Professional Documents
Culture Documents
net/publication/318921838
CITATION READS
1 222
2 authors, including:
Djoko Prijono
Bogor Agricultural University
80 PUBLICATIONS 273 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Field Effication of Mixed Extracts Formulations against Plutella xylostella in Field View project
All content following this page was uploaded by Djoko Prijono on 05 August 2017.
penyemaian menggunakan nampan semai 50- dengan menggunakan blender. Sebagian ekstrak
sel yang diisi dengan tanah, benih, pupuk NPK disaring dengan kain kasa yang dapat langsung
butiran, dan kompos Super Metan. Bibit digunakan dan sebagian lagi dimasukkan dalam
berumur 4 minggu dipindahkan ke polybag 5 L botol plastik putih dan dipanaskan
yang diisi campuran tanah dan pupuk kandang menggunakan alat penangas air pada suhu 40
dengan perbandingan 3:1 (v/v). Setelah °C selama 2 jam lalu disaring dengan kain kasa.
berumur 4 minggu, tanaman dipupuk NPK Sebagian cairan ekstrak yang disiapkan dengan
dengan dosis ± 1 g per polybag. Daun dari pemanasan disimpan pada suhu ruang selama 7
tanaman yang berumur 1-2 bulan digunakan hari.
untuk perbanyakan larva C. pavonana dan
untuk pengujian (Abizar dan Prijono 2010). Metode Pengujian
Serangga C. pavonana yang digunakan Pengujian dilakukan dengan
dalam penelitian ini merupakan keturunan dari menggunakan metode perlakuan daun pakan
koloni yang diperbanyak di Laboratorium (celup daun) seperti yang dikemukakan oleh
Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Abizar dan Prijono (2010). Tiga macam ekstrak
Departemen Proteksi Tanaman, IPB. lerak yang diuji ialah (1) ekstrak tanpa
Pembiakan serangga dilakukan mengikuti pemanasan dan langsung digunakan (SR-TP-L),
prosedur yang digunakan oleh Prijono dan (2) ekstrak yang disiapkan dengan pemanasan
Hassan (1992). Imago C. pavonana dipelihara pada suhu 40 °C dan langsung digunakan (SR-
dalam kurungan plastik kasa berbingkai kayu P-L), serta (3) ekstrak dengan pemanasan dan
(50 cm x 50 cm x 50 cm) dan diberi pakan disimpan pada suhu ruang selama 7 hari (SR-
larutan madu 10% yang diserapkan pada kapas P-TR-S7). Setiap ektrak diuji pada enam taraf
yang digantungkan di dalam kurungan. Daun konsentrasi, yaitu 0,5%, 1,1%, 1,7%, 2,3%,
kubis yang tangkainya dicelupkan dalam tabung 2,9%, dan 3,5%, yang ditentukan berdasarkan
film berisi air diletakkan di dalam kurungan uji pendahuluan dan diharapkan dapat
sebagai tempat peletakan telur. Kelompok telur memberikan kematian serangga uji antara 15%
pada daun kubis dikumpulkan setiap hari. dan 95%. Akuades digunakan sebagai larutan
Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke kontrol.
dalam wadah plastik (35 cm x 26 cm x 6 cm) Potongan daun kubis (4 cm x 4 cm) bebas
berjendela kasa yang dialasi kertas stensil, dan pestisida dicelup satu per satu dalam suspensi
diberi makan daun kubis bebas pestisida. Larva ekstrak dengan konsentrasi tertentu sampai
instar II digunakan untuk pengujian. Bila tidak basah merata lalu dikeringanginkan. Daun
digunakan untuk pengujian, sebagian larva kontrol dicelup dalam akuades. Setiap potong
dipelihara lebih lanjut dalam wadah plastik daun perlakuan dan daun kontrol diletakkan
berisi daun kubis. Menjelang berpupa, larva secara terpisah di dalam cawan petri (diameter
dipindahkan ke dalam wadah plastik lain yang 9 cm) yang dialasi tisu. Larva instar II C.
berisi serbuk gergaji steril sebagai medium pavonana yang baru ganti kulit dimasukkan ke
untuk berpupa. Pupa beserta kokonnya dalam cawan petri, kemudian diberi daun
dipindahkan ke dalam kurungan plastik-kasa perlakuan atau daun kontrol yang sesuai. Larva
seperti di atas sampai muncul imago untuk C. pavonana diberi pakan daun perlakuan
pemeliharaan selanjutnya. selama 48 jam dan daun tanpa perlakuan pada
48 jam berikutnya. Untuk setiap perlakuan
Ekstraksi Buah Lerak digunakan 15 larva instar II C. pavonana dalam
Buah lerak diekstrak langsung dengan air 6 ulangan. Jumlah larva yang mati dihitung tiap
(akuades). Cara ekstraksi ini diharapkan dapat hari sampai hari ke-4. Data mortalitas serangga
diterapkan langsung di lapangan oleh petani. uji pada 24, 48, 72, dan 48 jam setelah
Daging buah lerak dipisahkan dari bijinya perlakuan (JSP) diolah dengan analisis probit
menggunakan gunting kemudian ditimbang menggunakan program POLO-PC (LeOra
sesuai konsentrasi yang telah ditentukan. Irisan Software, 1987).
daging buah lerak digiling dalam akuades
93 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas ….
