You are on page 1of 9

PROBLEM SOLVING CYCLE SWOT KEAKURATAN KODE

DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI PADA LEMBAR MASUK


DAN KELUAR (RM 1a) PASIEN RAWAT INAP
DI RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN

Febi Dyah Ayu Seruni¹, Sri Sugiarsi2


STIKes Mitra Husada Karanganyar
1,2

Email: febiseruni@y7mail.com

Abstract

Based on the preliminary survey from ten in-charge patient record documents of dr. SayidimanMagetan
General Hospital on first trimester period in 2014 revealed the accuracy level of Obstetric case is about 20%
(two documents) and in accuracy level is 80%(eight documents)This research employed descriptive method.
Population of this research was 223 documents LembarMasukdanKeluar (RM 1a) of Obstetric case medical
record from in-charge patient of dr. SayidimanMagetan General Hospital on first trimester period in 2014.
Total sample of the research was 45 documents taken from 20% of total population. Systematic sampling was
used as sampling technique. Observation and interview using check list and interview guide lines was used in
collecting the data.Problem Solving Cycle SWOT was employed in analyzing. The data.Finding of the research
reveal the accuracy level of diagnosis code in Obstetric case is 27% (12 documents) and inaccuracy level is
73% (33 documents). Inaccuracy diagnosis code of Obstetric case was caused by the faulty in defining the
character; third character, fourth character, and un code diagnosis. Depend on SWOT interpretation to the
accuracy Obstetric case diagnosis code reveal that Human Resources as Strength and Opportunity factors; in
other hand, in appropriate Standard Operating Procedure based on coding step in ICD-10 as Weakness and
Threat factors. Based on the finding of the research, it’s was suggested that dr. SayidimanMagetan General
Hospital should revise SOP on diseases coding. In addition, the hospital should provide updated ICD-10,
hold coding training and organize coding officer rotation.
Key Word: Accuracy, Problem Solving Cycle SWOT

Abstrak

Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap di RSUD dr. Sayidiman
Magetan menunjukkan tingkat keakuratan kode sebesar 20% (2 dokumen) dan tingkat ketidakakuratan sebesar
80% (8 dokumen). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis kasus Obstetri
pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) Pasien Rawat Inap periode triwulan I tahun 2014.Jenis penelitian ini
adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah dokumen rekam medis pasien rawat inap kasus Obstetri
yang berjumlah 223 dokumen. Besar sampel penelitian ini 45 dokumen yang diambil dari 20% total populasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Sistematis Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara dengan menggunakan instrumen penelitian Check List dan pedoman wawancara.
Analisis data dilakukan dengan Problem Solving Cycle SWOT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
keakuratan kode diagnosis kasus Obstetri sebesar 27 % (12 dokumen) dan tingkat ketidakakuratan sebesar
73 % (33 dokumen). Berdasarkan interpretasi SWOT, factor Strength dan Opportunity yang dimiliki adalah
SDM, dan factor Weakness dan Threatter dapat pada SOP yang belum sesuai dengan tatacara pengodean yang
benarmenurut ICD-10.Simpulan penelitian tingkat ketidak akuratan sebesar 73% disebabkan karena petugas
kurang teliti dan SOP tidak sesuai dengan tata cara ICD-10, maka sebaiknya RSUD dr. Sayidiman Magetan
melakukan pengadaan ICD-10 ter-update, pelatihan koding untuk petugas dan melakukan rotasi petugas.
Kata kunci: Keakuratan, Problem Solving Cycle SWOT

