You are on page 1of 13

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT


DEMAM BERDARAH DENGUE (P2DBD) DI PUSKESMAS MOJOSONGO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2018
Anis Faizah, Chriswardani Suryawati, Eka Yunila Fatmasari
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: anisfaizah2803@gmail.com

Abstract: The development Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) cases which tends to
increase and their widespread distribution is one of the health problems that are of
concern in Indonesia. Every year, Mojosongo Public Health Center's working area
becomes an increasing number of DHF cases in Boyolali District. The local
government has made a prevention and eradication program for DHF, but it is
suspected that it has not succeeded in reducing cases of DHF. This study aims to
evaluate the execution of the DHF Control Program seen from the input, process,
and output variables. This study is a qualitative study using a depth interview method
to 12 informants and this study observes on the sub-variables such as facilities,
methods, and time. The result of the study on the input variable shows enough
power availability but it is constrained from the scheduling of activities and the official
report has yet done on every program execution activity. Process variable shows
that PSN activities have not done in implemented optimally and there is a delay
when dropping the abate powder from District Health Office (DHO) which often
received in a state of expiration. Output variable from 5 indicators DHF Control
Program is found that 1 indicator has not reached the target which ABJ in Mojosongo
Health Center is only 67% with the actual target is 95%. The suggestion given for the
problems mentioned is DHO Boyolali expected to fix the abate powder distribution
system so that there are no delays and could avoid the expiration dates. It is
necessary for the health center to increase the coordination and the communication
for all the organizer cadres, DHO, and across sectors for the continuity of the
execution DHF Control Program activities, doing official report and accompanying
with village government through jumantik cadres on the execution of PSN.

Keywords : Evaluation, Health Care, Dengue Hemorrhagic Fever

PENDAHULUAN yang dapat ditularkan melalui vektor


nyamuk Aedes aegypti.1 Demam
Penyakit Demam Berdarah Berdarah Dengue pertama kali
Dengue (DBD) adalah salah satu dilaporkan pada tahun 1968 di
permasalahan kesehatan masyarakat Surabaya dengan ditemukan penderita
yang terjadi di Indonesia dengan sebanyak 58 orang dan 24 orang
jumlah penderita yang terus meningkat diantaranya meninggal dunia (41,3%).2
dan penyebaran yang semakin luas Menurut data dari Kementerian
sejalan dengan meningkatnya mobilitas Kesehatan RI, pada tahun 2016 di
dan kepadatan penduduk. Penyebab Indonesia ditemukan kasus DBD
penyakit menular Demam Berdarah sebanyak 204.171 dengan jumlah
Dengue (DBD) ini ialah virus Dengue kematian sebanyak 1.598 orang.

13
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Jumlah ini meningkat jika dibandingan Berdasarkan latar belakang


pada tahun-tahun sebelumnya.3 Di tersebut, perlu dilakukan penelitian
provinsi Jawa Tengah, seluruh mengenai evaluasi pelaksanaan
kabupaten/kota yaitu sebanyak 35 program Pengendalian Penyakit
kabupaten/kota sudah pernah terjangkit Demam Berdarah Dengue (P2DBD) di
penyakit DBD. Penyakit Demam Puskesmas Mojosongo Kabupaten
Berdarah Dengue (DBD) ini masih Boyolali.
termasuk dalam permasalahan
kesehatan di Jawa Tengah pada tahun METODE PENELITIAN
2016 dengan IR/angka kesakitan Penelitian ini adalah penelitian
sebesar 43,4 per 100.000 penduduk kualitatif dengan pendekatan deskriptif
dan CFR/angka kematian sebesar 1,46 analitik. Objek yang akan diteliti adalah
persen.4 evaluasi pelaksanaan program
Kabupaten Boyolali adalah salah pengendalian penyakit Demam
satu kabupaten yang endemis penyakit Berdarah Dengue (DBD) dari segi input,
DBD dan pada tahun 2016 termasuk dan output. Subjek dalam penelitian ini
kedalam kabupaten yang memiliki diambil dengan menggunakan metode
angka CFR>1% dengan menduduki purposive sampling. Informan utama
peringkat 13 dari 35 kabupaten/kota adalah kepala puskesmas, koordinator
yang ada di Jawa Tengah, dimana program, dan dokter. Informan
peringkat ini meningkat pesat triangulasi adalah staff P2P2, kepala
dibanding kabupaten/kota lain, dimana desa/kelurahan, sie kesejahteraan
pada tahun 2015 kabupaten Boyolali sosial, ketua penggerak PKK, dan kader
menduduki peringkat 27 dari 35 jumantik. Pengumpulan data penelitian
kabupaten/kota di Jawa Tengah.5 dilakukan melalui wawancara mendalam
Kecamatan Mojosongo dan observasi.
merupakan satu-satunya kecamatan di
Boyolali yang sudah ada Pembentukan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Kerja Operasional Demam 1. Variabel Input
Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) a. Tenaga
pada tahun 2017. Diketahui bahwa Tenaga pelaksana program
Puskesmas Mojosongo termasuk P2DBD idealnya memiliki latar
daerah endemis penyakit DBD. belakang pendidikan sesuai
Puskesmas Mojosongo telah dengan PP RI No. 32 tahun
melakukan berbagai program untuk 1996 tentang tenaga kesehatan,
menanggulangi penyakit DBD di sesuai dengan pasal 2 yang
wilayah kerja puskesmas. Meskipun berbunyi bahwa tenaga
program P2DBD ini sudah dijalankan, kesehatan masyarakat meliputi
namun CFR/angka kematian DBD di epidemiolog kesehatan,
wilayah kerja Puskesmas Mojosongo entomolog kesehatan,
dari tahun 2014-2016 terus mengalami mikrobiolog kesehatan,
peningkatan yang menjadikan penyuluh kesehatan,
Puskesmas Mojosongo menjadi administrator kesehatan dan
peringkat 3 dari 29 puskesmas yang sanitarian.6
memiliki angka CFR tertinggi di Tenaga yang terlibat
Kabupaten Boyolali. didalam program P2DBD di

