Professional Documents
Culture Documents
Document
Document
ABSTRACT
Coconut oil is an oil produced from the old coconut that is obtained from the pulp of a coconut
in the extract through the manufacture of coconut milk and finally becomes oil. The damage on oils
such as oxidation reaction, hydrolysis reaction and polymerization reaction. This study aims to know
the extent of coconut oil damage during repeated vacuum frying on the manufacture of Ripe Banana
Chips (RBC) by testing the free fatty acids, Iodine Numbers, Peroxide Numbers, Viscosity, Specific
Weight and Clarity. Fat Free Acid Content, Iodine Numbers and Peroxide Numbers are determined
by iodometric method, viscosity by oswald viscometer method, specific gravity by pycnometer and
clarity by spectrophotometer. The sample is coconut oil in each fryer by using a vacuum fryer.
Measurement is repeated with three times for each oil. The results showed that average oil free fatty
acid analysis was 0,1944% - 0,2414%. Iodine ranges from 41,783mg/g-45,7141mg/g. Peroxide
numbers range from 2,5909mekO2/kg-3,067mekO2/kg. The average yield of viscosity analysis ranged
from 0,0205Poise-0,0333Poise. Specific gravity ranged from 0,9144g/ml-0,9193g/ml. The average
results of clarity analysis ranged from 0,0788-0,0928. The conclusion of this study is the more
frequent oil that’s used with vacuum frying on the manufacture of Ripe Banana Chips (RBC) can
caused the quality of oil is decreased. This is indicated by the increase of free fatty acid content,
peroxide number, specific gravity, viscosity and decrease of iodine number and clarity.
Keywords: oil rancidity, coconut oil, vacuum frying, ripe banana chips (RBC)
186
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
187
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
188
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
Metode Analisis
Pengujian analisa meliputi uji 0,30
(%)
(Sudarmadji et al., 2007) dan bilangan 0,15
peroksida (SNI, 2013). Pengujian
menggunakan metode iodometri. Uji fisik 0,10
meliputi viskositas metode oswald, berat 0,05
jenis (Ketaren, 2012) dan Kejernihan
(Sudarmadji et al., 2007). 0,00
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Penggorengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Nilai kadar asam lemak bebas minyak
Kadar Asam Lemak Bebas kelapa penggorengan vakum berulang
Asam lemak bebas merupakan hasil pada pembuatan RBC
hidrolisis dari trigliserida. Pada saat
minyak digunakan, pada awal proses asam Gambar 1 menunjukkan bahwa
lemak bebas dihasilkan melalui proses minyak dari hasil penggorengan berulang
pemecahan oksidasi. Namun, pada tahap RBC mengalami peningkatan pada kadar
selanjutnya asam lemak bebas dihasilkan asam lemak bebas karena adanya air pada
dari proses hidrolisis yang disebabkan minyak dan panas pada waktu
karena adanya air. Minyak yang digunakan penggorengan sehingga terjadi hidrolisis
dalam proses penggorengan memiliki pada minyak, hal ini sesuai dengan
resiko besar dalam terbentuknya asam pernyataan Sulieman et al., (2001) bahwa
lemak bebas karena adanya perlakuan kenaikan kadar asam lemak bebas
panas dengan temperatur yang tinggi yang disebabkan karena pada saat penggorengan
menyebabkan meningkatnya kandungan pertama, kadar air dalam minyak belum
asam lemak bebas. Hal ini sesuai dengan terlalu banyak, tetapi pada proses
pernyataan Ketaren (2008), kandungan penggorengan selanjutnya kadar air pada
asam lemak bebas minyak akan meningkat minyak semakin bertambah. Keberadaan
selama pemanasan, disebabkan peristiwa air pada minyak yang berasal dari bahan
oksidasi dan hidrolisis. Pada proses ini baku yang mempercepat poses hidrolisis
terjadi pemutusan rantai triglesirida dari minyak goreng.
menjadi asam-asam lemak bebas dan
gliserol. Nilai Kadar Asam Lemak Bebas Bilangan Iod
dapat dilihat pada Gambar 1. Bilangan iod ditentukan untuk
mengukur jumlah asam lemak tidak jenuh
pada minyak dan lemak (Talpur, 2009).
