You are on page 1of 8

Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…

Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

TINGKAT KERUSAKAN MINYAK KELAPA SELAMA PENGGORENGAN


VAKUM BERULANG PADA PEMBUATAN RIPE BANANA CHIPS (RBC)
Degree of Coconut Oil Rancidity During Recycled Vacuum Frying
for Production of Ripe Banana Chips (RBC)

Herlina Herlina1)*, Ely Astriyaningsih1), Wiwik Siti Windarti1), Nurhayati Nurhayati1)


1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegalboto, Jember 68121
*E-mail: lina.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Coconut oil is an oil produced from the old coconut that is obtained from the pulp of a coconut
in the extract through the manufacture of coconut milk and finally becomes oil. The damage on oils
such as oxidation reaction, hydrolysis reaction and polymerization reaction. This study aims to know
the extent of coconut oil damage during repeated vacuum frying on the manufacture of Ripe Banana
Chips (RBC) by testing the free fatty acids, Iodine Numbers, Peroxide Numbers, Viscosity, Specific
Weight and Clarity. Fat Free Acid Content, Iodine Numbers and Peroxide Numbers are determined
by iodometric method, viscosity by oswald viscometer method, specific gravity by pycnometer and
clarity by spectrophotometer. The sample is coconut oil in each fryer by using a vacuum fryer.
Measurement is repeated with three times for each oil. The results showed that average oil free fatty
acid analysis was 0,1944% - 0,2414%. Iodine ranges from 41,783mg/g-45,7141mg/g. Peroxide
numbers range from 2,5909mekO2/kg-3,067mekO2/kg. The average yield of viscosity analysis ranged
from 0,0205Poise-0,0333Poise. Specific gravity ranged from 0,9144g/ml-0,9193g/ml. The average
results of clarity analysis ranged from 0,0788-0,0928. The conclusion of this study is the more
frequent oil that’s used with vacuum frying on the manufacture of Ripe Banana Chips (RBC) can
caused the quality of oil is decreased. This is indicated by the increase of free fatty acid content,
peroxide number, specific gravity, viscosity and decrease of iodine number and clarity.

Keywords: oil rancidity, coconut oil, vacuum frying, ripe banana chips (RBC)

PENDAHULUAN pisang adalah dengan melakukan


Buah-buahan merupakan salah satu pengolahan buah-buahan menjadi keripik
komoditas hortikultura yang memiliki nilai atau bisa disebut Ripe Banana Chips
ekonomi tinggi dan memiliki peluang (RBC).
untuk diekspor. Produk buah-buahan di Ripe Banana Chips (RBC)
Indonesia pada umumnya dikonsumsi merupakan makanan ringan yang
dalam bentuk buah segar dan masih sedikit menyehatkan karena kandungan seratnya
yang diolah ke dalam bentuk makanan yang tinggi. Penggorengan Ripe Banana
olahan salah satunya yaitu buah pisang. Di Chips (RBC) dapat dilakukan dengan
Indonesia buah pisang memiliki nilai menggunakan penggorengan pada tekanan
produktivitas yang tinggi yaitu mencapai vakum. Penggorengan vakum digunakan
7,29 juta ton pada tahun 2015 (Badan untuk buah-buahan yang kandungan airnya
Pusat Statistik, 2015) sedangkan buah tinggi misalnya pisang (75%) (Mulyati,
pisang bersifat mudah rusak (perishable) 2005). Berkembangnya teknologi
setelah dipanen, di samping itu tingkat penggorengan vakum menghasilkan Ripe
kehilangan hasil cukup tinggi yaitu Banana Chips (RBC) yang memiliki rasa
mencapai 25-40% (Hasan, 2005). Salah dan aroma seperti buah aslinya, tekstur
satu alternatif untuk meningkatkan umur renyah serta nilai gizinya relatif dapat
simpan serta nilai tambah produk buah dipertahankan karena proses penggorengan

