasa hingga penggunaannya di beberapa ayat beserta pandangan beberapa
tokoh dan ulama tentang makna Islam baik secara tekstual maupun kontekstual.

Kata Kunci: Agama, Islam, Qur’an tekstual dan kontekstual

1
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

Latar Belakang dengan multi-interprestasi akibat dari


Secara historis teks yang ada dalam fenomena linguistik itu menyebabkan
kitab suci Al-Qur'an merupakan teks kualitas pesan yang ditemukan dari Al-
yang sudah mapan, sementara Qur’an berbeda-beda dan bertingkat-
pemahaman maknanya merupakan tingkat, sesui dengan kemampuan
produk ijtihad manusia dalam manusia, juga disebabkan disebabkan
memberikan intrepretasi untuk oleh budaya yang melingkupi mufassir.
menemukan maknanya. Sehingga Sepeninggal Nabi Muhammad
interpretasi terhadap teks yang termuat SAW. yang diyakini sebagai penafsir Al-
dalam al-Qur'an terjadi perbedaan antara Qur’an yang paling otoritatif. Penafsiran
seorang penafsir dengan penafsir lainnya. terhadap Al-Qur’an tidak pernah tuntas,
Al-Qur’an adalah sebuah fenomena yang karena para penafsir dalam penafsirannya
selalu menarik untuk dikaji sepanjang di dasarkan pada cara pemahaman yang
sejarah. Ia bukan hanya menjadi objek mengikuti perkembangan cara berfikir
perhatian manusia yang percaya manusia itu sendiri, Ignaz Gholdizher
kepadanya, tapi juga mereka yang tertarik mencatat ada lima kecenderungan tafsir
untuk menelitinya sebagai salah satu atau studi Al-Qur’an mulai klasik sampai
karya sejarah yang besar peranannya era modern, yakni studi Al-Qur’an
dalam membebaskan manusia dari tradisional, studi Al-Qur’an dogmatis,
sejarah yang kelabu. studi Al-Qur’an mistik, studi Al-Qur’an
Al-Qur’an turun dengan sectarian dan studi Al-Qur’an Modern.2
menggunakan bahasa Arab, oleh karena Sebagian umat Islam sendiri muncul
itu seluruh masyarakat Arab akan kecenderungan untuk menyeragamkan
memahami pesan yang terkandung di penafsiran terhadap Al-Qur’an, karena
dalam Al-Qur’an. Kemudian Al-Qur’an mereka memahami Al-Qur’an sebagai
yang kini berbentuk mushaf tertulis Arkoun sebuah korpus resmi yang
dengan menggunakan terjemah dan arti tertutup.
ke berbagai bahasa di belahan dunia. Ini Persoalan penafsiran di berbagai
merupakan fenomena linguistik, sehingga persoalan termasuk dalam memaknai
kemampuan bahasa Arab menjadi salah Islam dalam perspektif Al-Qur’an selalu
satu fenomena kajian yang sarat dengan menjadi perdebatan. Embrio munculnya
multi-interprestasi. Karena itu menurut tafsir yang berorientasi tekstual dan
Quraish Shihab, semakin sering mufassir kontekstual sebenarnya telah ada sejak
membaca Al-Qur’an akan semakin masa Nabi Muhammad saw. Kasus-kasus
banyak makna pesan ditemukan dan juga ijtihad yang dilakukan oleh para sahabat
semakin jelas maksudnya. Beliau Nabi, misalnya, Umar Bin Khathab,
menggambarkan : Ayat-ayat Al-Qur’an dapat dijumpai, dan terutama
bagaikan intan, setiap sudutnya menimbulkan kesan perdebatan.
memancarkan cahaya yang berbeda Perdebatan terjadi antara kelompok yang
dengan apa yang terpancar dari sudut berorientasi pada makna harfiah teks
lainnya. Dan tidak mustahil jika kita dengan yang berorientasi pada makna
mempersilahkan orang lain kontekstual teks. Namun seiring dengan
memandangnya dari sudut lainnya, dia perkembangan dan perluasan wilayah
akan melihat lebih banyak dibanding apa Islam serta bertambahnya komunitas
yang kita lihat.1 Perbedaan capaian pesan
2000). xv
1 2
Quraish, Shihab Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan Gholdziher ignaz, Mazahib at-Tafsir Al-Islami,
Dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, Cet.2 (Beirut Libanon: Dar Iqra, 1983), 392

