You are on page 1of 8

Pengaruh Antenatal Care terhadap Kejadian

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Samir Husein
Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
Alamat Korespondensi:
Samir Husein
Email: huseinsamir93@gmail.com

ABSTRACT
One of the biggest causes of infant mortality and neonatal deaths were infants with low weight at birth or commonly
called Low Birth Weight (LBW). According to the World Health Organization (WHO) LBW has risk of death 20
times higher than in infants of normal birth weight. This study aims to analyze the affect between the quantity and
quality of antenatal care on the incidence of low birth weight babies (LBW) as well as several other factors. This
study used a case-control design with observational analytic approach. The sample totaled 80 respondents drawn by
simple random sampling technique to sample the distribution of cases and controls 40 respondents. The independent
variables were the quantity of antenatal care and the quality of antenatal care, the dependent variable was LBW.
Data analysis was performed using logistic regression. The results showed that the quantity of antenatal care (p=
0.000 and Exp (B) = 16.333) and quality of antenatal care (p = 0.006 and Exp (B) = 4.265) were significant. In this
study it can be concluded that the quantity and quality of antenatal care affects the incidence of LBW. For pregnant
women are expected to be routine in checking the pregnancy in antenatal health care center so that the risk of
pregnancy complications and distractions can be minimized and increase knowledge of pregnancy-related care.

Keyword: LBW, quality, quantity, antenatal care.

ABSTRAK
Salah satu penyebab terbesar kematian bayi dan kematian neonatus adalah bayi dengan berat badan yang rendah
saat lahir atau yang biasa disebut Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Menurut World Health Organization (WHO)
BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali lebih tinggi dari pada bayi berat lahir normal. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan kuantitas dan kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian bayi berat lahir rendah
(BBLR) serta beberapa faktor lainnya. Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan pendekatan
observasional analitik. Sampel berjumlah 80 responden yang diambil dengan teknik simple random sampling dengan
pembagian sampel kasus 40 responden dan kontrol 40 responden. Variabel bebas penelitian ini adalah kuantitas
pelayanan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal, variabel terikat adalah BBLR. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan uji regression logistic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kuantitas pelayanan antenatal
(p= 0,000 dan Exp (B)= 16,333) dan kualitas antenatal care (p = 0,006 dan Exp (B) = 4,265) terbukti signifikan.
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kuantitas dan kualitas pelayanan antenatal berpengaruh terhadap
kejadian BBLR. Untuk itu ibu hamil diharapkan lebih rutin dalam memeriksakan kehamilan ke pusat pelayanan
kesehatan sehingga risiko komplikasi dan gangguan kehamilan dapat diminimalisir dan menambah pengetahuan
terkait perawatan kehamilan.

Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care.

PENDAHULUAN sebagai kondisi di mana berat bayi saat lahir


Salah satu penyebab kematian bayi dan kurang dari 2.500 gram (5,5 pon) sebagai salah
neonatus adalah bayi dengan berat badan yang satu hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
rendah saat lahir atau yang biasa disebut Berat minggu kehamilan) atau sudah cukup bulan,
Bayi Lahir Rendah (BBLR). Menurut World namun kondisi fisik bayi saja yang terlalu lemah
Health Organization (WHO) BBLR didefinisikan dan kecil. BBLR sangat erat hubungannya

