Professional Documents
Culture Documents
1 PB
1 PB
ABSTRACT
This research arises because of a musical phenomenon in which there is adaptation
as a form of healing efforts to patients with schizophrenic psychiatric disorders.
Schizophrenia is a severe mental disorder that attacks the majority of people in Indonesia.
This becomes a critical problem, because it has implications for the balance of human
life in undergoing its activities. The types of schizophrenia patients in music therapy
include; paranoid schizophrenia, hebrefenic schizophrenia, residual schizophrenia, and
unspecified schizophrenia.
In dissecting the issue of experimenting with the therapeutic music method, applying the
workings of qualitative research to the descriptive analytic method. Ethnomusicology
approaches and perspectives are used to dissect the musical contextual aspects. Allan
P Merriam’s views on the function of music in society.
Ethnomusicology approach is a multidisciplinary study in the sense that not only one
theory is used to dissect the problem. However, ethnomusiokology provides space for
other disciplines to deepen the studies conducted in a study. Ethnomusicologists are
used practically through music-centered interventions in a particular community, the
purpose of which is to benefit the community.
The results of the analysis found that dangdut music therapy is able to normalize
the emotional nerve performance of schizophrenic patients. Tempo 65-75 bpm is
noted to stabilize the emotions of schizophrenia patients with these four types.
ABSTRAK
Penelitian ini muncul karena adanya sebuah fenomena musik yang di dalamnya
terdapat adaptasi sebagai sebuah bentuk upaya penyembuhan kepada penderita
gangguan kejiwaan skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang
menyerang mayoritas masyarakat di Indonesia. Hal ini menjadi masalah yang kritis,
karena berimplikasi bagi keseimbangan hidup manusia dalam menjalani aktivitasnya.
Adapun tipe-tipe pasien skizofrenia dalam terapi musik antara lain; skizofrenia
paranoid, skizofrenia hebrefenik, skizofrenia residual, dan skizofrenia takterinci.
Dalam membedah persoalan tentang eksperimentasi metode musik terapi tersebut,
menerapkan cara kerja penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik.
Pendekatan dan perspektif etnomusikologi digunakan untuk membedah aspek
83
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
84
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
85
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
Hal ini terbukti dari setiap lirik yang Selanjutnya diproses pada sistem limbik
tertuang dalam lagu-lagu dangdut. atau yang disebut dengan otak mamalia1.
Seolah mendeskripsikan yang dialami Selain menangani memori jangka panjang,
oleh masyarakat Indonesia. Pola ritme, sistem limbik juga menangani respons
frekuensi, dan tempo yang hanya dimiliki terhadap musik dan emosi. Hal ini yang
pada musik dangdut, telah melekat di menjadi penting bagi pasien skizofrenia,
dalam memori dan jiwa pasien skizofrenia yang kondisi auditori, sensori, dan memori
(Alfionita 2019, 1-198). mengalami masalah. Maka dari itu,
Menurut Djohan, respons emosi penentuan materi terapi musik harus
musikal adalah masalah yang akan selalu lagu-lagu yang berlirik dan lirik yang dapat
menyertai proses terapi musik. Memahami diterima oleh pasien skizofrenia, mungkin
emosi yang muncul karena mendengarkan berdasarkan kebiasaannya mendengarkan
musik, sedikit banyak akan menjelaskan musik tersebut (Herdhaetha, Wawancara
mengapa seseorang atau sekelompok orang 2 Februari 2019).
menyukai musik tersebut, latar belakang Musik dangdut termasuk dalam
yang mendorong munculnya emosi karena salah satu kategori musik pop. Pada
mendengarkan lagu tertentu, atau musik umumnya musik jenis pop adalah musik
seperti apa yang membuat seseorang yang easy listening. (Nugraha dalam
merasa lebih nyaman. Bila dikaitkan Didik 2008, 18). Memahami bahwa
dengan terapi musik yang ada, maka salah sifat dari musik pop sebagian besar
satu inti perlakuan musik terhadap klien dalam lirik-liriknya, mudah dicerna,
adalah pada respons emosinya. Artinya jadi tidak memerlukan interpretasi yang
respons yang diberikan akan menunjukkan mendalam. Pesan yang terkandung
seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan dalam lirik lagu-lagu dangdut adalah
dan seberapa besar makna dari perubahan seputar problem sehari-hari, yang sering
yang terjadi (Djohan, 2006, 62). dialami oleh masyarakat Indonesia. Gaya
bahasa yang tertuang dalam lirik lagu
1. Lirik dangdut, cenderung tidak hiperbolis
Dalam terapi musik dangdut, sebagaimana lagu-lagu jenis pop yang
lirik lagu disebut berkontribusi pada lain. Sifat-sifat tersebut terdapat dalam
kemajuan psikologi pasien. Menurut musik dangdut, sehingga dapat diterima
Nettl dalam Djohan (Djohan Salim, pasien skizofrenia. Hal ini juga menjadi
2005, 63-75) lirik bertugas mengontrol dasar terkuat pemilihan materi terapi
area sistem saraf auditori, sensori, musik (Alfionita, 2019, 1-198).
dan memori. Keberhasilan lirik lagu
mempengaruhi kestabilan gelombang a. Genre Dangdut Dalam Terapi
otak pasien skizofrenia. Dangdut memiliki karakteristik
Proses pasien skizofrenia mencerna yang berbeda dari jenis musik yang
lirik dalam materi-materi terapi musik
adalah pada bagian Pre frontal (otak kiri). 1
Sistem otak yang menangani memori jangka
panjang.
