Professional Documents
Culture Documents
4025 11880 1 SM PDF
4025 11880 1 SM PDF
3 (2), 2018, 68 - 79
ABSTRACT
(7)
Pendahuluan kematian penduduk pada umumnya.
Berdasarkan data riskesdas tahun 2007
Skizofrenia adalah suatu penyakit memperlihatkan bahwa prevalensi gangguan
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan jiwa berat di Indonesia adalah sebesar 4,6 per
timbulnya pikiran, presepsi, emosi, gerakan, mil. Prevalensi tertinggi terdapat di provinsi
1
dan perilaku yang aneh dan terganggu. DKI Jakarta sebesar 20,3 per mil yang
Skizofrenia terkait dengan stres, gangguan kemudian secara berturut-turut diikuti oleh
neurobiologis yang ditandai dengan provinsi Nanggroe Aceh Darusalam sebesar
2
gangguan pikiran. Penyakit skizofrenia 18,5 per mil, Sumatera Barat sebesar 16,7 per
memang masih kurang populer di kalangan mil, Nusa Tenggara Barat sebesar 9,9 per mil,
masyarakat awam. Namun gangguan jiwa ini Sumatera Selatan sebesar 9,2 per mil. 8
sudah mulai mencemaskan karena sampai Berdasarkan data riskesdas tahun 2013
sekarang penanganannya masih belum memperlihatkan prevalensi gangguan jiwa
memuaskan. Di masa lalu banyak orang berat nasional sebesar 1,7 per mil. Prevalensi
menganggap skizofrenia merupakan tertinggi terdapat di provinsi Aceh dan DI
penyakit yang tidak dapat diobati. Seiring Yogyakarta sebesar 2,7 per mil, kemudian
dengan kemajuan dibidang ilmu kedokteran secara berturut-turut diikuti oleh provinsi
jiwa maka kini anggapan itu mulai hilang Sulawesi Selatan sebesar 2,6 per mil,
dan diakui skizofrenia sebenarnya termasuk provinsi Jawa Tengah dan Bali sebesar 2,3
9
gangguan kesehatan dan termasuk dalam Per mil.
ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) yang Berdasarkan data BPS pada tahun 2015
penanganannya sesuai dengan terapi kabupaten Wonosobo merupakan kabupaten
kedokteran sebagaimana halnya penyakit termiskin di provinsi Jawa Tengah dengan
fisik lainnya.3 presentasi penduduk miskin sebesar
Seringkali pasien skizofrenia 22.02%.10 Kabupaten Wonosobo memiliki
digambarkan sebagai individu yang berbagai masalah kesehatan dan masalah
bodoh, aneh, dan berbahaya.4 Sebagai sosial, salah satu masalah kesehatan dan
konsekuensi kepercayaan tersebut, banyak sosial yang dihadapi adalah masalah
pasien skizofrenia tidak dibawa berobat kesehatan jiwa. Berdasarkan data riskesdas
ke dokter (psikiater) melainkan provinsi Jawa Tengah tahun 2007 prevalensi
disembunyikan, kalaupun akan dibawa skizofrenia di kabupaten Wonosobo sebesar
berobat, mereka tidak dibawa ke dokter 4,0 per mil.(11) Berdasarkan data riskesdas
melainkan dibawa ke “orang pintar”.3 provinsi Jawa Tengah tahun 2013 prevalensi
Kesehatan jiwa masih menjadi salah skizofrenia di kabupaten Wonosobo sebesar
12
satu permasalahan kesehatan yang signifikan 1,5 per mil.
di dunia, termasuk indonesia. Menurut WHO Kecamatan Kepil merupakan salah
pada tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta satu kecamatan di kabupaten Wonosobo
orang menderita depresi,60 juta orang yang memiliki penderita skizofrenia yang
menderita bipolar, 21 juta menderita cukup banyak yaitu pada tahun 2013 sampai
skizofrenia, serta 47,5 juta menderita 2016 sebesar 87 penderita skizofrenia.