Semakin lama penggunaan minyak goreng
akan semakin kecil bilangan iodnya. Hasil
analisis bilangan iod minyak goreng
tertinggi ada pada penggorengan pertama
sebesar 45,7141 mg/g sedangkan bilangan
iod terendah ada pada penggorengan
keempat sebesar 41,783 mg/g dapat dilihat
pada Gambar 2. Hasil keseluruhan
menunjukkan bahwa sampel minyak
189
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
goreng terjadi penurunan bilangan iod. warna biru tepat menghilang. Nilai
Penurunan bilangan iod disebabkan karena Bilangan Peroksida dapat dilihat pada
adanya dekomposisi pada minyak goreng Gambar 3.
dan penjenuhan ikatan rangkap yang
melalui degradasi hidroperoksida
membentuk produk sekunder berupa asam 4,0000 3,3807 3,6067
karboksilat, karbonil dan senyawa hasil 3,5000 2,7971
Bilangan Peroksida
3,0000 2,5909
degradasi yang lain (Farida et al., 2006).
(mek O2/kg)
2,5000
2,0000
50,0000 45,7141 44,3133 43,1770 1,5000
45,0000 41,7830
1,0000
Bilangan Iod (mg/g)
40,0000
35,0000 0,5000
30,0000 0,0000
25,0000 Pertama Kedua Ketiga Keempat
20,0000
15,0000
Penggorengan
10,0000 Gambar 3. Nilai bilangan peroksida minyak
5,0000 kelapa penggorengan vakum
0,0000 berulang pada pembuatan RBC
Pertama Kedua Ketiga Keempat
Penggorengan Gambar 3 menunjukkan hasil rata-
Gambar 2. Nilai bilangan iod minyak kelapa rata analisis bilangan peroksida minyak
penggorengan vakum berulang pada pada penggorengan vakum berkisar antara
pembuatan RBC 2,5909 mek O2/kg – 3,067 mek O2/kg,
secara keseluruhan bilangan peroksida
Gambar 2 menunjukkan bahwa masih dalam standar yang ditetapkan oleh
bilangan iod mengalami penurunan. SNI 01-3741-2013 yaitu maksimal 10 mek
Perubahan bilangan iod masing-masing O2/kg.
sampel setelah setiap kali penggorengan Proses oksidasi lemak berpengaruh
berbeda-beda. Apabila bilangan iod rendah terhadap mutu produk-produk makanan
maka tingkat ketidakjenuhannya juga yang dihasilkan, kerusakan minyak
rendah. Tingginya tingkat ketidakjenuhan dikarenakan adanya reaksi yang
minyak menyebabkan minyak semakin melibatkan oksigen yang dikenal dengan
mudah teroksidasi. Apabila minyak mudah ketengikan. Peroksida terbentuk pada
teroksidasi maka tingkat tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini
ketidakjenuhannya semakin berkurang hidrogen akan menghasilkan radikal bebas.
karena ikatan rangkapnya sudah putus Radikal bebas yang terbentuk bereaksi
sehingga bilangan iodnya semakin kecil dengan oksigen membentuk radikal
(Tyas, 2011). peroksi, selanjutnya atom hidrogen dari
molekul tak jenuh lain menghasilkan
Bilangan Peroksida peroksida dan radikal bebas yang baru
Bilangan peroksida dapat diukur (Aminah, 2010). Umumnya kerusakan
secara kuantitatif dengan menggunakan oksidasi terjadi pada asam lemak tidak
titrasi iodometri dengan penentuan jumlah jenuh, tetapi bila minyak dipanaskan pada
iodin yang dibebaskan menggunakan suhu 1000C atau lebih, asam lemak jenuh
kalium iodida. Iodin yang telah dibebaskan pun akan teroksidasi.
dititrasi dengan natrium tiosulfat,
selanjutnya ditambahkan indikator amilum Viskositas
hingga berwarna biru, kemudian ditirasi Viskositas adalah suatu sifat yang
kembali dengan natrium tiosulfat hingga menentukan besarnya daya tahan terhadap
190
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
gaya geser atau dapat didefinisikan sebagai minyak akan meningkat. Menurut
ketahanan terhadap aliran. Viskositas dari Febriansyah (2007), polimer merupakan
suatu fluida dihubungkan dengan tahanan senyawa yang terbentuk di dalam minyak
terhadap gaya yang menggeserkan fluida goreng akibat pemanasan terus menerus
pada lapisan yang satu dengan yang lain. pada suhu tinggi dengan atau tanpa adanya
Hasil rata-rata analisis viskositas minyak oksigen.
pada penggorengan vakum berkisar antara
0,0205 Poise – 0,0333 Poise dapat dilihat Berat Jenis
pada Gambar 4. yang menunjukkan Uji densitas atau berat jenis adalah
bahwa viskositas semakin meningkat pegujian yang bertujuan untuk mengetahui
disetiap penggorengan. berat jenis dari sampel, dimana dalam hal
ini minyak kelapa yang digunakan sebagai
0,0400
sampel. Penelitian ini untuk menunjang
0,0334
0,0350 keberhasilan uji berat jenis, dilakukan
Viskositas (Poise)
0,0300
0,0268 pengujian dengan menggunakan alat
0,0230
0,0250 0,0205 piknometer. Prinsip metode ini didasarkan
0,0200 atas penentuan massa cairan dan
0,0150 penentuan ruang, yang ditempati cairan
0,0100
ini, dibutuhkan wadah untuk menimbang
0,0050
0,0000
yang dinamakan piknometer (Ahmad,
Pertama Kedua Ketiga Keempat dkk.,2014).