86
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
lain. Dangdut memiliki kekuatan karena itu, lagu tersebut berhasil menstimulasi
dianggap dominan mampu menstabilkan kestabilan emosi pasien skizofrenia di
emosi pasien skizofrenia dibandingkan RSJD Surakarta. Kekuatan musik terapi
dengan jenis musik lain seperti rock, terletak pada jenis lagu yang disajikan
jazz, keroncong, campursari. Perbedaan sebagai materi, antara lain (1) Musik pop
tersebut didasari dari beberapa urutan berjudul Kemarin (Irvan Seventeen). (2)
lagu-lagu yang pernah diterapkan dalam Dangdut reggae berjudul Sayang Wawes
terapi, tampak bahwa dangdut yang (Antonius Obama. (3) Dangdut koplo
lebih dikenal dan familier bagi mayoritas yang berjudul Suket Teki (Didi Kempot).
pasien skizofrenia. Sekalipun jenis lagu- (4) Dangdut koplo klasik Tak Berdaya
lagu dari musik jazz, rock, keroncong, (Rhoma Irama). (5) Dangdut koplo andante
dan campursari dianggap familier bagi Oplosan (Nurbayan). Dari beberapa materi
mayoritas masyarakat Indonesia, hal ini lagu tersebut, yang dikatakan berhasil
ternyata belum mampu menjangkau lagu menstabilkan emosi pasien skizofrenia
tersebut dekat dengan pasien skizofrenia. adalah dangdut koplo klasik (Rhoma
Sebab, familier tersebut didasarkan pada Irama) dan lagu dangdut koplo andante
kebiasaan dan kegemaran dari pasien (Nurbayan) (Alfionita, 2019, 1-198).
skizofrenia yang bersifat personal.
Sebagaimana pernyataan tersebut, b. Tema Lagu
terbukti dari hasil penelitian yang telah Secara umum, lirik-lirik dari lagu
dilakukan sebelumnya di tahun 2014 dangdut yang diimplementasikan dalam
tentang genre dalam terapi musik untuk terapi bercerita tentang permasalahan
pasien skizofrenia. Yang membuktikan sehari-hari masyarakat Indonesia.
bahwa dari sekian jenis musik dan Penggunaan bahasa lokal dan bahasa
lagu-lagu tergolong populer di antaranya yang memang digunakan dalam sehari-
adalah (1) lagu pop Cinta Ini Membunuhku hari (tidak hiperbolis). Jadi wajar ketika
(D Masive), lagu pop Nakal (Gigi), (2) mayoritas pasien skizofrenia dapat
campursari Sewu Kutho, (3) dangdut menyerap materi terapi dengan mudah.
koplo Oplosan (Nurbayan), Wakuncar Hal ini disebabkan faktor kedekatan
(Camelia Malik). Ternyata lagu Oplosan dari lirik-lirik tersebut dalam kehidupan
dan lagu yang berjudul Wakuncar yang pasien.
berhasil menstabilkan emosi pasien Faktor kedekatan lirik musik dangdut
skizofrenia. Dan kedua lagu tersebut kepada pasien skizofrenia disebabkan
merupakan lagu dalam kategori dangdut karena musik dangdut adalah musik
koplo (Alfionita 2016, 68-83). yang digemari dan didengar setiap saat
Kekuatan dari jenis lagu dangdut dan berulang-ulang. Jadi hal ini seolah
diperkuat kembali dengan adanya hasil menjadi auto familier ketika lagu tersebut
riset di tahun 2017 yang menyatakan didengar di lain waktu. Berdasarkan
bahwa lagu-lagu dangdut memang sifat khas dari tema dangdut menurut
familier bagi pasien skizofrenia. Karena pandangan Wrahatnala (Wrahatnala,
87
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
88
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
89
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
sebagai petani. Lagu tersebut sampai terhanyut karena isi lirik, atau menikmati
saat ini memang populer di kalangan karena mengingat peristiwanya yang
masyarakat pedesaan maupun menyenangkan atau menyedihkan pada
masyarakat perkotaan. Sebagian pasien saat lagu tersebut pertama kali didengar
skizofrenia di RSJD Surakarta memang (Alfionita, 2019, 1-198).
berasal dari pedesaan dan tidak sedikit Ketiga lagu tersebut di atas,
pasien skizofrenia di RSJD Surakarta merupakan lagu yang dikatakan memiliki
memiliki problem keluarga seperti kekuatan dalam terapi, sedangkan
masalah perekonomian yang membuat lagu pop yang tergolong familier atau
tekanan pada kondisi kejiwaannya musik klasik yang menenangkan ketika
semakin besar (Alfionita, 2019, 1-198). diberikan kepada pasien skizofrenia,
ternyata tidak membantu menormalkan
3) Tak Berdaya (Roma Irama) gelombang otak. Familiaritas musik
Sudah kehendak takdir kita berdua dalam hal ini adalah sebagaimana musik
Berjumpa dan bercinta berpisah pula
tersebut dekat dengan pasien skizofrenia
Ayah ibumu sayang telah memilih
Pada jodoh yang lain, ku tak berdaya secara personal. Bahkan ketika lagu
Ku tak berdaya tersebut didengarnya pertama kali
Maafkan aku kasih bukan aku tak (Alfionita, 2019, 1-198).
sudi
Ketiga lagu seperti Oplosan, Suket
Menerima cintamu setulus hati
Asal engkau bahagia rela ku Teki, dan Tak Berdaya memiliki sejarah
melepasmu emosional yang kuat bagi pasien
Turutilah kehendak orang tuamu skizofrenia. Lagu-lagu tersebut tergolong
Selamat berpisah sayang ku iring
dalam jenis musik dangdut yang memiliki
doa
Semoga kau bahagia sepanjang unsur kekuatan salah satunya pada lirik,
masa kekuatan ini tidak dimiliki oleh lagu-lagu
pada jenis musik yang lain. Sebab, hanya
Lagu dangdut klasik Rhoma Irama pada lagu dangdut yang menampilkan
yang berjudul Tak Berdaya ini pun juga sifat lugas, bahasa yang sederhana,
bertema tentang putus cinta. Di mana bahkan bahasa sehari-hari. Tema yang
problem tersebut sering dialami dalam diangkat merupakan problem sehari-
kehidupan sehari-hari. Lirik tersebut hari yang dialami oleh masyarakat.
mengisahkan dengan rinci bagaimana Seperti problem ekonomi, pesan religius,
kehidupan percintaan masyarakat percintaan, dan putus cinta. Kekuatan
Indonesia pada umumnya. Yaitu putus penyampaian lirik dengan bahasa
cinta karena dijodohkan. Secara personal, yang sederhana dan lugas menjadikan
pasien tentunya memiliki masa lalu musik dangdut mudah diterima. Hal
seperti putus cinta karena dijodohkan yang menjadi penting dalam ini adalah
oleh orang tua, sehingga ketika lagu kekuatan itu yang membantu dalam
tersebut diperdengarkan kembali langsung proses pemulihan penderita gangguan
menerima, entah dengan respons jiwa skizofrenia (Alfionita, 2019, 1-198).