dimensia.5 Menurut WHO bahwa 5-15% dari Kecamatan Kepil terdiri dari 2 Puskesmas
anak-anak antara 3-15 tahun mengalami yaitu Puskesmas Kepil 1 dan Puskesmas
gangguan jiwa yang persistent dan Kepil 2. Jumlah penderita skizofrenia di
6
mengganggu hubungan sosial. Berdasarkan kecamatan Kepil yaitu data dari Puskesmas
data yang diperoleh di negara Amerika Kepil 1 jumlah penderita skizofrenia pada
Serikat setiap tahun, terdapat 300.000 pasien tahun 2013 sampai 2016 sebanyak 64
skizofrenia mengalami episode akut, hampir penderita, yang meninggal 2 orang, sembuh 1
20%-50% pasien skizofrenia melakukan orang, pergi 1orang, dimana ada 39 penderita
percobaan bunuh diri, dan 10% di antaranya skizofrenia mulai mengidapnya pada usia <
13
berhasil (mati bunuh diri), dapat 25 tahun. Data dari Puskesmas Kepil 2
disimpulkan angka kematian pasien jumlah penderita skizofrenia pada tahun
skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka 2016 sebanyak 23 penderita, dimana ada 16
terutama usia < 25 tahun dan belum adanya 3. Ada kelainan otak
16,401
1,000
2,038 0,179-
penelitian tentang faktor risiko skizofrenia 23,151
dikabupaten Wonosobo terutama di 4. Mempunyai temperamen 3,783 1,687- 0,002
kecamatan Kepil maka penulis tertarik buruk 8,482
melakukan penelitian dengan judul faktor 5. Menderita penyakit dan cedera 1,000 0,061- 1,000
tubuh 16,401
somatogenik, psikogenik, sosiogenik yang
6. Perkembangan psikologi tidak 2,650 0,492- 0,438
merupakan faktor risiko kejadian skizofrenia sesuai 14,286
usia < 25 tahun di kecamatan Kepil 7. Mengalami deprivasi dini 5,365 1,434- 0,015
kabupaten Wonosobo. 20,076
8. Pola keluarga tidak sesuai 3,877 1,711- 0,002
Metode 8,783
9. Mengalami stress 4,317 1,930- 0,001
9,657
Penelitian ini merupakan penelitian 10. Menyalahgunakan obat-obatan 1,359 0,290- 1,000
mix method, desain studi case- control yang 6,379
diperkuat dengan indepht interview. 11. Perkembangan sosial buruk 3,586 1,538- 0,005
Populasi studi yaitu penderita skizofrenia 8,362
12. Cita-cita tidak tercapai 3,656 1,654- 0,002
usia < 25 tahun di kecamatan Kepil
8,084
kabupaten Wonosobo. Sampel terdiri dari 55 13. Tingkat ekonomi rendah 3,857 1,655- 0,003
kasus dan 55 kontrol yang diambil secara 8,990
consecutive sampling. Variabel terikat dalam 14. Mengalami perpindahan 3,415 1,135- 0,044
penelitian ini adalah penderita skizofrenia kesatuan keluarga 10,273
15. Tingkat pendidikan rendah 2,636 1,218- 0,022
usia < 25 tahun sedangkan Variabel bebas
5,705
dalam penelitian ini yaitu faktor
somatogenik (keturunan, cacat kongenital, Berdasarkan hasil analisis multivariat
kelainan otak, temperamen, penyakit dan logistik terdapat tujuh variabel bebas yang
cedera tubuh), faktor psikogenik terbukti berpengaruh terhadap kejadian
(perkembangan psikologik, deprivasi dini, skizofrenia usia < 25 tahun yaitu keturunan,
pola keluarga, stress, penyalahgunaan obat- temperamen, deprivasi dini, stress,
faktor sosiogenik (perkembangan sosial, perkembangan sosial, tingkat ekonomi
cita-cita, tingkat ekonomi,obatan), rendah dan tingkat pendidikan rendah.
perpindahan kesatuan keluarga). Instrument Variabel yang bisa diperbaiki yaitu
penelitian adalah kuesioner wawancara. temperamen, deprivasi dini, stress,
Analisis data secara univariat, bivariat (chi- perkembangan sosial, tingkat ekonomi
square), dan multivariat (regresi logistik). rendah dan tingkat pendidikan rendah.
6
tahun di kecamatan Kepil kabupaten sosial yang norma.