Hasil rata-rata analisis berat jenis
Penggorengan minyak pada penggorengan vakum
berkisar antara 0,9144 g/ml – 0,9193 g/ml
Gambar 4. Nilai viskositas minyak kelapa dapat dilihat pada Gambar 5 yang
penggorengan vakum berulang
pada pembuatan RBC menunjukkan bahwa berat jenis semakin
meningkat disetiap penggorengan.
Gambar 4 menunjukkan nilai
viskositas mengalami peningkatan.
Peningkatan viskositas pada minyak 1,0000 0,9145 0,9175 0,9193
0,9193
diakibatkan karena minyak memiliki
konsentrasi padatan terlarut yang tinggi 0,8000
Berat Jenis (g/ml)
191
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
massa zat dan padatan terlarut (Sani, Kejernihan pada minyak pada setiap
2010). Viskositas suatu zat dapat kali penggorengan mengalami penurunan.
mempengaruhi berat jenisnya karena Penurunan ini disebabkan oleh senyawa
viskositas berbanding lurus dengan berat hasil oksidasi asam lemak tak jenuh pada
jenis. Jadi semakin besar viskositas suatu pemasakan suhu tinggi serta penggunaan
zat maka semakin besar pula berat secara berulang-ulang. Selain oksidasi
jenisnya. Massa zat juga mempengaruhi yang terjadi kejernihan juga dipengaruhi
massa jenis karena jika zat mempunyai oleh zat terlarut didalamnya, semakin
massa yang besar maka kemungkinan banyaknya partikel yang terlarut, gesekan
bobot jenisnya juga menjadi lebih besar. antar partikel semakin tinggi (Sani, 2010).
Padatan terlarut juga mempengaruhi berat Ketika minyak dipanaskan pada suhu
jenis karena banyak partikel yang terlarut, ekstrim dalam waktu yang lama akan
gesekan antar partikel semakin tinggi dan terbentuk molekul besar yang disebut
viskositasnya semakin tinggi pula (Sani, polimer. Menurut Febriansyah (2007),
2010). Nilai tertinggi yang didapatkan polimer merupakan senyawa yang
sebesar 0,9193 g/ml. Menurut SNI 3741- terbentuk di dalam minyak goreng akibat
1995 berat jenis maksimal 0,921 g/ml. pemanasan terus menerus pada suhu tinggi
dengan atau tanpa adanya oksigen.
Kejernihan
Kejernihan telah dijadikan sebagai KESIMPULAN
indeks kualitas minyak selama bertahun- Semakin banyak frekuensi
tahun. Metode pengujian dilakukan dengan penggunaan minyak dengan penggorengan
menggunakan spektrofotometer pada vakum pada pembuatan Ripe Banana
panjang gelombang 470 nm. Absorbansi Chips (RBC) menyebabkan kualitas
yang semakin besar pada panjang minyak semakin menurun, hal ini ditandai
gelombang mengindikasikan kejernihan dengan meningkatnya kadar asam lemak
minyak semakin rendah. Hal ini berarti bebas, bilangan peroksida, berat jenis,
semakin banyak produk-produk hasil viskositas serta menurunnya bilangan iod
degradasi minyak (Przybylski, 2000). dan kejernihannya. Nilai kadar asam
Kejernihan minyak pada penggorengan lemak bebas 0,1944%, 0,2052%, 0,2387%,
vakum berkisar antara 0,0788 – 0,0928 0,2415%; bilangan iod 45,7141 mg/g,
dapat dilihat pada Gambar 6. yang 44,3133 mg/g, 43,1770 mg/g, 41,7830
menunjukkan bahwa absorbansi semakin mg/g; bilangan peroksida 2,5909 mek
meningkat di setiap penggorengan. O2/kg, 2,7971 mek O2/kg, 3,3807 mek
0,0928 O2/kg, 3,6067 mek O2/kg; Viskositas
0,1000 0,0873
0,0854 0,0205 Poise, 0,0230 Poise, 0,0268 Poise,
0,0788
0,0800 0,0334 Poise; Berat Jenis 0,9145 g/ml,
0,9175 g/ml, 0,9193 g/ml, 0,9193 g/ml dan
Kejernihan
192
Tingkat Kerusakan Minyak Kelapa Selama Penggorengan…
Jurnal Agroteknologi Vol.11 No. 02 (2017)
193