90
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
umum musik pop merupakan jenis musik yang menghubungkan telinga tengah dengan
yang memiliki puncak spektrum paling telinga dalam.
Coclhea bagian telinga berbentuk siput yang
5
sedikit dibandingkan dengan musik yang merupakan struktur berbentuk spiral berukuran
sebesar kacang polong yang berada di bagian
Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran
3
dalam telinga. Coclhea berfungsi untuk mengubah
per detik atau Hertz (Hz), atau jumlah dari bunyi dari getaran mekanis menjadi sinyal yang di
gelombang-gelombang suara yang sampai di kirim ke otak melalui saraf auditori. Sel tersebut
telinga setiap detiknya. tersusun sesuai nada atau bunyi.
91
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
unsur-unsur dari materi musik seperti (Nettle dalam Djohan Salim 2005, 63-75).
frekuensi, kenyaringan bunyi, diproses
melalui otak bagian kiri (Alfionita, 2019, Upaya Penyembuhan Melalui Proses
1-198). Eksperimentasi Metode Musik Terapi
Jadi range frekuensi pada lagu Metode penyembuhan untuk pasien
dangdut merupakan frekuensi standar skizofrenia, dengan melalui farmaka dan
dalam satuan Hz yaitu 125 Hz. Sebab, non farmaka. Keduanya menjadi bagian
frekuensi ini hanya terdapat pada lagu- prosedur yang harus dilalui oleh setiap
lagu populer dan tidak terdapat pada pasien skzofrenia. Penyembuhan dengan
genre musik lain. Karena dangdut masih metode farmaka adalah hal yang penting
tergolong dalam musik populer, maka dari dan untuk menjadi bagian yang utuh,
itu low frequency masih terdapat dalam diperlukan penyembuhan non farmaka
satuan elemennya. Hal ini menentukan yaitu terapi musik.
secara penuh alasan mendasar musik Tahapan dalam metode
dangdut memiliki kekuatan (Alfionita, eksperimentasi musik terapi yang
2019, 1-198). dilakukan oleh tim okupasi terapi pasien
Dapat dibayangkan jika terapi musik skizofrenia di RSJD Surakarta, meliputi;
diberikan dengan prosedur yang tidak (1) pemilihan model atau tipe pasien
tepat, salah satunya dalam penentuan skizoprenia, dan (2) langkah okupasi
frekuensi. Tingkat kenyaringan yang terapi khusus terhadap masing-masing
berlebihan atau terlalu rendah, dapat tipe pasien, termasuk di dalamnya
menyebabkan gangguan fisiologis, 6 terdapat pemilihan atau penentuan
psikologis,7 pada penderita skizofrenia materi musik terapi berdasarkan tipe
(Herdhaeta, wawancara 2 Februari 2019). pasien (Alfionita 2018, 1-185).
92
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
skizofrenia residual dengan beberapa sedang, dan paling tinggi. Parameter yang
tipe gejala skizofrenia dari berbagai digunakan untuk mendeteksi tingkat
bangsal berdasarkan jenis kelamin emosi yaitu dengan menggunakan
seperti Bangsal Arjuna, Nakula, Sadewa, pengukuran gelombang otak dengan alat
Gatotkaca, Baladewa, dan Bangsal Electro Encephalografi (EEG)
Srikandi. Selanjutnya pada penelitian Langkah pertama yang dilakukan
yang dilakukan dipilih dua pasien oleh pihak tim okupasi RSJD Surakarta
skizofrenia residual dan dua pasien tersebut, dapat dikatakan melakukan
skizofrenia paranoid yaitu dari Bangsal pengelompokan terhadap pasien sesuai
Arjuna dan dari Bangsal Srikandi. Model dengan tipe skizofrenia yang dialami,
pertama yaitu pasien dari tipe paranoid sesuai dengan bangsal-bangsal yang
antara lain, 1) pasien inisial Prb, jenis telah disediakan di RSJD Surakarta.
kelamin laki-laki, berusia 27 tahun, Hal ini bertujuan untuk memudahkan
menggemari musik rock. 2) Pasien proses okupasi dan penanganan terapi
berinisial Skd, jenis kelamin laki-laki terhadap mereka.
berusia 27 tahun menggemari musik
dangdut. Tipe kedua yaitu pasien tipe 2. Langkah Terapi Musik
Residual di antaranya adalah, 1) pasien Pemaparan langkah okupasi terapi
berinisial9 Sfk, jenis kelamin laki-laki yang dilakukan oleh tim RSJD Surakarta
berusia 23 tahun yang menggemari sebagaimana diamati oleh penulis,
musik punk rock, 2) pasien berinisial dapat dikelompokkan menjadi dua tipe
Lrs, jenis kelamin perempuan berusia berdasarkan kategori pasien. Pertama,
23 tahun menggemari musik punk rock. untuk pasien skizofrenia paranoid dan
Pasien pada kategori skizofrenia yang kedua untuk pasien skizofrenia
residual antara lain adalah, 1) Pasien residual. Untuk okupasi terapi pasien
berinisial Prb jenis kelamin laki-laki skizofrenia paranoid, telah ditentukan
berusia 27 tahun yang menggemari musik dua model pasien yang diterapi, demikian
Rock, 2) Lrs jenis kelamin perempuan halnya dengan pasien skizofrenia residual.
berusia 23 tahun yang menggemari Berikut ini akan disajikan berdasarkan
musik pop. Pemilihan tipe gejala dan tabulasi yang telah disusun oleh penulis
model pasien ini berdasarkan pada sesuai dengan langkah-langkah okupasi
pertimbangan gejala yang telah mewakili yang dilakukan di RSJD Surakarta dalam
gejala skizofrenia dari pasien yang lain. kurun waktu 2014-2016.
Tipe-tipe berikut ini pula yang berhasil
diamati memiliki tingkat emosi yang a. Okupasi Terapi untuk Tipe Pasien
beragam mulai dari tingkat emosi rendah, Skizofrenia Paranoid
Okupasi terapi ini dilakukan
Semua nama pasien disebutkan dengan inisial,
9
kepada dua orang pasien yakni Prb
tujuannya untuk menjaga privasi pasien dan
menjunjung tinggi etika penelitian. Penyebutan (27) dan Skd (27) sebanyak 12 kali dan
inisial ini sudah mendapatkan persetujuan dari dilaksanakan satu kali dalam seminggu.
pihak RSJD Surakarta.
