You are on page 1of 13

Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S.

Antoko dan Asep Sukmana)

KARAKTERISTIK FISIK SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANG GADIS,


MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA
(Physical Characteristics of Batang Gadis Sub Watershed, Mandailing Natal Regency,
North Sumatra)*)

Oleh/By :
Bambang S. Antoko dan/and Asep Sukmana
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Sibaganding Km 10,5 Aek Nauli-Parapat 21174 Sumatera Utara; Telp. (0625) 41659, 41653
*) Diterima : 04 April 2006; Disetujui : 01 Oktober 2007

ABSTRACT
This study discusses physical characteristics of Batang Gadis Sub Watershed including watershed
morphology, watershed morphometry, climate condition, geology, soil types, and land use. The watershed
study area represents part of Batang Gadis National Park and also being main water source for Mandailing
Natal town, North Sumatra. The study conducted at Aek Pohan sub sub watershed representing downstream
of the Batang Gadis sub watershed and Batang Pungkut sub-sub watershed representing its upstream. The
data were analyzed by using table analysis. The secondary data were taken by collecting data and maps from
several sources. The result revealed that area of Aek Pohan and Batang Pungkut sub sub watersheds were
21,224.48 and 24,913.15 hectares. The soil types were latosol, red yellow podsolik and andosol with latosol
that could be found at all watershed area. These watersheds have a long watershed form. Long watershed is
naturally equipped with ability to hold rain water and prevent it from flowing at the same time, or with
longer flow concentration, which resulted in lower top debit. The stream patterns are parallel, it means that
the pattern of the river stream is in the form of one way length with its incoming branches from hillside
direction and later on it unites with the main stream. This pattern has the risk of bringing disaster, such as
landslides and floods if there are logging, land conversion, and road development occured by cutting the
back of the hill in the upstream area. The mud content at Batang Pungkut River was bigger than that of Aek
Pohan River. Based on visual observation, this is caused by land conversion that happened in conservation
area to gardens or farms, which did not consider the slope and type of soil. It will causes the happening of
blocking river path and flash flood disaster if it is let continuously.
Key words : Physical characteristics, Batang Gadis Sub Watershed

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik fisik Sub DAS Batang Gadis dan
faktor-faktor alami yang mempengaruhi potensi dan kerentanan Sub DAS. Informasi ini penting diperoleh
sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah setempat
yang sesuai dengan karakteristik fisik DAS. Selain itu, kawasan DAS kajian adalah bagian dari kawasan
Taman Nasional Batang Gadis dan merupakan sumber air utama bagi Lembah Mandailing, Sumatera Utara.
Pengamatan dilakukan pada karakteristik fisik Sub-sub DAS Aek Pohan sebagai representasi wilayah hilir
dan Sub-sub DAS Batang Pungkut sebagai representasi daerah hulu dari Sub DAS Batang Gadis. Penelitian
yang dilakukan termasuk penelitian yang meliputi pengamatan lapangan dan analisis data sekunder. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Sub-sub DAS Aek Pohan dan Batang Pungkut mempunyai kemampuan
menyimpan air yang rendah sampai sedang, sehingga berpotensi mengalami penggenangan. Bentuk DAS
pada kedua sub-sub DAS kajian adalah memanjang, sedangkan pola aliran DAS mengikuti pola aliran
paralel, di mana resiko terhadap bencana banjir dan tanah longsor sangat tinggi jika terjadi kerusakan hutan
pada daerah hulu. Sistem lahan dominan, adalah pegunungan dan perbukitan dengan penggunaan lahan
berupa pertanian/tegalan dominan pada kelerengan > 40 %. Kondisi sedimentasi pada wilayah Batang
Pungkut lebih besar dibandingkan Aek Pohan, yang disebabkan karena konversi lahan menjadi
pertanian/tegalan tanpa memperhatikan kelerengan dan jenis tanah.
Kata kunci : Karakteristik fisik, Sub DAS Batang Gadis

485
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

I. PENDAHULUAN jika tidak diikuti dengan adanya upaya-


upaya antisipasi, baik pada sistem hidro-
Daerah Aliran Sungai (DAS) meru-
logi maupun masukan terhadap lahan. Si-
pakan suatu wilayah daratan yang dipi-
fat alami yang sudah terdapat pada wi-
sahkan dari wilayah lain di sekitarnya
layah studi dan bersifat relatif statis (sulit
oleh pembatas topografis (punggung bu-
untuk berubah), seperti geologi yang di-
kit) yang menerima air hujan, menam-
dominasi oleh batuan gunung api (vul-
pung, menyimpan, dan mengalirkan me-
kanik), sistem lahan yang dominan pegu-
lalui sungai utama ke laut (Paimin et al.,
nungan dan perbukitan, lereng yang cu-
2004). Sedangkan Asdak (2002) menye-
ram antara 40-60 % serta curah hujan
butkan bahwa DAS dapat dipandang se-
yang tinggi akan berpotensi menyebab-
bagai suatu sistem pengelolaan, di mana
kan terjadinya bencana alam, seperti ta-
DAS memperoleh masukan (inputs) yang
nah longsor dan banjir bandang jika
kemudian diproses untuk menghasilkan
penggunaan lahan dan kegiatan manusia
luaran (outputs). Dengan demikian DAS
tidak mendukung upaya mitigasi bencana
merupakan prosesor dari setiap masukan
yang akan terjadi.
yang berupa hujan dan intervensi manu-
Penelitian ini bertujuan untuk men-
sia untuk menghasilkan luaran yang beru-
dapatkan informasi tentang karakteristik
pa produksi, limpasan, dan sedimen.
fisik Sub DAS Batang Gadis, Kabupaten
Karakteristik DAS ini tersusun dari
Mandailing Natal (Madina), Provinsi Su-
faktor-faktor yang bersifat statis (relatif
matera Utara. Dengan mengetahui karak-
sulit berubah), antara lain hujan sebagai
masukan utama, morfometri, dan geologi; teristik fisik DAS diharapkan dapat me-
dan faktor yang bersifat dinamis (cende- mudahkan pengelola terkait dalam me-
rung mudah berubah), yaitu penggunaan nyusun perencanaan pembangunan da-
lahan yang mencakup pengelolaan vege- erah setempat yang sesuai dengan karak-
tasi, tanah, dan relief, secara menyeluruh teristik fisik DAS, sehingga dapat memi-
dari hulu sampai hilir. Lebih lanjut Sey- nimalisir terjadinya bencana alam seperti
han (1993) menyatakan bahwa karak- tanah longsor, banjir bandang dan benca-
teristik DAS dapat diartikan sebagai gam- na geologis, misalnya gempa bumi.
baran spesifik mengenai DAS yang dici-
rikan oleh parameter-parameter yang ber- II. METODE PENELITIAN
kaitan dengan keadaan morfometri, topo-
grafi, tanah, geologi, vegetasi, tata guna A. Lokasi dan Waktu Penelitian
(penggunaan) lahan, hidrologi, dan ma- Penelitian karakteristik fisik Sub
nusia. Selain itu karakteristik DAS meru- DAS Batang Gadis dilakukan pada dua
pakan dasar dalam melakukan perencana- sub-sub DAS representatif, yaitu Sub-sub
an dan pengelolaan DAS. Dengan demi- DAS Aek Pohan seluas 21.224,48 ha se-
kian karakteristik DAS merupakan bahan bagai perwakilan Sub DAS Batang Gadis
baku utama bagi pengelola untuk melaku- daerah hilir dan Sub-sub DAS Batang
kan rangkaian pendekatan perencanaan, Pungkut seluas 24.913,15 ha mewakili
pelaksanaan maupun pemantauan, dan Sub DAS Batang Gadis daerah hulu
evaluasi pengelolaan DAS secara efektif (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan dari
dan efisien, di samping memberikan peri- bulan Juli sampai Oktober 2005. Secara
ngatan dini terhadap kemungkinan terja- administrasi pemerintahan kedua lokasi
dinya bencana alam pada setiap tingkatan kajian termasuk dalam wilayah Kabupa-
pengelolaan DAS (Paimin, 2005). ten Madina, Provinsi Sumatera Utara. To-
Antoko et al. (2005) menyatakan pografi pada lokasi penelitian adalah ber-
bahwa potensi permasalahan yang ada bukit, dengan ketinggian tempat antara
pada suatu kawasan DAS merupakan sua- 180 meter sampai dengan 200 meter di
tu bentuk ancaman bagi kawasan tersebut atas permukaan laut (dpl).

