You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318921838

Pengaruh pemanasan dan penyimpanan terhadap aktivitas insektisida


ekstrak lerak (Sapindus rarak) pada larva Crocidolomia pavonana (F.)
(Lepidoptera: Crambidae)

Article · September 2014

CITATION READS

1 222

2 authors, including:

Djoko Prijono
Bogor Agricultural University
80 PUBLICATIONS   273 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Field Effication of Mixed Extracts Formulations against Plutella xylostella in Field View project

University Research Graduate Education Project (URGE) View project

All content following this page was uploaded by Djoko Prijono on 05 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN 1979 5777 90

PENGARUH PEMANASAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP AKTIVITAS INSEKTISIDA


EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) PADA LARVA Crocidolomia pavonana (F.)
(LEPIDOPTERA: CRAMBIDAE)

Gracia Mediana1 dan Djoko Prijono2*


1
Alumni Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
2
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, *E-mail: djokopr@ipb.ac.id

ABSTRACT hama yang ramah lingkungan ialah insektisida


The cabbage head caterpillar, nabati. Penelitian ini bertujuan menentukan
Crocidolomia pavonana, is a major pest of pengaruh pemanasan dan penyimpanan
Cruciferae crops in Indonesia and some other terhadap aktivitas insektisida ekstrak buah lerak
tropical countries. One of the safe control
(Sapindus rarak) pada larva C. pavonana.
measures against this pest is by using botanical
insecticides. The objective of this work was to Irisan buah lerak digiling dalam akuades
determine the effect of heating and storage on menggunakan blender. Tiga macam ekstrak
the insecticidal activity of aqueous Sapindus lerak yang diuji ialah (1) ekstrak tanpa
rarak fruit extract on C. pavonana larvae. pemanasan dan langsung digunakan, (2) ekstrak
Three kinds of S. rarak extracts were tested: (1) yang disiapkan dengan pemanasan pada suhu
the extract prepared without heating and tested 40 °C dan langsung digunakan, serta (3) ekstrak
directly, (2) the extract prepared with heating
dengan pemanasan dan disimpan pada suhu
and tested directly, (3) the extract prepared
with heating and stored at room temperature ruang selama 7 hari. Setiap ekstrak diuji pada
for 7 days. Each extract was tested at six enam taraf konsentrasi dengan menggunakan
concentration levels by feeding the test larvae metode perlakuan daun pakan. Larva instar II
with extract-treated cabbage leaves for 2 days C. pavonana diberi pakan daun kubis perlakuan
and untreated leaves for the following 2 days. selama 2 hari dan daun tanpa perlakuan pada 2
Insect mortality data were recorded daily until hari berikutnya. Data kematian larva uji dicatat
day-4 and then analyzed with the probit
setiap hari sampai hari ke-4 dan diolah dengan
method. Based on LC95 at 96 hours after
treatment, the toxicity of S. rarak extract analisis probit. Secara umum mortalitas larva C.
prepared by heating at 40 ºC (LC95 2.53%) was pavonana pada semua perlakuan meningkat
about 1.7-fold higher than that without heating tajam antara 24 dan 48 jam setelah perlakuan
(LC95 4.19%), but the toxicity of the first- (JSP). Berdasarkan LC95 pada 96 JSP, ekstrak
mentioned extract decreased about 2.9-fold lerak dengan pemanasan (LC95 2,53%) sekitar
after being stored at room temperature for 7
1,7 kali lebih toksik terhadap larva C. pavonana
days (LC95 7.43%). In addition to lethal effect,
the treatment with aqueous S. rarak extract also daripada ekstrak lerak tanpa pemanasan (LC95
delayed the development of the surviving test 4,19%), tetapi toksisitas ekstrak tersebut
larvae from the second to fourth instar. menurun sekitar 2,9 kali lipat setelah disimpan
Keywords: botanical insecticides, preparation pada suhu ruang selama 7 hari (LC95 7.43%).
methods, storage stability, toxicity. Selain mengakibatkan kematian, perlakuan
dengan ekstrak lerak juga dapat menghambat
ABSTRAK
perkembangan larva C. pavonana dari instar II
Hama Crocidolomia pavonana
ke instar IV.
merupakan salah satu kendala biotik penting
Kata kunci: insektisida nabati, ketahanan
pada budi daya tanaman sayuran famili simpan, cara penyiapan, toksisitas.
Brassicaceae. Salah satu sarana pengendalian
91 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas ….