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

2
Mulyadi

umat Islam, diferensi kedua pola atau keduanya untuk mengetahui aspek
model penafsiran ini semakin tampak, persamaan dan perbedaanya, untuk
terutama adanya dukungan dan legitimasi kemudian akan diberikan penilaian,
teologis-sosiologis dari kelompoknya pilihan dan tawaran alternatif mengenai
masing-masing. Maka munculah istilah konsep yang relevan dengan konteks
ahli hadis dan ahli ar-ra’yi. keindonesiaan. Apakah hanya salah satu
Di era modern banyak penafsir yang relevan dengan konteks Indonesia,
banyak penafsir berupaya untuk atau dialektika keduanya. Secara urut,
menafsirkan Islam dalam perspektif Al- pemaparan pandangan kedua paradigma
Qur’an dengan memanfa’atkan metode dimulai dari konsep mengenai Islam,
dan pendekatan baru yang berkembang, paradigma tafsir tekstual, paradigma
terutama dari ilmu-ilmu sosial dan kontekstual, baru kemudian perbedaan
humaniora. Seperti Muhammad Abduh, dari kedua perspektif tersebut, yang
menurutnya Al-Qur’an merupakan dimulai dari tafsir tekstual, karena tafsir
sumber asasi Islam sebagai agama ini secara konseptual dianggap
universal, yang acap kali sesuai dengan mendahului tafsir kontekstual. Melihat
kepentingan masyarakat, zaman dan dari latar belakang tersebut maka masalah
pelbagai peradaban, dimanapun dan yang harus dicarikan solusinya adalah
kapanpun.3 Sehingga ia tetap member bagaimana paradigma tafsir tentang Islam
petunjuk pada mereka dalam menghadapi secara tekstual dan kontekstual dalam
berbagai permasalahan hidup. Pemikiran wacana tafsir Al-Qur’an?, dan makna
penafsir modern memilikli orientasi Islam seperti apakah yang lebih memberi
kekinian dan penerimaanya terhadap ruang toleran kepada orang lain dalam
kondisi realitas masyarakat modern yang hidup beragama dengan melihat pendapat
plural umumnya kelompok ini sering dua tokoh yaitu Sayyid Kutb dan Rasyid
disebut sebagai penganut liberal, Ridha?.
substatif, dan Islam aktual.4
Makalah ini akan memfokuskan Akar Kata Islam
pemahaman Islam dalam Al-Qur’an Islam (Arab: al-islām, ‫اﻹﺳﻼم‬,
terkait dengan Islam secara tekstual dan "berserah diri kepada Tuhan") adalah
kontekstual. Dengan mengambil agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu
beberapa ayat Al-Qur’an, dalam hal ini Allah SWT. Pengertian Islam secara
sebagai contohnya QS. Ali ‘Imran ayat 19 harfiyah artinya damai, selamat, tunduk,
dan 85, serta QS. Al-Ma’idah ayat 3, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga
yang akan di tafsirkan dari segi tekstual huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim)
dan kontekstual serta melihat beberapa yang bermakna dasar “selamat”
mufassir yang mempertahankan (Salama). Al-Islâm secara etimologi
kebenaran masing-masing paradigma berarti ‫( اﻻﻧﻘﯿﺎد‬tunduk). 5 Terma Islam
tersebut yang secara umum kita akan dalam Al-Qur’an berasal dari kata yang
melihat dari pendapat Sayyid Kutb dan terdiri dari tiga huruf, yakni “s-l-m”.
Rasyid Ridha. Pemaparan pandangan Dalam ungkapan arab, jika akar kata itu
disambung menjadi bentuk kosakata,
3 maknanya berbunyi “salima”. Banyak
Jansen J.J.G., Diskursus Tafsir Al-Qur’an
Modern Terj. Hairussalim Dan Syarif makna bagi akar kata “salima” ini
Hidayatullah (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
5
1997). 55 Abû Al-Husain Ahmad ibn Fâris ibn Zakariya,
4
Ignaz Gholdizher, Mazahid at-Tafsir Al-Islami Mu’jam Al-Maqâyîs Fiy Al-Lughah (Beirut: Dâr
(Beirut Libanon: Dar Iqra, 1983). 392 Al-Fikr, 1994). 487

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

3
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

diantaranya adalah bermakna “selamat” sebagai ibadah utama yakni ucapan doa
dan “bebas”.6 Sedang jika dilihat dari keselamatan "Assalamu'alaikum
segi etimologis, kata dasar ini mengalami
perbedaan dan perubahan makna dari
warohmatullah" (‫)اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َوَر ْﲪَﺔُ اﷲ‬
makna awalnya. Diantara maknanya “semoga keselamatan dan kasih sayang
adalah “merasa aman”, “utuh”, dan juga Allah dilimpahkan kepadamu” sebagai
bermakna “integral”. Dari kata dasar ini penutup shalat.
dapat diturunkan berbagai bentuk kata Menurut Jalaluddin Rahmat,
cabang, jika kata dasar itu diubah makna dasar dari kata Islam adalah :
mengikuti kaidah-kaidah sarfiyah dan 1. Menyerahkan sesuatu, menyerahkan
nahwiyah, kata”salima” bisa berubah diri, meninggalkan orang di bawah
menjadi kata ”aslama”, ”istaslama”, kendali orang lain, meninggalkan
“sallama”. Kata Islam merupakan seseorang bersama musuhnya, dan
bentuk mashdar (infinitif) dari berserah diri pada tuhan.
kata aslama ini. 2. Membayar di muka.
‫اﻹﺳﻼم ﻣﺼﺪر ﻣﻦ أﺳﻠﻢ ﻳﺴﻠﻢ إﺳﻼﻣﺎ‬ 3. Menyerah, menyerhakan diri, pasrah,
dan memasuki perdamaian.7
Karena kata cabang yang Penetapan makna akar kata
diturunkan dari akar kata yang berbeda- ”salima” ini penting karena beberapa
beda, tentu saja maknanya juga hal. Selain untuk mengetahui makna
mengalami perbedaan dan bahkan plural. dasarnya juga untuk mengetahui
Jika kata dasar “aslama” bermakna perkembangan maknanya dalam medan
masuk Islam, dan “istaslama” bermakna sematik Al-Qur’an. Karena sebuah kata
menyerah. mengalami perubahan jika medan
Dalam Al-Qur’an Islam disebut sematiknya juga berubah. Misalnya, kata
juga Agama Allah S.W.T atau Dirnullah “salima” yang awalnya digunakan dalam
‫ﯾﻦ ﱠ‬
(Arab: ِ‫ﷲ‬ ِ ‫) ِد‬. medan sematik masyarakat Arab
‫َﺳﻠَ َﻢ َﻣ ْﻦ ِﰲ‬ ِ ِ
ُ‫أَﻓَـﻐَْﻴـَﺮ دﻳ ِﻦ اﻟﻠﱠﻪ ﻳَـْﺒـﻐُﻮ َن َوﻟَﻪ‬
jahiliyah akan berubah maknanya ketika
ْ‫أ‬ ia dibawa ke dalam medan sematik Al-
‫َوَﻛ ْﺮًﻫﺎ َوإِﻟَْﻴ ِﻪ‬ ‫ض ﻃَْﻮ ًﻋﺎ‬ ِ ‫اﻷر‬ ِ
ْ ‫اﻟ ﱠﺴ َﻤ َﺎوات َو‬
Qur’an.
Jika ditelusuri terma Islam yang
‫ﻳـُْﺮ َﺟﻌُﻮ َن‬ bermakna “agama” di dalam Al-Qur’an
akan ditemukan jumlahnya sekitar 50
Artinya : "Maka apakah mereka mencari kali, tetapi dengan tiga kategori yakni
agama yang lain dari agama Allah, sebanyak 8 kali berbentuk kata benda,
padahal kepada-Nya-lah berserah diri sebanyak 3 kali sebagai kata sifat laki-
(aslama) segala apa yang di langit dan di laki muslim “muslim”, 39 kali sebagai
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa kata sifat jama’.8 Diantara ayat yang
dan hanya kepada Allah-lah mereka mewakili terma Islam dengan makna
dikembalikan.” (QS. Ali Imran [3] : 83). agama dalam Al-Qur’an hanya
Islam juga agama yang dikemukakan sebanyak 3 kali, yakni Q.S.
mengajarkan umatnya atau pemeluknya
(kaum Muslim/umat Islam) untuk 7
Rahmat Jalaluddin, Islam Dan Pluralisme :
menebarkan keselamatan dan kedamaian, Akhlak Qur’an Menyikapi Perbedaan, Cet.2
antara lain tercermin dalam bacaan shalat (Jakarta: Serambi, 2006), 42-44.
8
Paradigma Tafsir Tekstual & Kontekstual :
6
Atabik Ali, Kamus Al-’Asri : Arab Indonesia Usaha Memaknai Kembali Pesan Al-Qur’an,
(Yogyakarta: Yayasan Ali Maskun, 1996). 1080 Cet.1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 130.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