186
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

berlangsung pada suhu relatif rendah minyak goreng berkali-kali hingga


(Enggar, 2009). menjadi rusak (LPPOM, 2010).
Pada kondisi vakum, suhu Penggunaaan minyak goreng yang
penggorengan dapat diturunkan menjadi berulang tersebut menjadi masalah yang
80−90°C karena titik didih minyak ada dalam proses penggorengan (Hartini,
mengalami penurunan, sehingga kerusakan 2011).
warna, aroma, rasa, dan nutrisi pada Minyak yang berulang kali
produk akibat panas dapat dihindari. digunakan dapat menyebabkan penurunan
Kerusakan minyak dan akibat lain yang mutu bahkan akan menimbulkan bahaya
ditimbulkan karena suhu tinggi dapat bagi kesehatan. Penggunaan minyak
diminimalkan karena proses dilakukan goreng berulang kali akan mengalami
pada suhu dan tekanan rendah. Pada proses berbagai reaksi kimia diantaranya reaksi
penggorengan, minyak goreng berfungsi hidrolisis, oksidasi, isomerisasi dan
sebagai medium penghantar panas, polimerisasi. Kerusakan tersebut
menambah rasa gurih, menambah nilai gizi menyebabkan minyak menjadi berwarna
dan kalori dalam bahan pangan. Minyak kecoklatan, lebih kental, berbusa, berasap,
yang dikonsumsi sangat erat kaitannya serta meninggalkan odor yang tidak
bagi kesehatan kita. Minyak yang sering disukai pada makanan. Perubahan akibat
kita dengar ada dua macam yaitu minyak pemanasan tersebut antara lain disebabkan
sawit dan minyak kelapa. oleh terbentuknya senyawa yang bersifat
Masyarakat lebih memilih minyak toksik dalam bentuk hidrokarbon, asam-
kelapa sawit karena harganya lebih asam lemak hidroksi, epoksida, senyawa-
terjangkau, namun bila ditinjau dari segi senyawa siklik, dan senyawa senyawa
kesehatan minyak kelapa lebih poplimer (Ketaren, 2008). Penelitian ini
menyehatkan dan memiliki banyak dilakukan untuk mengetahui tingkat
keuntungan yakni memberikan keuntungan kerusakan minyak kelapa dalam
gizi klinis bagi individu yang tidak dapat penggorengan vakum berulang.
menyerap asam lemak rantai panjang. Penelitian ini bertujuan untuk
Selain itu minyak kelapa lebih mudah mengetahui tingkat kerusakan minyak
diserap usus dan tidak digabungkan kelapa selama penggorengan vakum
dengan kilomikron untuk diangkut dan berulang pada pembuatan Ripe Banana
disimpan dalam jaringan adipose, tetapi Chips (RBC).
langsung diangkut ke hati untuk dioksidasi
menjadi energi yang siap digunakan oleh METODE PENELITIAN
tubuh (Kennedy, 1991). Oleh karena itu,
dalam penelitian ini digunakan minyak Alat dan Bahan
kelapa sebagai medium penghantar panas Alat yang digunakan dalam
dalam pembuatan Ripe Banana Chips penelitian ini adalah penggorengan vakum
(RBC). kapasitas produksi 5 kg, buret,
Saat proses penggorengan spektrofotometer, piknometer, neraca
berlangsung, minyak goreng akan analitik, hot plate, spatula, pipet tetes,
teradsorbsi pada makanan sebanyak 5- gelas kaca, stopwatch dan thermometer.
40%, dengan demikian minyak goreng Bahan-bahan yang digunakan dalam
juga akan ikut terkonsumsi dan masuk ke penelitian ini adalah pisang mas pada
dalam tubuh. Hal ini tidak menjadi kematangan level 5-6 (pisang masak
masalah selama minyak yang digunakan dengan kulit kuning merata), minyak
untuk menggoreng tidak rusak, akan tetapi kelapa merck DORANG, botol gelap,
masyarakat kebanyakan tidak mengetahui etanol 96%, indikator phenopthalin (PP),
hal tersebut dan terus menggunakan NaOH 0,1 N, aquadest, asam oksalat,