Konsentrasi (%)
0.5 1.1 1.7 2.3 2.9 3.5
100 SR-TP-L
80
Mortalitas (%)
60
40
20
0
100
SR-P-L
80
Mortalitas (%)
60
40
20
0
100
SR-P-TR-S7
80
Mortalitas (%)
60
40
20
0
0 24 48 72 96
Waktu pengamatan (JSP)
Gambar 1 Perkembangan tingkat mortalitas larva C. pavonana pada perlakuan ekstrak buah lerak
tanpa pemanasan dan digunakan langsung (SR-TP-L), dengan pemanasan dan digunakan
langsung (SR-P-L), serta dengan pemanasan dan disimpan pada suhu ruang selama 7 hari
(SR-P-TR-S7). Pada semua perlakuan, tidak ada kematian kontrol hingga 96 jam setelah
perlakuan.
95 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas
….
Tabel 1 Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak air buah lerak terhadap
larva instar II C. pavonana
Waktu
Jenis ekstrak
a pengamatan a ± GBc b ± GBc LC50 (%) LC95 (%)
lerak b
(JSP)
SR-TP-L 24 -1,75 ± 0,16 3,00 ± 0,39 3,83 13,51
48 -1,19 ± 0,13 4,66 ± 0,36 1,80 4,07
72 -0,56 ± 0,87 3,55 ± 0,26 1,43 4,16
96 -0,38 ± 0,81 3,26 ± 0,25 1,31 4,19
SR-P-L 24 -0,43 ± 0,07 1,16 ± 0,20 2,36 62,33
48 0,07 ± 0,07 2,67 ± 0,23 0,94 3,87
72 0,22 ± 0,77 3,39 ± 0,27 0,86 2,63
96 0,27 ± 0,07 3,42 ± 0,27 0,84 2,53
SR-P-TR-S7 24 -0,95 ± 0,89 1,52 ± 0,23 4,23 51,07
48 -0,47 ± 0,08 2,24 ± 0,22 1,63 8,84
72 -0,31 ± 0,08 2,14 ± 0,22 1,40 8,20
96 -0,31 ± 0,08 2,24 ± 0,22 1,37 7,43
a
Kode ekstrak lerak dijelaskan pada metode pengujian. bJSP = jam setelah perlakuan. ca =
intersep garis regresi probit, b = kemiringan garis regresi probit, GB = galat baku.
Tabel 2 Persentase larva C. pavonana yang telah menjadi instar III dan IV pada perlakuan
dengan ekstrak buah lerak pada 96 JSPa
Jenis ekstrak Konsentrasi Jumlah larva yang
Instar III (%)c Instar IV (%)c
lerakb (%, w/v) masih hidup
SR-TP-L 0 90 0 100
0,5 74 100 0
1,1 63 100 0
1,7 52 100 0
2,3 8 100 0
2,9 9 100 0
3,5 4 100 0
SR-P-L 0 90 0 100
0,5 64 100 0
1,1 42 100 0
1,7 11 100 0
2,3 1 100 0
2,9 0 100 0
3,5 0 100 0
SR-P-TR-S7 0 90 0 100
0,5 70 100 0
1,1 53 100 0
1,7 47 100 0
2,3 38 100 0
2,9 20 100 0
3,5 4 100 0
a b c
Tidak ada larva yang masih instar II. Kode ekstrak lerak seperti pada Tabel 1. Persentase
relatif terhadap jumlah larva yang masih hidup.
Buah lerak mengandung saponin sebagai membran sel (Tekeli et al., 2007; Wina,
komponen utama selain senyawa lain yang 2012), yang selanjutnya dapat
termasuk dalam golongan triterpena, mengakibatkan kematian sel dan akhirnya
alkaloid, steroid, antrakuinon, tanin, dan terjadi kematian serangga. Bila hal tersebut
flavonoid (Sunaryadi, 1999; Widowati, terjadi pada sel-sel saluran pencernaan
2003). Saponin memiliki sifat detergen serangga, proses penyerapan zat makanan
yang mempunyai struktur bipolar, yaitu di akan terganggu sehingga pada konsentrasi
salah satu ujung molekulnya terdapat gugus yang tidak mematikan ekstrak lerak dapat
yang bersifat hidrofilik dan di ujung lainnya menghambat pertumbuhan dan
bersifat hidrofobik sehingga dapat perkembangan serangga. Kerusakan saluran
mencampurkan senyawa nonpolar dan pencernaan makanan juga dapat
senyawa polar secara homogen. Sifat menurunkan aktivitas makan dan hal ini
tersebut memungkinkan senyawa aktif lerak dapat menyebabkan hambatan lebih lanjut
selain dapat diekstrak dengan pelarut terhadap pertumbuhan dan perkembangan
organik seperti metanol juga dapat serangga.