14
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

puskesmas ada 4 orang, yaitu P2DBD, seperti untuk


koordinator, tenaga surveilans, mengadakan pertemuan, biaya
sanitarian, dan tenaga operasional PSN, biaya
pelaksana PE. Koordinator perjalanan dinas, serta biaya
bertugas untuk mengoordinir untuk membeli bahan bakar
pelaksanaan program. Tenaga serta upah petugas pelaksana
surveilans bertugas untuk fogging. Informan triangulasi
merumuskan hasil PE untuk yaitu kepala Desa Kragilan
merencanakan program menambahkan bahwa ada
pengendalian penyakit. anggaran tersendiri dari desa
Sanitarian mempunyai tugas untuk program P2DBD di
yang berkaitan dengan wilayahnya sebesar
lingkungan. Tenaga pelaksana Rp.15.000.000,00 per tahun.
PE bertugas untuk melakukan Menurut Rahim (2013),
koordinasi dengan tenaga- penganggaran merupakan
tenaga yang ikut serta dalam semua kegiatan dan usaha
kegiatan PE. untuk merumuskan perincian
Jumlah SDM yang terlibat penentuan kebutuhan dalam
didalam program P2DBD suatu skala tertentu, yaitu skala
puskesmas sudah cukup, mata uang dan jumlah biaya
namun terkendala penjadwalan dengan memperhatikan
sehingga tidak semua tim pengarahan dan pembatasan
P2DBD ini dapat melaksanakan yang berlaku.7
program secara bersama c. Sarana
terutama di program PE. Berdasarkan Kepmenkes RI
Selama ini puskesmas hanya Nomor
memberikan pelatihan kepada 581/MENKES/SK/VII/1992
kader, belum pernah tentang Pemberantasan
mengadakan pelatihan untuk Penyakit Demam Berdarah
petugas P2DBD, karena kader Dengue, sarana dan bahan
yang paling dekat dengan yang digunakan, yaitu mesin
masyarakat. fogging dengan kebutuhannya
b. Dana setiap puskesmas 4 unit,
Dana yang diterima kebutuhan PSN Kit dan
puskesmas untuk menjalankan kebutuhan Jumantik,
program-program yang telah insektisida, larvasida, serta
direncanakan termasuk bahan pendukung diagnosis
program P2DBD berasal dari dan penatalaksanaan penderita
APBD dan BOK dari pusat, DBD.8
kecuali untuk program fogging Setiap program P2DBD
yang biayanya berasal dari memiliki sarana pendukung
BLUD. Dana yang sudah masing-masing. Sarana yang
diterima oleh puskesmas telah digunakan oleh Puskesmas
cukup untuk memenuhi Mojosongo adalah senter untuk
berbagai kebutuhan puskesmas mendukung pelaksanaan PSN,
dalam menjalankan program alat fogging, obat fogging,

15
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahan bakar dan APD untuk oleh puskesmas dan DKK