187
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

Na2S2O30,1 N, Na2CO3, KIO3, KI jenuh, minyaknya dengan menggunakan teknik


KI 15%, HCl 2 N, amilum, asam asetat sentrifugasi/pemusingan selama 5 menit.
glasial, chloroform, CHCl3, reagen yodium Selanjutnya produk siap dikemas dan
bromida, Yodium dan bromin. dilabel.
Perbandingan bahan baku daging
Tahapan Penelitian buah pisang masak dengan minyak nabati
Persiapan bahan baku yang digunakan adalah 1:12. Perbandingan
Persiapan alat dan bahan baku ini dapat diperkecil hingga 1:7 dalam
meliputi perbaikan dan pengkondisian alat rangka efisiensi penggunaan minyak. Akan
penggorengan vakum, pembelian bahan tetapi dapat meningkatkan mutu produk
baku berupa pisang mas kirana dengan yang dihasilkan berdasarkan parameter
tingkat kematangan level 5-6 (pisang tingkat kerenyahannya. Selama
masak dengan kulit kuning merata) dan penggorengan dilakukan pengadukan
minyak goreng. Perbaikan dan dengan menggoyangkan wadah dalam
pengkondisian alat penggorengan vakum penggorengan dengan menggunakan tuas.
dilakukan dengan memperbaiki bagian Penggoyangan cukup dilakukan dua kali
seal dari alat sehingga mendukung proses frekuensi tiap 20-30 menit. Jika terlalu
pemvakuman. Pengkondisian alat sering digoyang maka dapat merusak
dilakukan dengan menghidupkan alat penampilan produk (produk ada yang tidak
vakum hingga menunjukkan tekanan di utuh irisannya/patah). Tahap selanjutnya
atas -60 cmHg dan penyetelan (setting) adalah pengurangan kadar minyak produk
kompor untuk beroperasi pada suhu 80- RBC dengan teknik sentrifugasi
90oC. menggunakan alat spiner. Produk RBC
yang dihasilkan adalah sekitar 26-36% dari
Produksi ripe banana chips (RBC) berat awal bahan baku buah pisang yang
Produksi RBC dilakukan dengan digunakan (sekitar 1,3-1,8 kg dari 5 kg
lima tahap yaitu pengupasan, pembekuan, daging buah pisang). Tahap terakhir
penggorengan, pengurangan kadar air, dan adalah penimbangan, pengemasan dan
pengemasan. Pertama mengupas pisang labeling.
mas masak tetapi sebelum pisang dikupas
pada kedua ujungnya dipotong selanjutnya Pengambilan sampel
bagian tengah dilubangi dengan Pengambilan sampel sebanyak 200
menggunakan pipa plong. Hal ini ml di setiap penggorengan, penggorengan
bertujuan mempertahankan bentuk pisang digunakan sebanyak 4 kali. Sampel yang
agar tetap utuh dan adanya lubang telah didapat di analisis meliputi kadar
membujur di bagian tengah mampu asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan
mengoptimalkan transfer panas dari peroksida, viskositas, berat jenis dan
minyak ke bahan (buah pisang). kejernihan.
Tahap selanjutnya adalah
pembekuan buah pisang dengan Rancangan Percobaan
menggunakan suhu -10oC selama 120 Penelitian ini menggunakan metode
menit. Tahap penggorengan vakum Rancangan Acak Lengkap (RAL) 1 faktor
dilakukan pada suhu 80-90oC dengan yaitu perlakuan penggorengan dengan 3
tekanan -70s/d-76 cmHg selama 3 jam. kali titik pengukuran. Faktor perlakuan
Sebelum kompor dinyalakan, penggoreng penggorengan terdiri dari 4 taraf yaitu B1 :
vakum diisi dengan minyak goreng nabati Penggorengan 1, B2 : Penggorengan 2, B3 :
sebanyak 60 kg untuk kapasitas alat 5 kg Penggorengan 3 dan B4 : Penggorengan 4.
bahan baku. Setelah penggorengan, produk Data yang diperoleh dianalisis
RBC diangkat dan dikurangi kadar menggunakan analisis deskriptif.

188
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

Metode Analisis
Pengujian analisa meliputi uji 0,30

Kadar asam lemak bebas


kimia dan uji fisik. Parameter uji kimia 0,2387 0,2415
0,25
meliputi kadar asam lemak bebas 0,2052
0,20 0,1944
(Sudarmadji et al., 2007), bilangan iod

