You are on page 1of 7

ANALISIS SUKSESI TUMBUHAN

DI PANTAI MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO

Hari Sulistiyowati*
ABSTRACT
This research project was done in year of 2005. The objectives of this project were
to analyze plant succession process and to investigate coastal vegetation that is growing in
the Mayangan Coast of Probolinggo City. Plotting method was used to collect plant
community. The plots were 10 x 10 square meters placed at transects placed in the rank of
50m. The samples of sediment were taken to analyze the sediment size. .Parameters of
density, frequency, and percent cover were calculated to analyze Important Value (IV) and
Biodiversity Index (H). The results show that the succession process is primary succession
formed from unvegetated coastal area based on the story of local people. The changing of
habitat structure occurred because of sedimentation that is influenced by sea water waves
and Banger river currents. The sea water body contains suspended sediments with the size
of 3.6-15 ppm. The majority of Coastal vegetation was dominated by mangroves (90%). The
population of Avicennia marina (INP=166.61%) and Sonneratia alba (INP=36.151) dominate
the mangrove community. On the other hand, the population of Ipomoea pes-caprae
(INP=80.74%)-Suaeda maritima (INP 42.43) dominate the herb coastal vegetation. The
biodiversity index of the mangroves (0.108) is lower than that of coastal herbs (0.56). All the
plant communities are formed because of propagules that is coming from outside of the
research project location. The factors influenced the propagules migration are wind that
transports propagules such as Spinifex littorea or Wedelia biflora, and sea waves that
transport heavy propagules such as hypocotyls of mangroves.

Key words: succession, coastal forest

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi
sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2001). Salah
satu sumberdaya alam yang merupakan perantara antara ekosistem daratan
dengan pantai adalah hutan pantai yang memiliki komunitas tumbuhan yang
unik dan berperan penting sebagai greenbelt. Luas hutan pantai di Indonesia
mencapai 4.25 juta hektar yang hampir 85% berupa hutan mangrove sejati
(Sugiarto dan Ekariyono, 1996).
Hutan pantai memiliki flora dan fauna yang khas dan sangat potential
sebagai sumber pangan proteksi pengikisan pantai, tempat pembenihan
*
Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UNEJ

i
biota laut tertentu, sebagai sumber kayu bakar, sebagai tempat
pertambakan, juga sebagai habitat bagi berbagai jenis burung pantai,
molusca maupun fauna lainnya, sebagai filter polusi dan masih banyak
manfaat bagi kehidupan makhluk hidup (Chong, et al. 1990). Namun
demikian sangat disayangkan saat ini banyak hutan pantai yang sudah
terancam keberadaannya karena konversi lahan atau penebangan liar. Hal
ini dikarenakan sebagai kawasan transisi, hutan pantai amat rentan terhadap
perubahan-perubahan baik yang disebabkan oleh ulah manusia maupun
alamiah.
Walaupun demikian sungguh patut disyukuri bahwa di salah satu
kawasan pantai Mayangan di Kota Probolinggo tepatnya di belakang
kawasan Pabrik Plywood PT KTI, yang sejak berdirinya pabrik tersebut pada
tahun 1975 (narasumber) tidak ada hutan pantai justru beberapa tahun ini
terbentuk suatu formasi ekosistem pantai. Perubahan suatu komunitas atau
yang lebih dikenal dengan istilah suksesi merupakan tahapan perubahan
komunitas dari tanah yang gundul hingga terbentuknya komunitas klimaks
(Smith, 1996). Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi dimana saja
tergantung pada berbagai faktor. Untuk mengkaji bagaimana perubahan ini
dapat terjadi serta bagaimana komunitas pantai yang terbentuk sekarang
perlu dilakukan penelitian detail tentang suksesi hutan pantai tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2005 di Pantai
Mayangan (belakang Pabrik Plywood, PT Kutai Timber Indonesia), Kota
Probolinggo, Jawa Timur. Pencuplikan data dilakukan dengan cara
meletakkan plot-plot berukuran 10 x 10m pada garis-garis transek. Masing-
masing transek berjarak 50 m. Identifikasi, luas penutupan, dan frekuensi
setiap jenis tumbuhan pantai yang ditemukan dilakukan untuk mengetahui