diekstrak dengan air. Perlakuan pemanasan dalam
Saponin dengan struktur bipolarnya penyiapan ekstrak lerak dapat
dapat berinteraksi dengan membran sel meningkatkan toksisitas ekstrak tersebut
dengan menurunkan tegangan permukaan yang tecermin dari nilai LC50 dan LC95
membran sel sehingga permeabilitas yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
membran sel meningkat. Hal tersebut dapat ekstrak lerak yang disiapkan tanpa
menyebabkan terjadinya kebocoran pemanasan (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan
97 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas
….
prinsip bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan keefektifan ekstrak tersebut
meningkatkan kelarutan suatu senyawa dalam membunuh larva C. pavonana, tetapi
dalam pelarut tertentu. Sementara itu, keefektifan ekstrak lerak yang disiapkan
penyimpanan ekstrak lerak pada suhu ruang dengan pemanasan berkurang setelah
selama 7 hari dapat menurunkan toksisitas disimpan pada suhu ruang selama 7 hari.
ekstrak tersebut. Hal tersebut kemungkinan Berdasarkan perbandingan LC95 pada 96
disebabkan oleh adanya mikrob yang dapat JSP, ekstrak lerak yang disiapkan dengan
menguraikan komponen ekstrak lerak. pemanasan dan digunakan langsung (LC95
Mikrob tersebut dapat berasal dari buah 2,53%) sekitar 1,7 lebih beracun terhadap
lerak, akuades, dan udara serta peralatan larva C. pavonana daripada ekstrak lerak
yang digunakan karena pengujian ini tanpa pemanasan dan digunakan langsung
dilakukan pada kondisi yang tidak aseptik. (LC95 4,19%) serta sekitar 2,9 kali lebih
beracun daripada ekstrak lerak dengan
Berdasarkan perbandingan LC95 pada pemanasan dan disimpan pada suhu ruang
96 JSP (Tabel 1), ekstrak lerak dengan selama 7 hari (LC95 7,43%). Selain
pemanasan dan digunakan langsung [SR-P- mengakibatkan kematian, perlakuan dengan
L] (LC95 2,53%) masing-masing sekitar 1,7 ekstrak lerak juga dapat menghambat
dan 2,9 kali lebih beracun terhadap larva C. perkembangan larva C. pavonana yang
pavonana daripada ekstrak lerak tanpa bertahan hidup dari instar II ke instar IV.
pemanasan dan digunakan langsung [SR- Berdasarkan hasil tersebut di atas,
TP-L] (LC95 4,19%) serta ekstrak lerak ekstrak air buah lerak berpotensi untuk
dengan pemanasan dan disimpan pada suhu digunakan sebagai salah satu bahan
ruang selama 7 hari [SR-P-TR-S7] (LC95 alternatif pengendali hama C. pavonana.
7,43%). Toksisitas ekstrak SR-P-L terhadap Untuk mengetahui manfaatnya secara lebih
larva C. pavonana yang lebih tinggi luas, keefektifan ekstrak tersebut perlu diuji
daripada ekstrak SR-TP-L dan SR-P-TR-S7 terhadap berbagai jenis hama lain dan
menunjukkan bahwa ekstrak lerak yang pengujian keamanan ekstrak tersebut
disiapkan dengan pemanasan dan terhadap musuh alami hama juga perlu
digunakan langsung lebih baik daripada dilakukan.
ekstrak lerak tanpa pemanasan atau ekstrak
lerak yang sudah disimpan selama 7 hari. DAFTAR PUSTAKA
Dalam pengendalian hama C.
pavonana di lapangan, ekstrak lerak yang Abizar, M. dan D. Prijono, 2010. Aktivitas
disiapkan dengan air disertai pemanasan insektisida ekstrak daun dan biji
dapat digunakan langsung. Perlakuan Tephrosia vogelii J.D. Hooker
pemanasan dapat dilakukan dengan (Leguminosae) dan ekstrak buah
merendam buah lerak dalam air di dalam Piper cubeba L. (Piperaceae)
tong plastik yang dijemur di bawah sinar terhadap larva Crocidolomia
matahari selama beberapa saat, misal 2 jam pavonana (F.) (Lepidoptera:
pada pagi hari sebelum penyemprotan Crambidae). Jurnal Hama dan
dilakukan. Setelah itu, campuran bahan Penyakit Tumbuhan Tropika,
lerak dan air disaring, dan cairan hasil 10(1):1-12.