5 5
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

PENDAHULUAN pasien rawat Inap di RSUD dr. Sayidiman Magetan


periode triwulan 1 tahun 2014. Sampel penelitian ini
Sistem klasifikasi memudahkan pengaturan 45 dokumen yang diambil dari 20% total populasi.
pencatatan, pengumpulan, penyimpanan, Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
pengambilan, dan analisis data kesehatan. Terlebih Sistematis Sampling. Pengumpulan data dilakukan
lagi sistem ini juga membantu pengembangan dan dengan cara observasi dan wawancara dengan
penerapan sistem pencatatan dan pengumpulan menggunakan Check Listdan pedoman wawancara.
data pelayanan klinis pasien secara manual maupun Analisis data dilakukan dengan menggunakan
elektronik. International Statistical Classification of metode SWOT.
Diseases and Related Health Problems (ICD) dari
WHOPENDAHULUAN
adalah sistem klasifikasi yang komprehensif Listdan pedoman wawancara. Analisis data
HASIL
dilakukan dengan menggunakan metode SWOT.
dan diakui secara internasional. (WHO, 2010)
Sistem klasifikasi memudahkan pengaturan
pencatatan, pengumpulan, penyimpanan,
1. Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri
HASIL
Standart dan etik pengodean (coding) yang
pengambilan, dan analisis data kesehatan.
dikembangkan AHIMA, meliputi beberapa standar Terlebih
lagi sistem ini juga membantu pengembangan dan 1. Berdasarkan
Keakuratan Kode observasi terhadap
Diagnosis Kasus 45 dokumen
Obstetri
yang harus dipenuhi
penerapan oleh seorang
sistem pencatatan pengode (coder)
dan pengumpulan data rekam medisobservasi
Berdasarkan kasus obstetri pasien
terhadap rawat inap
45 dokumen
profesional,
pelayanan klinis pasien secara manual komplet,
salah satunya adalah akurat, maupun di RSUD
rekam medisdr.kasus
Sayidiman Magetan
obstetri pasien rawat periode
inap
danelektronik.
konsisten untuk menghasilkan
International data yang
Statistical Classification di RSUDI tahun
triwulan dr. Sayidiman Magetan
2014 (Lampiran periode
2) didapatkan
of Diseases and Related Health Problems
berkualitas. Untuk pengodean yang akurat diperlukan (ICD) triwulan I tahun 2014 (Lampiran 2) didapatkan
dokumen dengan diagnosis kasus obstetri yang
dari WHO adalah sistem klasifikasi yang dokumen dengan diagnosis kasus obstetri yang
rekam medis pasien yang lengkap. Rekam medis akurat
komprehensif dan diakui secara internasional. akurat sebanyak
sebanyak 12
12(27%)
(27%)dandanyang tidak
yang akurat
tidak
harus
(WHO,memuat
2010)dokumen yang akan dikode seperti sebanyak 33 dokumen
akurat sebanyak 33 dokumen (73%)(73%)seperti yang
seperti
pada lembar
Standart dan depan,
etik antara lain RM
pengodean 1, lembaran
(coding) yang yang pada
gambat gambat pada
diagram berikut: diagram
operasi dan laporan
dikembangkan tindakan,
AHIMA, laporan
meliputi patologi
beberapa dan
standar berikut:
yang pasien
resume harus dipenuhi oleh seorang
keluar. (Fitriati Kasimpengode (coder)
dan Erkadius,
profesional, salah satunya adalah akurat, komplet,
2010)
dan konsisten untuk menghasilkan data yang
berkualitas.
Hasil Untuk pengodean
survey pendahuluan pada 10 dokumenyang akurat
rekam
diperlukan rekam medis pasien yang lengkap.
medis pasien rawat inap di RSUD
Rekam medis harus memuat dokumen yang akan dr. Sayidiman
Magetan
dikodeperiode
seperti triwulan
pada lembarI tahun 2014
depan, menunjukkan
antara lain RM
tingkat keakuratan
1, lembaran kode
operasi dansebesar
laporan20% (2 dokumen)
tindakan, laporan
dan tingkat ketidakakuratan kode diagnosisKasim
patologi dan resume pasien keluar. (Fitriati kasus
dan Erkadius,
obstetri sebesar 80% 2010)(8 dokumen). Ketidakakuratan
Hasil survey pendahuluan pada 10 dokumen rekam
ini medis
terjadipasien
karena kesalahan