mendukung pelaksanaan Boyolali.
fogging, dan bubuk abate untuk Menurut Wibowo (2010),
pelaksanaan abatisasi. Dari SOP merupakan standar
segi kuantitas sarana kegiatan yang harus dilakukan
pendukung program P2DBD di secara berurutan untuk
puskesmas sudah mencukupi menyelesaikan suatu pekerjaan
kebutuhan, tetapi dari segi dan apabila ditaati akan
kualitasnya masih rendah membawa akibat, seperti
terutama pada kegiatan PSN lancarnya koordinasi, tidak
dan abatisasi. terjadi tumpang tindih atau
d. Metode duplikasi, terbinanya hubungan
Pada masing-masing kerja yang serasi, kejelasan
program P2DBD yang ada di wewenang dan tanggung jawab
Puskesmas Mojosongo telah setiap pegawai.9
memiliki SOP. Di Kabupaten e. Waktu
Boyolali belum ada kebijakan Penjadwalan atau
yang mengatur mengenai scheduling adalah
program P2DBD dan selama ini pengalokasian waktu yang
hanya berpedoman pada tersedia untuk melaksanakan
Renstra Kabupaten. masing-masing pekerjaan
Didalam pelaksanaan suatu dalam rangka menyelesaikan
program, dibutuhkan suatu proyek hingga tercapai
pengarahan terlebih dahulu dari hasil optimal dengan
atasan maupun penanggung mempertimbangkan
jawab program untuk keterbatasan-keterbatasan yang
kelancaran dan keberhasilan ada.10
didalam melaksanakan suatu Perencanaan untuk waktu
program. Laporan dari atau jadwal pelaksanaan
puskesmas ke desa/kelurahan program P2DBD di Puskesmas
hanya secara lisan melalui Mojosongo dilaksanakan per
pertemuan Pokjanal DBD setiap tahun. Proses penyusunannya
3 atau 4 bulan sekali. Sebagai dengan mengadakan rapat
bukti bahwa telah dilaksanakan koordinasi yang menghasilkan
suatu program, maka diperlukan RUK (Rencana Usulan
bukti terlaksananya suatu Kegiatan) dan RPK (Rencana
program berupa berita acara. Pelaksanaan Kegiatan).
Namun, petugas pelaksana di Pelaksanaan program
Puskesmas Mojosongo hanya P2DBD di Puskesmas
membuat laporan hasil kegiatan Mojosongo berjalan sesuai
berupa hasil monitoring dan. dengan jadwal yang sudah
Selain itu, terdapat pelatihan direncanakan sebelumnya,
yang diberikan untuk kader kecuali pada program PE,
jumantik yang ada di fogging, dan abatisasi yang
desa/kelurahan berupa pelaksanaannya kondisional
pemberian materi dan praktik apabila ditemukan penderita

16
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

positif DBD. Terdapat memiliki kesibukan masing-


penjadwalan kegiatan program masing pada saat dilakukan
P2DBD di wilayah kegiatan PE tersebut. Upaya
desa/kelurahan terutama untuk yang telah dilakukan untuk
kegiatan PSN yang rutin mengatasi kendala tersebut
dilaksanakan setiap minggunya. adalah dengan melakukan
2. Variabel Process koordinasi dan memberikan
a. Penyelidikan Epidemiologi (PE) surat pemberitahuan ke kantor
Kegiatan PE dilakukan desa/kelurahan bahwa akan
apabila ditemukan penderita dilakukan PE diwilayah
DBD yang sudah dinyatakan tersebut.
positif dengan surat keterangan Faktor-faktor yang
yang dikeluarkan oleh pihak mendukung dalam pelaksanaan
rumah sakit. Sebelum dilakukan kegiatan program PE adalah
kegiatan PE, pihak Puskesmas informasi yang valid dari
Mojosongo memberikan berbagai sumber, kecepatan
pemberitahuan ke DKK Boyolali pelaporan, kesigapan petugas
dan desa/kelurahan yang terkait yang didukung dengan sarana
bahwa akan dilakukan kegiatan prasarana, adanya hubungan
PE di wilayah tersebut berupa baik antara petugas kesehatan
surat pemberitahuan dan surat dengan masyarakat, dan
untuk menjalankan tugas PE koordinasi lintas sektor dengan
oleh petugas kesehatan. desa/kelurahan.
Pelaksanaan kegiatan PE Hal ini sejalan dengan
dilakukan dengan memeriksa penelitian yang dilakukan oleh
rumah penderita dan sekitarnya Rahayu (2012) yang
melalui bidan desa yang menyatakan bahwa hasil
bertugas di wilayah tersebut. kegiatan penyelidikan
Secara keseluruhan epidemiologi dan fogging fokus
kegiatan PE yang dilakukan di mempunyai hubungan yang
wilayah kerja Puskesmas bermakna dengan kejadian
Mojosongo sudah sesuai DBD.11
dengan Juklak/Juknis di Modul b. Fogging Fokus
Pengendalian Penyakit Demam Kegiatan fogging di
Berdarah Dengue, namun dilakukan apabila sudah jelas
terdapat hambatan terkait ada kasus DBD yang memenuhi
dengan pelaksana petugas kriteria untuk dapat dilakukan
puskesmas yaitu tim P2DBD fogging. Kegiatan fogging yang
dimana tidak bisa fullteam dilaksanakan oleh puskesmas
dalam melaksanakan kegiatan menemui berbagai kendala,
PE di lapangan dikarenakan seperti masih rendahnya
memiliki tugas dan tanggung pengetahuan masyarakat
jawab lain diluar program mengenai fogging beserta efek
P2DBD. Selain itu, tingkat sampingnya dan keterlambatan
partisipasi masyarakat masih pelaksanaan fogging
rendah dikarenakan masyarakat dikarenakan menggunakan