PENDAHULUAN berbagai jenis di antaranya diketahui berkhasiat


sebagai insektisida nabati. Salah satu jenis
Hama Crocidolomia pavonana (F.) tumbuhan yang berkhasiat insektisida ialah
(Lepidoptera: Crambidae) merupakan salah satu lerak, Sapindus rarak DC. (Sapindaceae)
kendala biotik penting pada budi daya tanaman (Heyne 1987; Widowati 2003).
sayuran Brassicaceae. Ulat C. pavonana Di Asia Tenggara, cairan rendaman buah
menyerang titik tumbuh dan krop tanaman lerak yang bersifat sebagai sabun atau detergen
kubis sehingga dapat menimbulkan kerugian nabati telah sering digunakan untuk
besar. Pada musim kemarau, kerusakan pada mengendalikan beberapa jenis hama tanaman
tanaman kubis akibat serangan hama tersebut (Widowati 2003). Irawan (2012) melaporkan
bersama Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: bahwa perlakuan dengan ekstrak air lerak
Yponomeutridae) dapat mencapai 100% jika 0,80%-3,80% mengakibatkan kematian larva C.
tidak dilakukan pengendalian (Sudarwohadi, pavonana 10%-100% dengan LC50 1,681%, dan
1975). baru-baru ini Syahroni dan Prijono (2013)
Di alam tidak ada musuh alami yang melaporkan bahwa perlakuan dengan ekstrak
efektif yang dapat mengendalikan populasi air lerak pada konsentrasi yang sama
hama C. pavonana hingga tingkat yang tidak mengakibatkan kematian larva C. pavonana
merugikan (Sastrosiswojo dan Setiawati, 1992). 1%-94% dengan LC50 1,898%.
Sementara itu, ketersediaan cara-cara nonkimia Kelarutan bahan aktif insektisida nabati
lain yang efektif terhadap C. pavonana di dalam air akan meningkat pada suhu yang lebih
tingkat petani sangat terbatas sehingga petani tinggi sehingga keefektifan suatu insektisida
mengandalkan insektisida kimia sintetik untuk nabati diharapkan akan meningkat bila
mengendalikan hama tersebut (Sastrosiswojo disiapkan dengan perlakuan pemanasan. Selain
dan Setiawati, 1993; Rauf et al., 2005). Namun, itu, petani biasanya mengharapkan insektisida
penggunaan insektisida sintetik secara terus nabati dapat disiapkan sekaligus dalam jumlah
menerus dapat mengakibatkan berbagai dampak yang dapat digunakan beberapa kali dan dapat
negatif, seperti terjadinya resistensi dan disimpan selama beberapa waktu sehingga
resurjensi hama, munculnya hama sekunder, efisien dari segi waktu penyiapan. Informasi
terbunuhny a musuh alami dan organisme tentang pengaruh pemanasan dan lama
bukan sasaran lain, pencemaran lingkungan, penyimpanan terhadap keefektifan insektisida
dan kontaminasi residu insektisida pada hasil nabati masih sangat terbatas. Penelitian ini
panen (Metcalf, 1982; Perry et al., 1998). bertujuan menentukan pengaruh pemanasan dan
Khusus pada pertanaman kubis, penyimpanan terhadap aktivitas insektisida
penggunaan insektisida sintetik berspektrum ekstrak buah lerak pada larva C. pavonana.
luas dapat membunuh parasitoid Diadegma
semiclausum Hellen (Hymenoptera: BAHAN DAN METODE
Ichneumonidae), musuh alami hama P. Tempat dan Waktu Penelitian
xylostella yang terdapat pada ekosistem yang Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
sama dengan hama C. pavonana. Parasitoid Fisiologi dan Toksikologi Serangga,
tersebut merupakan pilar dari program Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
pengendalian hama terpadu (PHT) pada Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), dari
tanaman kubis sehingga penggunaan insektisida Januari 2013 sampai Oktober 2013.
sintetik yang dapat membunuh D. semiclausum Penyiapan Bahan Penelitian
dapat mengganggu penerapan PHT kubis di Bahan tumbuhan yang digunakan sebagai
lapangan (Sastrosiswojo dan Setiawati, 1993). sumber ekstrak adalah buah lerak yang
Salah satu sarana pengendalian hama diperoleh dari pasar tradisional di Bogor. Daun
yang aman terhadap musuh alami hama ialah kubis (Brassica oleracea var. capitata) cv. KK
insektisida nabati (Prakash dan Rao, 1997; Cross digunakan sebagai pakan larva C.
Dadang dan Prijono, 2008). Indonesia memiliki pavonana dan sebagai medium pengujian.
kekayaan tumbuhan yang berlimpah dan Tanaman kubis diperbanyak melalui
Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas …. 92