(%)
(Sudarmadji et al., 2007) dan bilangan 0,15
peroksida (SNI, 2013). Pengujian
menggunakan metode iodometri. Uji fisik 0,10
meliputi viskositas metode oswald, berat 0,05
jenis (Ketaren, 2012) dan Kejernihan
(Sudarmadji et al., 2007). 0,00
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Penggorengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Nilai kadar asam lemak bebas minyak
Kadar Asam Lemak Bebas kelapa penggorengan vakum berulang
Asam lemak bebas merupakan hasil pada pembuatan RBC
hidrolisis dari trigliserida. Pada saat
minyak digunakan, pada awal proses asam Gambar 1 menunjukkan bahwa
lemak bebas dihasilkan melalui proses minyak dari hasil penggorengan berulang
pemecahan oksidasi. Namun, pada tahap RBC mengalami peningkatan pada kadar
selanjutnya asam lemak bebas dihasilkan asam lemak bebas karena adanya air pada
dari proses hidrolisis yang disebabkan minyak dan panas pada waktu
karena adanya air. Minyak yang digunakan penggorengan sehingga terjadi hidrolisis
dalam proses penggorengan memiliki pada minyak, hal ini sesuai dengan
resiko besar dalam terbentuknya asam pernyataan Sulieman et al., (2001) bahwa
lemak bebas karena adanya perlakuan kenaikan kadar asam lemak bebas
panas dengan temperatur yang tinggi yang disebabkan karena pada saat penggorengan
menyebabkan meningkatnya kandungan pertama, kadar air dalam minyak belum
asam lemak bebas. Hal ini sesuai dengan terlalu banyak, tetapi pada proses
pernyataan Ketaren (2008), kandungan penggorengan selanjutnya kadar air pada
asam lemak bebas minyak akan meningkat minyak semakin bertambah. Keberadaan
selama pemanasan, disebabkan peristiwa air pada minyak yang berasal dari bahan
oksidasi dan hidrolisis. Pada proses ini baku yang mempercepat poses hidrolisis
terjadi pemutusan rantai triglesirida dari minyak goreng.
menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Nilai Kadar Asam Lemak Bebas Bilangan Iod
dapat dilihat pada Gambar 1. Bilangan iod ditentukan untuk
mengukur jumlah asam lemak tidak jenuh
pada minyak dan lemak (Talpur, 2009).
Semakin lama penggunaan minyak goreng
akan semakin kecil bilangan iodnya. Hasil
analisis bilangan iod minyak goreng
tertinggi ada pada penggorengan pertama
sebesar 45,7141 mg/g sedangkan bilangan
iod terendah ada pada penggorengan
keempat sebesar 41,783 mg/g dapat dilihat
pada Gambar 2. Hasil keseluruhan
menunjukkan bahwa sampel minyak

189
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

goreng terjadi penurunan bilangan iod. warna biru tepat menghilang. Nilai
Penurunan bilangan iod disebabkan karena Bilangan Peroksida dapat dilihat pada
adanya dekomposisi pada minyak goreng Gambar 3.
dan penjenuhan ikatan rangkap yang
melalui degradasi hidroperoksida
membentuk produk sekunder berupa asam 4,0000 3,3807 3,6067
karboksilat, karbonil dan senyawa hasil 3,5000 2,7971

Bilangan Peroksida
3,0000 2,5909
degradasi yang lain (Farida et al., 2006).

(mek O2/kg)
2,5000
2,0000
50,0000 45,7141 44,3133 43,1770 1,5000
45,0000 41,7830
1,0000
Bilangan Iod (mg/g)