4
Mulyadi

Ali ‘Imran : 19 dan 83, dan Al-Ma’idah : deskripsi selanjutnya difokuskan pada
3 Bunyi masing-masing ayat itu adalah : Islam sebagai din.
  Menurut Farid Esack, yang
mengutif pendapat Ibn Manzur dan
  Wilfred Cantwell-Smith, kata din dalam
…..   bahasa Arab abad ke-7 dapat
Artinya : “Sesungguhnya agama (agama dikelompokkan ke dalam tiga kategori :
yang diridhai) di sisi Allah Pertama, din sebagai konsep agama
hanyalah Islam”. (QS. Ali ‘Imran : 19) sistematik, kedua, din sebagai kata benda
  verbal yang berarti “menilai”,
 “melakukan penilaian”, “menetapkan
keputusan”, dan bersamaan dengan ini

adalah berarti “penilaian”, “keputusan”,
  Ketiga, din sebagai kata benda verbal
  yang berarti “mengarahkan diri”,
  “menjaga diri”, “menjalankan praktek
  tertentu”, dan “mengikuti tradisi”. Juga
 din sebagai kata benda abstrak, yang
berarti “kesesuaian”, “kepatutan”,
Artinya : “Barang siapa mencari agama “ketaatan”, “kebiasaan”, dan “perilaku
selain agama Islam, maka sekali-sekali standar”.9
tidaklah akan diterima (agama itu) dari Yang menjadi konsep Islam ini
padanya, dan dia di akhirat termasuk menjadi sangat penting diantara semua
orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran konsep yang berkaitan dengan makna
: 85) “kerendahan diri” dan ”penyerahan”
 ... adalah adanya fakta bahwa Tuhan semdiri
telah memilih Islam sebagai nama agama
  baru di tanah Arab. Ini juga disebabkan
 oleh fakta bahwa Islam sebagai
 pengalaman batin religius yang bersifat
 personal di setiap manusia, merupakan
 peristiwa penting yang menandai titik
  awal dimulainya penyerahan dan
  kerendahan diri yang sesungguhnya. Ia
menandai titik balik yang menentukan
......  
kehidupan seorang manusia, yaitu suatu
Artinya : “Pada hari ini telah
titik balik dalam kesadaran religius.
kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah kucukupkan kepadamu
Konsep Islam dalam Alqur’an
nikmatku, dan telah kuridhai Islam itu
Perspektif Tekstual.
jadi agama bagimu” (QS. Al-Maidah : 3)
Kata tekstual berasal dari Bahasa
Dari pengertian tiga ayat tersebut,
Inggris textual yang berarti relating to a
terma Islam dikaitkan dengan terma din.
topic; found in or relating to the main
Agar maksud sebenarnya dari ayat-ayat
itu bisa dipahami, maka pembahasan 9
tentang terma Islam sebagai agama Esack Farid, Al-Qur’an, Liberalisme,
Pluralisme, : Membebaskan Yang Tertindas, Terj.
sejatinya disertai pembahasan tentang din Watung A. Budiman (Bandung: Mizan, 2000),
dalam Al-Qur’an, oleh karena itu 170.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