penyemaian menggunakan nampan semai 50- dengan menggunakan blender. Sebagian ekstrak
sel yang diisi dengan tanah, benih, pupuk NPK disaring dengan kain kasa yang dapat langsung
butiran, dan kompos Super Metan. Bibit digunakan dan sebagian lagi dimasukkan dalam
berumur 4 minggu dipindahkan ke polybag 5 L botol plastik putih dan dipanaskan
yang diisi campuran tanah dan pupuk kandang menggunakan alat penangas air pada suhu 40
dengan perbandingan 3:1 (v/v). Setelah °C selama 2 jam lalu disaring dengan kain kasa.
berumur 4 minggu, tanaman dipupuk NPK Sebagian cairan ekstrak yang disiapkan dengan
dengan dosis ± 1 g per polybag. Daun dari pemanasan disimpan pada suhu ruang selama 7
tanaman yang berumur 1-2 bulan digunakan hari.
untuk perbanyakan larva C. pavonana dan
untuk pengujian (Abizar dan Prijono 2010). Metode Pengujian
Serangga C. pavonana yang digunakan Pengujian dilakukan dengan
dalam penelitian ini merupakan keturunan dari menggunakan metode perlakuan daun pakan
koloni yang diperbanyak di Laboratorium (celup daun) seperti yang dikemukakan oleh
Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Abizar dan Prijono (2010). Tiga macam ekstrak
Departemen Proteksi Tanaman, IPB. lerak yang diuji ialah (1) ekstrak tanpa
Pembiakan serangga dilakukan mengikuti pemanasan dan langsung digunakan (SR-TP-L),
prosedur yang digunakan oleh Prijono dan (2) ekstrak yang disiapkan dengan pemanasan
Hassan (1992). Imago C. pavonana dipelihara pada suhu 40 °C dan langsung digunakan (SR-
dalam kurungan plastik kasa berbingkai kayu P-L), serta (3) ekstrak dengan pemanasan dan
(50 cm x 50 cm x 50 cm) dan diberi pakan disimpan pada suhu ruang selama 7 hari (SR-
larutan madu 10% yang diserapkan pada kapas P-TR-S7). Setiap ektrak diuji pada enam taraf
yang digantungkan di dalam kurungan. Daun konsentrasi, yaitu 0,5%, 1,1%, 1,7%, 2,3%,
kubis yang tangkainya dicelupkan dalam tabung 2,9%, dan 3,5%, yang ditentukan berdasarkan
film berisi air diletakkan di dalam kurungan uji pendahuluan dan diharapkan dapat
sebagai tempat peletakan telur. Kelompok telur memberikan kematian serangga uji antara 15%
pada daun kubis dikumpulkan setiap hari. dan 95%. Akuades digunakan sebagai larutan
Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke kontrol.
dalam wadah plastik (35 cm x 26 cm x 6 cm) Potongan daun kubis (4 cm x 4 cm) bebas
berjendela kasa yang dialasi kertas stensil, dan pestisida dicelup satu per satu dalam suspensi
diberi makan daun kubis bebas pestisida. Larva ekstrak dengan konsentrasi tertentu sampai
instar II digunakan untuk pengujian. Bila tidak basah merata lalu dikeringanginkan. Daun
digunakan untuk pengujian, sebagian larva kontrol dicelup dalam akuades. Setiap potong
dipelihara lebih lanjut dalam wadah plastik daun perlakuan dan daun kontrol diletakkan
berisi daun kubis. Menjelang berpupa, larva secara terpisah di dalam cawan petri (diameter
dipindahkan ke dalam wadah plastik lain yang 9 cm) yang dialasi tisu. Larva instar II C.
berisi serbuk gergaji steril sebagai medium pavonana yang baru ganti kulit dimasukkan ke
untuk berpupa. Pupa beserta kokonnya dalam cawan petri, kemudian diberi daun
dipindahkan ke dalam kurungan plastik-kasa perlakuan atau daun kontrol yang sesuai. Larva
seperti di atas sampai muncul imago untuk C. pavonana diberi pakan daun perlakuan
pemeliharaan selanjutnya. selama 48 jam dan daun tanpa perlakuan pada
48 jam berikutnya. Untuk setiap perlakuan
Ekstraksi Buah Lerak digunakan 15 larva instar II C. pavonana dalam
Buah lerak diekstrak langsung dengan air 6 ulangan. Jumlah larva yang mati dihitung tiap
(akuades). Cara ekstraksi ini diharapkan dapat hari sampai hari ke-4. Data mortalitas serangga
diterapkan langsung di lapangan oleh petani. uji pada 24, 48, 72, dan 48 jam setelah
Daging buah lerak dipisahkan dari bijinya perlakuan (JSP) diolah dengan analisis probit
menggunakan gunting kemudian ditimbang menggunakan program POLO-PC (LeOra
sesuai konsentrasi yang telah ditentukan. Irisan Software, 1987).
daging buah lerak digiling dalam akuades
93 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas ….