40,0000
35,0000 0,5000
30,0000 0,0000
25,0000 Pertama Kedua Ketiga Keempat
20,0000
15,0000
Penggorengan
10,0000 Gambar 3. Nilai bilangan peroksida minyak
5,0000 kelapa penggorengan vakum
0,0000 berulang pada pembuatan RBC
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Penggorengan Gambar 3 menunjukkan hasil rata-
Gambar 2. Nilai bilangan iod minyak kelapa rata analisis bilangan peroksida minyak
penggorengan vakum berulang pada pada penggorengan vakum berkisar antara
pembuatan RBC 2,5909 mek O2/kg – 3,067 mek O2/kg,
secara keseluruhan bilangan peroksida
Gambar 2 menunjukkan bahwa masih dalam standar yang ditetapkan oleh
bilangan iod mengalami penurunan. SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 10 mek
Perubahan bilangan iod masing-masing O2/kg.
sampel setelah setiap kali penggorengan Proses oksidasi lemak berpengaruh
berbeda-beda. Apabila bilangan iod rendah terhadap mutu produk-produk makanan
maka tingkat ketidakjenuhannya juga yang dihasilkan, kerusakan minyak
rendah. Tingginya tingkat ketidakjenuhan dikarenakan adanya reaksi yang
minyak menyebabkan minyak semakin melibatkan oksigen yang dikenal dengan
mudah teroksidasi. Apabila minyak mudah ketengikan. Peroksida terbentuk pada
teroksidasi maka tingkat tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini
ketidakjenuhannya semakin berkurang hidrogen akan menghasilkan radikal bebas.
karena ikatan rangkapnya sudah putus Radikal bebas yang terbentuk bereaksi
sehingga bilangan iodnya semakin kecil dengan oksigen membentuk radikal
(Tyas, 2011). peroksi, selanjutnya atom hidrogen dari
molekul tak jenuh lain menghasilkan
Bilangan Peroksida peroksida dan radikal bebas yang baru
Bilangan peroksida dapat diukur (Aminah, 2010). Umumnya kerusakan
secara kuantitatif dengan menggunakan oksidasi terjadi pada asam lemak tidak
titrasi iodometri dengan penentuan jumlah jenuh, tetapi bila minyak dipanaskan pada
iodin yang dibebaskan menggunakan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh
kalium iodida. Iodin yang telah dibebaskan pun akan teroksidasi.
dititrasi dengan natrium tiosulfat,
selanjutnya ditambahkan indikator amilum Viskositas
hingga berwarna biru, kemudian ditirasi Viskositas adalah suatu sifat yang
kembali dengan natrium tiosulfat hingga menentukan besarnya daya tahan terhadap

190
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

gaya geser atau dapat didefinisikan sebagai minyak akan meningkat. Menurut
ketahanan terhadap aliran. Viskositas dari Febriansyah (2007), polimer merupakan
suatu fluida dihubungkan dengan tahanan senyawa yang terbentuk di dalam minyak
terhadap gaya yang menggeserkan fluida goreng akibat pemanasan terus menerus
pada lapisan yang satu dengan yang lain. pada suhu tinggi dengan atau tanpa adanya
Hasil rata-rata analisis viskositas minyak oksigen.
pada penggorengan vakum berkisar antara
0,0205 Poise – 0,0333 Poise dapat dilihat Berat Jenis
pada Gambar 4. yang menunjukkan Uji densitas atau berat jenis adalah
bahwa viskositas semakin meningkat pegujian yang bertujuan untuk mengetahui
disetiap penggorengan. berat jenis dari sampel, dimana dalam hal
ini minyak kelapa yang digunakan sebagai
0,0400
sampel. Penelitian ini untuk menunjang
0,0334
0,0350 keberhasilan uji berat jenis, dilakukan
Viskositas (Poise)

0,0300
0,0268 pengujian dengan menggunakan alat
0,0230
0,0250 0,0205 piknometer. Prinsip metode ini didasarkan
0,0200 atas penentuan massa cairan dan
0,0150 penentuan ruang, yang ditempati cairan
0,0100
ini, dibutuhkan wadah untuk menimbang
0,0050
0,0000
yang dinamakan piknometer (Ahmad,
Pertama Kedua Ketiga Keempat dkk.,2014).
Hasil rata-rata analisis berat jenis
Penggorengan minyak pada penggorengan vakum
berkisar antara 0,9144 g/ml – 0,9193 g/ml
Gambar 4. Nilai viskositas minyak kelapa dapat dilihat pada Gambar 5 yang
penggorengan vakum berulang
pada pembuatan RBC menunjukkan bahwa berat jenis semakin
meningkat disetiap penggorengan.
Gambar 4 menunjukkan nilai
viskositas mengalami peningkatan.
Peningkatan viskositas pada minyak 1,0000 0,9145 0,9175 0,9193
0,9193
diakibatkan karena minyak memiliki
konsentrasi padatan terlarut yang tinggi 0,8000
Berat Jenis (g/ml)