Wonosobo. Presentase responden pada Perpecahan dalam keluarga,
kelompok kasus yang mengalami deprivasi perceraian orang tua, adopsi, kematian orang
dini yaitu sebesar 23,6%, lebih banyak tua merupakan satu dari faktor risiko untuk
dibandingkan pada kelompok kontrol perkembangan anak, jelasnya tidak hanya
sebesar 5,5%. Mengalami deprivasi dini perpisahan itu sendiri tetapi periode yang
mempunyai faktor risiko sebesar 5,4 kali panjang dari perselisihan dan banyaknya
(nilai p = 0,030 OR = 5,356 95%CI = 1,180- ketidakharmonisan yang akhirnya
24,309) lebih besar terkena skizofrenia usia < menimbulkan gangguan pada anak. Perlunya
25 tahun dibandingkan dengan yang tidak hubungan kekerabatan pada masyarakat
mengalami deprivasi dini. sehingga seorang anak masih mendapatkan
Hasil penelitian ini tidak sejalan kasih sayang dari keluarga lain.
dengan penelitian Erlina yang menunjukan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna 4. Stress
antara timbulnnya skizofrenia dan non Hasil penelitian ini menunjukan
skizofrenia berdasar perpisahan orang tua.23 bahwa mengalami stress sebagai faktor risiko
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kejadian skizofrenia usia < 25 tahun di
penelitian Mallet et al. yang melakukan kecamatan Kepil kabupaten Wonosobo.
penelitian pada etnik asia yang menyatakan Presentase responden pada kelompok kasus
tidak terdapat hubungan yang antara terpisah yang mengalami stress yaitu sebesar 72,7%,
dengan orang tua terhadap timbulnya lebih banyak dibandingkan pada kelompok
skizofrenia (p=0,34). Hasil penelitian ini kontrol sebesar 38,2%. Mengalami stress
sesuai dengan penelitian Mallet et al yang mempunyai faktor risiko sebesar 5,5 kali
melakukan penelitian pada etnik Afrika- (nilai p = 0,004 OR = 5,451 95%CI = 1,739-
karibbia yang menyatakan bahwa ada 17,083) lebih besar terkena skizofrenia usia <
hubungan yang bermakna antara terpisah 25 tahun dibandingkan dengan yang tidak
dengan orang tua terhadap timbulnya mengalami stress.
skizofrenia (OR = 5,00 95%CI : 1,09-22,82 Hasil penelitian ini sejalan dengan
p= 0,038).(24) penelitian Hidayat (2013) yang menyatakan
Makin lama makin nyata bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan antara
deprivasi (ketidakperolehan) biologis atau masalah psikosoial dengan kejadian
psikologis pada waktu bayi dapat skizofrenia dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05)
mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat dan OR = 13,750 artinya responden yang
diperbaiki lagi. Deprivasi maternal atau memiliki masalah psikososial berpeluang
kehilangan asuhan ibu dirumah sendiri, 13,7 kali beresiko mengalami gangguan
terpisah dengan ibu atau tinggal diasrama, skizofrenia dibandingkan dengan responden
25
dapat menimbulkan perkembangan yang yang tidak memiliki masalah psikososial.
abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari Hasil penelitian ini sejalan dengan
lingkungan, bila sangat berat ternyata penelitian Setiyowati tahun 2012 yang me-
berhubungan dengan retardasi mental. nunjukan bahwa ada hubungan antara
Deprivasi atau frustrasi dini dapat stressor psikososial dengan kejadian
menimbulkan titik-titik-titik lemah pada skizofrenia faktor dominan yang berperan
jiwa, juga dapat mengakibatkan terhadap kejadian skizofrenia yaitu masalah
hubungan interpersonal. Purnama tahun
18
perkembangan yang salah atau pun
perkembangan yang berhenti. Untuk 2016 yang menunjukan bahwa sebagian
perkembangan psikologis rupanya ada besar jumlah penderita gangguan jiwa
masa-masa gawat. Dalam masa ini disebabkan karena stress sebanyak 140
rangsangan dan pengalaman belajar yang responden (90,3%), sedangkan yang
berhubungan dengan perkembangan disebabka bukan karena stress sebanyak
26
psikologis serta pemuasan berbagai (3,9%).
kebutuhan sangat perlu bagi urutan-urutan Keadaan tegang ini secara
perkembangan intelektual, emosional dan biopsikososial yang dialami biasanya
bersumber dari setiap keadaan atau peristiwa yang menyatakan bahwa faktor sosiokultural
yang menyebabkan perubahan dalam dan lingkungan yang memicu terjadinya
hidupnya sehingga ia terpaksa mengadakan skizofrenia adalah diintimidasi di
29
adaptasi untuk penanggulangan stressor lingkungan sosial. Rinawati (2016) yang
kejadian pada kehidupan penderita seperti menyatakan bahwa penyebab gangguan jiwa
masalah perkawinan, problem orang tua, pada aspek sosial terbanyak adalah konflik
hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, dengan keluarga atau teman.30
lingkungan hidup, masalah keuangan, Perbedaan sistem nilai moral dan etika
keterlibatan hukum, perkembangan fisik, antara kebudayaan yang satu dengan yang
penyakit fisik, faktor keluarga, dan lain-lain. lain, antara masa lalu dengan sekarang sering
Semuanya merupakan faktor psikososial menimbulkan masalah-masalah kejiwaan.