HASIL DAN PEMBAHASAN mortalitas serangga uji berturut-turut 3%-81%,


Toksisitas Ekstrak Lerak terhadap Larva C. 24%-99%, dan 20%-72% (Gambar 1).
pavonana Setelah 72 jam, pada perlakuan dengan
ekstrak lerak SR-P-TR-S7 secara umum tidak
Secara umum perlakuan dengan tiga
terjadi lagi peningkatan mortalitas serangga uji
macam ekstrak lerak, yaitu ekstrak lerak tanpa
kecuali pada konsentrasi 2.9%, sedangkan pada
pemanasan dan digunakan langsung (SR-TP-L),
perlakuan dengan ekstrak lerak SR-TP-L dan
ekstrak lerak dengan pemanasan dan digunakan
SR-P-L masih terjadi peningkatan mortalitas
langsung (SR-P-L), serta ekstrak lerak dengan
serangga uji tetapi sangat rendah (Gambar 1).
pemanasan dan disimpan pada suhu ruang
Pada akhir pengamatan (96 JSP), mortalitas
selama 7 hari (SR-P-TR-S7) pada konsentrasi
larva C. pavonana akibat perlakuan dengan
0.5%-3.5% mengakibatkan mortalitas larva C.
ekstrak SR-TP-L, SR-P-L, dan SR-P-TR-S7
pavonana yang meningkat seiring dengan
pada konsentrasi 0.5%-3.5% berturut-turut
bertambahnya waktu dan konsentrasi (Gambar
18%-96%, 29%-100%, dan 22%-96%.
1). Pada perlakuan dengan ekstrak lerak SR-TP-
Sesuai dengan perkembangan tingkat
L dan SR-P-TR-S7 pengamatan 24 JSP,
mortalitas serangga uji (Gambar 1), LC50 dan
mortalitas larva kurang dari 50% kecuali pada
LC95 ketiga macam ekstrak lerak masih tinggi
konsentrasi tertinggi (3.5%), sedangkan pada
pada 24 JSP kemudian menurun tajam pada 48
perlakuan ekstrak lerak SR-P-L mortalitas larva
JSP dan menurun secara bertahap dari 48 JSP
lebih dari 50% pada dua konsentrasi yaitu 2.3
sampai 96 JSP, kecuali LC95 ekstrak lerak tanpa
% dan 2.9%. Pada perlakuan ekstrak lerak P-L
pemanasan dan digunakan langsung (SR-TP-L)
konsentrasi tertinggi, yaitu 3.5%, mortalitas
yang agak meningkat dari 48 JSP sampai 96
serangga uji hanya 40%. Sementara itu,
JSP (Tabel 1). Hal tersebut disebabkan pada
perlakuan dengan ekstrak lerak SR-TP-L, SR-
pengamatan 48 JSP sampai 96 JSP peningkatan
P-L, dan SR-P-TR-S7 konsentrasi 0.5%-2.9%
mortalitas larva C. pavonana lebih tinggi pada
mengakibatkan mortalitas serangga uji berturut-
perlakuan dengan ekstrak SR-TP-L konsentrasi
turut 1%-17%, 20%-62%, dan 10%-28%
rendah dibandingkan dengan perlakuan pada
(Gambar 1).
konsentrasi yang lebih tinggi. Akibatnya
Mortalitas larva pada perlakuan dengan
kemiringan garis regresi probit (b) melandai
ketiga macam ekstrak lerak meningkat tajam
dan LC95 menurun seiring dengan
antara 24 dan 48 JSP. Setelah daun perlakuan
bertambahnya waktu pengamatan (Tabel 1).
diganti dengan daun tanpa perlakuan pada 48
Berdasarkan LC95 pada akhir pengamatan
JSP, kematian serangga uji masih terjadi antara
(96 JSP), ekstrak lerak SR-TP-L dan SR-P-L
48 dan 72 JSP (Gambar 1). Terjadinya
memiliki aktivitas insektisida yang kuat
kematian serangga uji setelah daun perlakuan
terhadap larva C. pavonana, yaitu LC95-nya
diganti dengan daun tanpa perlakuan
kurang dari 5%, sedangkan ekstrak lerak SR-P-
kemungkinan disebabkan masih adanya residu
TR-S7 memiliki aktivitas sedang dengan LC95
ekstrak lerak di dalam tubuh serangga uji yang
antara 5% dan 10% (Tabel 1). Ekstrak lerak
dapat mematikan serangga uji. Mortalitas larva
dengan pemanasan (LC95 2,53%) sekitar 1,7 kali
pada perlakuan dengan ketiga macam ekstrak
lebih toksik terhadap larva C. pavonana
lerak pada konsentrasi tertinggi lebih besar dari
daripada ekstrak lerak tanpa pemanasan (LC95
80%. Sementara itu, perlakuan dengan ekstrak
4,19%), tetapi toksisitas ekstrak tersebut
SR-TP-L, SR-P-L, dan SR-P-TR-S7 pada
menurun sekitar tiga kali lipat setelah disimpan
konsentrasi 0.5%-2.9% mengakibatkan
pada suhu ruang selama 7 hari (LC95 7.42%)
Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas …. 94