93
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
Pertimbangan 12 kali ini merupakan belum stabil, tetapi Prb mulai melakukan
standar yang ditetapkan oleh tim okupasi adaptasi dengan lingkungan sekitar.
terapi sebagai bentuk terapi awal proses Pada minggu ke-4, kembali distimulasi
penyembuhan pasien skizoprenia baik dengan lagu bertempo 150 bpm, kondisi
itu paranoid maupun residual. Ketika emosi kembali tidak stabil dan cenderung
okupasi sebanyak 12 kali ini, pasien tidak mau untuk beradaptasi. Baru pada
menunjukkan progresivitas baik, akan minggu ke-7, setelah distimulasi ulang
dikembalikan ke rumah dan menjalani dengan lagu bertempo 66 bpm, kondisi
proses rawat jalan. Namun apabila emosi semakin stabil dan kemampuan
setelah 12 kali okupasi kondisi pasien beradaptasi semakin tampak. Pada
tidak banyak berubah, tim okupasi terapi minggu ke-8 sampai minggu ke-12,
akan melakukan terapi lanjutan. kondisi emosi semakin stabil dan
Bentuk okupasi pertama yang kemampuan interaksi serta adaptasi
akan disajikan adalah langkah okupasi semakin baik, dengan stimulasi lagu
terhadap pasien Prb (27), yang beralamat bertempo 66-70 bpm. Jadi pasien Prb
di Sragen. Pasien ini telah dirawat di mengalami kondisi emosi stabil pada
RSJD Surakarta selama tiga bulan tahun minggu ke-12 dengan stimulasi jenis lagu
2016. Prb mulai didiagnosis menderita dangdut dengan tempo 70 bpm.
skizofrenia dengan tipe paranoid sejak Model okupasi kedua untuk pasien
tahun 2014 dikarenakan musibah dengan tipe skizofrenia paranoid pada
penipuan yang dialaminya, serta musibah Skd (27) yang beralamat di Sukoharjo
korban PHK (pemutusan hubungan Pasien in telah dirawat di RSJD
kerja) dari tempat bekerja selama di Surakarta selama tiga bulan. Skd mulai
Jakarta. Selain itu Prb sebelumnya sudah didiagnosis menderita skizofrenia dengan
memiliki riwayat skizofrenia dari keluarga tipe paranoid sejak tahun 2014. Dan
ibu kandungnya. Jadi sudah memiliki dikarenakan faktor lingkungan, biologi,
peluang untuk terserang gangguan dan psikologi. Hal tersebut disebabkan
skizofrenia saat kondisi psikologisnya karena kasus penipuan sejumlah uang
sedang mengalami gangguan. hasil kerja kerasnya yang dibawa lari oleh
Pasien Prb, dengan latar belakang kekasih yang hendak dinikahinya.
menggemari musik jenis rock, mulai Pasien Skd, dengan latar belakang
mampu beradaptasi dan mengontrol menggemari musik jenis dangdut, mulai
emosi pada okupasi minggu ke-7. Pada mampu beradaptasi dan mengontrol
okupasi tersebut, ia mendapatkan emosi pada okupasi minggu ke-10.
stimulasi lagu dangdut dengan tempo 66 Pada okupasi tersebut, ia mendapatkan
bpm. Sebelumnya, pada okupasi minggu stimulasi lagu dangdut dengan tempo 66
ke-3, pasien Prb mengalami kondisi yang bpm. Sebelumnya, pada okupasi minggu
berbeda dari dua minggu sebelumnya. ke-3, pasien Prb mengalami kondisi yang
Pasca distimulus dengan lagu bertempo berbeda dari dua minggu sebelumnya.
66 bpm, kondisi emosi memang masih Pasca distimulus dengan lagu bertempo
94
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
Tabel 1. Pasien Prb jenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun penderita skizofrenia Paranoid
dari Bangsal Arjuna menggemari musik jenis rock.
Okupasi Pra Kondisi Langkah Okupasi Durasi Kondisi Pasca Okupasi
1 Mudah murung, tertawa, Stimulasi lagu 3 menit 5 Emosi tidak kontrol seperti
menangis, ketidak Cinta ini detik tertawa tanpa sebab,
mampuan beradaptasi, Membunuhku menangis, marah, murung
tidak mampuan merawat Jenis musik : dan menyendiri.
diri, tatapan mata kosong. pop
Tempo : 160 bpm
(Beat per minutes)
2 Emosi tidak kontrol Stimulasi lagu Nakal 3 menit 4 Emosi tidak kontrol, sering
seperti tertawa tanpa Jenis Musik : Pop detik tertawa dan menyendiri.
sebab, menangis, marah, Rock
murung dan menyendiri. Tempo:164 bpm
3 Emosi tidak kontrol, 3 menit Emosi kurang stabil,
sering tertawa dan Jenis Musik : 10 detik dapat beradaptasi dengan
menyendiri. Dangdut lingkungan sekitar
Tempo : 66 bpm
4 Emosi kurang stabil, Stimulasi lagu Sewu 3 menit Emosi tidak stabil, autis,
dapat beradaptasi Kutho 20 detik menyendiri.
dengan lingkungan sekitar Jenis Musik :
Campursari
Tempo: 150
bpm
5 Emosi tidak stabil, autis, Stimulasi lagu Cinta 3 menit 5 Emosi tidak stabil, tidak
menyendiri. ini detik mampu beradaptasi, sikap
membunuhku autis, menyendiri, murung,
Jenis musik Pop mudah tertawa, menangis.
Tempo :120 bpm
6 Emosi tidak stabil, tidak Stimulasi lagu: 3 menit 4 Menarik diri dari
mampu beradaptasi, sikap Nakal detik lingkungan sosial, sikap
autis, menyendiri, Jenis musik autis, emosi tidak stabil.
Pop Rock
murung, mudah tertawa, Tempo: 164 bpm
menangis.
7 Menarik diri dari Stimulasi Lagu 3 menit Mulai mampu beradaptasi
lingkungan sosial, sikap Oplosan 10 detik dengan lingkungan, emosi
autis, emosi tidak stabil. Jenis musik mulai terkontrol,
Dangdut mampu berkomunikasi.