yang dilaporkan berperan pada gangguan Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan
7
skizofrenia. dirumah/sekolah dengan yang dipraktikan
Peristiwa individu yang dialami oleh dimasyarakat sehar-hari. Faktor budaya
pasien baik dilingkungan keluarga, bukan merupakan penyebab langsung
masyarakat dan tempat kerja terkadang timbulnya gangguan jiwa, biasanya terbatas
menimbulkan tekanan yang pada tingkat menentukan warna gejala-gejala. Disamping
tertentu akan mempengaruhi kesehatan mempengaruhi pertumbuhan dan
mentalnya. Jika stresor tersebut berlangsung perkembangan kepribadian seseorang
terus menerus dalam jangka waktu panjang, misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan
7
individu tersebut dapat kehabisan daya tahan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
dalam menerima stresor, mengalami Berdasarkan data dilapangan bahwa
kelelahan mental dan pada akhirnya akan masih ada kebudayaan masyarakat di
memasuki kondisi depresi dan jika berlarut- kecamatan kepil yang melakukan pernikahan
(27)
larut dapat menimbulkan skizofrenia. dini dan perjodohan sebesar 37 responden
atau 33,6%. Pernikahan dini dan perjodohan
5. Perkembangan sosial akan berdampak negatif terhadap mental dan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa psikologi anak. Anak akan menjadi pendiam,
perkembangan sosial buruk sebagai faktor trauma, tersisih dan takut yang pada akhirnya
risiko kejadian skizofrenia usia < 25 tahun di akan menyebabkan gangguan jiwa.
kecamatan Kepil kabupaten Wonosobo.
Presentase responden pada kelompok kasus 6. Tingkat Ekonomi
yang perkembangan sosial buruk yaitu Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebesar 47,3%, lebih banyak dibandingkan tingkat ekonomi rendah sebagai faktor risiko
pada kelompok kontrol sebesar 20%. kejadian skizofrenia usia < 25 tahun di
perkembangan sosial buruk mempunyai kecamatan Kepil kabupaten Wonosobo.
faktor risiko sebesar 3,4 kali (nilai p = 0,038 Presentase responden pada kelompok kasus
OR = 3,363 95%CI = 1,072-10,552) lebih yang tingkat ekonomi rendah yaitu sebesar
besar terkena skizofrenia usia < 25 tahun 49,1%, lebih banyak dibandingkan pada
dibandingkan dengan yang perkembangan kelompok kontrol sebesar 20%. Tingkat
sosialnya baik. ekonomi rendah mempunyai faktor risiko
Hasil penelitian ini sejalan dengan sebesar 5,3 kali (nilai p = 0,004 OR = 5,294
penelitian yang dilakukan Tanjung Laksono 95%CI = 1,696-16,524) lebih besar terkena
Utomo yang menyebutkan bahwa ada skizofrenia usia < 25 tahun dibandingkan
hubungan antara faktor sosiokultural dengan dengan yang tingkat ekonomi tinggi.
kejadian skizofrenia dengan nilai p = 0,040 Hasil penelitian ini sejalan dengan
(p= < 0,05) OR = 3,454 artinya bahwa penelitian yang dilakukan Erlina et al. (2010)
responden yang mempunyai masalah yang menunjukan ada perbedaan yang
sosiokultural berisiko 3 kali lebih besar bermakna antara skizofrenia dan non
dibandingkan yang tidak mempunyai skizofrenia berdasar adanya status ekonomi
28
masalah sosiokultural. Penelitian ini sejalan (OR = 6,00: 95% CI : 2,52-14,60, p = 0,000).