486
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

B. Bahan dan Alat pengambilan sampel lainnya dilakukan


juga pada Sungai Batang Gadis yang me-
Bahan dan alat yang digunakan da- rupakan aliran sungai induk dari Sungai
lam penelitian adalah kompas, Global Aek Pohan dan Sungai Batang Pungkut.
Positioning System Receiver (GPS Re- Data lainnya seperti morfometri DAS, hi-
ceiver), altimeter, kamera, program Arc- drologi DAS, jenis tanah, dan geologi di-
view GIS 3.3, peta Rupa Bumi Indonesia peroleh melalui interpretasi peta-peta
(RBI) lembar Lubuksikaping (0716), Su- yang tersedia untuk daerah yang diteliti.
matera (Bakosurtanal, 1986), peta geolo-
gi dan keterangan lembar Lubuksikaping D. Analisis Data
(0716), Sumatera (Rock et al., 1983), bu-
Data hasil interpretasi peta kemung-
ku keterangan dan peta satuan lahan dan
kinan terdapat perubahan-perubahan ma-
tanah lembar Lubuksikaping (0716), Su-
upun sering tidak sesuai dengan kondisi
matera (Subardja et al., 1990), peta peng-
saat ini, sehingga dilanjutkan dengan pe-
gunaan lahan pada DAS kajian yang di-
ngecekan di lapangan agar data yang di-
terbitkan oleh Baplan pada tahun 2004,
peroleh akurat. Analisis data dilakukan
dan alat tulis.
dengan menggunakan analisis deskriptif
komparatif, yaitu membandingkan para-
C. Pengumpulan Data
meter-parameter hidrologi di kedua loka-
Data diperoleh melalui pengamatan si kajian. Beberapa parameter morfometri
dan checking lapangan, interpretasi terha- DAS yang dapat diukur dari interpretasi
dap data sekunder serta peta-peta yang peta antara lain (Murtiono, 2001) :
tersedia dan gayut. Penilaian karakteristik 1. Luas DAS
fisik pada wilayah studi dilakukan de-
Luas DAS dapat diukur melalui peta
ngan interpretasi pada peta RBI dan ana-
rupa bumi yang telah dideliniasi garis ba-
lisis pemantauan fisik dan hidrologi
tas DAS yang kemudian dilakukan peng-
(penggunaan lahan, jenis tanah, kelereng-
ukuran dengan menggunakan planimeter
an, debit aliran, curah hujan, dan sedi-
yang dicek dengan sistem grid.
mentasi) berdasarkan buku data debit su-
ngai tahun 1996-2002 yang diterbitkan 2. Bentuk DAS
oleh Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Bentuk DAS mempunyai arti penting
Utara pada tahun 2003 dan data curah hu- dalam hubungannya dengan aliran su-
jan tahun 1996-2002 yang diperoleh dari ngai, yaitu berpengaruh terhadap kecepat-
Stasiun Pengamatan Natal dan Batang an terpusatnya aliran. Bentuk DAS berpe-
Toru. Untuk mendapatkan data yang di- ngaruh terhadap bentuk hidrograf aliran-
sesuaikan dengan kepentingan penelitian, nya. Untuk menentukan bentuk DAS, di-
maka peta-peta yang telah tersedia kemu- gunakan rumus sebagai berikut (Mur-
dian ditumpangsusunkan (overlay) de- tiono, 2001):
ngan memanfaatkan program software
A
komputer, yaitu Arcview GIS versi 3.3. F= 2
Penyajian data kemudian dilakukan da- Lb
lam bentuk tabel-tabel. Untuk mengeta- Keterangan :
hui konsentrasi sedimen pada aliran su- F = Koefisien bentuk DAS
ngai yang ada di wilayah studi, maka di- A = Luas daerah pengaliran (km2)
L b = Panjang sungai utama (km)
lakukan pengambilan sampel sedimen.
Karena keterbatasan maka pengambilan 3. Kerapatan Aliran Sungai
sampel sedimen hanya dilakukan pada
musim peralihan. Lokasi pengambilan di- Kerapatan aliran sungai adalah suatu
lakukan pada aliran Sungai Aek Pohan angka indeks yang menunjukkan banyak-
dan Sungai Batang Pungkut. Selain itu, nya anak sungai dalam suatu DAS.