Konsentrasi (%)
0.5 1.1 1.7 2.3 2.9 3.5
100 SR-TP-L

80
Mortalitas (%)

60

40

20

0
100
SR-P-L
80
Mortalitas (%)

60

40

20

0
100
SR-P-TR-S7
80
Mortalitas (%)

60

40

20

0
0 24 48 72 96
Waktu pengamatan (JSP)
Gambar 1 Perkembangan tingkat mortalitas larva C. pavonana pada perlakuan ekstrak buah lerak
tanpa pemanasan dan digunakan langsung (SR-TP-L), dengan pemanasan dan digunakan
langsung (SR-P-L), serta dengan pemanasan dan disimpan pada suhu ruang selama 7 hari
(SR-P-TR-S7). Pada semua perlakuan, tidak ada kematian kontrol hingga 96 jam setelah
perlakuan.
95 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas
….
Tabel 1 Penduga parameter hubungan konsentrasi-mortalitas ekstrak air buah lerak terhadap
larva instar II C. pavonana
Waktu
Jenis ekstrak
a pengamatan a ± GBc b ± GBc LC50 (%) LC95 (%)
lerak b
(JSP)
SR-TP-L 24 -1,75 ± 0,16 3,00 ± 0,39 3,83 13,51
48 -1,19 ± 0,13 4,66 ± 0,36 1,80 4,07
72 -0,56 ± 0,87 3,55 ± 0,26 1,43 4,16
96 -0,38 ± 0,81 3,26 ± 0,25 1,31 4,19
SR-P-L 24 -0,43 ± 0,07 1,16 ± 0,20 2,36 62,33
48 0,07 ± 0,07 2,67 ± 0,23 0,94 3,87
72 0,22 ± 0,77 3,39 ± 0,27 0,86 2,63
96 0,27 ± 0,07 3,42 ± 0,27 0,84 2,53
SR-P-TR-S7 24 -0,95 ± 0,89 1,52 ± 0,23 4,23 51,07
48 -0,47 ± 0,08 2,24 ± 0,22 1,63 8,84
72 -0,31 ± 0,08 2,14 ± 0,22 1,40 8,20
96 -0,31 ± 0,08 2,24 ± 0,22 1,37 7,43
a
Kode ekstrak lerak dijelaskan pada metode pengujian. bJSP = jam setelah perlakuan. ca =
intersep garis regresi probit, b = kemiringan garis regresi probit, GB = galat baku.