17
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pihak ketiga sehingga jadwal kegiatan dilaksanakan.


pelaksanaan mengikuti pihak Pelaksanaan kegiatan
ketiga tersebut. penyuluhan kesehatan yang
Untuk mengatasi kendala- ada di Desa Kragilan dan
kendala tersebut dilakukan Kelurahan Kemiri diadakan
berbagai upaya seperti dengan secara rutin setiap bulan pada
mengadakan sosialiasi kepada saat pertemuan PKK, selain itu
masyarakat mengenai fogging juga ada penyuluhan kesehatan
dan melakukan koordinasi yang diadakan oleh Puskesmas
dengan DKK terkait Mojosongo di desa/kelurahan.
penggunaan pihak ketiga dalam Informasi kesehatan yang
melaksanakan fogging. berkaitan dengan DBD yang
Pelaksanaan fogging dapat penting untuk disampaikan
dilaksanakan dengan adanya kepada masyarakat adalah
faktor-faktor pendukung berupa mengenai pentingnya peran
ketersediaan SDM, transpotasi, jumantik didalam memberantas
sarana dan prasarana yang penyakit DBD. Metode
memadai, serta dana yang penyampaian informasi yang
mencukupi untuk tepat untuk diterapkan yaitu
dilaksanakannya fogging. dengan metode penyampaian
Menurut hasil penelitian Siti informasi 2 arah yang didalam
Hidayati (2005), pengetahuan pelaksanaannya lebih ke arah
masyarakat tentang fogging workshop.
masih kurang dan persepsi Secara keseluruhan
masyarakat tentang fogging kegiatan fogging fokus yang
kurang baik karena fogging dilakukan di wilayah kerja
merupakan program yang lebih Puskesmas Mojosongo sudah
disenangi daripada program sesuai dengan Juklak/Juknis di
PSN DBD yang lain dengan Modul Pengendalian Penyakit
alasan dilaksanakan dengan Demam Berdarah Dengue,
bersama-sama dan namun terdapat hambatan
meninggalkan bekas/ada seperti masih rendahnya
buktinya.12 pengetahuan masyarakat
c. Penyuluhan DBD mengenai fogging beserta efek
Didalam kegiatan sampingnya dan keterlambatan
penyuluhan DBD yang pelaksanaan fogging
dilakukan oleh Puskesmas dikarenakan menggunakan
Mojosongo, DKK Boyolali pihak ketiga sehingga jadwal
memiliki peran untuk pelaksanaan mengikuti pihak
menyediakan materi yang akan ketiga tersebut. Selain itu,
disampaikan dalam kegiatan apabila ada permintaan untuk
penyuluhan dan apabila dilakukan fogging fokus
kegiatan penyuluhan tersebu sedangkan tidak memenuhi
diadakan dengan skala yang kriteria, maka akan dikenakan
besar maka DKK akan ikut biaya untuk pelaksanaan
berpartisipasi pada saat fogging fokus.

18
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Upaya untuk mengatasi Nyamuk Demam Berdarah di


hambatan dalam melakukan Lingkungan Desa Kragilan,
kegiatan fogging fokus di sehingga pelaksaan PSN sudah
wilayah kerja Puskesmas optimal karena didukung oleh
Mojosongo yaitu dengan pemerintah desa. Sedangkan di
mengadakan sosialiasi kepada Kelurahan Kemiri belum ada
masyarakat mengenai fogging kebijakan yang mengatur
dan melakukan koordinasi tentang P2DBD sehingga
dengan DKK terkait pelaksanaan kegiatan P2DBD
penggunaan pihak ketiga dalam tidak optimal dan kader yang
melaksanakan fogging. Didalam kurang aktif.
kegiatan fogging fokus terdapat Menurut informan
faktor-faktor yang mendukung triangulasi, jumlah kader di
untuk pelaksanaan kegiatan di Desa Kragilan dan Kelurahan
lapangan, seperti ketersediaan Kemiri sudah mencukupi untuk
SDM, transpotasi, sarana dan melaksanakan kegiatan PSN di
prasarana yang memadai, serta wilayahnya. Namun menurut
dana yang mencukupi untuk informan utama, jumlah kader
dilaksanakannya fogging. jumantik kurang aktif dan
Penelitian ini sejalan terdapat kendala lain seperti
dengan yang dilakukan oleh media yang digunakan kader
Resmiati (2009) tentang untuk kegiatan PSN masih
pengaruh penyuluhan demam mengandalkan dari petugas
berdarah terhadap perilaku ibu kesehatan dan masih
rumah tangga menunjukkan rendahnya kesadaran
hasil bahwa penyuluhan masyarakat akan pentingnya
kesehatan tentang demam kegiatan PSN dalam
berdarah efektif karena sangat memberantas jentik.
signifikan terhadap tindakan.13 Untuk mengatasi kendala-
d. Pemberantasan Sarang kendala didalam pelaksanaan
Nyamuk (PSN) kegiatan PSN, maka dilakukan
Kegiatan PSN di Desa upaya-upaya seperti
Kragilan dan Kelurahan Kemiri bekerjasama dengan DKK,
dilaksanakan secara rutin setiap pondok/pesantren, dan lintas
minggu setelah kegiatan gotong sektor. Selain itu juga dengan
royong di lingkungan membuat brosur mengenai
desa/kelurahan setempat. Dinas pencegahan DBD dan
Kesehatan Kabupaten Boyolali membagikan bubuk abate atau
tidak ikut berperan didalam ikan kecil. Didalam pelaksanaan
kegiatan PSN yang dilakukan kegiatan PSN terdapat faktor-
puskesmas diwilayah kerjanya. faktor pendukung terlaksananya
Pelaksanaan PSN di Desa kegiatan seperti sumber daya
Kragilan telah didukung manusia yaitu kader jumantik,
Peraturan Desa Kragilan dana, serta dukungan dari lintas
tentang Pelaksanaan Program sektor.
Pemberantasan Sarang