487
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

Indeks tersebut dapat diperoleh dengan morfometri DAS yang diteliti dapat di-
persamaan (Murtiono, 2001): identifikasi seperti luas DAS, keliling
∑L DAS, panjang sungai utama, total pan-
Dd = jang sungai, panjang DAS, lebar DAS,
A
Keterangan : pola aliran, kerapatan aliran, dan bentuk
Dd = Indeks kerapatan aliran sungai (km/km2) DAS (Tabel 1).
L = Panjang sungai total (km) Berdasarkan nilai morfometri pada
A = Luas DAS (km2).
Tabel 1, Sub-sub DAS Aek Pohan mem-
punyai nilai kerapatan aliran (Dd) sebesar
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 0,36 km-1. Nilai ini dikategorikan bahwa
wilayah ini mempunyai kemampuan me-
A. Morfometri DAS nyimpan air yang sedang, karena mempu-
Hasil interpretasi terhadap peta rupa nyai nilai Dd antara 0,25 sampai 10 km-1
bumi menghasilkan parameter-parameter (Soewarno, 1991). Sub-sub DAS Batang

Gambar (Figure) 1. Lokasi penelitian (Research area)

488
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

Tabel (Table) 1. Nilai morfometri Sub-sub DAS Aek Pohan dan Batang Pungkut (Morphometry values of
Aek Pohan and Batang Pungkut Sub-sub Watershed)
Nilai sub-sub DAS Nilai sub-sub DAS
No Parameter Aek Pohan Batang Pungkut
(No) (Parameter) (Value of Aek Pohan (Value of Batang Pungkut
Sub-sub Watershed) Sub-sub Watershed)
1. Luas DAS (A) (km2) (Area of watershed) 212,25 249,13
2. Keliling DAS (p) (km) (Drained perimeter) 91,5 76,25
3. Panjang DAS (Ln) (km) 40 28
(Length of watershed)
4. Panjang sungai utama (Lb) (km) 41,25 37,75
(Length of main channel)
5. Lebar DAS (W) (km) (Width of watershed) 5,15 6,6
6. Sungai terpanjang (L) (km) 41 37
(Length of longest water course)
7. Kerapatan aliran (Dd) (km-1) 0,36 0,16
(Drainage density)
8. Titik pusat DAS (4,27 , 9,96) (4,27 , 6,97)
(Center of gravity of watershed)
9. Panjang aliran (Lg) (km) 2,57 3,3
(Length of overland flow)
10. Circulation ratio (Rc) 0,32 0,27
11. Limniscate constans (K) 1,89 0,79
12. Biforcation ratio (Rb) 2,2 2
13. Rata-rata tertimbang ordo (Wrb) 2 2
(Weighted mean)
14. Faktor simetris (SIM) (Symmetry factor) 1,75 0,44

Pungkut mempunyai nilai kerapatan alir- kedua DAS kajian mengikuti pola pa-
an (Dd) sebesar 0,16 km-1. Nilai ini ber- ralel. Menurut Asdak (2002), pola aliran
arti bahwa wilayah ini mempunyai ke- suatu DAS yang mengikuti pola paralel,
mampuan menyimpan air yang rendah, berarti bahwa pola aliran sungai berben-
karena mempunyai nilai Dd < 0,25 km-1. tuk memanjang ke satu arah dengan ca-
Artinya, alur sungai melewati batuan de- bang-cabang sungai kecil yang datangnya
ngan resistensi keras, maka angkutan se- dari arah lereng-lereng bukit kemudian
dimen yang terangkut aliran sungai lebih menyatu di sungai utama yang mengalir
kecil jika dibandingkan pada alur sungai di lembahnya. Pola aliran ini mempunyai
yang melewati batuan dengan resistensi resiko membawa bencana banjir dan ta-
yang lebih lunak, apabila kondisi lain nah longsor yang tinggi jika terjadi pem-
yang mempengaruhinya relatif sama balakan kayu, konversi hutan alam atau
(Soewarno, 1991). Lebih lanjut Murtiono pembuatan jalan memotong punggung
(2001) menyebutkan bahwa menurut kri- bukit di daerah bagian hulu. Sungai-su-
teria Lynsley (1949) nilai Dd pada kedua ngai kecil di hulu yang tersumbat kayu,
DAS kajian tergolong buruk, di mana batuan, dan tanah akan membentuk ben-
DAS berpotensi untuk mengalami peng- dungan alam dengan tenaga perusak yang
genangan terutama pada bagian hilir di besar bagi daerah di hilirnya.
kanan dan kiri sungai, karena drainase Bentuk DAS dapat dinyatakan de-
yang kurang baik. ngan nilai circularity ratio (Rc), yaitu de-
Pola aliran suatu DAS merupakan ngan rumus: Rc = 4πA/p2, di mana Rc =
ciri fisik dari DAS tersebut, karena aliran circularity ratio; A = luas DAS; p = ke-
sungai dapat mempengaruhi efisiensi sis- liling DAS. Sub-sub DAS Aek Pohan de-
tem drainase dan karakteristik hidrogra- ngan nilai panjang DAS maksimum 40
fisnya. Bentuk pola aliran sungai pada km, lebar maksimum 5,15 km, dan