160
161 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 160–167

dengan morbiditas dan mortalitas neonatus. persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI
BBLR mempunyai risiko kematian 20 kali dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
lebih tinggi daripada bayi dengan berat lahir wajar. (Kemenkes RI, 2013). Pada tahun 2012
normal. BBLR juga meningkatkan morbiditas puskesmas Tanah Kalikedinding berhasil
bayi seperti gangguan neurologis, keterlambatan melebihi target antenatal care (baik K1 dan K4)
pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan yaitu lebih dari 100%, namun nyatanya di tahun
berisiko menderita penyakit-penyakit kronik tersebut kejadian BBLR masih relatif tinggi (92
seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan kejadian dari 775 kelahiran). Pada periode januari
penurunan kecerdasan (WHO, 2004). tahun 2013 hingga april 2014 terdapat 68 kasus
Menurut UNICEF, penyebab kematian BBLR di puskesmas Tanah Kalikedinding.
neonatal terbesar (34%) disebabkan oleh kondisi Kejadian BBLR merupakan masalah
bayi yang kecil (berat badan lahir sangat rendah kesehatan yang serius, karena besar pengaruhnya
hingga rendah. Secara global, diperkirakan 15% terhadap tingginya angka kematian neonatal dan
dari bayi, atau lebih dari 1 dari 7 bayi mempunyai kematian bayi yang merupakan indikator utama.
berat kurang dari 2.500 gram saat lahir. Lebih Walaupun pada nyatanya cakupan antenatal care
dari separuh dari seluruh kasus berat bayi lahir di kecamatan Kenjeran (khususnya puskesmas
rendah di seluruh dunia berada di Asia Selatan Tanah Kalikedinding) telah melebihi target,
(termasuk Indonesia) di mana lebih dari 1 dari namun angka BBLR di kecamatan Kenjeran
4 bayi yang dilahirkan mengalami berat lahir masih cukup tinggi. Maka dari itu perlu
rendah (UNICEF, 2012). dipertanyakan antenatal care yang diberikan baik
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) secara kuantitas maupun kualitasnya. Penelitian
tahun 2010 angka proporsi BBLR adalah sebesar ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
11,1% (Kemenkes RI 2007 dan 2010). Padahal antenatal care secara kuantitas dan kualitas
target nasional BBLR dalam Renstra Indonesia terhadap kejadian BBLR di Kecamatan Kenjeran
Sehat 2010 adalah sebesar 7% (Badan Pusat Kota Surabaya dengan fokus studi di wilayah
Statistik, 2012). Dikota Surabaya pada tahun kerja puskesmas Tanah Kalikedinding.
2011 ke tahun 2012 terjadi peningkatan proporsi
BBLR dari 2,47% menjadi 2,76% dan 2,64%
METODE PENELITIAN
ditahun 2013. Sementara di kecamatan Kenjeran
terutama puskesmas Tanah Kalikedinding Penelitian ini merupakan penelitian
proporsi BBLR cenderung meningkat dari tahun observasional analitik dengan menggunakan
2008–2011 yaitu 6,05% tahun 2008, 5,37% tahun disain penelitian Case-Control (kasus kontrol).
2009, 11,21% tahun 2010 dan 13,53% tahun Populasi dalam penelitian ini adalah semua
2011 (Dinkes Jatim, 2013). ibu yang melahirkan bayi di puskesmas Tanah
Pada tahun 2013 terdapat 57 kasus BBLR Kalikedinding Kecamatan Kenjeran Kota
dari 1.623 kelahiran di Puskesmas Tanah Surabaya. Kelompok kasus adalah ibu yang
Kalikedinding. Secara angka proporsi hasil melahirkan bayi BBLR baik dalam keadaan lahir
tersebut relatif kecil (hanya 3,51%) namun hidup atau lahir mati. Kelompok kontrol adalah
jumlah BBLR di tahun tersebut merupakan ibu yang melahirkan bayi berat lahir normal
jumlah tertinggi ke dua di Surabaya setelah dalam keadaan lahir hidup. Besar sampel dihitung
Puskesmas Gading kecamatan Tambaksari. Selain menggunakan rumus sampel kasus kontrol dan
itu proporsi yang kecil dihasilkan karena jumlah diperoleh sampel berjumlah 80 responden yang
bayi yang dilahirkan di tahun 2013 sangat banyak diambil dengan teknik simple random sampling
dan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dengan pembagian sampel kasus 40 responden
(Dinkes Surabaya, 2013). dan kontrol 40 responden.
Salah satu upaya dalam safe motherhood Studi dalam penelitian ini dilakukan di
adalah antenatal care yang memadai. Antenatal Puskesmas Tanah Kalikedinding Kecamatan
care adalah pemeriksaan kehamilan untuk Kenjeran Kota Surabaya dan wilayah sekitarnya
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik yang masih tercatat sebagai wilayah kecamatan
ibu hamil sehingga mampu menghadapi Kenjeran. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Husein, Pengaruh Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi … 162