5
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

body of a book or essay, (berkenaan (textus receptus), dan tidak


dengan topik; berdasarkan teks atau mempermasalahkan kembali dimensi
naskah).10 Dengan bahasa lain, mereka ilahiyahnya. Namun demikian, bukanlah
seolah-olah memosisikan teks dan berarti bahwa menolak “kepenulisan”
kontruksi penafsir menjadi satu dan (authorship) Allah. Melainkan bahwa
serupa sehingga bisa dibedakan mana kajian tentang aspek pembicara (Allah)
yang merupakan hasil penafsiran dan berada di luar jangkauan investigasi
mana yang benar-benar teks. Dalam ilmiah manusia, dan bisa menuntun
proses ini, teks itu akan tunduk kepada kepada pandangan mitologis (usturi).
penafsir dan secara efektif penafsir Konsepsi teologis Islam dalam
menjadi pengganti teks. Lebih jelasnya, Al-Qur’an perspektif tekstual bahwa
penafsir bertindak seolah-olah dalah juru Islam adalah satu-satunya jalan hidup
bicara teks yang paling otoritatif. yang harus ditegakan dalam situasi dan
Pembahasan tentang teks Qur’an, kondisi apapun tanpa mempertimbangkan
tidak bisa dilepaskan dari konsep wahyu keharusan melihat implikasinya bagi
dan budaya Arab pra Islam dan ketika eksistensi kelompok atau golongan lain.12
Islam muncul, karena sebagaimana Landasan teologis-konseptual yang
diyakini oleh umat Islam, Qur’an dijadikan dasar argumentasinya dalam
merupakan teks yang di wahyukan Allah sikap keberagamannya adalah beberapa
kepada Muhammad melalui malaikat ayat yang menurut pandangan mereka
jibril, dengan menggunakan bahasa Arab. merupakan ayat yang pasti dan tidak
Abu Zyad menganggap fenomena wahyu dikritisi lagi, terutama yang terdapat
keagamaan (wahy, tanzil) sebagai bagian dalam Q.S. Ali Imran : 19 dan 85, dan Al-
dari budaya di tempat ia muncul. Abu Ma’idah : 3, pada penggalan ayat :
Zyad perlu memberikan penjelasan baru  
atas proses pewahyuan Qur’an dengan  
meminjam teori model komunikasi  
Roman Jakobson, meskipun tidak persis (QS. Ali ‘Imran : 19)
sama. Perbandingan model komunikasi
Roman Jakobson konsep wahyu Abu
 
Zayd :11 

(Roman Jakobson) :  
 
Dalam konsep wahyu tersebut, jelas  
sekali bahwa Abu Zayd tidaklah  
menginkari bahwa Allahlah sang 
pengirim pesan (risalah). Namun, (QS. Ali ‘Imran : 85)
kemudian dia lebih memfokuskan diri
pada teks Qur’an yang ada pada kita  ...
 
10 
C. Ralph Taylor, Webster’s World University
Dictionary (Washinton, DC.: Publisher Company, 
INC ., 1965), 1034.
11
Mustaqim Abdul, ed., Studi Al-Qur’an
12
Kontemporer : Wacana Baru Berbagai Abou El Fadl Khaled, Cita Dan Fakta Toleransi
Metodologi Tafsir (Yogyakarta: Tiara Wacana Dalam Islam : Puritansime Versus Pluralisme,
Yogya, 2002). 157 Terj. Heru Prasetya (Bandung: Arasy, 2003). 20

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

6
Mulyadi

 lainnya, namun dapat ditarik sebuah


 benang merah yang menyatukan
  pandangan mereka itu. Benang merah
yang dimaksud adalah pandangan yang
 menegaskan bahwa Islam adalah sebuah
  sistem keyakinan dan aqidah yang
(QS. Al-Maidah : 3) terlembagakan dengan perangkat doktrin
Banyak mufasir memaknai Islam yang terkandung di dalamnya. Sistem
sebagai penyerahan diri atau ketundukan, keyakinan dan akidah yang bersifat
keta’atan, dan mengikut. Maksudnya tunggal menjadi syarat mutlak kemuliaan
adalah penyerahan diri atau ketundukan seseorang di hadapan Tuhan, serta jadi
terhadap Allah SWT., keta’atan terhadap jaminan keselamatan dan kebahagiaan di
syari’at-Nya, dan mengikut Rasul-Nya, akhirat. Dan pada gilirannya menganggap
serta menempuh jalan-Nya. Dengan bahwa agama yang dipahami adalah
demikian, siapa saja yang tidak berserah, agama yang lebih superior dibandingkan
tidak ta’at serta tidak mengikuti perintah- agama lain.
Nya, ia bukanlah seorang muslim. Dan ia
tidak dapat digolongkan sebagai pemeluk
agama yang diridhai Allah, karena Allah Konsep Islam dalam Al-Qur’an
tidak meridhai agama selain Islam. Perspektif Kontekstual.
Makna Islam lebih mengerucut lagi Konsep Islam dalam perseptif
dalam Q.S. Ali-Imran : 85 yang kontekstual memaknai Islam sebagai
menyatakan : sebuah agama yang bersifat universal dan
  progresif. Islam dipahami dengan
 menghubungkan teks-teks islam dengan
 keadaan sosial. Adapun secara istilah
  Noeng Muhadjir menegaskan bahwa kata
  kontekstual setidaknya memiliki tiga
  pengertian :
1. Upaya pemaknaan dalam rangka
  mengantisipasi persoalan dewasa ini
 yang umumnya mendesak, sehingga
Artinya : “Barang siapa mencari agama arti kontekstual identik dengan
selain agama Islam, maka sekali-sekali situasional.
tidaklah akan diterima (agama itu) dari 2. Pemaknaan yang melihat keterkaitan
padanya, dan dia di akhirat termasuk masa lalu, masa kini, dan masa
orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran mendatang atau memaknai kata dari
: 85) segi historis, fungsional, serta
Tidak ada jalan lain untuk prediksinya yang dianggap relevan.
menakwilkan hakikat Islam apalagi 3. Mendudukkan keterkaitan antara teks
menyelewengkannya dari makna yang al-Qur’an dan terapannya.13
sesungguhnya. Islam harus dimaknai Dengan demikian pemahaman
sebagaimana yang dimaksukan oleh kontekstual dapat diartikan suatu
Allah SWT.
Berbagai interpretasi atas makna 13
U. Safrudin, Paradigma Tafsir Tekstual Dan
Islam yang terdapat dalam QS. Ali ‘Imran Kontekstual Usaha Kembali Memahami Pesan
: 19 dan 85, serta QS. Al-Ma’idah : 3, Al-Qur’an (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
dengan cara yang berbeda satu sama 48.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