19
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil penelitian Setyobudi koordinasi dengan DKK Boyolali


(2011) menunjukkan partisipasi terkait permintaan untuk
masyarakat dalam kegiatan penggantian bubuk abate yang
PSN sangat berpengaruh telah kadaluarsa. Hal yang
dengan keberadaan jentik dapat menjadi faktor pendukung
nyamuk Aedes aegypti. didalam kegiatan abatisasi
Kurangnya penyuluhan dari selektif oleh Puskesmas
tenaga medis kepada Mojosongo adalah ketersediaan
masyarakat dapat bubuk abate dan koordinasi
menyebabkan ketidaktahuan dengan DKK Boyolali agar lebih
masyarakat tentang bahaya terbuka.
yang ditimbulkan oleh penyakit Penelitian yang dilakukan
DBD sehingga sikap dan oleh Respati (2007),
tindakan masyarakat tetap menunjukkan bahwa terdapat
buruk dalam mencegah hubungan antara perilaku 3M,
terjadinya DBD.14 abatisasi dan keberadaan jentik
e. Abatisasi Selektif nyamuk Aedes aegypti terhadap
Dilakukan kegiatan kejadian Demam Berdarah
abatisasi apabila ditemukan Dengue di Kelurahan
kasus DBD dan wilayah Pacarkeling, Kecamatan
tersebut memenuhi kriteria Tambaksari, Kota Surabaya.
untuk dilakukan abatisasi yaitu Perilaku 3M yang baik dan
nilai ABJ <95% dan termasuk abatisasi berhubungan dengan
kedalam wilayah yang kondisi keberadaan jentik nyamuk
ketersediaan air bersih untuk Aedes aegypti yang rendah.15
kebutuhan sehari-harinya f. Pemeriksaan Jentik Berkala
minim. Di Desa Kragilan dan (PJB)
Kelurahan Kemiri ada kegiatan Kegiatan PJB di Desa
abatisasi yang pelaksanaannya Kragilan dan Kelurahan Kemiri
melalui bidan desa yang dilakukan oleh kader jumantik
bertugas di wilayah secara berkala setiap 3 sekali
desa/kelurahan tersebut. dengan didampingi petugas
Kendala yang dihadapi Puskesmas Mojosongo dan
Puskesmas Mojosongo didalam terkadang dari DKK Boyolali
melaksanakan kegiatan juga ikut mendampingi
abatisasi selektif adalah sekaligus untuk mengetahui
keterlambatan dropping bubuk tingkat keberhasilan dari
abate dari DKK Boyolali dan kegiatan PSN yang telah
terkadang bubuk abate tersebut dilaksanakan di wilayah
baru sampai di puskesmas desa/kelurahan.
sudah kadaluarsa. Upaya yang Kendala yang dialami
telah dilakukan Puskesmas Puskesmas Mojosongo didalam
Mojosongo untuk mengatasi pelaksanaan kegiatan PJB ini
kendala yang dialami pada tidak jauh berbeda dengan
pelaksanaan kegiatan abatisasi kendala kegiatan PSN, yaitu
selektif adalah melakukan masih rendahnya kesadaran