ii
komposisi jenis, struktur vegetasi dan indeks keragaman jenisnya sehingga
dapat analisis bagaimana suksesi dapat terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hutan pantai di perairan ini terdiri atas hutan mangrove dan formasi
Ipomoea pes-caprae. Hampir 90% areal hutan pantai ini didominasi oleh
hutan mangrove dengan total enam (6) jenis pohon dan kerapatan 315
batang per 2000m2 atau 1575 btg/ha (Tabel 1). Jenis hutan mangrove ini
didominasi oleh Avicennia marina (INP=166.61%) dan kodominan species
Sonneratia alba (INP=36.151). Jenis assosiasi mangrove yang juga
ditemukan di perairan ini memiliki nilai INP yang kecil yaitu Cleodendrum
inerme (L) dan Excoecaria agallocha L. dengan nilai 20.4%.
Indeks keanekaragaman (H’) vegetasi pantai ini sangat kecil (0.108)
namun demikian keberadaan jenis vegetasi penyusun hutan pantai ini
memegang peran penting sebagai “green belt” kawasan pantai atau pesisir
selain karena mampu menahan abrasi pantai dari gelombang pasang, juga
sebagai “nursery atau hatching area” berbagai jenis biota perairan serta
sebagai habitat berbagai jenis burung pantai dan biota perairan lainnya.
Jenis-jenis vegetasi herba yang ditemukan di lokasi penelitian ini terdiri
atas rumput lari-lari atau Spinifex littorea yang merupakan jenis tumbuhan
herba yang paling dominan sebagai penyusun formasi Ipomoea pes-caprae
(INP=80.74%). . Sebagai tumbuhan endemik yang unik dan khas perairan
Suaeda maritima ditemukan sebagai jenis kodominan dengan nilai INP 42.43
(Tabel 2). Sedangkan jenis Sesuvium polustacrum dan Wedelia biflora
merupakan jenis yang paling sedikit ditemukan di wilayah pantai ini. Indeks
keanekaragaman (H’) vegetasi herba ini lebih besar dibandingkan vegetasi
pohonnya yaitu sebesar 0.56.

iii
Jenis-jenis tumbuhan herba khas pantai berpasir ini memegang peran
penting dalam ekosistem pantai dan banyak ditemukan di sebagian besar
wilayah pesisir pantai di Indonesia, kecuali jenis Suaeda maritime, yang
menduduki hampir 25,75% areal formasi bersifat endemik lokal.
Suksesi yang terjadi di wilayah pantai ini sungguh menakjubkan,
mengingat sebelumnya belum ada vegetasi maka suksesi tumbuhan ini
tergolong dalam suksesi primer (Odum,1993; Smith, 1996). Penyebab
munculnya berbagai macam jenis vegetasi yang sekarang ini disebabkan oleh
banyak faktor. Sebagaimana dijelaskan oleh Resosoedarmo, S. (1984) bahwa
perubahan komposisi jenis dalam suatu komunitas erat sekali kaitannya
dengan perubahan faktor-faktor lingkungannya. Faktor utama adalah
masuknya propagule berasal dari luar lokasi tersebut (Glenn-Lenin dan van
der Maarel, 1992), karena kondisi sebelumnya tidak memiliki vegetasi, bank
biji, dan materi organik.
Selain itu perubahan struktur tanah akibat sedimentasi karena
endapan pasir laut yang berwarna hitam kecoklatan. Sumber sedimen ini
berasal dari Sungai Banger yang bermuara sekitar 1 km sebelah Timur lokasi
penelitian. Sedangkan kandungan sedimen tersuspensi di dalam badan air
berukuran sangat kecil yaitu 3.6-15 ppm. Sedimen ini merupakan hasil abrasi
oleh gelombang saat pecah di garis pantai ataupun endapan dari Sungai
Banger. Bentuk-bentuk lahan pesisir terbentuk dan berubah dari waktu ke
waktu mengikuti masukan energi dan material ke dalam lingkungan wilayah
pesisir.
Masukan energi dapat berupa gelombang, pasang surut dan angin.
Sedangkan masukan material berupa sedimen, partikel dan pollutant melalui
aliran sungai dan pembentukan landform secara biologis (Wiryawan, 2002).
Kondisi lingkungan yang terbentuk tersebut dimungkinkan sangat cocok bagi