Tempo: 66 bpm
8 Mulai mampu beradaptasi Stimulasi lagu 3 menit Mampu berinteraksi,
dengan lingkungan, emosi Oplosan 10 detik beradaptasi, masih
mulai terkontrol, Jenis musik sering melamun, mampu
mampu berkomunikasi. Dangdut berkomunikasi
Tempo: 66 bpm
9 Mampu Stimulasi lagu 3 menit Mampu berinteraksi,
berinteraksi, beradaptasi, Sakitnya tuh di sini beradaptasi, berkomunikasi,
masih Jenis Musik emosi mulai terkontrol, alur
sering melamun, mampu Dangdut bicara sering tidak teratur.
berkomunikasi
10 Mampu Stimulasi lagu 3 menit Mampu
berinteraksi, beradaptasi, Oplosan 10 detik berinteraksi, beradaptasi,
berkomunikasi, Jenis musik dangdut berkomunikasi, Emosi
Tempo 66 bpm mulai terkontrol.
bersambung ke halaman 96
95
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
Tabel 2. Pasien Skd usia 27 tahun penderita skizofrenia paranoid dari Bangsal Arjuna
menggemari musik dangdut.
Okupasi Pra Kondisi Langkah Okupasi Durasi Kondisi Pasca Okupasi
1 Tatapan mata kosong, Stimulasi lagu 3 menit 5 Tatapan mata kosong,
murung, berbicara sendiri, Cinta ini detik murung, berbicara sendiri,
mondar-mandir, tertawa Membunuhku mondar-mandir, tertawa
sendiri, melakukan Jenis musik : sendiri, melakukan tindakan
tindakan spontan yang pop spontan yang tidak masuk
tidak masuk akal. akal, tiba-tiba menangis.
2 Tatapan mata kosong, Stimulasi lagu 3 menit 4 Hiperaktif, emosi tidak
murung, berbicara sendiri, Nakal detik stabil, sudah mampu
mondar-mandir, tertawa Jenis Musik : Pop beradaptasi, bicara tidak
sendiri, melakukan Rock koheren, membicarakan
tindakan spontan yang Tempo:164 bpm topik yang tidak masuk akal,
tidak masuk akal, tiba- melakukan tindakan di luar
tiba menangis. nalar.
3 Hiperaktif, emosi tidak Stimulasi lagu 3 menit 10 Tatapan mata kosong,
stabil, sudah mampu Oplosan detik Mampu beradaptasi,
beradaptasi, bicara tidak Jenis Musik : komunikasi kadang-kadang
Dangdut
Tempo : 66
koheren, membicarakan bpm mengarah pada topik yang
topik yang tidak masuk tidak masuk akal,
akal, melakukan tindakan
di luar nalar.
4 Tatapan mata kosong, Stimulasi lagu 3 menit Tatapan mata kosong,
Mampu beradaptasi, Sewu Kutho 20 detik menarik diri dari
komunikasi kadang- Jenis Musik : lingkungan, banyak diam,
kadang mengarah pada Campursari sering berbicara sendiri.
topik yang tidak masuk Tempo: 150
akal, bpm
5 Tatapan mata Stimulasi lagu 3 menit 5 Tatapan mata kosong,
kosong, menarik diri dari Cinta ini detik menarik diri dari
lingkungan, banyak diam, membunuhku lingkungan, tibatiba
sering berbicara sendiri. Jenis musik Pop menangis, berbicara sendiri,
memukul diri sendiri.
6 Tatapan mata kosong, Stimulasi lagu: 3 menit 4 Tertawa riang, aktif, tidak
menarik diri dari Nakal detik mampu beradaptasi, tatapan
lingkungan, tibatiba Jenis musik mata kosong.
menangis, berbicara Pop Rock
sendiri, memukul diri Tempo: 164 bpm
sendiri.
bersambung ke halaman 97
96
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
66 bpm, kondisi emosi memang masih pasien Prb mengalami kondisi emosi
belum stabil, tetapi Prb mulai melakukan stabil pada okupasi terapi pada minggu
adaptasi dengan lingkungan sekitar. ke 12 dengan stimulasi jenis musik
Pada minggu ke-4, kembali distimulasi dangdut pada tempo 66 bpm.
dengan lagu bertempo 150 bpm, kondisi
emosi kembali tidak stabil dan cenderung Okupasi Terapi untuk Tipe Pasien
tidak menarik diri dari lingkungan Skizofrenia Residual
sosial. Baru pada minggu ke-7, setelah Model okupasi ketiga untuk pasien
distimulasi ulang dengan lagu bertempo dengan tipe skizofrenia residual pada Lrs
66 bpm, kemajuan komunikasi membaik 23 tahun berjenis kelamin perempuan
dan kemampuan beradaptasi semakin yang beralamat di Bekasi Jakarta Pasien
tampak. Pada minggu ke-8 sampai ini telah dirawat di RSJD Surakarta
minggu ke-12, kondisi emosi semakin selama tiga bulan, Lrs mulai didiagnosis
stabil dan kemampuan interaksi serta menderita skizofrenia dengan tipe
adaptasi semakin baik, dengan stimulasi residual sejak tahun 2015. Lrs adalah
lagu bertempo 66-70 bpm. Jadi, pada pribadi yang tertutup, pendiam, jarang
97
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
Tabel 3. Pasien Lrs jenis kelamin perempuan usia 23 tahun menderita skizofrenia residual
dari bangsal Srikandi menggemari musik punk rock
Kondisi Pasca
Okupasi Pra Kondisi Langkah Okupasi Durasi
Okupasi
1 Murung, menyendiri, Stimulasi lagu 3 menit Murung, menyendiri, tidak
tidak mampu beradaptasi, Cinta ini 5 detik mampu beradaptasi, tidak
tidak mampu berinteraksi, Membunuhku mampu berinteraksi, lebih
lebih banyak diam. Jenis musik : Pop banyak diam.
Tempo : 160
2 Murung, menyendiri, Stimulasi lagu menit Murung, menyendiri, tidak
tidak mampu beradaptasi, Nakal detik mampu beradaptasi, tidak
tidak mampu berinteraksi, Jenis Musik : Pop mampu berinteraksi, lebih
lebih banyak diam. Rock banyak diam, menyendiri.