dengan penelitan yang dilakukan oleh Sari Status ekonomi rendah mempunyai risiko
6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa Faktor yang tidak terbukti sebagai faktor
skizofrenia dibandingkan status ekonomi risiko kejadian skizofrenia usia < 25 tahun
tinggi.23 Hal ini didukung pendapat Jean dan 1. Cacat Kongenital
Caton (2005) yaitu ada beberapa faktor Hasil analisis multivariat menunjukan
psikososial yang mempengaruhi gangguan bahwa variabel cacat kongenital tidak
jiwa skizofrenia, yaitu sosial ekonomi terbukti sebagai faktor risiko kejadian
rendah dan stres lingkungan.31 Mallet et al skizofrenia usia < 25 tahun di kecamatan
(2002) menyatakan bahwa ada hubungan Kepil kabupaten Wonosobo. Presentase
yang bermakna antara status pekerjaan responden pada kelompok kasus yang
dengan timbulnya skizofrenia (OR = 5,5 mengalami cacat kongenital yaitu sebesar
24
95% CI : 2,59-11,68 p = 0,000). 1,8% sama dengan pada kelompok kontrol
Kemiskinan ditandai dengan sebesar 1,8%. Hasil penelitian ini sejalan
sedikitnya dukungan, keselamatan, tidak dengan penelitian yang dilakukan oleh
adanya ruang sehingga terlalu sesak, tidak Utomo (2013) yang menyatakan bahwa cacat
adanya kebebasan pribadi, ketidakpastian tubuh sejak lahir tidak banyak berperan
dalam masalah ekonomi yang akhirnya terhadap kejadian skizofrenia.28
mungkin menimbulkan risiko kesehatan bagi
keluarga.23 2. Kelainan otak
Dalam masyarakat modern kebutuhan Hasil analisis multivariat menunjukan
makin meningkat dan persaingan makin bahwa variabel kelainan otak tidak terbukti
meningkat dan makin ketat untuk sebagai faktor risiko kejadian skizofrenia
meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi usia < 25 tahun di kecamatan Kepil
modern. Memacu orang untuk bekerja lebih kabupaten Wonosobo. Presentase responden
keras agar dapat memilikinya. Jumlah orang pada kelompok kasus yang ada kelainan otak
yang ingin bekerja lebih besar dari yaitu sebesar 3,6% lebih banyak
kebutuhan sehingga pengangguran dibandingkan pada kelompok kontrol
meningkat, demikian pula urbanisasi sebesar 1,8%. Hasil penelitian ini sejalan
meningkat, mengakibatkan upah menjadi dengan penelitian yang dilakukan oleh
rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, Utomo (2013) yang menyatakan bahwa
perumahan yang buruk, waktu istirahat dan kerusakan neurotransmitter atau kerusakan
berkumpul dengan keluarga sangat terbatas otak tidak banyak berperan terhadap
28
dan sebagainya merupakan sebagian hal kejadian skizofrenia.
yang mengakibatkan perkembangan
7
kepribadian yang abnormal. 3. Penyakit dan cedera tubuh
Data dilapangan menunjukan Hasil analisis multivariat menunjukan
perbandingan penderita skizofrenia usia < 25 bahwa variabel penyakit dan cedera tubuh
tahun dengan ekonomi rendah lebih banyak tidak terbukti sebagai faktor risiko kejadian
terjadi pada kelompok kasus daripada skizofrenia usia < 25 tahun di kecamatan
kelompok kontrol. Untuk meningkatkan Kepil kabupaten Wonosobo. Presentase
ekonomi masyarakat perlu diciptakan responden pada kelompok kasus yang
lapangan kerja yang mampu menyerap menderita penyakit dan cedera tubuh yaitu
tenaga kerja sehingga pengangguran sebesar 1,8% sama dengan pada kelompok
penyebab kemiskinan bisa berkurang, kontrol sebesar 1,8%.
melakukan pelatihan kerja bagi orang yang Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
kurang mampu sehingga memiliki bekal penelitian yang dilakukan oleh Besral (2013)
yang cukup untuk maju didunia usaha, yang menyatakan bahwa ada hubungan
memberikan subsidi bagi orang yang kurang penyakit kronis dengan kejadian gangguan
mampu seperti pengobatan gratis, bantuan metal emosional, semakin banyak jumlah
langsung tunai, menarik minat penyakit kronis yang diderita oleh responden
pengangguran dengan menaikkan upah akan semakin besar risikonya untuk
minimum sehingga mereka berhasrat untuk menderita gangguan mental emosional.
bekerja. Responden yang menderita 1 penyakit kronis
11. Badan Penelitian dan Pengembangan nia pada Pasien Rawat Jalan di Rumah
Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Sakit Jiwa Prof.HB Saanin Padang Su-
Dasar (RISKESDAS) Propinsi Jawa matera Barat : Berita Kedoteran Masya-
Tengah. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa rakat;26.pp. 2.