7
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

pendekatan yang digunakan untuk  


memahami wahyu yang kemudian  
dihubungkan dengan konteksnya. Dengan (QS. Ali ‘Imran : 19)
kata lain, istilah kontekstual secara umum  
berarti kecenderungan suatu aliran atau
pandangan yang mengacu pada dimensi

konteks yang tidak semata-mata 
bertumpu pada makna teks secara  
lahiriyah (literatur), tetapi juga  
melibatkan dimensi sosio-historis teks  
dan keterlibatan subjektif penafsir dalam  
aktifitas penafsirannya. 
Ada dua batasan dalam rangka (QS. Ali ‘Imran : 85)
kontekstualisasi teks-teks Islam. Penafsiran dan pemaknaan
Pertama, Untuk bidang ibadah murni terhadap dua ayat tersebut dalam
('ibadah mahdlah) dan aqidah, tidak ada pemahaman kontekstual sangat beragam.
kontekstualisasi. Secara umum mahdahah Namun pada hakikatnya, mereka
dapat diartikan memenuhi tuntutan yang memahami secara substansi konsep
diminta, seperti kewajiban melaksanakan Islam, bukan formal-legal sebagaimana
sholat. Maka dengan kewajiban tersebut penafsir yang uberorientasi tekstul. At-
seluruh muslim wajib melaksanakan Tabari menafsirkan Islam, dalam
perintah tersebut dan tidak bisa dirubah.
kaitannya dengan pemahaman din,
Hal ini memiliki arti bahwa, penambahan
sebagai respon aktif terhadap kehendak
maupun pengurangan untuk kepentingan
tuhan, lebih dari sekedar identitas
penyesuaian dalam konteks lingkungan
tertentu, karena yang demikian berarti keanggotaan etnoreligius tertentu. At-
membuat bid'ah, khurafat, dan tahayyul Tabari memang tidak memungkiri
yang jelas-jelas dilarang dalam Islam. pentingnya identifikasi seseorang
Kedua, untuk bidang di luar ibadah murni terhadap formalitas agama, namun Islam
dan aqidah, kontekstualisasi, dilakukan sebagai sebuah din al-haqq juga memiliki
dengan tetap berpegang pada moral ideal ketudukan, kepatuhan, dan berbakti
nash, untuk selanjutnya dirumuskan legal menuju kebenaran dalam petunjuk Tuhan.
spesifik baru yang menggantikan legal Penjelasan ini menunjukkan bahwa
spesifik lamanya. Moral ideal nash tidak pandangan At-Tabari tentang Islam
akan mengalami perubahan, sedangkan bersikap inklusif dan kontekstual.14 Hal
legal spesifik (pelaksanaan yang yang sama juga dikemukakan oleh az-
disesuaikan dengan situasi) akan Zamakhsyari, menurutnya Islam
mengalami perubahan sesuai dengan generiknya berarti “pasrah” dan
kondisi sosial yang sedang berjalan. “tunduk”. Ketundukan dan kepasrahan
Teknik interpretasi konteskstual mereka terekspresikan lewat perilaku dan
adalah cara memahami al-Qur'an dengan keterlibatannya di dalam perjuangan
mempertimbangkan unsur-unsur yang menegakkan kebenaran dan kesejahteraan
ada di luar teks atau yang melingkupi inilah yang disebut az-Zamakhsyari
teks. Untuk mempertegas lebih jauh ayat
yang membahas Islam yang berorientasi
14
kontekstual. Yang telah dicontohkan At-Tabari Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami
dalam Q.S. Ali-Imran : 19 dan 85 : Al-Bayan an Tanwil Ay Al-Qur’an, Jilid III
(Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, Dar Al-Kutub,
  1954), 87-88.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

8
Mulyadi

disebut Islam sebagai din al-haqq.15 berpandangan bahwa Islam adalah way of
Sedangkan pelaku disebut muslim, yaitu life yang komprehensif. Islam diyakini
orang yang pasrah dan tunduk terhadap mampu memberikan solusi bagi segala
kehendak dan ketetapan Tuhan. Orientasi problem kehidupan manusia yang timbul
kontekstual dalam penafsiran ini terlihat dari sistem Islami. Al-Qur’an sebagai
ketika ia mengaitkan terma Islam dengan sumber utama dan pertama ajaran Islam,
pengertan din. Islam sebagai din adalah mencakup keseluruhan aspek kehidupan
Islamnya para Nabi dan Rasul serta para manusia. Tidak ada pilihan lain lagi bagi
pengikutnya. umat manusia yang menginginkan
kesejahteraan, kedamaian, dan
Perbedaan Konsep Islam dalam keharmonisan dengan hukum alam dan
Al-Qur’an perspektif Tekstual dan fitrah hidup di dunia ini, kecuali hanya
Kontekstual menurut Sayyid Kutb dan dengan kembali kepada Allah, kembali
Rasyid Ridha. kepada sistem yang telah digariskan oleh-
Menurut Sayyid Qutb, makna Nya dalam kitab suci Al-Qur’an. Dari
Islam yang sesungguhnya adalah Islam keterangan ini tampak bahwa penafsiran
bukan sekedar pengucapan dua syahadat Sayyid Qutb terhadap terma Islam
tanpa disertai pendalaman makna serta menampakan suatu penafsiran yang
hakikatnya, Islam juga bukan bukan cenderung tekstual, yaitu Islam sebagai
hanya pembenaran dalam hati akan suatu akidah atau keyakinan. Islam
hakikat ketuhanan, keghaiban, hari merupakan agama satu-satunya yang
kiamat, dan sebagainya tanpa disertai mampu menghadirkan solusi atas
dengan amal nyata, Islam tidak sebatas berbagai persoalan.
syi’ar dan ibadah tanpa dampak nyata Sejalan dengan penafsiran Qutb
dalam kehidupan sehari-hari, Islam adalah Abu al-A’la Al-Maududi dalam
bersifat komprehensif mencakup semua Towerds Understanding The Qur’an
aspek kehidupan, inilah Islam yang (versi bahasa Inggris dari tahfim
dimaksud oleh Allah SWT.16 Dari Al-Qur’an), ketika menafsirkan ayat :
keterangan ini tampak bahwa  
penafsirannya cenderung tekstual, yaitu  
Islam sebagai sebauah akidah atau  
keyakinan, lebih tepatnya Islam sebagai
Ia menafsirkan sebagai
sebuah agama yang terlembagakan
dengan seperangkat doktrin yang
berikut : “Dalam pandangan Allah
melingkupinya. Islam merupakan satu- hanya ada satu sistem kehidupan dan
satunya agama yang menghadirkan solusi jalan penuntun (only one system of life
atas berbagai persoalan. Maka siapa saja and way of conduct) yang sesuai
yang tidak memeluk Islam, sudah jelas dengan realita, dan secara moral
bahwa ia tidak akan memperoleh benar. Sistem kehidupan dan jalan
kebagiaan di akhirat. penuntun ini berupa pengakuan
Dalam karyanya yang lain, Qutb Seseorang bahwa Allah adalah satu-
satunya Tuhan yang wajib disembah.
15
az-Zamakhsyari Abu al-Qayyim Mahmud bin Dalam praktiknya, dia harus
Umar, Al-Kasysyaf an Haqq’iq Gawamid at- mengikuti dan tunduk sepenuhnya
Tanzil, Jilid 2 (Beirut: Dar Al-Kutub al-Arabi, terhadap petunjuk yang disampaikan
n.d.).
16
Qutb Sayyid, Fi Zilal Al_Qur’an, Jilid I, Cet. 21 Tuhan kepada Rasul-Nya, bukan
(Beirut: Dar Al-Syuruq, 1993), 424. mengikuti jalannya sendiri. Sikap dan