3 Murung, menyendiri, Stimulasi lagu 3 menit Murung, sudah mulai
tidak mampu beradaptasi, Oplosan 10 detik mampu beradaptasi, lebih
tidak mampu berinteraksi, Jenis Musik : banyak diam.
lebih banyak Dangdut
diam, menyendiri. Tempo : 66
4 Murung, sudah mulai mampu Stimulasi lagu Sewu 3 menit Murung, tidak mampu
beradaptasi, Kutho 20 detik beradaptasi, lebih banyak
lebih banyak diam. Jenis Musik : diam, tidak respon saat
Campursari diajak berkomunikasi.
Tempo: 150
5 Murung, tidak mampu Stimulasi lagu 3 menit Murung, emosi tidak
beradaptasi, lebih banyak Cinta ini 5 detik stabil, lebih banyak diam,
diam, tidak respon saat membunuhku menyendiri.
diajak berkomunikasi. Jenis musik Pop
Tempo :120
6 Murung, emosi tidak stabil, Stimulasi lagu: menit Murung, emosi tidak
lebih banyak Nakal Jenis musik detik stabil, banyak diam,
diam, menyendiri. Pop Rock menyendiri, tidak respon
Tempo: 164 saat diajak berkomunikasi.
7 Murung, emosi tidak stabil, menit Murung, emosi tidak stabil,
banyak diam, menyendiri, detik sudah mampu beradaptasi,
tidak respon saat diajak Banyak diam
berkomunikasi.
8 Murung, emosi tidak stabil, Stimulasi lagu 3 menit Tertawa riang, emosi tidak
sudah mampu Oplosan 4 detik stabil, sudah mampu
beradaptasi, Banyak diam Jenis musik beradaptasi, sudah mulai
Dangdut berkomunika si.
Tempo: 66
9 Tertawa riang, emosi tidak Stimulasi lagu 3 menit Muka ceria, mampu
stabil, sudah mampu beradaptasi, berinteraksi,
beradaptasi, Stimulasi lagu berkomunika si.
sudah mulai berkomunikasi. Sakitnya tuh
di sini
Jenis Musik :
Dangdut
Tempo: 70
10 Muka ceria, mampu Stimulasi lagu menit Emosi belum
Oplosan detik stabil,
beradaptasi, berinteraksi, Jenis musik : mampu beradaptasi,
berkomunikasi. Dangdut berkomunikasi, dan
Tempo: 66 berinteraksi, terkadang
hiperaktif.
bersambung ke halaman 99
98
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
bergaul saat di bangku sekolah, Lrs minggu ke-12 dengan stimulasi jenis
depresi karena putus cinta kegagalan musik dangdut dengan tempo 70 bpm.
dalam sebuah pernikahan. Model okupasi keempat untuk pasien
Pasien Lrs, dengan latar belakang dengan tipe skiofrenia residual pada Sfk
menggemari musik jenis punk rock, mulai (23) yang beralamat di Sukoharjo. Pasien
mampu beradaptasi dan mengontrol ini telah dirawat di RSJD Surakarta
emosi pada okupasi minggu ke-11. sejak periode tahun 2014-2016 dia telah
Pada okupasi tersebut, pasien tersebut menjalani rawat jalan dan rawat inap tiga
mendapatkan stimulasi lagu dangdut bulan terapi begitu seterusnya sampai
dengan tempo 66 bpm. Sebelumnya, kemajuan kondisi membaik. Sfk mulai
pada okupasi minggu ke-3, pasien didiagnosis menderita skizofrenia dengan
Lrs mengalami kondisi yang berbeda tipe residual sejak tahun 2014. Gejala
dari dua minggu sebelumnya. Pasca tersebut muncul dan mulai tampak pada
distimulus dengan lagu bertempo 66 usia remaja. Dan dikarenakan faktor
bpm, kondisi emosi memang masih lingkungan dan biologi (keturunan) dari
belum stabil, tetapi Lrs mulai melakukan saudara Ibu kandung yang memiliki
adaptasi dengan lingkungan sekitar. riwayat skizofrenia.
Pada minggu ke-4, kembali distimulasi Pasien Sfk, dengan latar belakang
dengan lagu bertempo 150 bpm, kondisi menggemari musik jenis punk rock,
emosi kembali tidak stabil dan cenderung mulai mampu berinteraksi pada okupasi
tidak menarik diri dari lingkungan minggu ke-11. Pada okupasi tersebut,
sosial. Baru pada minggu ke-7, setelah ia mendapatkan stimulasi lagu dangdut
distimulasi ulang dengan lagu bertempo dengan tempo 70 bpm. Sebelumnya,
66 bpm, kemajuan adaptasi membaik pada okupasi 10 minggu sebelumnya,
dan kemampuan beradaptasi semakin pasien Sfk mengalami kondisi yang
tampak. Pada minggu ke-8 sampai berbeda dari 11 minggu sebelumnya.
minggu ke-12, kondisi emosi semakin Pasca distimulus dengan lagu bertempo
stabil dan kemampuan interaksi serta 70 bpm pada minggu ke-11, kondisi
adaptasi semakin baik, dengan stimulasi emosi memang masih belum stabil, tetapi
lagu bertempo 66-70 bpm. Jadi pasien Sfk mulai melakukan interaksi dengan
Lrs mengalami kondisi emosi stabil pada lingkungan sekitar. Pada minggu ke-12
99
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
Tabel 4. Pasien Sfk laki-laki berusia 23 tahun menderita skizofrenia residual dari Bangsal
Nakula menggemari musik punk rock.
Okupasi Pra Kondisi Langkah Okupasi Durasi Kondisi Pasca Okupasi
1 Emosi tidak stabil, perilaku Stimulasi lagu 3 menit Emosi tidak stabil, perilaku
tidak kontrol (makan Cinta ini 5 detik tidak kontrol (makan daun-
daundaunan, pasir, batu), Membunuhku daunan, pasir, batu),
menyendiri, tidak mampu Jenis musik: pop menyendiri, tidak mampu
beradaptasi, sikap autis. Tempo : 160 beradaptasi, sikap autis,
2 Emosi tidak stabil, perilaku Stimulasi lagu 3 menit Emosi tidak stabil, perilaku
tidak kontrol (makan Nakal 4 detik tidak kontrol, menyendiri, tidak
daundaunan, pasir, batu), Jenis Musik : Pop mampu beradaptasi, sikap
menyendiri, tidak mampu Rock autis, hiperaktif.
beradaptasi, sikap autis,
3 Emosi tidak stabil, perilaku Stimulasi lagu 3 Emosi tidak stabil, perilaku
tidak kontrol, menyendiri, Oplosan menit autis, menyendiri.
tidak mampu beradaptasi, Jenis Musik : 10
sikap autis, hiperaktif. Dangdut detik
Tempo : 66
4 Emosi tidak stabil, perilaku Stimulasi lagu 3 Berbicara sendiri, tertawa
autis, menyendiri. Sewu Kutho menit sendiri, menangis, dan berteriak
Jenis Musik : 20 tanpa sebab.