rawat inap di pada
RSUDpemberian
dr. Sayidimankode
pada karakter ke-empat. Pada
Magetan periode triwulan I tahun 2014empat dokumen yang Grafik 1. Keakuratan Kode Diagnosis Kasus
Grafik 1. Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri
tidak akurat terdapat
menunjukkan tingkatkesalahan
keakuratan karakter
kode sebesarke-empat
20% Obstetri Pasien Rawat Inap RSUD dr.
Pasien Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan
(2 dokumen)
metode persalinan, dan dalam
tingkat hal ketidakakuratan
ini koder kurang kode Sayidiman Magetan Periode Triwulan I
Periode Triwulan I Tahun 2014
diagnosis kasus informasi
memperhatikan obstetri sebesar
pada80% (8 dokumen).
anamnesa yaitu Tahun 2014
Ketidakakuratan ini terjadi karena kesalahan pada
pemeriksaan Leopold. Sedangkan tiga
pemberian kode pada karakter ke-empat. Pada dokumen lain Deskripsi ketidakakuratan kode diagnosis kasus
Deskripsi ketidakakuratan kode diagnosis kasus
yang tidak dokumen
empat akurat terjadiyangkarena
tidak tidak
akuratdicantumkan
terdapat Obstretri
Obstretri pada dokumen
pada dokumen rekampasien
rekam medis medis pasien
rawat
karakter
kesalahan ke-empat
karakter yang
ke-empat dapat menunjukkan
metode persalinan, inaprawat inap di
di RSUD dr.RSUD dr. Sayidiman
Sayidiman Magetan
Magetan terjadi
dalam hal
spesifikasi kodeini koder
serta1 kurangtidak
dokumen memperhatikan
terkode. terjadi
karena karenasebab
beberapa beberapa sebab kesalahan
kesalahan seperti
seperti yang
informasi pada anamnesa yaitu pemeriksaan terlihat pada tabel dibawah ini:dibawah ini:
yang terlihat pada tabel
Leopold. Sedangkan
Berdasarkan tiga dokumen
latar belakang lain yang
tersebut, tidak
peneliti Tabel 1.Deskripsi Penyebab Ketidakakuratan
akurat terjadi karena tidak dicantumkan
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul karakter TabelKode Diagnosis
1.Deskripsi KasusKetidakakuratan
Penyebab Obstetri Kode
ke-empat yang dapat menunjukkan spesifikasi kode Diagnosis Kasus Obstetri
“Keakuratan
serta1 dokumenkodetidak
Diagnosis
terkode. Kasus Obstetri pada No Penyebab Jum Perse
Lembar Masuk dan Keluar
Berdasarkan latar belakang (RM tersebut,
1a) Pasienpeneliti
Rawat Ketidakakuratan lah ntase
Inaptertarik
dengan Problem
untuk Solvingpenelitian
melakukan Cycle SWOTdidengan RSUD
judul 1 No Salah Penyebab
karakter ke-tiga Jumlah 1 Persentase
3
“Keakuratan kode Diagnosis Kasus Obstetri pada Ketidakakuratan
dr. Sayidiman Magetan” 2 Salah karakter ke-empat 27 82
Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) Pasien Rawat 3 1 Salah
Diagnosis tidak
karakter terkode 1 5
ke-tiga 153
Inap dengan Problem Solving Cycle SWOTdi Jumlah 33 100
2 Salah karakter ke-empat 27 82
RSUD dr. Sayidiman Magetan”
METODE 3 Diagnosis tidak terkode 5 15
METODE Dari Jumlah
tabel diatas dapat diketahui33 bahwa
100
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam ketidakakuratan kode diagnosis kasus Obstetri pada
penelitian ini adalah
Jenis penelitian ini 223 dokumen
adalah kasus
deskriptif. Ostetri
Populasi dokumen rekam medis pasien rawat inap di RSUD
dalam penelitian ini adalah 223 dokumen kasus dr. Sayidiman Magetan periode triwulan I tahun
Ostetri pasien rawat Inap di RSUD dr. Sayidiman 2014 yang terjadi pada 33 dokumen paling banyak
6 Magetan periode triwulan 1 tahun 2014. Sampel dikarenakan petugas koding melakukan kesalahan
penelitian ini 45 dokumen yang diambil dari 20% dalam memberikan kode pada karakter ke-empat
total populasi. Teknik pengambilan sampel yaitu pada 27 dokumen atau 82%. Sedangkan
dilakukan dengan Sistematis Sampling. diagnosis tidak terkode terjadi pada 5 dokumen
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi
Febi, dkk. Problem Solving Cycle SWOT Keakuratan ...