Maret hingga Juli 2014. Variabel bebas penelitian wawancara menggunakan kuisioner. Uji statistik
ini adalah kuantitas dan kualitas antenatal untuk mengetahui pengaruh antara variabel
care. Kuantitas antenatal care menunjukkan bebas terhadap variabel terikat adalah Logistic
usia kehamilan ibu hamil saat memeriksakan Regression.
kehamilan pertama kali (sebelum usia kehamilan
tiga bulan), frekuensi pemeriksaan di trimester I
HASIL
dan II minimal satu kali dan minimal dua kali di
trimester III. Kuantitas antenatal care dikatakan Karakteristik Responden
baik jika memenuhi semua kriteria pemeriksaan Karakteristik responden menurut usia saat
tersebut. hamil sebagian besar berada pada usia >35
Kualitas antental care diukur dengan kriteria tahun (32,5%), jenis kelamin bayi mayoritas
ibu hamil memeriksakan kehamilan di pelayanan adalah perempuan (60%), tingkat pendidikan
kesehatan medis (dokter, bidan, puskesmas atau ibu sebagian besar adalah SMP (42,5%) dan
perawat terlatih), pernah mendapatkan pelayanan mayoritas (45%) responden tidak bekerja.
atau tindakan sesuai standar Kementrian Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
Kesehatan RI (ukur berat badan, ukur tekanan karakteristik usia pada kelompok kasus yang
darah, ukur lingkar lengan atas, periksa perut, terbanyak adalah usia >35 tahun yaitu sebesar
penapisan imunisasi TT, mendapat tablet Fe, 50% dan usia paling sedikit pada usia 21–25
tes golongan darah dan Hb serta mendapatkan tahun (7,5%). Karakteristik usia pada kelompok
penyuluhan gizi dan komplikasi kehamilan) kontrol yang terbanyak pada rentang usia 31–
dan keturutsertaan suami atau keluarga untuk 35 tahun yaitu sebesar 40% sedangkan yang
mengantar saat periksa kehamilan minimal satu paling sedikit pada usia 21–25 tahun (7,5%).
kali. Kualitas antenatal care dikatakan baik jika Pada kelompok kasus tingkat pendidikan yang
memenuhi semua kriteria tersebut. paling banyak adalah SD sebesar 37,5% dan
Variabel terikat dalam penelitian ini yang paling sedikit SMA (2,5%). Pada kelompok
adalah kejadian BBLR. Penilaian kuantitas kontrol tingkat pendidikan terbanyak adalah
dan kualitas antenatal care dilakukan dengan

Tabel 1. Distribusi Usia, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu


Kelompok
Total
Variabel Kasus Kontrol
n % n % n %
Usia Ibu
16 – 25 Tahun 4 10,0 5 12,5 9 11,3
21 – 25 Tahun 3 7,5 3 7,5 6 7,5
26 – 30 Tahun 7 17,5 10 25,0 17 21,4
31 – 35 Tahun 5 12,5 6 15,0 11 13,8
>35 Tahun 20 50,0 16 40,0 36 45,0
Tingkat Pendidikan Ibu
Tidak sekolah 4 10,0 0 0 4 5,0
SD 15 37,5 12 30,0 27 33,8
SMP 20 50,0 19 47,5 39 48,7
SMA 1 2,5 9 22,5 10 12,5
Pekerjaan Ibu
Karyawan Swasta 2 5,0 6 15,0 8 10,0
Buruh/PRT 18 45,0 1 2,5 19 23,8
Pedagang 5 12,5 10 25,0 15 18,8
Lainnya 0 0,0 2 5,0 2 2,5
Tidak bekerja 15 37,5 21 52,5 36 45,0
163 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 160–167