Campursari detik
Tempo:150
5 Berbicara sendiri, tertawa Stimulasi lagu 3 menit Melamun, berbicara sendiri,
sendiri, menangis, dan Cinta ini 5 detik
berteriak tanpa sebab. membunuhku
Jenis musik Pop tertawa sendiri, menangis, dan
Tempo :120 berteriak tanpa sebab.
6 Melamun, berbicara sendiri, Stimulasi lagu: 3 menit Hiperaktif, mampu beradaptasi,
tertawa sendiri, menangis, Nakal Jenis musik 4 detik emosi tidak stabil berlebihan
dan berteriak tanpa sebab. Pop Rock
Tempo: 164
7 Hiperaktif, mampu Stimulasi 3 menit Emosi berlebihan tidak stabil,
beradaptasi, emosi tidak Lagu Oplosan 4 detik menertawakan orang lain,
stabil berlebihan Jenis musik menangis, menyendiri.
Dangdut
Tempo: 66
8 Emosi berlebihan tidak Jenis musik 3 menit Emosi berlebihan, tertawa
stabil, menertawakan orang Dangdut 4 detik terbahakbahak tanpa sebab,
lain, menangis, menyendiri. Tempo: 66 mondarmandir.
9 Emosi berlebihan, tertawa Stimulasi lagu 3 menit Emosi tidak stabil, menyendiri,
terbahak-bahak tanpa Stimulasi lagu mondarmandir, tertawa tanpa
sebab, mondarmandir. Sakitnya tuh sebab, menangis tanpa sebab.
di sini
Jenis Musik
Dangdut
Tempo: 70
10 Emosi tidak stabil, Stimulasi lagu 3 menit Emosi tidak stabil, mondar-
menyendiri, mondar- Oplosan 4 mandir, tertawa tanpa sebab,
mandir, tertawa tanpa Jenis musik detik menyendiri, melamun, tatapan
sebab, menangis tanpa Dangdut Tempo: mata kosong.
sebab, tatapan mata 66
kosong.
100
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
Sfk distimulus dengan lagu bertempo bawah 60 bpm dan pada musik ritme
66 bpm Sfk mengalami kemajuan pada sangat pelan, namun musik tersebut
tindakan adaptasi, namun dia belum memiliki peran untuk membantu
dapat dinyatakan sembuh karena mengistirahatkan pasien menjelang tidur
emosinya masih belum stabil dan belum (Tim medis, wawancara Oktober 2015).
ada kemajuan. Hal ini berkaitan karena gelombang
Menurut Kadi salah satu tim okupasi otak theta pada pasien skizofrenia tidak
RSJD Surakarta, Sfk harus mengikuti berfungsi secara maksimal, jadi pasien
tahap terapi okupasi lanjutan yaitu skizofrenia membutuhkan stimulus
dengan pengarahan khusus, perawatan musik yang bersifat menenangkan.
lebih intensif dari pihak medis serta Tim okupasi memilih jenis musik
mengikuti terapi okupasi pada tahap ke- dangdut karena dianggap ringan, dan
2, untuk memperoleh hasil yang berarti mampu mendorong respons gerak fisik
(maksimal), karena untuk pasien yang pada pasien skizofrenia, sehingga dengan
dalam kategori seperti Sfk membutuhkan hasil respons tersebut dapat membantu
proses pemulihan yang lebih lama, jadi menurunkan emosi. Di samping itu,
harus terus menerus dilakukan terapi musik dangdut menurut Muttaqin
kurang lebih selama tiga bulan, apabila merupakan jenis musik yang banyak
pada kurun waktu tersebut belum juga diminati oleh sebagian besar masyarakat
ada perkembangan itu artinya dari di berbagai kelas sosial karena teks
pasien sendiri memang tidak memiliki lagunya ringan dan mudah dinikmati,
motivasi yang kuat untuk membaik (2006:5).
kondisinya (Kadi Riyanto, wawancara 20 Tema dalam lagu dangdut
Juli 2016). Jadi pasien Sfk memerlukan merupakan bagian yang menjelaskan
terapi okupasi lanjutan untuk mencapai bagaimana musik dangdut tercipta dan
kondisi emosi yang stabil paling tidak berkembang (2015:2). Karena dangdut
terapi okupasi dalam kurun waktu tiga cukup memiliki kedekatan dengan
bulan. masyarakat Indonesia barangkali hal
RSJD Surakarta pernah melakukan ini yang menjadi salah satu faktor
terapi musik klasik dengan tempo di dominan mengapa pada saat musik
101
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
102
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
yang memiliki pengaruh besar bagi Interaksi tim okupasi terapi dengan tim
perkembangan emosi pasien skizofrenia. dokter.
103
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
104
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
105
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
inisial. Hal ini untuk menjaga identitas, karena adalah pasien rawat jalan bernama
merupakan ketentuan dari pihak RSJD Surakarta Sarjoko (44) tahun.
dan juga permintaan keluarga pasien.