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

9
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

cara berfikir seperti inilah yang bahwa: Penggunaan terma Islam dengan
disebut dengan Islam”.17 Lebih lanjut, makna doktrin, tradisi, dan praktik yang
Al-Maududi menegaskan bahwa dilakukan oleh sekelompok umat yang
manusia karena kebodohannya sering menyebut diri mereka sebagai muslim,
berfikir bahwa di mempunyai hak masih relatif baru, dan didasarkan atas
fenomena “agama sebagai apa yang
untuk percaya dan mengikuti setiap
dianut oleh para pemeluknya”. Ini adalah
doktrin yang datang kepadanya, ad-din dalam pengertian sebagai
apakah akan menjadi ateis ataukah komunitas (jinsiyy) atau kebiasaan
penyembah berhala. Menurut Al- (‘urf).18 Ridha berargumen bahwa Islam-
Maududi, sikap perlawanan yang sosial dan Islam-adat, yang beragam dan
demikian ini dalam pandangan Tuhan tergantung pada perbedaan yang terjadi
tidak memiliki makna apa-apa. pada penganutnya melalui penerimaan
Pemikir modern yang menjadi yang tidak kritis, tidak ada hubungannya
inspirasi tafsir kontekstual, yang juga dengan Islam yang sebenarnya.
mengemukakan argument yang sama Sebaliknya hal itu dianggap menyimpang
dengan At-Tabari dan az-Zamakhyari dari iman yang sejati. ad-din dimaknai
adalah Muhammad Abduh dan Rasyid dengan sifat universal, tidak mencakup
Rida. Ridha menegaskah bahwa apa yang identitas formal, dan sambil terbuka
disebut sebagai al-Muslim al-Haqiqi mengakui keabsahan jalan agama-agama
(muslim sejati) dalam pandangan Al- lain di luar Islam.
Qur’an adalah siapa saja yang terbebas Fazlur Rahman berpendapat
dari noda-noda syirik terhadap Allah bahawa Islam historis adalah Islam yang
Swt., ikhlas dan beramal yang disertai dipahami dan dipraktikan oleh kaum
keimanan, tidak perduli ia berasal dari muslimin dalam rentang sejarahnya yang
agama (formal) apapun yang dianutnya, panjang. Sedangkan Islam normatif
kapan, dan dimana saja. Inilah yang adalah yang terkandung dalam Al-Qur’an
dimaksud oleh Allah dalam Firman-Nya : dan hadis. Dalam konteks kehidupan
  modern. Fazlur Rahman, melihat Islam
 historis lebih merupakan beban dalam
 upaya rekonstruksi Islam, dan karenanya
ia menyerukan agar kaum muslimin
  menyegarkan kembali Islam normatif
  dengan semangat kekinian dan
  kediskinian melalui pemahaman dan
  penafsiran yang kontekstual dan
19
 dinamis. Islam normatif menurut
(QS. Ali ‘Imran : 85) Rahman ajaran-ajaran Al-Qur’an dan
Selain dimaknai sebagai sebuah sunah Nabi yang hidup yang berbentuk
instrument agama dengan seperangkat nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip
doktrin yang bersifat universal dan dasar. Sedangkan Islam historis adalah
progresif, Rida juga membedakan antara
Islam yang dilembagakan dan Islam yang 18
Ridha Rasyid, Tafsir Al-Manar, Juz III, Cet. ke-
tidak dilembagakan. Dia berpendapat 3 (Beirut: Dat al-Fikr, n.d.), 361.
19
Rahman Fazlur, Islam Dan Modernity:
17
al-Maududi Abu al-A’la, Towards Transformasi of an Intelectual Tradition
Understanding the Qur’an, Vol.1 (Yunited (Chicago: Universitas of Chicago Press, 1984),
Kingdom: The Crowell Press, 1995), 242. 141-142.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