SMP sebesar 34% dan yang paling sedikit tidak Tabel 3 diketahui nilai p sebesar 0,000
sekolah (0%). dan Exp (B) sebesar 16,333. Hasil tersebut
Tabel 1 juga menggambarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa kuantitas antenatal care
ibu. Pada kelompok kasus mayoritas (45%) ibu mempengaruhi kejadian BBLR pada α = 0,05.
bekerja sebagai buruh/kuli/pembantu rumah Ibu yang memiliki kuantitas antenatal care
tangga. Pada kelompok kontrol sebagian besar yang buruk berisiko 16,333 kali melahirkan
(52,5%) ibu tidak bekerja atau hanya sebagai bayi BBLR dibandingkan ibu dengan kuantitas
ibu rumah tangga biasa sedangkan yang paling antenatal care yang baik.
sedikit adalah lainnya (penjahit) sebesar 5%.
Hubungan Kualitas Antenatal Care dan
Hubungan Kuantitas Antenatal Care dan Kejadian BBLR
Kejadian BBLR
Pada tabel 4 menunjukkan sebagian besar
Tabel 2 menunjukkan pada kelompok bayi (67,5%) responden memiliki kualitas antenatal
BBLR, ibu dengan kuantitas antenatal care care yang buruk. Pada kelompok bayi BBLR
buruk sebanyak 28 orang (70%) dan kuantitas ibu hamil dengan kualitas antenatal care buruk
antenatal baik sebanyak 12 orang (30%). Pada sebanyak 33 (82,5%) dan kualitas antenatal care
kelompok bayi berat lahir normal, ibu dengan baik sebanyak 7 orang (17,5%).
kuantitas antenatal buruk sebesar 5 orang (12,5%) Pada kelompok bayi berat lahir normal
dan kuantitas antenatal baik sebesar 35 orang ibu dengan kualitas antenatal care buruk
(87,5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa adalah sebanyak 52,5% dan kualitas antenatal
proporsi bayi BBLR lebih banyak terjadi pada care baik sebanyak 19 orang (47,5%). Hasil
ibu dengan kuantitas antenatal care yang buruk tersebut menunjukkan bahwa gambaran proporsi
(70%) dibandingkan dengan kelompok bayi berat kualitas antenatal care buruk lebih banyak pada
lahir normal yang hanya sebesar 5%. kelompok bayi BBLR (82,5%) dibandingkan

Tabel 2. Tabulasi Silang BBLR dengan Kuantitas Antenatal Care


Kejadian BBLR
Total
Kuantitas Antenatal care Kasus Kontrol
n % n % n %
Buruk 28 70,0 5 12,5 33 41,2
Baik 12 30,0 35 87,5 47 58,8
Total 40 100,0 40 100,0 80 100

Tabel 3. Hasil Uji Pengaruh Kuantitas Antenatal Care Terhadap Kejadian BBLR
Variabel B S.E. Wald p Exp (B)
Kuantitas antenatal care 2,793 0,590 22,444 0,000 16,333
Constant -1,723 0,486 12,591 0,000 0,179

Tabel 4. Tabulasi Silang BBLR dengan Kualitas Antenatal Care


Kejadian BBLR
Kualitas Antenatal Care Total
Kasus Kontrol
n % n % n %
Buruk 33 82,5 21 52,5 54 67,5
Baik 7 17,5 19 47,5 26 32,5
Total 40 100,0 40 100,0 80 100,0
Husein, Pengaruh Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi … 164