489
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

keliling DAS 91,5 km mempunyai nilai B. Kondisi Hidrologi DAS


Rc = 0,32 (nilai Rc ini mempunyai ben-
1. Curah Hujan
tuk DAS memanjang). Pada Sub-sub
DAS Batang Pungkut yang mempunyai Hasil pengamatan stasiun penakar
nilai panjang DAS maksimum 28 km, le- hujan berdasarkan stasiun pengamatan
bar maksimum 6,6 km, dan keliling DAS curah hujan yang ada dalam wilayah
76,25 km mempunyai nilai Rc = 0,27 (ni- DAS kajian (Stasiun Pengamatan Natal
lai Rc ini berarti mempunyai bentuk DAS dan Batang Toru) antara tahun 1996 sam-
memanjang). Bentuk DAS memanjang pai dengan 2002 diketahui bahwa besar-
mempunyai sifat menahan air hujan dan nya curah hujan tahunan yang terjadi di
tidak mengalirkannya dalam waktu yang wilayah penelitian, yaitu antara 744 mm
serentak dengan waktu konsentrasi agak sampai dengan 4.687 mm. Menurut klasi-
panjang, sehingga menyebabkan debit fikasi Schmidt dan Ferguson (1951) Sub-
puncak lebih rendah. sub DAS Aek Pohan dan Batang Pungkut
Nilai biforcation ratio (Rb) pada Sub- (Sub DAS Batang Gadis) termasuk tipe
sub DAS Aek Pohan adalah 2,2; sedang- iklim A. Data curah hujan pada DAS ka-
kan pada Sub-sub DAS Batang Pungkut jian periode 1996-2002 disajikan dalam
adalah 2. Menurut Soewarno (1991), ber- Tabel 2.
dasarkan penelitian yang telah dilakukan 2. Debit Aliran
oleh Strahler, nilai Rb < 3 bermakna bah-
wa pada alur sungai tersebut akan mem- Debit aliran dapat digunakan untuk
punyai kenaikan muka air banjir dengan mengevaluasi kondisi kesehatan atau ke-
cepat, sedangkan penurunannya berjalan kritisan suatu DAS. Debit aliran rata-rata
dengan lambat. Hasil penelitian juga me- tahunan dari aliran air sungai di kedua lo-
nunjukkan bahwa panjang sungai utama kasi penelitian berdasarkan data yang ter-
pada Sub-sub DAS Aek Pohan lebih pan- sedia pada Stasiun Pengamat Arus Sungai
jang dibanding Sub-sub DAS Batang Batang Gadis di Kabupaten Madina, Pro-
Pungkut. Proporsi yang lebih panjang ini vinsi Sumatera Utara (periode tahun
akan menyebabkan waktu mencapai pun- 1996-2002) adalah sebesar 108,71 m3/dtk
cak (tp) menjadi lebih panjang dan waktu atau 0,2356 m3/dtk/km2. Debit maksi-
konsentrasi lebih lama, sehingga debit mum yang pernah dicapai adalah sebesar
puncak yang dihasilkan akan lebih kecil 462 m3/dtk pada tahun 1996 sedangkan
dibanding panjang sungai utama yang le- debit minimum sebesar 37,9 m3/dtk pa-
bih pendek. da tahun 2000. Rasio nilai debit maksimum

Tabel (Table) 2. Curah hujan tahunan rata-rata pada Sub DAS Batang Gadis periode tahun 1996-2002
(Annual rainfall data at Batang Gadis sub watershed between 1996-2002)
Curah hujan tahunan di stasiun pengamatan (mm/thn) (Annual rainfall at station)
No (No) Tahun (Year)
Natal Batang Toru
1. 1996 3.114 4.129
2. 1997 2.127 2.206
3. 1998 4.152 3.828
4. 1999 3.949 4.687
5. 2000 3.118 2.493
6. 2001 744 4.159
7. 2002 1.729 1.745
Rerata (Averages) 2.704 3.321
Sumber (Source) : RTL-RLKT Sub DAS Aek Pohan dan Batang Pungkut, 2004 (Technical planning of Aek
Pohan and Batang Pungkut sub watershed, 2004)

490
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

dan minimum atau disebut nilai Koefisien gian besar air hujan tersebut berubah
Regim Sungai (KRS) adalah sebesar menjadi aliran permukaan. Untuk mem-
12,19. Nilai KRS < 60, berarti kondisi permudah dalam menghitung nilai C, ma-
DAS masih relatif baik jika ditinjau dari ka data debit (m3/dtk) dikonversi terlebih
aspek konservasi tanah. Pada penelitian dahulu menjadi data debit (mm/tahun).
serupa yang pernah dilakukan di Sub Berdasarkan Tabel 3, maka dapat di-
DAS Tebo, Kabupaten Bungo Tebo, Pro- ketahui bahwa nilai rata-rata koefisien
vinsi Jambi diketahui bahwa debit mak- aliran pada wilayah kajian adalah 0,26.
simum yang pernah dicapai sebesar Artinya kondisi kesehatan DAS kajian
783,20 m3/dtk (tanggal 5-2-1996) dan de- termasuk baik karena mempunyai nilai C
bit minimumnya sebesar 20,60 m3/dtk < 0,5. Namun demikian nilai koefisien
(tanggal 13-9-1987), sehingga mempu- aliran pada tiga tahun terakhir kecende-
nyai nilai KRS sebesar 38,01 atau kondisi rungannya semakin meningkat walaupun
DAS berkategori baik (Paimin et al., masih tergolong baik, sehingga perlu di-
2004). Kondisi hidrologi pada DAS ka- lakukan usaha-usaha konservasi, seperti
jian disajikan dalam Tabel 3. memperbaiki atau merehabilitasi penu-
Koefisien aliran (C) menggambarkan tupan lahan nir hutan (semak belukar atau
perbandingan antara tebal aliran dengan tanah terbuka) menjadi lahan hutan di wi-
curah hujan. Nilai C ini dapat dijadikan layah DAS tersebut. Usaha ini dapat me-
indikator dalam menilai kondisi hidrologi ningkatkan fungsi hutan sebagai pengatur
suatu DAS. Cook dan Bansby-Williams tata air dan pengendali aliran.
dalam Suyono (1996) menyatakan bahwa
3. Sedimentasi
DAS disebut dalam keadaan baik jika
mempunyai nilai koefisien aliran < 0,5 Sedimentasi merupakan larutan parti-
sedangkan DAS bernilai sedang mempu- kel-partikel tanah yang terbawa aliran air
nyai nilai C antara 0,5-0,75 dan DAS dan diendapkan di tempat tertentu seperti
yang buruk mempunyai nilai C > 0,75. sungai, danau, dan waduk (Sumijarto dan
Artinya, kondisi kesehatan suatu DAS di- Ekowati, 2000). Pada lokasi kajian dila-
anggap baik jika mempunyai nilai C yang kukan pengambilan sampel sedimen yang
makin kecil. Suatu DAS yang mempu- dimaksudkan untuk mengetahui kadar
nyai nilai C besar (> 0,75), berarti kurang lumpur pada aliran sungai di wilayah ter-
mampu dalam menghambat air hujan sebut. Pada Sub-sub DAS Aek Pohan di
yang jatuh di wilayahnya, sehingga seba- wilayah hilir, pengambilan sampel dilakukan