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa S (Strength) W (Weakness)


ketidakakuratan kode diagnosis kasus Obstetri h. Perawat Obstetri h. Beban kerja
pada dokumen rekam medis pasien rawat inap di membantu petugas tinggi
RSUD dr. Sayidiman Magetan periode triwulan koding
I tahun 2014 yang terjadi pada 33 dokumen
paling banyak dikarenakan petugas koding O (Opportunity) T (Threat)
melakukan kesalahan dalam memberikan kode a. Adanya pelatihan a. Kode tidak
pada karakter ke-empat yaitu pada 27 dokumen untuk petugas akurat
atau 82%. Sedangkan diagnosis tidak terkode koding
terjadi pada 5 dokumen (15%) serta 1 dokumen b. ICD-10 Edisi ter-up b. Besar
(3%) terjadi kesalahan pemberian kode karakter date pembiayaan tidak
ke-tiga. sesuai
c. Rotasi petugas d. Salah pelaporan
2. Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Kasus rumah sakit
Obstetri dengan Analisis SWOT d. Revisi SOP e. Pengambilan
Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas keputusan yang
koding RSUD dr. Sayidiman Magetan, tidak tepat
keakuratan kode diagnosis kasus Obstetri pada
Lembar Masuk dan Keluar (RM1a) pasien
rawat inap periode triwulan I tahun 2014 PEMBAHASAN
dengan menggunakan Problem Solving Cycle
1. Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri
SWOTdidapatkan hasil:
Berdasarkan observasi yang dilakukan, dalam
Tabel 2.Faktor-faktor SWOT Koding RSUD melakukan pengodean petugas koding hanya
dr. Sayidiman Magetan membuka ICD-10 volume 3 tanpa membuka
volume 1. Hal ini merupakan salah satu faktor
S (Strength) W (Weakness) penyebab ketidakakuratan kode.
a. Ada SOP Pemberian a. petugas koding
Kode Penyakit ke-dua bukan Menurut (Kasim dan Erkadius, 2013) dalam
lulusan D3 rekam memberikan kode agar kode yang dipilih akurat
medis maka harus mencari leadterm pada volume 3
b. Ada 2 orang petugas b. Menggunakan dan membaca secara seksama serta mengikuti
koding ICD-10 Edisi petunjuk dan catatan yang muncul, kemudian
1994
setelah mendapatkan kode dari volume 3 harus
c. Petugas koding c. Hanya membuka melihat daftar tabulasi pada volume 1 untuk
pertamalulusan D3 ICD-10 volume
mencari kode yang paling tepat, mengikuti
rekam medis 3 tanpa cek pada
volume 1 pedoman inclusion dan exclusion, kemudian
d. Menggunakan ICD- d. Tidak ada langkah terakhir yaitu menentukan kode.
10 Edisi 2010 aturan penulisan Di dalam SOP Pemberian Kode Penyakit di
diagnosa RSUD dr. Sayidiman Magetan (Lampiran
e. Ada Informasi e. Tidak ada audit 1) ada hal yang tidak tepat terkait langkah-
penunjang dalam coding secara langkah pengodean khususnya pada poin ke-2
penentuan kode periodik “membaca dan memberi kode penyakit sesuai
kasus Obstetri
dalam buku ICD-10 volume III” dan poin ke-3
f. Ada fasilitas internet f. Petugas tidak yaitu “agar pemberian kode penyakit lebih
untuk mengakses diikutkan
informasi dalam pelatihan tepat, dapat juga membuka ICD-10 volume 1”
pengodean jika pengodean hal ini terkesan langkah membuka volume 1
kesulitan memahami hanyalah langkah opsional, bukan keharusan
diagnosa sehingga petugas tidak harus melakukannya.
g. Dokter bisa g. SOP Pemberian
dikonfirmasi Kode Penyakit Berdasarkan observasi terhadap 45 dokumen
yang kurang rekam medis kasus obstetri khususnya pada
tepat Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) pasien