Hambatan Perkembangan Larva C. dari 5% dapat mematikan serangga uji lebih


pavonana dari 95%. Ekstrak lerak yang disiapkan
Selain mengakibatkan kematian, dengan air dapat menjadi bahan alternatif
perlakuan dengan ketiga jenis ekstrak lerak yang potensial dalam pengendalian hama C.
menghambat perkembangan larva C. pavonana karena selain harganya murah
pavonana dari instar II ke instar IV. Pada juga aman bagi lingkungan dibandingkan
96 JSP semua larva kontrol sudah mencapai dengan ekstrak lerak yang disiapkan dengan
instar IV sedangkan pada perlakuan dengan menggunakan pelarut organik yang lebih
ketiga jenis ekstrak lerak, larva yang mahal.
bertahan hidup masih instar III (Tabel 2). Berdasarkan pembandingan pada
Berdasarkan pengamatan secara visual, taraf LC95, ekstrak lerak tanpa pemanasan
larva yang masih hidup memakan daun dan digunakan langsung (SR-TP-L) dalam
kubis perlakuan jauh lebih sedikit penelitian ini (LC95 4,19%, Tabel 1) sekitar
dibandingkan dengan larva yang diberi 1,2 kali kurang toksik daripada ekstrak
daun kubis tanpa perlakuan (kontrol ) dan lerak yang digunakan Irawan (2012) (LC95
ukuran tubuh larva perlakuan lebih kecil 3,47%) dan sekitar 1,1 kali kurang toksik
daripada larva kontrol. daripada ekstrak yang digunakan Syahroni
dan Prijono (2013) (LC95 3,72%).
Pembahasan Umum Perbedaan kecil antara toksisitas ekstrak
Hasil penelitian ini menunjukkan lerak yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa ekstrak air buah lerak yang dan toksisitas ekstrak lerak yang digunakan
digunakan langsung, baik yang disiapkan oleh Irawan (2012) serta Syahroni dan
dengan pemanasan maupun tanpa Prijono (2013) dapat disebabkan oleh
pemanasan, memiliki aktivitas insektisida perbedaan jenis buah lerak serta perbedaan
yang kuat terhadap larva C. pavonanai, koloni C. pavonana dan jenis pakan yang
dengan LC95 pada 96 JSP masing-masing digunakan. Pada penelitian ini digunakan
2,53% dan 4,19% (Tabel 1). Dadang dan daun kubis sebagai pakan larva C.
Prijono (2008) mengemukakan bahwa pavonana sedangkan pada penelitian
ekstrak tumbuhan yang disiapkan dengan Irawan (2012) serta Syahroni dan Prijono
air dikatakan memiliki aktivitas insektisida (2013) digunakan daun brokoli.
yang kuat bila pada konsentrasi tidak lebih
Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas …. 96

Tabel 2 Persentase larva C. pavonana yang telah menjadi instar III dan IV pada perlakuan
dengan ekstrak buah lerak pada 96 JSPa
Jenis ekstrak Konsentrasi Jumlah larva yang
Instar III (%)c Instar IV (%)c
lerakb (%, w/v) masih hidup
SR-TP-L 0 90 0 100
0,5 74 100 0
1,1 63 100 0
1,7 52 100 0
2,3 8 100 0
2,9 9 100 0
3,5 4 100 0
SR-P-L 0 90 0 100
0,5 64 100 0
1,1 42 100 0
1,7 11 100 0
2,3 1 100 0
2,9 0 100 0
3,5 0 100 0
SR-P-TR-S7 0 90 0 100
0,5 70 100 0
1,1 53 100 0
1,7 47 100 0
2,3 38 100 0
2,9 20 100 0
3,5 4 100 0
a b c
Tidak ada larva yang masih instar II. Kode ekstrak lerak seperti pada Tabel 1. Persentase
relatif terhadap jumlah larva yang masih hidup.