yang menyebabkan viskositas juga


semakin tinggi. Padatan terlarut berasal 0,6000
dari padatan yang digoreng. Semakin
banyak partikel yang terlarut, gesekan 0,4000
antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula (Sani, 0,2000
2010). Selain karena zat terlarut, viskositas
juga dipengaruhi oleh adanya reaksi 0,0000
polimerisasi yang berlangsung selama Pertama Kedua Ketiga Keempat
penggorengan. Reaksi polimerisasi Penggorengan
disebabkan oleh suhu dan pemanasan yang
lama (Salamah, 2007). Ketika minyak Gambar 5. Nilai berat jenis minyak kelapa
penggorengan vakum berulang pada
dipanaskan pada suhu ekstrim dalam pembuatan RBC
waktu yang lama akan terbentuk molekul
besar yang disebut polimer. Ketika Gambar 5 menunjukkan bahwa
polimer telah terbentuk dalam jumlah yang berat jenis dipengaruhi oleh viskositas,
cukup banyak, maka viskositas dari

191
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

massa zat dan padatan terlarut (Sani, Kejernihan pada minyak pada setiap
2010). Viskositas suatu zat dapat kali penggorengan mengalami penurunan.
mempengaruhi berat jenisnya karena Penurunan ini disebabkan oleh senyawa
viskositas berbanding lurus dengan berat hasil oksidasi asam lemak tak jenuh pada
jenis. Jadi semakin besar viskositas suatu pemasakan suhu tinggi serta penggunaan
zat maka semakin besar pula berat secara berulang-ulang. Selain oksidasi
jenisnya. Massa zat juga mempengaruhi yang terjadi kejernihan juga dipengaruhi
massa jenis karena jika zat mempunyai oleh zat terlarut didalamnya, semakin
massa yang besar maka kemungkinan banyaknya partikel yang terlarut, gesekan
bobot jenisnya juga menjadi lebih besar. antar partikel semakin tinggi (Sani, 2010).
Padatan terlarut juga mempengaruhi berat Ketika minyak dipanaskan pada suhu
jenis karena banyak partikel yang terlarut, ekstrim dalam waktu yang lama akan
gesekan antar partikel semakin tinggi dan terbentuk molekul besar yang disebut
viskositasnya semakin tinggi pula (Sani, polimer. Menurut Febriansyah (2007),
2010). Nilai tertinggi yang didapatkan polimer merupakan senyawa yang
sebesar 0,9193 g/ml. Menurut SNI 3741- terbentuk di dalam minyak goreng akibat
1995 berat jenis maksimal 0,921 g/ml. pemanasan terus menerus pada suhu tinggi
dengan atau tanpa adanya oksigen.
Kejernihan
Kejernihan telah dijadikan sebagai KESIMPULAN
indeks kualitas minyak selama bertahun- Semakin banyak frekuensi
tahun. Metode pengujian dilakukan dengan penggunaan minyak dengan penggorengan
menggunakan spektrofotometer pada vakum pada pembuatan Ripe Banana
panjang gelombang 470 nm. Absorbansi Chips (RBC) menyebabkan kualitas
yang semakin besar pada panjang minyak semakin menurun, hal ini ditandai
gelombang mengindikasikan kejernihan dengan meningkatnya kadar asam lemak
minyak semakin rendah. Hal ini berarti bebas, bilangan peroksida, berat jenis,
semakin banyak produk-produk hasil viskositas serta menurunnya bilangan iod
degradasi minyak (Przybylski, 2000). dan kejernihannya. Nilai kadar asam
Kejernihan minyak pada penggorengan lemak bebas 0,1944%, 0,2052%, 0,2387%,
vakum berkisar antara 0,0788 – 0,0928 0,2415%; bilangan iod 45,7141 mg/g,
dapat dilihat pada Gambar 6. yang 44,3133 mg/g, 43,1770 mg/g, 41,7830
menunjukkan bahwa absorbansi semakin mg/g; bilangan peroksida 2,5909 mek
meningkat di setiap penggorengan. O2/kg, 2,7971 mek O2/kg, 3,3807 mek
0,0928 O2/kg, 3,6067 mek O2/kg; Viskositas
0,1000 0,0873
0,0854 0,0205 Poise, 0,0230 Poise, 0,0268 Poise,
0,0788
0,0800 0,0334 Poise; Berat Jenis 0,9145 g/ml,
0,9175 g/ml, 0,9193 g/ml, 0,9193 g/ml dan
Kejernihan

0,0600 kejernihan 0,0788, 0,0854, 0,0873, 0,0928.