10
Mulyadi

penafsiran yang dilakukan terhadap ketundukan terhadap perintah Allah,


ajaran Islam dalam bentuknya yang ketaatan terhadap syari’at-Nya dan
beragam. mengikuti Rasul-Nya serta menempuh
Beragam pandangan dan jalan-Nya. Dengan demikian, maka siapa
penafsiran seputar makna dari terma adi- saja yang tidak berserah diri, tidak taat
din dan Islam yang dikemukakan oleh serti tidak mengikuti perintahnya-Nya,
sejumlah mufassir yang berorientasi bukanlah seorang muslim. Dan ia tidak
kontekstual ini pada dasarnya dapat digolongkan sebagai pemeluk
menyiratkan sebuah persepsi yang sama agama (din) yang diridhai Allah karena
tentang makna yang lebih substansial. Allah tidak meridhai agama (din) selain
Mereka berusaha menunjukan Islam.21
pemaknaan yang inklusif atas terma Jadi Qutb mengartikan Islam
Islam. Semangat universal-kosmopolitan sebagai tunduk, patuh, taat dan
dari terma ad-din dan Islam sebagai jalan mengikuti, yakni tunduk patuh kepada
keselamatan, sikap kepatuhan dan perintah Allah, taat kepada syari’at-Nya,
kepasrahan kepada Tuhan yang serta mengakui rasul dan manhaj-Nya.
merupakan hak seluruh umat manusia, Barang siapa tidak tunduk patuh, taat,
bukan dimiliki kelompok tertentu. dan mengikuti maka ia bukanlah seorang
Perbedaan tafsir yang berorientasi muslim, dan oleh karenanya, ia bukanlah
tekstual dan kontekstual tentang makna penganut agama yang diridhai Allah,
Islam, maka metode penafsirannya padahal Allah tidak meridhai agama
sebenarnya berkisar pada analisis kecuali Islam.
terhadap ayat yang paling krusial dan Sedangkan Rasyid Ridha, ketika
menimbulkan perdebatan dikalangan menafsirkan Islam, awalnya melihat
kaum muslim yaitu ayat yang terdapat terma Islam dari sudut bahasa. Menurut
pada Q.S. Al-Maidah ayat 3. Penggalan Ridha, terma Islam yang merupakan
ayat ini, menjelaskan tentang agama (din) bentuk masdar (infinitif) dari aslama
yang telah disempurnakan, dan Islam adalah berarti tunduk, menyerah, dan
diakui sebagai agama (din) yang diridhai “memnuhi atau melakukan”, dalam
oleh Allah. Sebut saja dua penafsir yang konteks kalimat ‫( دﺧﻞ ﻓﻲ اﻟﺴﻠﻢ‬ia masuk ke
mewakili kedua aliran ini, Sayyid Qutb dalam al-silm), Islam diartikan sebagai
dan Rasyid Ridha. nama dari sebuah agama (din). Namun,
Kata Islam adalah bentuk masdar terma Islam juga bermakna
dari kata aslama, yang memiliki makna : “rekonsiliasi”, “damai”, atau
22
1) tunduk dan patuh, 2) menunaikan, “keseluruhan”. Berkaitan dengan
menyampaikan. Dikatakan : aslamtu asy-
syai’ ila fulan: “saya menyampaikan
kalimat ‫ان اﻟﺪﻳﻦ ﻋﻨﺪ اﷲ اﻻﺳﻠﻢ‬ Ridha
sesuatu kepada si fulan 3) masuk dalam menegaskan bahwa menyebut din al-
kedamaian, keselamatan, dan haqq (agama yang benar) sebagai Islam
kemurnian”.20 Sayyid Qutb, ketika adalah seharusnya dikaitkan dengan
menafsirkan terma Islam sebagai sebuah seluruh makna linguistic istilah ini,
agama (din), menegaskan bahwa makna terutama ketundukan. Dengan memahami
Islam adalah menyerahkan diri atau istilah ini, mencakup seluruh agama yang
ketundukan, ketaatan, dan mengikuti. dibawa oleh para Nabi dan rasul
Maksudnya adalah penyerahan diri atau terdahulu. Karena pada hakikatnya, Islam
21
Sayyid, Fi Zilal Al_Qur’an, 364.
20 22
Rasyid, Tafsir Al-Manar, 257. Rasyid, Tafsir Al-Manar, 257.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

11
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

adalah spirit (ruh) bagi setiap agama tepatnya makna Islam asli, sedangkan
yang telah disepakati meskipun terdapat Rasyid Rida, lebih terbuka pada
perbedaan dalam hal taklif (kewajiban) transformasi makna teks ke dalam
dan deskripsi ritualitasnya. dimensi spiritual dan kultural suatu teks.
Dapat dipahami bahwa Ridha Baik penafsiran yang berorientasi
mendefinisikan din atau lebih spesifik tekstual maupun kontekstual sama-sama
lagi Islam dengan makna yang bersifat memiliki kelemahan dan kelebihan.
universal, yang tidak hanya berarti Kelemahan penafsiran tekstual terletak
identifikasi formal dengan Islam sosio- pada pemaknaan yang terlalu
historis, akan tetapi juga secara terbuka menekankan pada makna lahiriyah
mengakui keabsahan jalan agama-agama dengan mengedepankan makna identitas
lain di luar Islam. Secara keseluruhan dari Islam. Sedangkan penafsiran
terdapat dua penekanan dalam kontekstual lebih mementingkan makna
merefleksikan makna terma din yang substantifnya dengan mengabaikan
dihubungkan dengan terma Islam. identitas formal Islam sebagai agama.
Pertama, secara normatif, din
mengandung makna kepasrahan dan Penutup
penyerahan diri secara total. Kedua, Islam dalam ungkapan Arab salima,
pengejawantahan nilai-nilai normatif ke diantaranya adalah selamat, bebas.
dalam praktis sosial. Atau dengan kata Pemahaman Al-Qur’an secara tekstual
lain, makna Islam sebagai din memiliki pandangan bahwa Islam
menyiratkan dua makna sekaligus, yaitu dimaknai sebuah keyakinan dan akidah
makna intrinsik (esoterik) sebagai bukti yang tidak bisa dirubah berdasarkan teks
kesalehan individu (hablun minallah), yang terkandung di dalamnya, yang
dan makna ekstrinsik (eksoterik) sebagai merupakan keyakinan tunggal di hadapan
upaya pengejawantahan nilai-nilai Tuhan dan agama yang sempurna adalah
insaniyah dalam realita sosial, sebagai Islam dibandingkan dengan agama lain.
sebuah wujud kesalehan sosial (hablun Cara penafsiran yang berdasarkan teks
minannas). atau naskah.
Jika diteliti secara seksama, kedua Interpretasi kontektual adalah cara
pendapat itu menampakkan dua bentuk penafsiran yang mempertimbangkan
penafsiran yang terlihat berbeda, meski konteks yang melingkupi suatu teks.
tidak harus dipertentangkan. Ridha lebih pemahaman kontekstual dalam teks-teks
memahami Islam secara substantif, yaitu islam akan berkembang mengikuti
dalam pengertian Islam sebagai perkembangan zaman, namun yang perlu
kebutuhan dan ketundukan. Sedangkan diperhatikan adalah memahami agama
Qutb memahami secara formal-normatif, secara konteks bukan berarti
yaitu Islam sebagai identitas dan label meninggalkan teksnya. Dalam artian
bagi keberagamaan formal seseorang. keduanya memiliki sebuah relasi, yaitu ;
Dengan demikian seseorang yang tidak kontekstual merupakan sebagai
memeluk Islam (sebagai agama identitas) pendukung tekstual dalam memahami
disebut bukan muslim, dan ia tidak agama, karena keduanya tidak akan dapat
berhak memperoleh pengampunan dari dipisahkan dan saling berhubungan.
Allah. Adapun kelebihan dari masing- Sehingga apabila keduanya diterapkan
masing penafsiran itu adalah : Sayyid secara berdampingan dalam sebuah kasus
Kutb, bersifat hati-hati karena tuntutan atau hukum, maka hukum tersebut tidak
normativitas ajaran Islam, atau lebih akan keluar dari jalur yang telah