saringan dapat langsung digunakan untuk Dadang dan D. Prijono, 2008. Insektisida
penyemprotan di lapangan. Untuk Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan
mempermudah petani dalam mendapatkan Pengembangan. Bogor: Departemen
buah lerak, petani dapat dianjurkan untuk Proteksi Tanaman, Institut Pertanian
menanam tanaman lerak di sekitar tempat Bogor.
tinggal atau lahan pertaniannya. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia (penerjemah: Badan
KESIMPULAN DAN SARAN Litbang Kehutanan Jakarta). Ed ke-2.,
penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana
Pemanasan pada suhu 40 ºC dalam Warna Jaya. Terjemahan dari: De
penyiapan ekstrak air buah lerak dapat Nuttige Planten van Ned-Indie.
Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas 98
….
Irawan, R., 2012. Toksisitas Campuran Crucifer Pests; Tainan, 10-14
Ekstrak Daun Tephrosia vogelii December 1990. Taipei: AVRDC.
(Leguminosae) dan Buah Sapindus Sastrosiswojo S. dan W. Setiawati, 1993.
rarak (Sapindaceae) terhadap Larva Hama-hama kubis dan
Crocidolomia pavonana. Skripsi. pengendaliannya, pp. 39-50. Di
Bogor: Institut Pertanian Bogor. dalam: Permadi, A.H. dan S.
LeOra Software, 1987. POLO-PC User’s Sastrosiswojo (eds.). Kubis.
Guide. Petaluma, California: Bandung: Balai Penelitian Sayuran
LeOraSoftware. Lembang.
Metcalf, R.L., 1982. Insecticides in pest Sudarwohadi, 1975. Hubungan antara
management, pp. 215-275. In: waktu tanam kubis dengan dinamika
Metcalf, R.L. and W.H. Luckman populasi Plutella muculipenis dan
(eds.). Introduction to Insect Pest Crocidolomia binotalis Zeller.
Management. 2nd ed. New York: John Buletin Penelitian Hortikultura,
Wiley & Sons. 3(4):3-14.
Perry, A.S., I. Yamamoto, I. Ishaaya, and Sunaryadi. 1999. Ekstraksi dan Isolasi
R.Y. Perry, 1998. Insecticides in Saponin Buah Lerak (Sapindus
Agriculture and Environment: rarak) serta Pengujian Daya
Retrospects and Prospects. Berlin: Defaunasinya. Tesis. Bogor: Institut
Springer-Verlag. Pertanian Bogor.
Prakash A. and J. Rao, 1997. Botanical Syahroni, Y.Y. dan D. Prijono, 2013.
Pesticides in Agriculture. Boca Aktivitas insektisida campuran
Raton: CRC Press. ekstrak buah Piper aduncum
Prijono, D. and E. Hassan, 1992. Life cycle (Piperaceae) dan Sapindus rarak
and demography of Crocidolomia (Sapindaceae) terhadap larva
binotalis Zeller (Lepidoptera: Crocidolomia pavonana. Jurnal
Pyralidae) on broccoli in the Entomologi Indonesia, 10(1):39-50.
laboratory. Indonesian Journal of Tekeli, A., L. Çelik L, and H.R. Kutlu,
Tropical Agriculture, 4(1):18-24. 2007. Plant extracts; a new rumen
Rauf A., D. Prijono, Dadang, I W. Winasa, moderator in ruminant diets. Journal
and I.W. Russell, 2005. Survey of of Tekirdag Agricultural Faculty,
Pesticide Use by Cabbage Farmers in 4(1):71-79.
West Java, Indonesia [research Widowati, L., 2003. Sapindus rarak DC,
report]. Bogor: Departemen Hama pp. 358-359. In: Lemmens, R.H.M.J
dan Penyakit Tumbuhan, Institut and N. Bunyapraphastsara (eds.).
Pertanian Bogor. Plant Resources of South-East Asia.
Sastrosiswojo S. and W. Setiawati, 1992. Vol 12(3): Medicinal and Poisonous
Biology and control of Crocidolomia Plants. Bogor: Prosea Foundation.
binotalis in Indonesia, pp. 81-90. In: Wina, E., 2012. The use of plant bioactive
Talekar, N.S. (ed.). Proceedings of compounds to mitigate enteric
the Second International Workshop methane in ruminants and its
on Diamondback Moth and Other application in Indonesia. Wartazoa,
22(1):24-34.