Tabel (Table) 3. Kondisi hidrologi pada Sub DAS Batang Gadis tahun 1996-2002 (Hydrology data at Batang
Gadis Sub Watershed between 1996-2002)
Faktor hidrologi (Hydrology)
Q rata-rata
No Tahun Q max (Max Q min (Min Curah hujan
(Average KRS C
(No) (Year) discharge) discharge) (Rainfall)
3 3 discharge) (Q max / Q min ) (Coefficient)
m /dtk m /dtk mm
m3/dtk
1. 1996 462 76 110,66 6,07 3.621,5 0,21
2. 1997 308 96 143,42 3,2 2.166,5 0,45
3. 1998 404 75 114,77 5,38 3.990 0,20
4. 1999 234 44,5 156,09 5,25 4.318 0,25
5. 2000 250 37,9 77,53 6,6 2.805,5 0,19
6. 2001 189 55,3 76,82 3,14 2.451,5 0,21
7. 2002 168 59 81,66 2,85 1.737 0,32
Rerata (Average) 287,86 63,39 108,71 4,64 0,26
Sumber (Source) : Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, 2003 (The irrigation services of North Sumatra
Province, 2003)

491
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

Tabel (Table) 4. Hasil analisa sampel beberapa air sungai di wilayah DAS kajian (Result of water river
sample analysis in location)
No (No) Nama Sungai (River name) V (ml) a ( gr) b (gr) C (mg/l) C (gr/l)
1. Aek Pohan 624 53,7 53,8 160,26 0,16
2. Aek Batang Pungkut 638 62,5 62,7 313,47 0,31
3. Aek Batang Gadis 648 70,8 70,9 154,3 0,15
Keterangan (Remarks) :
V = Volume sampel sedimen (ml) (Volume of sediment sample)
a = Berat cawan kosong (gr) (Weight of empty cup)
b = Berat cawan berisi endapan sedimen (gr) (Weight of cup contain sediment)
C = Konsentrasi sedimen (mg/l)/(gr/l) (Sediment consentration)

pada bagian tengah aliran Sungai Aek batuan gunung api dan tidak menunjukkan
Pohan. Pada Sub-sub DAS Batang Pung- bekas pusat gunung api. Pada wilayah hi-
kut sebagai wakil wilayah hulu, pengam- lir Aek Pohan sebagian besar terbentuk
bilan sampel dilakukan pada bagian te- dari batuan sedimen dan meta sedimen
ngah Sungai Batang Pungkut. Sebagai seperti aluvium, yang terdiri dari pasir,
perbandingan dilakukan juga pengambil- kerikil, dan lanau. Selain itu juga terdapat
an sampel pada aliran Sungai Aek Batang lapisan paleozoikum dan/atau mesozoi-
Gadis, di mana aliran Sungai Aek Pohan kum tak terbedakan yang termasuk dalam
dan Sungai Batang Pungkut bertemu. kelompok woyla dan ini berasal dari meta
Hasil pengujian dan analisis terhadap gunung api hornfel, batu sabak, dan sedi-
sampel air dengan metode penguapan pa- kit batu gamping. Formasi Sihapas terda-
da beberapa sungai di wilayah DAS kaji- pat di bagian utara Aek Pohan, formasi
an disajikan dalam Tabel 4. ini berasal dari batu pasir kuarsa bersih,
Berdasarkan Tabel 4, maka Sungai serpih berkarbon batulanau, dan konglo-
Batang Pungkut mempunyai nilai kan- merat. Formasi Silungkang terdapat da-
dungan lumpur paling tinggi dibanding lam jumlah sedikit dan termasuk dalam
anggota batu gamping dan meta batu
pada sungai-sungai lainnya, yaitu sebesar
gamping. Batuan gunung api lainnya,
0,31 gram/liter kemudian Sungai Aek Po-
adalah formasi pusat sorik merapi yang
han sebesar 0,16 gram/liter, sedangkan
berasal dari lahar andesitik dan breksi gu-
kandungan lumpur terendah terdapat pa-
nung api. Sedangkan jenis batuan tero-
da Sungai Aek Batang Gadis sebesar 0,15
bosan diwakili oleh intrusi rao-rao yang
gram/liter. Tingginya kandungan lumpur
berasal dari granitoida, leukogranit, dan
pada Sungai Batang Pungkut berdasarkan
diorit kaya akan kumulus plagioklas. Se-
pengamatan secara visual di lapangan di-
lain itu juga terdapat formasi batolit pa-
sebabkan oleh konversi lahan pada ka-
nyabungan yang berasal dari granit, mik-
wasan lindung menjadi kebun campuran
rogranit, leukogranit, beberapa terfoliasi
dan ladang yang tidak memperhatikan
sampai bersifat genes dan diorit.
tingkat kelerengan dan kesesuaian jenis
Pada wilayah Batang Pungkut juga
tanahnya.
terdapat formasi Silungkang yang berasal
dari batu gamping, meta gunung api basa,
C. Keadaan Geologi
metatufa, batu pasir, dan gunung api klas-
Berdasarkan peta geologi skala 1 : tika. Selain itu terdapat juga formasi Ku-
250.000 tahun 1983, karakteristik geologi antan yang terdiri dari batu sabak, kuarsit
Sub-sub DAS Aek Pohan dan Batang dan arenit meta kuarsa, wake, dan filit.
Pungkut secara umum terbentuk dari ba- Kedua formasi ini termasuk dalam batuan
tuan gunung api pusat Maninjau yang tak sedimen dan meta sedimen. Sedangkan
terbedakan, terutama berasal dari lapisan yang termasuk dalam batuan terobosan