iv
propagule yang masuk baik melalui udara untuk yang ringan (vegetasi selain
mangrove) dan air laut untuk yang berat (kelompok mangrove).
Secara perlahan propagule ini tumbuh, dan pada akhirnya
mendominasi areal pantai dengan klimaks berbagai jenis vegetasi yang ada
sekarang, dimana Avicennia marina dan Spinifex littorea menjadi vegetasi
pioner yang dominan.
KESIMPULAN
Suksesi yang terjadi di pantai Mayangan ini termasuk dalam kategori
Suksesi Primer. Adanya sedimentasi pasir laut yang berwarna hitam
kecoklatan akibat dari arus gelombang laut maupun sungai Banger
memungkinkan terbentuknya struktur dan komposisi habitat yang baru dan
adaptable bagi propagule yang datang dari luar ekosistem. Propagule
vegetasi pioner dapat masuk karena energi gelombang air laut dan angin.
Walaupun indeks keanekaragaman vegetasi penyusunnya kecil yaitu 0.108
untuk jenis pohon dan 0.56 untuk jenis herba, terbentuknya vegetasi pioner
sekaligus klimaks dengan komposisi Avicennia marina (INP=166.61%)-
Sonneratia alba (INP=36.151) untuk jenis pohon, dan komposisi Spinifex
littorea (INP=80.74%)-Suaeda maritima (INP= 42.43%) sangat bagus
sebagai green belt kawasan pantai ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bengen, D.G. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan
Laut Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian
Bogor.

Choong, E. T., R. Sambas Wirakusuma dan Suminar S. Achmadi. 1990.


Mangrove forest resources in Indonesia. Forest Ecology and
Management, 33/34: 45-57.

Glenn-Lewin, D.C. and van der Maarel. 1992. Pattern and processes of
vegetation dynamics. In: Plant succession theory and prediction. David

v
C. Glenn-Lewin, Robert K. Peet, and Thomas T. Veblen (eds). London:
Chapman & Hall. Pp 11-59.

Odum, E.P. 1993. Ecology and ourendangered life-supported systems


(2nd edition). Massachusetts: Sinauer Associates, Inc.

Resosoedarmo. S. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Penerbit Remadja


Karya.

Sugiarto dan Ekariyono, W. 1996. Penghijauan Pantai. PT Penebar Swadaya.


Jakarta

Wiryawan, B. 2002. Karakteristik dan Dinamika Sumberdaya Fisik dan


Lingkungan Pesisir dan Lautan. Materi Kuliah pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Program Pascasarjana IPB.

vi
Lampiran-lampiran:

Tabel 1 Nilai Dominasi, Frekuensi, Kerapatan, dan Indeks Nilai Penting Jenis-jenis
Komunitas Pohon

Nama Jenis DM DR FM FR KM KR INP H'


Avecennia
marina 17605.156 94.388 0.750 55.556 0.730 16.667 166.610 0.024
Sonneratia
alba 871.001 4.670 0.200 14.815 0.730 16.667 36.151 0.062
Rhizophora
mucronata 128.478 0.689 0.200 14.815 0.730 16.667 32.170 0.015
lumnitzera
racemosa 0.000 0.000 0.100 7.407 0.730 16.667 24.074 0.004
Cleodendrum
inerme (L) 0.000 0.000 0.050 3.704 0.730 16.667 20.370 0.002
Excoecaria
agallocha L 26.254 0.141 0.050 3.704 0.730 16.667 20.511 0.001
18630.889 99.887 1.350 100.000 4.380 100.000 299.887 0.108

Tabel 2 Nilai Dominasi, Frekuensi, dan Indeks Nilai Penting Jenis-jenis Tumbuhan
Herba Penyusun Formasi Ipomoea pes-caprae.

Nama Jenis DM DR FM FR INP H'


Spinifex littorea 5.52 47.38 0.19 33.36 80.74 0.15
Suaeda maritima 3.00 25.75 0.10 16.68 42.43 0.15
Polutacra 1.98 17.00 0.10 16.68 33.67 0.13
Ipomea pes-caprae
Sweet. 0.96 8.24 0.11 19.46 27.70 0.09
Sesuvium polustacrum 0.14 1.20 0.05 8.34 9.54 0.02
Wedelia biflora 0.05 0.43 0.03 5.56 5.99 0.01
11.65 100.00 0.57 100.08 200.08 0.56

ii

You might also like