0,0400
UCAPAN TERIMA KASIH
0,0200 Ucapan terima kasih kepada Dirjen
Inovasi Kemristekdikti yang telah
0,0000
mensupport penelitian ini melalui program
Pertama Kedua Ketiga Keempat
CPPBT Tahun 2016 atas nama Dr.
Penggorengan
Nurhayati, S.TP, M.Si.
Gambar 6. Nilai kejernihan minyak kelapa
penggorengan vakum berulang pada
pembuatan RBC

192
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)

DAFTAR PUSTAKA LPPOM. 2010. Tidak Thoyyib, Menggunakan


Sani, A, Masyhuri Machfudz. 2010. 2010. Minyak jelantah Berulang – Ulang.
Metodologi Riset Manajemen Sumber Jurnal lppom mui.www.halalmui.org.
Daya Manusia. Cetakan Pertama. Jakarta.
Maliki Press, UIN-Malang. Mulyati, S. 2005. Aneka Olahan Pisang.
Ahmad, Dedi, Putri Nopita S dan Purwa Trubus Angisana, Surabaya.
Gilang R. 2014. “Uji Kualitas Minyak Przybylski, R. 2000. Effect of Oils and Fats
Kelapa Dengan Uji Coba Composition on Their Frying
Penggorengan”. Program Studi Performance. www.gov.mb.ca.
Teknologi Agroindustri Fakultas [Diakses Tanggal 3 Agustus 2007]
Pendidikan Teknik dan Kejuruan
Universitas Pedidikan Indonesia, Hasan, R. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu
Bandung. Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Aminah, S. 2010. Bilangan Peroksida Minyak
Goreng Curah Dan Salamah, U. (2007). Hubungan Kualitas
SifatOrganoleptik Tempe Pada Minyak Goreng yang Digunakan secara
Pengulangan Penggorengan. Jurnal Berulang Terhadap Umur Simpan
Pangandan Gizi Universitas Keripik Sosis Ayam.
Muhammadiyah Semarang, 1 (1): 7-14. http://repository.ipb.ac.id/handle/12345
6789/10454 [Diakses Tanggal 23 Juli
Badan Pusat Statistik. 2015. Data Produksi 2017).
Padi, Jagung, dan Kedelai Provinsi
Lampung tahun 2014. Berita Resmi SNI. 2013. Minyak Goreng. BSN (Badan
Statistik. Lampung. Standarisasi Nasional), Jakarta.
Enggar. 2009. Prinsip kerja alat penggorengan Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 2007.
vakum. Jurnal Agrikultura, 12 (6): . Analisis bahan makanan dan pertanian.
Liberty, Yogyakarta.
Farida, Y dan Siregar, I. F. 2009. Pengaruh
pemanasan berulang terhadap sifat Sulieman M, Abd El-Rahman, Attya El-
fisikokimia dan kandungan asam Makhzangy, dan Mohamed Fawzy
palmitat pada minyak goreng. Jurnal Ramadan 2001. Antiradikal
Ilmu Kefarmasian Indonesia, pp: 83-91. performance and physicochemical\
characteristics of vegetable oils upon
Febriansyah, R. 2007. “Mempelajari Pengaruh frying of french fries: a preliminary
Penggunaan Berulang dan Aplikasi comparative. Journal of Environmental,
Adsorben Terhadap Kualitas Minyak Agricultural and Food Chemistry.
dan Tingkat Penyerapan Minyak Pada
Kacang Sulut”. Skripsi. Fakultas Talpur. M. Y. 2009. Effects of frying on soy
Teknologi Pertanian Institut Pertanian bean, sun flower, and canola oils.
Bogor, Bogor. Journal Analysis Environment
Chemical, 10: 59.
Hartini, S. 2011. Evaluasi Pembelajaran.
Qinant, Surakarta. Tiyas, N. D. 2011. Analisis Penurunan
Bilangan Iod Terhadap Pengulangan
Ketaren, 2008.Minyak dan Lemak Pangan. UI Penggorengan Minyak Kelapa Dengan
Press, Jakarta. Metode Titrasi Iodometri. Fakultas
Kennedy, K. 1991. National, state, and local Tarbiyah dan Keguruan Universitas
planning. In Teaching Social Studies Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
(Scond Edition) by Colin Marsh Pekanbaru, Pekanbaru.
(editor). Pritice Hall, Ney York.

193

You might also like