492
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

adalah intrusi muarasipongi yang berasal dan di jalur gunung api akan terbentuk
dari granit, granodiorit, dan diorit. zona mineralisasi emas, perak, dan tem-
Berdasarkan hasil analisis terhadap baga (Perbatakusuma et al., 2005).
peta sistem lahan yang dibuat oleh Re-
gional Physical Planning Programme for D. Jenis Tanah
Transmigration (RePProT) tahun 1988, Dalam suatu DAS, tanah berfungsi
maka sistem lahan yang mendominasi wi- sebagai media tumbuh tanaman dan
layah penelitian adalah pegunungan dan pengatur tata air serta erosi, terutama da-
perbukitan dengan kelerengan antara 41- lam hal kapasitas infiltrasi dan permea-
60 %. Terdapat juga beberapa sistem la- bilitas tanah. Semakin besar kemampuan
han pegunungan yang mempunyai kele- tanah dalam kapasitas infiltrasi dan per-
rengan > 60 % seperti pegunungan Bukit meabilitas tanah, maka semakin banyak
Pandan, Pandreh, dan Telawi. Sistem la- juga air yang dapat diloloskan ke dalam
han lainnya adalah sistem lahan dataran tanah. Artinya tata air juga akan terjaga
yang terdapat dengan variasi kelerengan dengan baik dan erosi dapat dikurangi.
kurang dari 2 % sampai dengan 60 %. Kapasitas infiltrasi yang tinggi biasanya
Dataran dengan kelerengan < 2 %, seperti terdapat pada tanah dengan tekstur kasar
dataran aluvial Tanjung pada kelerengan sedangkan tanah dengan kandungan liat
antara 2-8 %, seperti dataran Pidolidom- tinggi mempunyai kapasitas infiltrasi
bang pada kelerengan 9-15 %, seperti da- yang rendah. Ini akan berakibat pada se-
taran Sungai Madang kelerengan 16-25 makin besarnya aliran permukaan (Pudji-
%, yaitu dataran Barong Tongkok kele- harta, 2003).
rengan 26-40 %, yaitu dataran Aekna Luas jenis tanah berdasarkan penggu-
Bontair dan dataran Dolok Parlajan de- naan lahan di wilayah studi disajikan da-
ngan kelerengan antara 41-60 %. Sistem lam Tabel 5. Analisis berdasarkan Tabel
lahan dengan kelerengan < 2 %, adalah 5, diketahui bahwa jenis tanah yang men-
lembah aluvial Bakunan dan jalur kelok- dominasi pada masing-masing lahan di
an Sebangau. Berdasarkan klasifikasi ke- Sub-sub DAS Aek Pohan adalah jenis ta-
rentanan kelompok sistem lahan, maka nah latosol sebesar 20.405,9 ha (96,14 %)
wilayah penelitian tergolong dalam kate- kemudian diikuti oleh jenis tanah pod-
gori sangat rentan terhadap bahaya erosi, solik merah kuning, yaitu 818,58 ha (3,86
karena didominasi oleh sistem lahan pe- %). Berdasarkan tingkat kepekaan tanah
gunungan dan perbukitan. Kerentanan terhadap erosi, maka jenis tanah latosol
terhadap bahaya banjir juga perlu diper- termasuk agak peka sedangkan jenis pod-
hatikan pada daerah yang mempunyai ke- solik merah kuning adalah peka. Pada je-
lerengan < 2 % sampai dengan 8 %. Un- nis tanah latosol banyak diusahakan seba-
tuk wilayah ini perlu dilakukan perbaikan gai lahan kebun campuran. Namun demi-
drainase. kian jenis tanaman kulit manis dan karet
Selain itu, semua wilayah pada Man- juga berkembang pada jenis tanah pod-
dailing termasuk Sub-sub DAS Aek Po- solik merah kuning.
han dan Batang Pungkut dikategorikan Jenis tanah yang mendominasi pada
sebagai daerah rawan bencana, di mana Sub-sub DAS Batang Pungkut adalah je-
wilayah ini ada pada daerah vulkanis ak- nis tanah latosol seluas 24.633,15 ha
tif dan bagian dari Daerah Patahan Besar (98,88 %) dengan penggunaan lahan ter-
Sumatera (Great Sumatran Fault Zone) besar sebagai hutan seluas 16.898,41 ha.
atau dikenal sebagai Sub Patahan Batang Penggunaan lahan berupa hutan seluas
Gadis-Batang Angkola-Batang Toru. Ak- 279,28 ha juga ada pada jenis tanah an-
tivitas vulkanis dan pergerakan lempeng dosol (1,12 %). Berdasarkan tingkat ke-
bumi pada daerah ini telah membentuk pekaan tanah terhadap erosi, maka jenis
berbagai jenis cekungan batuan sedimen tanah latosol dikategorikan sebagai jenis

493
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

yang agak peka sedangkan jenis tanah an- ha. Luas semak belukar yang dapat di-
dosol adalah peka. asumsikan sebagai lahan kritis mencapai
Berdasarkan data-data tersebut di 23,09 % dari total luas Sub-sub DAS Aek
atas, maka Sub-sub DAS Aek Pohan dan Pohan atau sebesar 4.910,51 ha. Hal ini
Batang Pungkut dapat dikategorikan se- perlu diwaspadai, karena wilayah tersebut
bagai daerah rawan bencana tanah long- secara alami mempunyai tingkat keren-
sor. Ancaman ini terutama potensial ter- tanan yang tinggi terhadap degradasi la-
jadi pada lahan dengan lereng curam (> han dan erosi. Upaya lain yang perlu dila-
40 %) yang dibuka untuk pertanian, te- kukan adalah mengganti penutupan lahan
galan, dan budidaya tanaman semusim berupa semak belukar menjadi penutupan
atau perladangan. lahan hutan. Sedangkan lahan pertanian
atau tegalan yang ada pada tingkat kele-
E. Kemiringan Lereng rengan > 40 % sebaiknya dialokasikan
sebagai kawasan hutan lindung atau dire-
Berdasarkan analisis terhadap peta
habilitasi, karena kondisinya yang rentan
kelerengan, maka sebaran kelas lereng
dan perannya yang penting bagi tata air.
pada setiap penggunaan lahan dalam ma-
Untuk lahan pertanian/tegalan yang ada
sing-masing Sub-sub DAS Aek Pohan
pada kelerengan > 15 % perlu diterapkan
dan Batang Pungkut adalah seperti pada
praktek konservasi tanah dan air, seperti
Tabel 6.
pembuatan teras atau guludan.
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa
wilayah dengan tingkat kelerengan > 40 Pada Sub-sub DAS Batang Pungkut
% pada Sub-sub DAS Aek Pohan, seba- sebagian besar didominasi oleh hutan, ya-
gian besar dimanfaatkan sebagai lahan itu sebesar 17.545,97 ha atau 70,42 % da-
pertanian atau tegalan (6.731,10 ha), se- ri total luas DAS. Luas hutan yang terle-
dangkan luas hutan pada tingkat kele- tak pada kelerengan > 40 % adalah sebe-
rengan tersebut adalah sebesar 9.551,37 sar 17.132,28 ha atau 97,64 % dari total