7
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

rawat inap di RSUD dr. Sayidiman Magetan Lead Term: Haemorrhage


periode triwulan I tahun 2014 didapatkan ICD-10 volume 3:
hasil tingkat keakuratan kode diagnosis Hemorrhage
kasus Obstetri sebesar 27% (12 dokumen), -delayed
sedangkan ketidakakuratan kodesebesar 73% - -following
(33 dokumen). Penyebab ketidakakuratan kode - - - abortion (subsequent episode) O08.1
paling banyak dikarenakan petugas koding - - - ectopic or molar pregnancy O08.1
melakukan kesalahan dalam memberikan kode - - postpartum O72.2
pada karakter ke-empat yaitu pada 27 dokumen ICD-10 volume 1:
(82%) dan terdapat 5 dokumen (15%) yang O72.2 Delayed and secondary post
diagnosisnya tidak terkode, serta 1 dokumen partum haemorrhage
(3%) yang terjadi kesalahan pemberian kode Haemorrhage associated with retained
karakter ke-tiga. portions of placenta or membranes
Retained product of conseption NOS,
Berikut penyebab ketidakakuratan kode diagnosis following delivery
kasus Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar O72.3Postpartum coagulation defect
(RM 1a) pasien rawat inap di RSUD dr. Sayidiman Postpartum:
Magetan periode triwulan I tahun 2014: Afibrinogenaemia
Fibrinolysis
a. Kesalahan pemberian karakter ke-tiga Naik 1: postpartum haemorrhage
Kesalahan pemberian karakter ke-tiga Kode: O72.3
yang menyebabkan kode tidak akurat
terjadi pada 1 dokumen yaitu pada G a m b a r 2 . Ta t a C a r a P e n g o d e a n L a t e
dokumen pasien dengan kasus Obstetri Haemorrhagic Post Partum
yang didiagnosa oleh dokter Late HPP b. Kesalahan pemberian karakter ke-empat
danoleh petugas koding dikode O73
Kesalahan pemberian karakter ke-
(Retained placenta and membranes,
empatpada metode persalinan pada
without haemorrhage). Petugas koding
diagnosis kasus obstetri terjadi dikarenakan
dapat mengode dengan melihat informasi
petugas koding kurang teliti dalam membaca
penunjang pada anamnesa dan Asuhan
dan memperhatikan informasi penunjang
Kebidanan berikut:
yang terdapat pada hasil pemeriksaan
anamnesa dan laporann persalinan Kala
ANAMNESA
II. Seperti terjadi pada contoh gambar 4.4
O/B kir bidan Miliana P10011 P. SC berikut:
H.19 dg let. HPP. Px mengatakan
mengeluarkan darah menggumpal ANAMNESA
banyak jam 04.00 Palp: nyeri tekan -, Pasien baru via ponek kiriman PKM
luka op kering TFU: 3 jr atas simfipisis Kendal G2P1OOO1 uk 39-40 mg dg
ku+ baik.VT: v/v t.a.a portio mecucu KPD 12 jam. Pasien mengatakan mulai
lochea rubra ≠ berbauTD 120/90 mmHg kenceng” sejak kmrin pagi keluar cairan
S: 37,1ºC N: 96x/mnt kental (j 05 pagi) TFU 29 cm TBJ 2635
DJJ 145x/mnt palp L1 bokong L2 puka
ASKEB
L3 kepala L4 V VT v/v taa O 2 cm eff
Diagnosa Kebidanan: P1011 Post SC 25% ketuban + melekat kepala HI
H-19 dg late hpp
LAPORAN PERSALINAN KALA II
Gambar1. Informasi Penunjang Diagnosis Late Macam Persalinan: Spontan
Haemorrhagic Post Partum
Indikasi Persalinan: KPD
Episiotomi/Ruptur: -
Kasus diatas dapat dikode dengan tata cara Lama Kala II : 10 menit
pengodean berdasarkan ICD-10 dengan Masalah yang dihadapi: -
langkah-langkah:
Gambar 3. Informasi Penunjang Kasus KPD

8
Febi, dkk. Problem Solving Cycle SWOT Keakuratan ...

Pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) terdapat di bagian bawah perut ibu, serta
tertulis diagnosa yang ditetapkan dokter apakah bagian janin tersebut sudah
G2P1 39 mg + KPD dan dikode oleh koder memasuki pintu atas panggul (PAP)
O42.9 (Premature rupture of membranes, menunjukkan hasil bahwa bagian janin
unspecified) dan O80.9 (Single spontaneous yang terdapat pada bawah perut ibu
delivery, unspecified). Berikut langkah- adalah kepala, serta palpasi Leopold 4
langkah pengodeancontoh diatas menurut yang bertujuan untuk mengkonfirmasi
tata cara pengodean berdasarkan ICD-10 ulang bagian janin apa yang terdapat
seperti yang terlihat pada gambar 4.5 Tata di bagian bawah perut ibu, serta untuk
cara Pengodean KPD berikut: mengetahui seberapa jauh bagian
bawah janin telah memasuki PAP
Lead term: Rupture menunjukkan hasil V (dapat diartikan
ICD-10 volume 3: kepala janin sudah memasuki PAP) .
Rupture Maka lebih tepat jika metode persalinan
-Membranes (spontaneous) pada kasus diatas dapat dikatakan
--------------------------------------------- bahwa bayi lahir dengan presentasi
------ kepala. Berikut langkah-langkah
-- premature O42.9 pengodean metode persalinan dengan
---affecting fetus or newborn PO1.1 metode persalinan spontan presentasi
--- labor delayed by therapy O42.2 kepala berdasarkan tata cara pengodean
---onset of labor dengan menggunakan ICD-10:
---- after 24 hours O42.1
---- within 21 hours O42.0 Lead term: Delivery
ICD-10 volume 1: ICD-10 volume 3: Delivery
O42.0Premature rupture of membranes, -spontaneous O80.9
onset labour within 24 hours.
Naik 1: Premature rupture of membranes - - breech O80.1
Kode: O42.0 - - specified NEC O80.1
- - vertex O80.0
Gambar 4. Tata Cara Pengodean KPD Maka pilih O80.0, kemudian cek pada
volume 1
Kemudian metode persalinan dikode ICD-10 volume 1: O80.0
oleh petugas koding 080.9 yaitu single spontaneous vertex delivery
spontaneous delivery, unspecified. Padahal Naik 1: Single spontaneous delivery
jika koder mau membaca anamnesa dengan Kode: O80.0
lebih teliti terdapat informasi pemeriksaan
Palpasi Leopold didapat informasi: Palp L1
Gambar 5.Tata Cara Pengodean Metode
bokong, L2 puka, L3 kepala, L4 V.
Persalinan Spontan Presentasi Kepala
Menurut (Gita Kostiana, 2013) Palpasi
Leopold yang dikembangkan oleh Gerharg
c. Diagnosa Tidak Terkode
Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan
Diagnosa tidak terkode terjadi pada 5
pada ibu hamil dengan cara perabaan yaitu
dokumen rekam medis pasien rawat inap
,merasakan bagian yang terdapat pada perut
kasus Obstretri di RSUD dr. Sayidiman
ibu hamil menggunakan tangan pemeriksa
Magetan periode triwulan I tahun 2014.
dalam posisi tertentu, atau memindahkan
Berdasarkan hasil wawancara, petugas
bagian-bagian tersebut dengan cara-cara
koding mengakui hal tersebut dikarenakan
tertentu menggunakan tingkat tekanan
petugas tidak bisa membaca diagnosa
tertentu.
dan terkadang tidak tahu kodenya. Salah
Pada kasus diatas, palpasi Leopold 3, yaitu satunya ditemukan pada Lembar Masuk
pemeriksaan untuk menentukan bagian dan Keluar (RM 1a) Tabel 4.5 di bawah
janin apa (kepala atau bokong) yang ini:

9
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Tabel 3.Contoh Diagnosis dan Kode RM 1a


- -previous, affecting
management of pregnancy
Diagnosis Kode
O34.2
RS ICD-10
Maka pilih O34.2, kemudian cek
G2P1A0 37 mg O82.1 O34.2
pada volume 1
+ BSC + PPT + O41.0 O41.0
Oligohidramnion
O44.0 O44.1 ICD-10 volume 1: O34.2
O82.1 Maternal care due to
uterine scar from previous
Berikut informasi penunjang salah satu surgery
contoh diagnosis tidak terkode: Maternal care for scar
from previous caesarean
ANAMNESA section
Px kiriman BKIA Melati, G2P10000 Excludes: vaginal delivery
UK 37 mg dg plasenta previa totalis following previous
(PPT) keluhan px kenceng” sejak caesarean section NOS
kemarin+keputihan, keluar rembesan (O75.7)
air+darah-, riwayat SC 3th, anak umur 1 Naik 1: maternal care for known
hari meninggal karena tempurung kepala or suspected abnormality of pelvic
tdk menutup sempurna. Ku:baik, ksd:cm, organs
TD:120/80 mmHg, nadi 80x/mnt,
anemis-, palp: letak lintang, TFU: 27 cm, Kode: O34.2
his-, VT: tidak dilakukan, DJJ:144x/mnt
LAPORAN PERSALINAN Gambar 7.Tata Cara Pengodean BSC
KALA II
Macam Persalinan: Op Sc 2. Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Kasus
Indikasi Persalinan: Obstetri dengan Problem Solving Cycle SWOT
letli+PPT+Oligohidramnion
F reddy Rangkuti (2004:18) menjelaskan
Episiotomi/Ruptur:
bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
Lama Kala II :
faktor secara sistematis untuk merumuskan
Masalah yang dihadapi:
strategi instansi. Dihasilkan strategi berikut:
Gambar 6.Informasi Penunjang Contoh Diagnosis
Tidak Terkode Tabel 4.Matrik SWOT Koding RSUD dr.
Sayidiman Magetan IFAS
Dapat dilihat bahwa dari tabel diatas
diagnosis “BSC” (Bekas Caesar / Riwayat STRENGTH WEAKNESSES
Caesar) tidak terkode. Jika mengikuti tata (S) (W)
cara pengodean ICD-10 maka langkah- IFAS a. Ada SOP a. Petugas
langkahnya adalah: Pemberian koding II
Kode berpen-
Penyakit didikan
Lead term: Cesarean SMA
ICD-10 volume 3: Cesarean b. Ada 2 orang b. Menggu-
-emergency O82.1 petugas nakan ICD-
-operation or section koding. 10 Edisi
NEC (see also delivery, Petugas I 1994
cesarean) O82.9 D3 RM,
- - with hysterectomy Petugas II
SMA
O82.2
- - affecting fetus or c. Menggu- c. H a n y a
nakan ICD- membuka
newborn P03.4 10 Edisi I C D - 1 0
- - postmortem, affecting 2010 volume 3
fetus or newborn P01.6 tanpa cek
pada volume 1