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

12
Mulyadi

ditentukan Islam dan akan berjalan Haqq’iq Gawamid at-Tanzil. Jilid 2.


selaras dengan apa yang dimaksudkan Beirut: Dar Al-Kutub al-Arabi, n.d.
oleh ajaran agama Islam dan dengan
pendekatan kontekstual. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, At-
Sayyid Qutb memahami secara Tabari. Jami Al-Bayan an Tanwil Ay
formal-normatif, yaitu Islam sebagai Al-Qur’an. Jilid III. Kairo: Mustafa
identitas dan label bagi keberagamaan al-Babi al-Halabi, Dar Al-Kutub,
formal seseorang. Sedangka Rasyid 1954.
Ridha lebih memahami Islam secara
substantif, yaitu dalam pengertian Islam Ali, Atabik. Kamus Al-’Asri : Arab
sebagai kebutuhan dan ketundukan. Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Ali
Sayyid Kutb, bersifat hati-hati karena Maskun, 1996.
tuntutan normativitas ajaran Islam,
sedangkan Rasyid Rida, lebih terbuka C. Ralph Taylor. Webster’s World
pada transformasi makna teks ke dalam University Dictionary. Washinton,
dimensi spiritual dan kultural suatu teks. DC.: Publisher Company, INC .,
Dalam menghadapi pemahaman 1965.
yang multi-interprestasi dengan
fenomena liguistik, tetap kembali ke Al- Farid, Esack. Al-Qur’an, Liberalisme,
Qur’an dan Sunah, sesuai dengan strategi Pluralisme, : Membebaskan Yang
penafsiran dan kaidah yang sesuai makna Tertindas, Terj. Watung A. Budiman.
teks tersurat secara literal-tekstual dan Bandung: Mizan, 2000.
dipahami secara kontekstual dengan
meminimalisir perbedaan. Fazlur, Rahman. Islam Dan Modernity:
Transformasi of an Intelectual
Tradition. Chicago: Universitas of
Chicago Press, 1984.
Daftar Pustaka Gholdizher, Ignaz. Mazahid at-Tafsir Al-
Islami. Beirut Libanon: Dar Iqra,
Abdul, Mustaqim, ed. Studi Al-Qur’an 1983.
Kontemporer : Wacana Baru
Berbagai Metodologi Tafsir. ignaz, Gholdziher. Mazahib at-Tafsir Al-
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, Islami. Cet.2. Beirut Libanon: Dar
2002. Iqra, 1983.

Abu al-A’la, al-Maududi. Towards J.J.G., Jansen. Diskursus Tafsir Al-


Understanding the Qur’an. Vol.1. Qur’an Modern Terj. Hairussalim
Yunited Kingdom: The Crowell Dan Syarif Hidayatullah.
Press, 1995. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
1997.
Abû Al-Husain Ahmad ibn Fâris ibn
Zakariya. Mu’jam Al-Maqâyîs Fiy Jalaluddin, Rahmat. Islam Dan
Al-Lughah. Beirut: Dâr Al-Fikr, Pluralisme : Akhlak Qur’an
1994. Menyikapi Perbedaan. Cet.2.
Jakarta: Serambi, 2006.
Abu al-Qayyim Mahmud bin Umar, az-
Zamakhsyari. Al-Kasysyaf an Khaled, Abou El Fadl. Cita Dan Fakta

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

13
Konsep Islam Dalam Al-Qur’an
Perspektif Tekstual Dan Kontekstual

Toleransi Dalam Islam :


Puritansime Versus Pluralisme, Terj.
Heru Prasetya. Bandung: Arasy,
2003.

Paradigma Tafsir Tekstual &


Kontekstual : Usaha Memaknai
Kembali Pesan Al-Qur’an. Cet.1.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Quraish, Shihab. Tafsir Al-Misbah :


Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Rasyid, Ridha. Tafsir Al-Manar. Juz III,


Cet. ke-3. Beirut: Dat al-Fikr, n.d.

Safrudin, U. Paradigma Tafsir Tekstual


Dan Kontekstual Usaha Kembali
Memahami Pesan Al-Qur’an.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Sayyid, Qutb. Fi Zilal Al_Qur’an. Jilid I,


Cet. 21. Beirut: Dar Al-Syuruq,
1993.

~ Islamuna Volume 5 Nomor 1 Juni 2018 ~

14

You might also like