Tabel (Table) 5. Luas jenis tanah berdasarkan penggunaan lahan DAS kajian (Areal of soil types according to
land use at the studied watershed)
Jenis tanah (Soil type)
Podsolik
No Sub-sub DAS/penggunaan lahan Latosol merah kuning Andosol Jumlah % Terhadap
(No) (Sub-sub watershed/land use) (Latosol) (Red yellow (Andosol) (Total) luas DAS
ha podcolic) ha ha (Percentage)
ha
I Aek Pohan
1 Pemukiman (Settlement) 40,5 - - 40,5 0,19
2 Semak belukar (Shrubs) 4.903,19 - - 4.903,19 23,10
3 Hutan (Forest) 5.774,94 - - 5.774,94 27,21
4 Kebun campuran (Mix 3.210,96 571,37 - 3.782,33 17,82
plantation)
5 Pertanian/tegalan (Farming/dry 6.476,31 247,21 - 6.723,52 31,68
field)
Jumlah (Total) I 20.405,9 818,58 - 21.224,48 100,00
II Batang Pungkut
1 Semak belukar (Shrubs) 2.086,51 - - 2.086,51 8,38
2 Hutan (Forest) 16.898,41 - 279,28 17.177,69 68,95
3 Kebun campuran (Mix 187,79 - - 187,79 0,75
plantation)
4 Pertanian/tegalan (Farming/dry 5.461,46 - - 5.461,46 21,92
field)
Jumlah (Total) II 24.633,15 - 279,28 24.913,15 100,00

494
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

Tabel (Table) 6. Kelas kemiringan lereng pada Sub-sub DAS Aek Pohan dan Batang Pungkut (Slopes at Aek
Pohan and Batang Pungkut Sub-sub watershed)
Sub-sub DAS/ Kelerengan lahan (ha) Land slope (ha)
No penggunaan lahan Jumlah
% Luas DAS
(No) (Sub-sub Watershed/ <8% 8-15 % 15-25 % 25-40 % > 40 % (Total)
land use)
(Percentage)
%
I Aek Pohan
1 Pemukiman 36,57 3,93 - - - 40,50 0,19
(Settlement)
2 Semak belukar 0,12 18,45 276,56 153,20 4.453,18 4.901,51 23,09
(Shrubs)
3 Hutan (Forest) - - - 100,72 5.674,31 5.775,03 27,21
4 Kebun campuran - - 49,9 150,73 3.575,71 3.776,34 17,79
(Mix plantation)
5 Pertanian/tegalan 405,39 154,82 24,77 95,10 6.051,02 6.731,10 31,72
(Farming/dry field)
Jumlah I 442,08 177,2 351,23 499,75 19.753,72 21.224,48
% Terhadap luas DAS 2,08 0,84 1,66 2,35 93,07 - 100,00
(Percentage)
II Batang Pungkut
1 Pemukiman - - - - - - 0,00
(Settlement)
2 Semak belukar - - - 97,10 1.989,41 2.086,51 8,38
(Shrubs)
3 Hutan (Forest) - 23,87 - 389,82 17.132,28 17.545,97 70,42
4 Kebun campuran - - - - 110,20 110,20 0,44
(Mix plantation)
5 Pertanian/tegalan - - - - 5.170,47 5.170,47 20,76
(Farming/dry field)
Jumlah II - 23,87 - 486,92 24.402,36 24.913,15
% Terhadap luas DAS - 0,09 - 1,96 97,95 - 100,00
(Percentage)

luas hutan. Kawasan ini perlu dilindungi, IV. KESIMPULAN DAN SARAN
karena kepentingannya bagi tata air dan
lingkungan di sekitarnya. Namun demiki- A. Kesimpulan
an pada tingkat kelerengan tersebut ter- 1. Aek Pohan didominasi oleh batuan
nyata terdapat juga penggunaan lahan be- gunung api dan mempunyai sistem
rupa pertanian atau tegalan, yaitu sebesar lahan dominan berupa pegunungan
5.170,47 ha atau 20,76 %. Penggunaan dan perbukitan dengan kelerengan
lahan secara intensif, seperti pertanian 41-60 %. Tingkat kelerengan > 40 %
atau tegalan pada lereng yang curam sa- meliputi 93,07 % dengan penutupan
ngat berpotensi menimbulkan bencana ta- lahan dominan berupa pertanian dan
nah longsor. Jika hal ini tidak diperhati- tegalan sebesar 30,63 %, sedangkan
kan, maka keberadaan lahan budidaya pa- wilayah dengan kelerengan 0-8 %
da kelerengan yang tinggi dikhawatirkan meliputi 2,08 %. Jenis tanah terdiri
dapat menimbulkan konversi lahan hutan dari jenis tanah latosol (96,14 %) dan
dalam skala besar di kemudian hari. Se- podsolik merah kuning sebesar 3,86
cara langsung, alih fungsi lahan hutan ke %. Kondisi penutupan lahan pada
lahan nir hutan akan mengganggu fungsi Aek Pohan terdiri dari pertanian dan
hutan sebagai pengatur dan pelindung ta- tegalan (31,72 %), hutan (27,21 %),
ta air serta dapat memicu timbulnya ben- semak belukar (23,09 %), kebun
cana alam berupa tanah longsor atau ban- campuran (17,79 %), dan pemukiman
jir bandang. (0,19 %).