20
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

masyarakat, dana, dan masih rentang waktu 3 minggu,


kurangnya tenaga jumantik. sehingga langsung dapat
Upaya yang telah dilakukan disimpulkan untuk memberi
Puskesmas Mojosongo untuk tindak lanjut pengendalian
mengatasi kendala tersebut berupa fogging. Capaian
adalah dengan mengadakan penyelidikan epidemiologi pada
pelatihan untuk kader jumantik bulan Januari hingga Mei 2018
dan melakukan koordinasi lintas di Puskesmas Mojosongo
sektor dengan desa/kelurahan. adalah 100%. Angka capaian
Faktor-faktor yang dapat penyelidikan epidemiologi (PE)
mendukung didalam di Puskesmas Mojosongo
pelaksanaan kegiatan PJB tersebut telah sesuai dengan
adalah dari segi tenaga yaitu standar atau kriteria yang sudah
kader jumantik, sarana ditetapkan dalam Modul
prasarana, dan dana untuk fee Pengendalian Demam Berdarah
kader jumantik. Dengue.
Penelitian yang dilakukan b. Capaian Fogging Fokus
oleh Rosidi (2009), Berdasarkan data
menunjukkan bahwa ada penemuan kasus penderita
hubungan yang bermakna positif DBD dan berdasarkan
antara pemantauan jentik kriteria untuk tindak lanjut
secara berkala dan angka pengendalian berupa fogging,
bebas jentik. Kenyataan di selama bulan Januari hingga
lapangan bahwa kegiatan PJB bulan Mei ada 1 kali
ini sangat efektif dalam upaya pelaksanaan kegiatan fogging
memotivasi masyarakat untuk fokus yang berlokasi di
untuk selalu melaksanakan Kelurahan Kemiri. Capaian
gerakan PSN-DBD dengan fogging fokus pada bulan
3M.16 Januari hingga Mei 2018 di
3. Variabel Output Puskesmas Mojosongo adalah
a. Capaian Penyelidikan 100%. Angka capaian fogging
Epidemiologi (PE) fokus di Puskesmas Mojosongo
Berdasarkan data tersebut telah sesuai dengan
penemuan kasus penderita standar atau kriteria yang sudah
positif DBD pada bulan Januari ditetapkan dalam Modul
hingga bulan Mei 2018, Pengendalian Demam Berdarah
ditemukan total 10 kasus Dengue.
penderita positif DBD. Kegiatan c. Angka Bebas Jentik (ABJ)
PE dilakukan pada 8 kasus, Berdasarkan data hasil
sedangkan 2 kasus yang kegiatan Pemberantasan
lainnya termasuk kedalam Sarang Nyamuk (PSN) yang
kasus tambahan sehingga tidak dilakukan disetiap
dilaksanakan PE dikarenakan desa/kelurahan di wilayah kerja
penemuan kasus berada di Puskesmas Mojosongo pada
lokasi yang berdekatan dengan bulan Januari hingga Mei 2018,
penemuan kasus terakhir dalam Angka Bebas Jentik (ABJ)

21
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebesar 67%. Angka bebas penyuluhan DBD di Puskesmas


jentik (ABJ) di Puskesmas Mojosongo tersebut telah
Mojosongo tersebut belum sesuai dengan standar atau
sesuai dengan standar atau kriteria yang sudah ditetapkan
kriteria yang sudah ditetapkan dalam Modul Pengendalian
dalam Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Demam Berdarah Dengue yaitu KESIMPULAN
sebesar 95%. Sehingga masih 1. Evaluasi Input
diperlukan upaya lain untuk a. Jumlah SDM yang terlibat
meningkatkan pelaksanaan didalam program P2DBD
kegiatan PSN yang akan puskesmas sudah mencukupi,
berdampak pada meningkatnya namun terkendala pada
ABJ. penjadwalan sehingga
d. Capaian Abatisasi Selektif pelaksanaan kegiatan kurang
Berdasarkan hasil optimal. Pelatihan oleh
Penyelidikan Epidemiologi (PE) puskesmas hanya diberikan
yang dilakukan pada temuan kepada kader dibanding
kasus penderita positif DBD, memberikan pelatihan pada
terdapat 8 kasus yang sesuai tenaga P2DBD di puskesmas
kriteria untuk dilakukan tindak karena kader yang paling dekat
lanjut pengendalian berupa dengan masyarakat.
abatisasi selektif. Capaian b. Sumber dana yang diperoleh
abatisasi selektif pada bulan sudah cukup untuk mendukung
Januari hingga Mei 2018 di pelaksanaan kegiatan program
Puskesmas Mojosongo adalah P2DBD. Seluruh kegiatan
100%. Angka capaian abatisasi program P2DBD menggunakan
selektif di Puskesmas dana dari APBD dan BOK,
Mojosongo tersebut telah kecuali kegiatan fogging yang
sesuai dengan standar atau dananya berasal dari BLUD.
kriteria yang sudah ditetapkan Puskesmas tidak pernah
dalam Modul Pengendalian meminta bantuan dana dari
Demam Berdarah Dengue. masyarakat untuk kegiatan
e. Capaian Penyuluhan DBD program P2DBD, bahkan di
Berdasarkan data Desa Kragilan terdapat dana
penemuan kasus penderita alokasi khusus dari desa untuk
positif DBD pada bulan Januari kegiatan P2DBD di wilayah
hingga bulan Mei 2018, Desa Kragilan sebesar Rp.
ditemukan total 10 kasus 15.500.000,00 per tahun.
penderita positif DBD. Pada c. Secara kuantitas sarana di
semua lokasi ditemukannya puskesmas sesuai dengan yang
kasus penderita positif DBD tercantum dalam Modul
dilakukan kegiatan penyuluhan Pengendalian Demam Berdarah
DBD. Capaian penyuluhan DBD Dengue sudah mencukupi
pada bulan Januari hingga Mei kebutuhan, namun kualitasnya
2018 di Puskesmas Mojosongo masih rendah terutama sarana
adalah 100%. Angka capaian