10
Febi, dkk. Problem Solving Cycle SWOT Keakuratan ...

STRENGTH WEAKNESSES STRENGTH WEAKNESSES


(S) (W) (S) (W)
d. Ada d. Tidak ada d. Revisi d. Segera d. Membuat
Informasi aturan SOP melakukan analisis
penunjang penulisan konfirmasi beban kerja
dalam diagnosis kepada petugas
penentuan medis dan koding
kode kasus paramedis
Obstetri apabila
petugas
e. Ada fasilitas e. Tidak ada kesulitan
internet pelatihan e. Dokter
untuk pengodean bisa
mengakses dikon-
informasi firmasi
pengodean
f. Perawat
jika
Obstetri
kesulitan
mem-
memahami
bantu
diagnosa
petugas
koding
f. Dokter bisa f. Tidak ada THREATS STRATEGI
dikonfirmasi audit coding STRATEGI ST
(T) WT
secara
periodik a. Kurang- a. Pemberian a. Merevisi
nya punish-ment SOP sesuai
pengeta- kepada dengan
huan petugas tata cara
OPPRTU- petugas koding yang pengodean
NITIES STRATEGI SO STRATEGI W koding melakukan yang benar
(O) terhadap kesalahan
pemba-
a. Adanya a. Adanya a. Mengi- haruan
pelatihan pelatihan kutkan ICD
untuk untuk petugas
petugas petugas koding b. Besar b. Melakukan- b. Melakukan
koding koding dalam pembi- komu-nikas analisis
pelatihan ayaan dengan terhadap
tidak verifikator hasil out put
b. ICD-10 b. Penggunaan b. Membe- sesuai BPJS laporan
Edisi ter- SDM rikan tentang
up date koding yang pelatihan / penentuan
optimal review kode yang
singkat mempenga-
mengenai ruhi pembi-
cara ayaan
penentuan c. Salah c. Melakukan
kode yang pelaporan audit coding
benar rumah secara
dengan ICD- sakit periodik
10 terbaru dengan
c. Rotasi c. Menerapkan c. Membuat komite
petugas ICD-10 aturan medis
edisi terbaru tentang d. Pengam-
kepada penulisan bilan
kedua diagnosis keputus-
petugas an yang
koding tidak
supaya tepat
seragam dan
akurat