495
Vol. IV No. 5 : 485-497, 2007

2. Batuan gunung api mendominasi wi- sebagai pengatur tata air dan pengen-
layah Batang Pungkut dengan sistem dali aliran permukaan sekaligus dapat
lahan dominan, yaitu pegunungan mengurangi kemungkinan terjadinya
dan perbukitan. Tingkat kelerengan > bencana banjir bandang dan tanah
40 % tersebar dalam 97,95 % dari ke- longsor di wilayah DAS yang diteliti.
seluruhan luas DAS. Penutupan lahan 2. Pemerintah daerah setempat perlu
yang dominan pada kelerengan ini memperhatikan bentuk pengelolaan
adalah hutan sebesar 70,21 %. Jenis DAS dan lahan yang sesuai dengan
tanah pada Batang Pungkut didomi- karakteristik DAS yang diteliti. Diha-
nasi oleh jenis tanah latosol (98,88 rapkan hal ini dapat diatur dalam
%) sedangkan jenis tanah andosol Rencana Umum Tata Ruang Kabupa-
terdapat sebesar 1,12 %. Kondisi pe- ten Madina. Hal ini bertujuan untuk
nutupan lahan di Batang Pungkut di- meminimalisir terjadinya bencana
dominasi oleh hutan (70,42 %) ke- alam yang berdampak negatif tinggi,
mudian pertanian dan tegalan (20,76 seperti tanah longsor dan banjir ban-
%), semak belukar (8,38 %), dan ke- dang.
bun campuran (0,44 %).
3. Bentuk DAS pada wilayah kajian
adalah memanjang yang berarti DAFTAR PUSTAKA
mempunyai sifat menahan air hujan Antoko, B.S., A. Sukmana dan A.M.
dan tidak mengalirkannya dalam Putra. 2005. Kajian Karakteristik Hi-
waktu yang bersamaan. Bentuk se- drologi dan Lahan di DAS Batang
perti ini akan menyebabkan debit Gadis, Sumatera, Sebagai Dasar Pe-
banjirnya relatif kecil karena perja- ngembangan Sistem Perencanaan
lanan banjir dari anak-anak sungai Pengelolaan DAS. Laporan Hasil Pe-
mempunyai waktu yang berbeda-be- nelitian Tahun 2005. Balai Litbang
da. Nilai KRS sebesar 12,19 yang Kehutanan Sumatera. Tidak diterbit-
berarti kondisi DAS dikategorikan kan.
baik. Koefisien aliran antara tahun
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelo-
1996 sampai dengan 2002 rata-rata
laan Daerah Aliran Sungai. Gadjah
bernilai < 0,5 sehingga kondisi kese-
Mada University Press. Yogyakarta.
hatan DAS yang diteliti termasuk ka-
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey
tegori baik.
dan Pemetaan Nasional). 1986. Peta
RBI Lembar Lubuksikaping (0716),
B. Saran Sumatera. Bogor.
1. DAS yang diteliti tergolong sangat Lynsley, F. 1949. Water Resources En-
rentan terhadap degradasi, karena di- gineering. Mc Graw Hill. New York.
dominasi oleh sistem lahan pegu- Murtiono, U.H. 2001. Petunjuk Teknis
nungan dan perbukitan serta 90 % Pengukuran dan Perhitungan Para-
wilayah dari keseluruhan luas DAS meter Morfometri DAS. Balai Lit-
berada pada kelerengan > 40 %. Un- bang Pengelolaan Daerah Aliran Su-
tuk itu penutupan lahan pada kele- ngai Wilayah Indonesia Bagian Ba-
rengan tersebut perlu diupayakan be- rat. Surakarta.
rupa hutan. Selain itu keberadaan se- Paimin. 2005. Laporan Ringkas Peneliti-
mak belukar sebesar 30 % dari total an (Tingkat UKP) : Sistem Karakte-
wilayah DAS perlu diupayakan untuk risasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
direhabilitasi menjadi kawasan hutan. Tahun 2004. Balai Litbang Pengelo-
Upaya perbaikan kondisi penutup la- laan Daerah Aliran Sungai Wilayah
han berupa hutan ini diharapkan da- Indonesia Bagian Barat. Surakarta.
pat meningkatkan fungsi hutan Tidak diterbitkan.

496
Karakteristik Fisik Sub Daerah Aliran …(Bambang S. Antoko dan Asep Sukmana)

Paimin, Sukresno, N. Haryanti, B. Harya- Whandoyo. 1983. The Geology of


di, I.B. Pramono, A.B. Supangat, Lubuksikaping Quadrangle (0716),
Wardojo, A. Wuryanto, N. Wahyu- Sumatra. Geology Research and De-
ningrum, T.M. Basuki, S. Donie dan velopment Centre. Bandung
Purwanto. 2004. Laporan Kajian Ka- Schmidt, F.H. dan J.H.A. Ferguson.
rakteristik Daerah Aliran Sungai. 1951. Rainfall Types Based on Wet
Buku I : Laporan Utama. Laporan and Dry Period Ratios for Indonesia
Hasil Penelitian Tahun 2003. Balai with Western New Guinea. Verh.
Litbang Pengelolaan Daerah Aliran No. 42. Direktorat Meteorologi dan
Sungai Wilayah Indonesia Bagian Geofisika. Jakarta.
Barat. Surakarta. Tidak diterbitkan. Seyhan, E. 1993. Dasar-Dasar Hidrologi.
Perbatakusuma, E. A., D. Wurjanto, P. Edisi Indonesia. Cetakan Kedua. Ga-
Supriadi, B. Ismoyo, Wiratno, L. Si- djah Mada University Press. Yogya-
hombing, I. Wijayanto, E. S. Wi- karta.
dodo, B. O. Manullang, S. Siregar, Soewarno. 1991. Hidrologi : Pengukuran
A. Damanik dan A. H. Lubis. 2005. dan Pengolahan Data Aliran Sungai
Kolaborasi Pengelolaan Ekosistem (Hidrometri). Penerbit Nova. Ban-
Taman Nasional Batang Gadis. Nas- dung.
kah Akademik. Proyek Kerjasama Subardja, D., K. Djuanda, Y. Hadian,
Departemen Kehutanan, Pemerintah Samdan C.D., Y. Mulyadi, W. Su-
Kabupaten Mandailing Natal, dan priatna dan Junus Dai. 1990. Buku
Conservation International Indone- Keterangan dan Peta Satuan Lahan
sia. Jakarta. dan Tanah Lembar Lubuksikaping
Pudjiharta, A. 2003. Kajian Tata Air Me- (0716), Sumatera. Pusat Penelitian
lalui Analisa Karakteristik Fisik Da- Tanah dan Agroklimat. Bogor.
erah Aliran Sungai di Lampung. Bu- Sumijarto dan E. Ekowati. 2000. Ka-
letin Penelitian Hutan No. 635. Pusat rakteristik DAS Limboto Sulawesi
Litbang Hutan dan Konservasi Utara. Buletin Teknologi Pengelola-
Alam. Bogor. an DAS No. 4. Balai Teknologi Pe-
RePProT (Regional Physical Planning ngelolaan DAS Ujung Pandang. Ma-
Programme for Transmigration). kassar.
1988. Review of Phase I Results Su- Suyono. 1996. Pengelolaan Daerah Alir-
matra. Ministry of Transmigration. an Sungai dalam Konteks Hidrologi
Jakarta. dan Kaitannya dengan Pembangunan
Rock, N.M.S., D.T. Aldiss, J.A. Aspden, Berkelanjutan. Fakultas Geografi
M.C.G. Clarke, A. Djunuddin, W. Universitas Gadjah Mada. Yogya-
Kartawa, Miswar, S.J. Thompson, R. karta. Tidak diterbitkan.

497

You might also like