Tabel 5. Gambaran Komponen Sub Variabel Kualitas Antenatal Care Pada Kelompok Kasus dan
Kontrol
Kelompok
Komponen Sub Variabel Kualitas Antenatal Total
Kasus Kontrol
Care
n % n % n %
Memeriksakan kehamilan pada Pelayanan medis
(Puskesmas, dokter, bidan atau perawat terlatih)
Ya 37 92,5 40 100 77 96,3
Tidak 3 7,5 0 0 3 3,7
Timbang Berat Badan
Pernah 39 97,5 40 100 75 93,7
Tidak Pernah 1 2,5 0 0 5 6,3
Pengukuran Lila
Pernah 27 67,5 32 80 59 73,7
Tidak Pernah 13 32,5 8 20 21 26,3
Pengukuran Tekanan Darah
Pernah 36 90 40 100 76 95
Tidak Pernah 4 10 0 0 4 5
Pemeriksaan Perut
Pernah 36 90 40 100 76 95
Tidak Pernah 4 10 0 0 4 5
Penapisan imunisasi TT
Pernah 33 82,5 40 100 73 91,3
Tidak Pernah 7 17,5 0 0 7 8,7
Pemberian Tablet Fe
Pernah 32 80 35 87,5 67 83,7
Tidak Pernah 8 20 5 12,5 13 16,3
Pemeriksaan Laboratorium Rutin (cek Hb dan
golongan darah)
Pernah 18 45 26 65 44 55
Tidak Pernah 22 55 14 35 36 45
Penanganan/Rujukan kasus (bila ada komplikasi)
Pernah 32 80 40 100 72 90
Tidak Pernah 8 20 0 0 8 10
KIE efektif tentang tanda-tanda komplikasi
Pernah 12 30 22 55 34 42,5
Tidak Pernah 28 70 18 45 46 57,5
KIE efektif tentang gizi seimbang
Pernah 21 52,5 32 80 53 66,3
Tidak Pernah 19 47,5 8 20 27 33,7
Keikutsertaan suami/anggota keluarga mengantar
dalam memeriksakan kehamilan minimal satu kali
Ya 34 85 39 97,5 73 91,3
Tidak 6 15 1 2,5 7 8,7
165 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 160–167

Tabel 6. Hasil Uji Pengaruh Antara Kualitas Antenatal Care Terhadap Kejadian BBLR
Variabel B S.E. Wald p Exp (B)
Kualitas antenatal care 1,451 0,523 7,695 0,006 4,265
Constant -0,452 0,279 2,622 0,105 0,636

dengan kelompok bayi berat lahir normal (Kemenkes RI, 2010). Kuantitas antenatal care
(52,5%). adalah layanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian ke fasilitas kesehatan sesuai standar prosedur
besar (96,3%) responden telah memeriksakan yang berlaku terkait kuantitas yaitu kunjungan
kehamilan pada pelayanan kesehatan medis minimal 1 (satu) kali di Trimester I dan II dan
(puskesmas, dokter, bidan atau perawat kunjungan. minimal 2 (dua) kali di Trimester
terlatih). Aspek pelayanan yang diterima saat III (Kemenkes RI, 2010). Pelaksanaan kegiatan
memeriksakan kehamilan yang paling banyak pelayanan antenatal sering digambarkan secara
tidak didapatkan oleh responden adalah KIE kuantitas pelayanan melalui jumlah atau frekuensi
(komunikasi, informasi dan edukasi) efektif kunjungan ibu ke tempat pemeriksaan kesehatan
tentang tanda-tanda komplikasi saat hamil yaitu selama masa kehamilannya. Di Indonesia,
sebesar 57,5% dan pemeriksaan laboratorium kunjungan pemeriksaan menjadi indikator dalam
rutin (cek Hb dan golongan darah) yaitu sebesar menilai pelayanan antenatal. Indikator tersebut
45%. Keikutsertaan suami/anggota keluarga adalah dengan melihat kunjungan pertama (K1)
dalam mengantar memeriksakan kehamilan dan kunjungan ke-4 (K4). K1 adalah kontak
minimal satu kali yaitu sebesar 91,25% responden pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mengaku pernah di antara saat memeriksakan mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
kehamilan. pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
Tabel 6 diketahui nilai p sebesar 0,006 standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
dan Exp (B) sebesar 4,265. Hasil tersebut mungkin pada trimester pertama, sebaiknya
menunjukkan bahwa kualitas antenatal care sebelum minggu ke 8. Sedangkan K4 adalah ibu
mempengaruhi kejadian BBLR pada α= 0,05. Ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan
yang memiliki kualitas antenatal care yang buruk tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi,
berisiko 16,333 kali melahirkan bayi BBLR untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
dibandingkan ibu dengan kualitas antenatal care komprehensif sesuai standar (Kemenkes RI,
yang baik. 2010). Menurut Kemenkes RI (2013), frekuensi
minimal pemeriksaan kehamilan adalah 4 kali
selama kehamilan yaitu satu kali pada usia
PEMBAHASAN
kehamilan satu sampai tiga bulan atau sebelum
Hubungan Kuantitas Antenatal Care dan minggu ke-16 (trimester I), satu kali pada usia
Kejadian BBLR kehamilan empat sampai enam bulan atau antara
Antenatal care adalah pemeriksaan minggu 24–28 (trimester II) dan dua kali pada
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan, satu
mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu kali di antara minggu 30–32 dan satu kali antara
menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan minggu 36–38 (trimester III).
pemberian ASI dan kembalinya kesehatan Hasil dalam penelitian ini terbukti terdapat
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010). pengaruh antara kuantitas antenatal care terhadap
Antenatal care bertujuan untuk mencegah kejadian BBLR. Hal tersebut dikarenakan kelompok
adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan kasus memiliki kuantitas antenatal buruk yang lebih
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini banyak (70%) dibandingkan dengan kelompok
mungkin serta ditangani secara memadai serta kontrol yang hanya sebesar 12,5%. Hasil penelitian
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat Tazkiah (2013) di kabupaten Banjar provinsi
Husein, Pengaruh Antenatal Care terhadap Kejadian Bayi … 166