Buah lerak mengandung saponin sebagai membran sel (Tekeli et al., 2007; Wina,
komponen utama selain senyawa lain yang 2012), yang selanjutnya dapat
termasuk dalam golongan triterpena, mengakibatkan kematian sel dan akhirnya
alkaloid, steroid, antrakuinon, tanin, dan terjadi kematian serangga. Bila hal tersebut
flavonoid (Sunaryadi, 1999; Widowati, terjadi pada sel-sel saluran pencernaan
2003). Saponin memiliki sifat detergen serangga, proses penyerapan zat makanan
yang mempunyai struktur bipolar, yaitu di akan terganggu sehingga pada konsentrasi
salah satu ujung molekulnya terdapat gugus yang tidak mematikan ekstrak lerak dapat
yang bersifat hidrofilik dan di ujung lainnya menghambat pertumbuhan dan
bersifat hidrofobik sehingga dapat perkembangan serangga. Kerusakan saluran
mencampurkan senyawa nonpolar dan pencernaan makanan juga dapat
senyawa polar secara homogen. Sifat menurunkan aktivitas makan dan hal ini
tersebut memungkinkan senyawa aktif lerak dapat menyebabkan hambatan lebih lanjut
selain dapat diekstrak dengan pelarut terhadap pertumbuhan dan perkembangan
organik seperti metanol juga dapat serangga.
diekstrak dengan air. Perlakuan pemanasan dalam
Saponin dengan struktur bipolarnya penyiapan ekstrak lerak dapat
dapat berinteraksi dengan membran sel meningkatkan toksisitas ekstrak tersebut
dengan menurunkan tegangan permukaan yang tecermin dari nilai LC50 dan LC95
membran sel sehingga permeabilitas yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
membran sel meningkat. Hal tersebut dapat ekstrak lerak yang disiapkan tanpa
menyebabkan terjadinya kebocoran pemanasan (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan
97 Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas
….
prinsip bahwa peningkatan suhu akan meningkatkan keefektifan ekstrak tersebut
meningkatkan kelarutan suatu senyawa dalam membunuh larva C. pavonana, tetapi
dalam pelarut tertentu. Sementara itu, keefektifan ekstrak lerak yang disiapkan
penyimpanan ekstrak lerak pada suhu ruang dengan pemanasan berkurang setelah
selama 7 hari dapat menurunkan toksisitas disimpan pada suhu ruang selama 7 hari.
ekstrak tersebut. Hal tersebut kemungkinan Berdasarkan perbandingan LC95 pada 96
disebabkan oleh adanya mikrob yang dapat JSP, ekstrak lerak yang disiapkan dengan
menguraikan komponen ekstrak lerak. pemanasan dan digunakan langsung (LC95
Mikrob tersebut dapat berasal dari buah 2,53%) sekitar 1,7 lebih beracun terhadap
lerak, akuades, dan udara serta peralatan larva C. pavonana daripada ekstrak lerak
yang digunakan karena pengujian ini tanpa pemanasan dan digunakan langsung
dilakukan pada kondisi yang tidak aseptik. (LC95 4,19%) serta sekitar 2,9 kali lebih
beracun daripada ekstrak lerak dengan
Berdasarkan perbandingan LC95 pada pemanasan dan disimpan pada suhu ruang
96 JSP (Tabel 1), ekstrak lerak dengan selama 7 hari (LC95 7,43%). Selain
pemanasan dan digunakan langsung [SR-P- mengakibatkan kematian, perlakuan dengan
L] (LC95 2,53%) masing-masing sekitar 1,7 ekstrak lerak juga dapat menghambat
dan 2,9 kali lebih beracun terhadap larva C. perkembangan larva C. pavonana yang
pavonana daripada ekstrak lerak tanpa bertahan hidup dari instar II ke instar IV.
pemanasan dan digunakan langsung [SR- Berdasarkan hasil tersebut di atas,
TP-L] (LC95 4,19%) serta ekstrak lerak ekstrak air buah lerak berpotensi untuk
dengan pemanasan dan disimpan pada suhu digunakan sebagai salah satu bahan
ruang selama 7 hari [SR-P-TR-S7] (LC95 alternatif pengendali hama C. pavonana.
7,43%). Toksisitas ekstrak SR-P-L terhadap Untuk mengetahui manfaatnya secara lebih
larva C. pavonana yang lebih tinggi luas, keefektifan ekstrak tersebut perlu diuji
daripada ekstrak SR-TP-L dan SR-P-TR-S7 terhadap berbagai jenis hama lain dan
menunjukkan bahwa ekstrak lerak yang pengujian keamanan ekstrak tersebut
disiapkan dengan pemanasan dan terhadap musuh alami hama juga perlu
digunakan langsung lebih baik daripada dilakukan.
ekstrak lerak tanpa pemanasan atau ekstrak
lerak yang sudah disimpan selama 7 hari. DAFTAR PUSTAKA
Dalam pengendalian hama C.
pavonana di lapangan, ekstrak lerak yang Abizar, M. dan D. Prijono, 2010. Aktivitas