22
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk kegiatan PSN dan sering meminta untuk diadakan


abatisasi. fogging sedangkan kasus DBD
d. Seluruh kegiatan dari program tersebut tidak memenuhi kriteria
P2DBD sudah memiliki SOP untuk dapat dilakukan fogging.
untuk mendukung pelaksanaan Hal ini dikarenakan masih
kegiatan program, namun belum rendahnya pemahaman
ada pembuatan berita acara masyarakat mengenai fogging
pada setiap pelaksanaan dan efek sampingnya. Kegiatan
program P2DBD. Sampai saat fogging mengalami
ini belum ada kebijakan yang keterlambatan didalam
mengatur mengenai program pelaksanaannya dikarenakan
P2DBD di Kabupaten Boyolali, terkendala dalam penjadwalan
hanya berpedoman pada oleh pihak ketiga yang
Renstra Kabupaten Boyolali. melaksanakan kegiatan fogging.
e. Terdapat penjadwalan di c. Pelaksanaan kegiatan
puskesmas untuk kegiatan penyuluhan DBD oleh
program P2DBD setiap tahun puskesmas secara keseluruhan
yang penyusunanya dengan sudah dilakukan dengan baik
mengadakan rapat koordansi dan tidak ditemui kendala dalam
yang menghasilkan RUK dan pelaksanaannya.
RPK. Setiap kegiatan P2DBD d. Kegiatan Pemberantasan
dilaksanakan sesuai dengan Sarang Nyamuk (PSN) belum
jadwal yang telah ditentukan optimal dikarenakan kesadaran
kecuali untuk kegiatan PE, mayarakat yang masih rendah
fogging dan abatisasi yang mengenai pentingnya PSN
pelaksanaannya kondisional dalam menanggulangi penyakit
apabila ditemukan kasus DBD. DBD dan kader jumantik yang
2. Evaluasi Process meskipun jumlahnya mencukupi
a. Pelaporan hasil PE oleh namun kurang aktif dalam
puskesmas ke desa/kelurahan kegiatan PSN. Kegiatan PSN di
hanya dilakukan secara lisan Desa Kragilan sudah didukung
pada pertemuan Pokjanal DBD dengan adanya Peraturan Desa
yang dilakukan setiap 3 atau 4 di Desa Kragilan tentang
bulan sekali yang seharusnya Pelaksanaan Program
dibuat berita acara setiap Pemberantasan Sarang
selesai pelaksanaan kegiatan Nyamuk Demam Berdarah di
sebagai bukti dan laporan hasil Lingkungan Desa Kragilan,
kegiatan sesuai dengan yang sehingga pelaksaan PSN dapat
terdapat di Modul Pengendalian lebih optimal.
Demam Berdarah Dengue. e. Kegiatan abatisasi selektif
b. Kegiatan fogging dilakukan dilakukan apabila nilai ABJ di
apabila sudah jelas ada kasus suatu wilayah <95% dan
DBD yang memenuhi kriteria termasuk kedalam wilayah yang
untuk dapat dilakukan kondisi ketersediaan air bersih
pengendalian berupa fogging, untuk kebutuhan sehari-harinya
namun masyarakat masih minim. Kegiatan ini menemui