Tengah. Semarang 23. Mallet, R.,Leff, J.,Bhugra, D.,Pang, D.,
12. Badan Penelitian dan Pengembangan Zhao Jing, H. 2002. Social Environ-
kesehatan. Riset Kesehatan Dasar ment, Ethnicity and Schizophrenia.
(RISKESDAS)Propinsi Jawa Tengah. Social P s y c h i a t r y S e c t i o n . I n s t i t
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. u t e o f Psychiatry. De Crepigny Park.
Semarang. London, SES 8AF, UK.
13. Sumber Data Puskesmas Kepil 24. Cepi Hidayat, Reini Astuti, Wulan
1.2016. J u m l a h P e n d e r i t a S k i z o f Novika Ambarsari. 2013. Hubungan
rena di Puskesmas Kepil 1. Masalah Psikososial dengan Kejadian
14. Sumber Data Puskesmas Kepil 2. Skizofrenia. Jurnal Kesehatan Budi
2016. J u mlah P en d er ita Sk izo f r en Luhur Cimahi;8(3).
ia di Puskesmas Kepil 2. 25. Gilang purnama, Desy Indra Yani, Titin
15. Jeste, D.V. & Mueser, K.T. 2008. Sutini. 2016. Gambaran Stigma Ma-
Clinical Handbook of Schizophrenia. syarakat Terhadap Klien Gangguan
New York: Guilford Press. Jiwa. Jurnal Pendidikan Keperawatan
16. Handayani, L, Febriani Rahmadani.A., Indonesia;2(1.).
Saufi.A. 2015. Faktor Risiko Kejadian 26. Sumarmi DW, Maulina. 2006. Peng-
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Gr- aruh Stressor Psikososial Terhadap
hasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Depresi dan Gangguan Kesehatan Re-
Jurnal Humanitas;3:(2). produksi Guru Perempuan di Sek-
17. A m i r u d i n . 2010. Analisis Faktor olah Dasar Negeri. Jurnal kesehatan.
yang Berhubungan dengan Ke jadian Yogyakarta: Berita Kedokteran Ma-
Gangguan Jiwa Skizofrenia di Rumah syarakat;22(3).
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. 27. Utomo.T.L. 2013. Hubungan Antara
Makassar: Program Pascasarjana Uni- Faktor Somatik, Psikososial, dan Sosio
Kultur d e n g a n K e j a d i a n S k i z o f r e
versitas Hasanudin.
18. nia di Instalasi Rawat Jalan RSJD Su-
rakarta. Surakarta: Universitas Mu-
hammadiyah Surakarta.
Setiyow ati. Y. 2012. Hubungan F ak Hasmila Sari, Wildan Sirna. 2015.
to r Riwaya t Keluarga dan St resor Psi- 28.
Faktor Predisposisi Penderita Skizofre-
kososial Dengan Kej adi an Skizofrenia nia. Idea Nursing Journa . l:VI(2).
19.
di Kabupaten Kebumen. Yogyakarta: 29. Fajar Rinawati, Moh Alimansur.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah 2016. Analisis Faktor-Faktor
Mada. Penyebab Gangguan Jiwa Meng-
20. Arif, I.S. 2006. Skizofrenia Mema- gunaan Pendekatan Model Adaptasi
hami Dinamika Keluarga Pasien. Stress Stuart. Jurnal Ilmu Kesehatan;
Bandung : Refika aditama. 5(1).
21. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kese- 30. Jean, PS., dan Canto, E. 2005. Social
hatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Defeat: Risk Factor of Schizophrenia.
Rineka Cipta. British Journal of Psychiatry; 187.
Muhammad Fadli. 2015. Hubungan pp.101-102.
22. Tipe Kepribadian Dengan Kejadian Ga- 31. Giri Widakdo, Besral. 2013. Efek
ngguan Jiwa pada Keluarga. Yogyakar- Penyakit Kronis Terhadap Gangguan
ta : Stikes Aisyiah. Mental Emosional . Jurnal Kesehatan
Erlina, Soewadi, Pramono.D. 2010. De- Masyarakat Nasional;7(7).
terminan Terhadap Timbulnya Skizofre-
32. Read J, Van Os J, Morrison AP, Ross 33. Sundquist K, F.G. 2004. Urbanisa-
CA. 2005. Childhood Trauma, Psycho- tion and Incidence of Psychosis and
sis And Schizophrenia: A Literature Depression: Follow-up Study of 4.4
Review Wi t h Theoretical and Clinical million Women and Men in Sweden.
Implications. Acta Psychiatry Scandi- Br J Psychiatry;184.pp.293-298.
navica;112:pp.330-350.