106
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
Hasil dari rehabilitasi terapi dengan kebiasaan selera musik apa yang biasa
musik menunjukkan bahwa beberapa didengar oleh pasien atau yang pernah
kali diberikan lagu-lagu yang biasa memiliki pengalaman dengan pasien.
diterapkan di terapi (sesuai dengan Dengan demikian tim terapis akan
selera pasien) seperti oplosan, wakuncar, memberikan materi lagu-lagu yang
layang kangen, dan beberapa lagu yang membuat pasien merasa nyaman.
memang tidak familier seperti lagu Meskipun dalam proses eksperimen,
klasik, dan lagu barat. Bahkan tim materi-materi lagu yang tidak biasa akan
terapi, selain memainkan lagu-lagu tetap diberikan kepada pasien. Ternyata,
tersebut berdasarkan lagu aslinya, juga ketika materi musik yang tidak biasa
memperlakukan lagu-lagu tersebut yang bagi pasien, terus menerus diberikan
pop dimainkan dangdut, kemudian yang pada saat terapi, secara bertahap, pasien
pada mulanya dangdut diubah menjadi dapat merasakan kekuatan dari musik
pop. Tempo yang semula harus 60-85 yaitu memberikan rasa nyaman.
bpm akhirnya diubah menjadi 100 bpm. Berdasarkan hasil penelitian
Terapi musik tersebut dilakukan menggunakan gelombang EEG,
kurang lebih setengah dua jam kepada mendengarkan musik dangdut untuk
semua tipe pasien skizofrenia. Pada saat pasien skizofrenia efektif untuk
diberikan lagu dangdut dengan tema apa merangsang pre frontal osipital (otak
pun, entah lagu populer dan lagu yang bagian belakang) tepatnya pada amigdala
belum populer (tidak dikenal sama sekali), atau yang disebut sebagai sistem otak
ternyata mayoritas pasien merespons yang berkaitan dengan emosi. Pada saat
dengan aktif dalam pelaksanaan terapi, amigdala aktif karena mendengarkan
bahkan turut menyanyikan lagunya. musik, maka spontan amigdala akan
Barangkali untuk pasien yang sama memerintah saraf sympatis parasympatis.
sekali tidak familier dengan lagunya, Pengaruhnya, hormon-hormon stres
pasien cenderung memilih untuk akan menurun, sehingga konsentrasi
bergoyang. Meskipun untuk beberapa meningkat.
pasien skizofrenia paranoid, cenderung Pasien Sfk, dengan latar belakang
memerlukan tindakan terapi yang lebih menggemari musik jenis punk rock,
sulit dibandingkan golongan pasien mulai mampu berinteraksi pada okupasi
skizofrenia yang lainnya. Karena untuk minggu ke-11. Pada okupasi tersebut,
kategori skizofrenia paranoid yang ia mendapatkan stimulasi lagu dangdut
gelombang otaknya dinyatakan “tumpul, dengan tempo 70 bpm. Sebelumnya,
biasanya kurang dapat menerima materi pada okupasi 10 minggu sebelumnya,
terapi musik. Bukan berarti pasien pasien Sfk mengalami kondisi yang
skizofrenia paranoid tidak memiliki berbeda dari 11 minggu sebelumnya.
selera musik, atau tidak dapat diterapi Pasca distimulus dengan lagu bertempo
dengan musik. Berdasarkan catatan 70 bpm pada minggu ke-11, kondisi
historis pasien, akan tampak kebiasaan- emosi memang masih belum stabil, tetapi
107
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
108
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
109
Jurnal Kajian Seni, Vol. 05, No. 01, November 2018: 83-111
skizofrenia dalam kurun waktu terapi Didik, Ismadi. 2008. “‘Pengaruh Musik
12 kali dalam tiga bulan, sedangkan Populer Terhadap Minat Dan
untuk pasien yang mengalami kondisi Motivasi Siswa Kelas VII Terhadap
sulit untuk menerima terapi dengan Mata Pelajaran Seni Budaya Bidang
cepat dapat diberikan terapi okupasi Seni Musik Di SMP N 1 Wajak Tahun
lanjut. Selain menurunkan emosi pada Ajaran 2007/2008.’”
penderita skizofrenia, musik dengan Djohan. 2006. Terapi Musik :Terapi Dan
tempo 60-75 bpm mampu memberikan Aplikasi.
efek yang positif bagi perkembangan ———. 2011. “Perilaku Musikal Dan
sosial dan psikologis pasien seperti Kepribadian Kreatif.” In , 1–48.
menstabilkan emosi, melatih beradaptasi, Djohan Salim. 2005. “Respon Emosi
mengembalikan kepercayaan diri, Musikal Dalam Gamelan Jawa.”
mampu berkomunikasi, bersosialisasi, Jurnal Psikologia 1 (2): 63–75.
berinteraksi dan meningkatkan gairah Gabela, and Joko Sampurno. 2014.
untuk hidup di lingkungan masyarakat. “Analisis Fraktal Sinyal Berbagai
Tim okupasi melihat perilaku pasien Jenis Musik.” PRISMA FISIKA II (3):
dalam kesehariannya melalui terapi 67–72.
musik sebagai indikator kesiapan pasien Hauser, Arnold. n.d. 1982. The Sociology
dalam menghadapi lingkungan yang of Art. Terj.Kenneth J. Northcott.
sebenarnya (masyarakat). London: University of Chicago Press.
Herdhaetha. 2019. “No Title.” (Wawancara)
DAFTAR PUSTAKA Merriam, Alan P. 1964. The Study of Song
Alfionita, Elya, Nindy. 2019. “Familiaritas Text. The Antropology of Music.
Musik dalam Terapi Pasien Munir. 2019. “No Title.” (Wawancara)
Skizofrenia.” Pasero, C., dan McCaffery, M. 2007.
Alfionita, Elya. 2018. “Terapi Music for Orthopedic Post Operative Pain
Skizofrenia Disorder.” In, edited management.Journal of Peri
by Zulkarnaen Mistortoify, 1–185. Anesthesia Nursing. 2007. “Orthopedic
Pascasarjana Insttut Seni Indonesia Post Operative Pain Management.”
Surakarta. 160–174.
Alfionita, Elya Nindy. 2016. Suma’mur. 1995. Hiegine Perusahaan Dan
“Eksperimentasi Metode Terapi Keselamatan Kerja. CV Sagung Seto.
dengan Menggunakan Musik untuk Titon, Jeff Todd, and Svanibor
Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Pettan. 2015. An Introduction
Jiwa Daerah Surakarta Skripsi to Applied Ethnomusicology.
Diajukan oleh Elya Nindy Alfionita https://doi.org/10.1093/
NIM 12112108.” oxfordhb/9780199351701.013.26.
Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Wrahatnala, Bondet. 2005. “Ngamen
Yogyakarta. Kanisius. Sebuah Perjalanan Kreativitas.”
110
Elya Nindy Alfionita, Bondet Wrahatnala, Eksperimentasi Metode Terapi
111