23
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

beberapa hambatan, seperti ditingkatkan baik antar


keterlambatan dropping bubuk pengelola di puskesmas, kader,
abate dari DKK Boyolali ke Dinas Kesehatan Kabupaten
puskesmas dan terkadang Boyolali, dan lintas sektor guna
bubuk abate yang baru saja kelancaran proses pelaksanaan
didapat sudah kadaluarsa kegiatan P2DBD.
sehingga akan mengakibatkan b. Diharapkan untuk dapat
pendistribusian bubuk abate ke membuat berita acara pada
masyarakat semakin terlambat. setiap pelaksanaan kegiatan
f. Kegiatan Pemeriksaan Jentik program P2DBD sebagai
Berkala (PJB) rutin dilakukan laporan hasil kegiatan kepada
oleh kader setiap 3 bulan desa/kelurahan.
dengan didampingi petugas c. Melakukan pendampingan
kesehatan dari puskesmas bersama pemerintah
maupun dari DKK memiliki desa/kelurahan terhadap kader
tujuan untuk mengetahui tingkat jumantik pada pelaksanaan
keberhasilan dari kegiatan PSN PSN.
yang sudah dilakukan di suatu d. Menambah jumantik kit agar
wilayah. kegiatan PSN yang dilakukan
3. Evaluasi Output lebih optimal.
Evaluasi keluaran (output), dari e. Memberikan pemahaman
5 indikator program P2DBD kepada masyarakat mengenai
(capaian PE, capaian fogging kegiatan fogging yang bukan
fokus, ABJ, capaian abatisasi merupakan kegiatan prioritas
selektif, dan capaian penyuluhan utama, melainkan kegiatan PSN
DBD) terdapat 1 indikator yang yang lebih optimal didalam
belum mencapai target yaitu Angka memberantas penyakit DBD.
Bebas Jentik (ABJ) di Puskesmas 3. Bagi Masyarakat
Mojosongo sebesar 67% dengan Diharapkan masyarakat
target sebesar 95% dikarenakan dapat mendukung dan
pelaksanaan kegiatan PSN yang berpartisipasi dalam pelaksanaan
belum optimal. program P2DBD secara bersama-
SARAN sama demi tercapainya tujuan
1. Bagi DKK Boyolali program khususnya penurunan
Diharapkan dapat kasus di wilayah kerja Puskesmas
memperbaiki sistem Mojosongo karena penyakit DBD
pendistribusian bubuk abate dari tidak lepas dari pengaruh
Dinas Kesehatan Kabupaten ke lingkungan yang ada di bawah
puskesmas supaya tidak terjadi kendali dari masyarakat itu sendiri.
keterlambatan dan menghindari Daftar Pustaka
pendistribusian bubuk abate yang 1. Kementerian Kesehatan RI.
sudah kadaluarsa. (2011). Modul pengendalian
2. Bagi Puskesmas demam berdarah dengue. Jakarta
a. Perlu mempertahankan 2. Soedarto. (2012). Demam
koordinasi dan komunikasi yang berdarah dengue. Surabaya: CV.
sudah ada dan terus Sagung Seto

24
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

3. Kementerian Kesehatan RI. 13. Resmiati, Cita, & Susila. (2009).


(2017). Profil kesehatan indonesia Pengaruh Penyuluhan Demam
tahun 2016. Jakarta Berdarah terhadap Perilaku Ibu
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan
Tengah. (2017). Profil kesehatan Masyarakat: Vol. 3 No. 6
provinsi jawa tengah tahun 2016. 14. Setyobudi A. Faktor-faktor yang
Semarang berhubungan dengan keberadaan
5. Dinas Kesehatan Kabupaten jentik nyamuk di daerah endemik
Boyolali. (2017). Profil kesehatan DBD di Kelurahan Sananwetan
kabupaten boyolali tahun 2016. Kecamatan Sananwetan Kota
Boyolali Blitar. [Online]. 2011 (diakses 7
6. Departemen Kesehatan RI. (1996). Juni 2018). Tersedia dari:
Peraturan Pemerintah Republik http://journal.unsil.ac.id/jurnal/prosi
Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 ding/9/930-agus_30.pdf.pdf
tentang Tenaga Kesehatan. 15. Respati, Yunita Ken., dan Keman,
Jakarta Soedjadjadi. (2007). Perilaku 3M,
7. Rahim, E. (2013). Evaluasi Abatisasi, dan Keberadaan Jentik
Program Pengendalian DBD di Aedes Hubungannya dengan
Puskesmas Mekar Kota Kendari Kejadian Demam Berdarah
Tahun 2013. Skripsi. Kendari: Dengue. Jurnal Kesehatan
Universitas Halu Oleo Lingkungan: Vol. 3, No.2
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI 16. Abd. Rachman Rosidi dan Wiku
tentang Pemberantasan Penyakit Adisasmito. (2009). Hubungan
Demam Berdarah Dengue No. Faktor Penggerakan
581/MENKES/SK/VII/1992 Pemberantasan Sarang Nyamuk
9. Wibowo. (2010). Manajeman Demam Berdarah Dengue Dengan
Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers Angka Bebas Jentik Di Kecamatan
10. Husen, Abrar. (2009). Manajemen Sumberjaya Kabupaten
Proyek. Yogyakarta: Andi Offset. Majalengka, Jawa Barat. Majalah
11. Rahayu, T. (2012). Evaluasi Kedokteran Bandung: Vol. 41, No.
pelaksanaan program pencegahan 2
dan penanggulangan penyakit
demam berdarah dengue di
wilayah kerja puskesmas ketapang
2 kotawaringin timur provinsi
kalimantan tengah tahun 2011.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol.
1, NO. 2, Tahun 2012
12. Siti Hidayati. (2005). Permintaan
Fogging Swadaya dalam Upaya
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di
Puskesmas Wonosari II Wonosari
Gunung Kidul-DIY. Skripsi:
Universitas Diponegoro Semarang

25

You might also like