disiapkan dengan air disertai pemanasan insektisida ekstrak daun dan biji
dapat digunakan langsung. Perlakuan Tephrosia vogelii J.D. Hooker
pemanasan dapat dilakukan dengan (Leguminosae) dan ekstrak buah
merendam buah lerak dalam air di dalam Piper cubeba L. (Piperaceae)
tong plastik yang dijemur di bawah sinar terhadap larva Crocidolomia
matahari selama beberapa saat, misal 2 jam pavonana (F.) (Lepidoptera:
pada pagi hari sebelum penyemprotan Crambidae). Jurnal Hama dan
dilakukan. Setelah itu, campuran bahan Penyakit Tumbuhan Tropika,
lerak dan air disaring, dan cairan hasil 10(1):1-12.
saringan dapat langsung digunakan untuk Dadang dan D. Prijono, 2008. Insektisida
penyemprotan di lapangan. Untuk Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan
mempermudah petani dalam mendapatkan Pengembangan. Bogor: Departemen
buah lerak, petani dapat dianjurkan untuk Proteksi Tanaman, Institut Pertanian
menanam tanaman lerak di sekitar tempat Bogor.
tinggal atau lahan pertaniannya. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia (penerjemah: Badan
KESIMPULAN DAN SARAN Litbang Kehutanan Jakarta). Ed ke-2.,
penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana
Pemanasan pada suhu 40 ºC dalam Warna Jaya. Terjemahan dari: De
penyiapan ekstrak air buah lerak dapat Nuttige Planten van Ned-Indie.
Gracia M dan Djoko P : Pengaruh Pemanasan dan Penyimpanan Terhadap Aktivitas 98
….
Irawan, R., 2012. Toksisitas Campuran Crucifer Pests; Tainan, 10-14
Ekstrak Daun Tephrosia vogelii December 1990. Taipei: AVRDC.
(Leguminosae) dan Buah Sapindus Sastrosiswojo S. dan W. Setiawati, 1993.
rarak (Sapindaceae) terhadap Larva Hama-hama kubis dan
Crocidolomia pavonana. Skripsi. pengendaliannya, pp. 39-50. Di
Bogor: Institut Pertanian Bogor. dalam: Permadi, A.H. dan S.
LeOra Software, 1987. POLO-PC User’s Sastrosiswojo (eds.). Kubis.
Guide. Petaluma, California: Bandung: Balai Penelitian Sayuran
LeOraSoftware. Lembang.
Metcalf, R.L., 1982. Insecticides in pest Sudarwohadi, 1975. Hubungan antara
management, pp. 215-275. In: waktu tanam kubis dengan dinamika
Metcalf, R.L. and W.H. Luckman populasi Plutella muculipenis dan
(eds.). Introduction to Insect Pest Crocidolomia binotalis Zeller.
Management. 2nd ed. New York: John Buletin Penelitian Hortikultura,
Wiley & Sons. 3(4):3-14.
Perry, A.S., I. Yamamoto, I. Ishaaya, and Sunaryadi. 1999. Ekstraksi dan Isolasi
R.Y. Perry, 1998. Insecticides in Saponin Buah Lerak (Sapindus
Agriculture and Environment: rarak) serta Pengujian Daya
Retrospects and Prospects. Berlin: Defaunasinya. Tesis. Bogor: Institut
Springer-Verlag. Pertanian Bogor.
Prakash A. and J. Rao, 1997. Botanical Syahroni, Y.Y. dan D. Prijono, 2013.
Pesticides in Agriculture. Boca Aktivitas insektisida campuran
Raton: CRC Press. ekstrak buah Piper aduncum
Prijono, D. and E. Hassan, 1992. Life cycle (Piperaceae) dan Sapindus rarak
and demography of Crocidolomia (Sapindaceae) terhadap larva
binotalis Zeller (Lepidoptera: Crocidolomia pavonana. Jurnal
Pyralidae) on broccoli in the Entomologi Indonesia, 10(1):39-50.
laboratory. Indonesian Journal of Tekeli, A., L. Çelik L, and H.R. Kutlu,
Tropical Agriculture, 4(1):18-24. 2007. Plant extracts; a new rumen
Rauf A., D. Prijono, Dadang, I W. Winasa, moderator in ruminant diets. Journal
and I.W. Russell, 2005. Survey of of Tekirdag Agricultural Faculty,
Pesticide Use by Cabbage Farmers in 4(1):71-79.
West Java, Indonesia [research Widowati, L., 2003. Sapindus rarak DC,
report]. Bogor: Departemen Hama pp. 358-359. In: Lemmens, R.H.M.J
dan Penyakit Tumbuhan, Institut and N. Bunyapraphastsara (eds.).
Pertanian Bogor. Plant Resources of South-East Asia.
Sastrosiswojo S. and W. Setiawati, 1992. Vol 12(3): Medicinal and Poisonous
Biology and control of Crocidolomia Plants. Bogor: Prosea Foundation.
binotalis in Indonesia, pp. 81-90. In: Wina, E., 2012. The use of plant bioactive
Talekar, N.S. (ed.). Proceedings of compounds to mitigate enteric
the Second International Workshop methane in ruminants and its
on Diamondback Moth and Other application in Indonesia. Wartazoa,
22(1):24-34.

View publication stats

You might also like