11
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 Oktober 2015
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, Menurut (WHO, 2010) pengodean dengan
diketahui bahwa hal yang paling dominan menggunakan ICD-10 berfungsi sebagai klasifikasi
menyebabkan kode diagnosis kasus obstetri tidak statistik morbiditas dan mortalitas. Kode yang
akurat berasal dari factor sumber daya manusia dan dihasilkan oleh petugas koding menjadi sumber
Standard Operating Procedure (SOP). data yang akan diolah dan digunakan sebagai bahan
pelaporan dan pengambilan keputusan. Apabila kode
Dari segi sumber daya manusia yakni 2 orang yang dihasilkan menggunakan (.9 atau unspecified)
petugas koding keduanya belum mempunyai maka menunjukkan mutu pelayanan Rumah Sakit
pengetahuan tentang tata cara pengodean yang benar. buruk.
Menurut Hutapea dan Thoha (2008) pengetahuan
merupakan komponen utama kompetensi. Sebagai Ketidak akuratan kode yang terjadi dikhawatirkan
perekam medis yang mempunyai kompetensi, akan menimbulkan dampak yang dapat mengancam
petugas koding harus memiliki pengetahuan tentang bahkan mengganggu jalannya kegiatan di RS
penggunaan ICD-10 dan cara menentukan kode terutama pada kegiatan pengodean dan kegiatan
yang benar. Dalam melakukan kegiatan pengodean lain yang terkait, antara lain: terjadi ketidaksesuaian
petugas tidak selalu mereview berkas rekam medis besar pembiayaan atas pengobatan dan tindakan
yang yang akan dikode, hal ini menunjukkan bahwa yang dilakukan terhadap pasien. Baik up code
petugas tidak konsisten dalam menemukan informasi maupun down code sehingga sangat berpotensi
penunjang diagnosis yang dapat mempengaruhi menimbulkan fraude and abuse. Hal lain yang
keakuratan kode.Pengetahuan tersebut diperoleh terkait dengan keakuratan kode tentu saja pelaporan
dari jalur pendidikan dan pelatihan.Berdasarkan rumah sakit. Menurut (Wittayawarawat dkk, 2007)
hasil observasi, petugas koding II tidak mempunyai Ringkasan diagnosis yang benar dan pengodean
latar pendidikan D3 Rekam Medis dan keduanya untuk keadaan (pasien) Obstetri sangat penting
belum mendapatkan pelatihan.Menurut Hutapea bagi sistem pelaporan rumah sakit karena dapat
dan Thoha (2008) sumber daya manusia harus membantu mengidentifikasi keakuratan masalah
mendapatkan pendididikan dan latihan dalam Obstetri dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
rangka memperbaiki kemampuan kerja.Lebih kesehatan, perencanaan kesehatan dan keamanan,
lanjut dikatakan Heidjrachman (2008) kompetensi keuangan pelayanan kesehatan dan penelitian.
seseorang dapat ditingkatkan melalui pelatihan. Jika kode yang dihasilkan tidak akurat, maka akan
menghasilkan pelaporan yang tidak baik pula
Agar penentuankode diagnosis akurat diperlukan sehingga bahkan dapat menimbulkan kesalahan
suatu perangkatin struksi atau langkah-langkah dalam pengambilan keputusan danpenelitian.
yang dibakukan dalam bentuk Standart Operating
Procedure (SOP). SOP merupakan tata cara atau
tahapan yang dilalui untuk menyelesaikan suatu SIMPULAN
proses kerjatertentu. Tujuanumum SOP adalah
untuk mengarahkan kegiatan agar tercapai tujuan 1. Tingkat keakuratan kode diagnosis kasus
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM
pemenuhan standar yang berlaku (Depkes, 2006). 1a) pasien rawat inap di RSUD dr. Sayidiman
Magetan triwulan I tahun 2014 adalah 27% (12
Di RSUD dr. Sayidiman Magetan sudah terdapat dokumen). Sedangkan, tingkat ketidakakuratan
SOP tentang pemberian kode penyakit dengan ICD- kode diagnosis kasus Obstetri sebesar 73% (33
10 dengannomor 445/68/403.211/2009 akan tetapi dokumen)
dalam SOP tersebut masih belum memuat langkah- 2. Berdasarkan interpretasi SWOT terhadap
langkahpengodean yang benar menurut ICD-10. keakuratan kode diagnosis kasus Obstetri pada
Hal tersebut ditunjukkan padapoinke-tigayakni Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) di RSUD
“agar pemberian kode penyakit lebih tepat, dapat dr. Sayi diman Magetan menunjukkan bahwa
juga membuka buku ICD-10 volume 1”.Menurut factor kekuatan dan peluang yang dimiliki
(WHO, 2010) langkah pengodean membuka volume adalah mengenai SDM, tetapi factor kelemahan
1 adalah langkah yang harus dilakukan mengingat dan ancaman terdapat pada SOP yang belum
semua keterangan terdapat pada volume 1. sesuai dengan tatacara pengodean yang benar
menurut ICD-10

12
Febi, dkk. Problem Solving Cycle SWOT Keakuratan ...

DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan


(Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman D). Bandung : Alfabeta
Penyelenggaraan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jendra World Health Organization. 2010. International
Upaya Bina Pelayanan Medik Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problems Tenth Revision.
Heidjrachman, S. H. 2008. ManajemenPersonalia. Volume 1. Geneva: World Health Organization
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
. International Statistical Classification of Diseases
Hutapea, P. &Thoha, N. 2008.Kompetensi Plus, and Related Health Problems Tenth Revision.
Teori, Desain, KasusdanPenerapanuntuk HR Volume 2. Geneva: World Health Organization
danOrganisasi yang dinamis. Jakarta: PT.
GramediaPustakaUtama . International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems Tenth Revision.
Kasim & Erkadius. 2013. Sistem Klasifikasi Utama Volume 3. Geneva: World Health Organization
Morbiditas dan Mortalitas yang Digunakan
di Indonesia dalam Hatta, GR (Ed), Pedoman Wittayawarat, W., Liasuetrakul, T., Tassee, S.
Manejemen Informasi Kesehatan di Sarana 2007. Diagnosis Summary and Coding of
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI Press Obstetric Condition in the Government
Hospital in Pattalung Province, The Effect
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian of Audit and feedback dalamjurnal Med
Kesehatan. Jakarta: rineka Cipta Assoc Thai 2007;90 (2): 216-23.Internet:
Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah http://www.medassocthai.org/journal/files/
Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka vol90_No.2_216_8606.pdf. Diaksestanggal
Utama 15 April 2015 pukul 16.47 WIB

Sudra,R I. 2013. Rekam Medis. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka

13

You might also like