Kalimantan Selatan menghasilkan bahwa ibu hamil ini terdapat pengaruh antara kualitas antenatal
yang tidak teratur dalam melakukan kunjungan care terhadap kejadian BBLR. Hasil tersebut
antenatal berisiko 5,67 kali melahirkan bayi BBLR dikarenakan sebagian besar (67,5%) dari seluruh
dibandingkan ibu yang teratur mengunjungi responden memiliki catatan kualitas antenatal
antenatal di pelayanan kesehatan. Penelitian lain care yang buruk terutama pada kelompok
oleh Purnomo dan Putro (2008) diperoleh ibu yang kasus yaitu sebesar 82,5%. Hasil penelitian
tidak memeriksakan kondisinya selama kehamilan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(tidak mendapatkan antenatal care atau antenatal Simarmata (2010) bahwa ibu dengan kualitas
care kurang dari 4 kali) akan berisiko 2,18 kali antenatal care buruk selama kehamilan berisiko
terjadi BBLR cada bayi yang dilahirkannya. 2,22 kali melahirkan bayi BBLR. Selain itu
Hal yang sama dikuatkan oleh penelitian yang penelitian yang dilakukan Sushen et al (2011) di
dilakukan Kasim et al (2008), di Bandung yang wilayah perdesaan di Maharashtra Barat, India
menyatakan ibu yang tidak teratur mengunjungi menghasilkan antenatal care yang tidak adekuat
antenatal care (tidak lengkap) memiliki risiko (kurang berkualitas) memiliki risiko 2,88 kali
5,30 kali untuk melahirkan bayi BBLR dan secara menghasilkan bayi BBLR dibandingkan ibu yang
statistik mempunyai hubungan yang bermakna. mendapatkan antenatal care adekuat (4,36 < OR
Di Indonesia, kunjungan (frekuensi) 95% CI < 1,90; p < 0,0001). Menurut Hanafiah
pemeriksaan menjadi indikator dalam menilai (2006) dalam Simarmata (2010), antenatal care
antenatal care. Indikator tersebut adalah dengan bertujuan menjaga kesehatan fisik atau mental
melihat kunjungan pertama (K1) dan kunjungan ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan
ke-4 (K4). K1 adalah kontak pertama ibu hamil mengenai nutrisi, kebersihan diri, dan proses
dengan tenaga kesehatan yang mempunyai persalinan, mendeteksi secara dini kelainan
kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan yang terdapat pada ibu dan janin serta segera
terpadu dan komprehensif sesuai standar. melakukan penatalaksanaan komplikasi medis,
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin bedah, ataupun obstetri selama kehamilan dan
pada trimester pertama, sebaiknya sebelum menanggulanginya. Selain itu juga bertujuan
minggu ke 8 dengan maksud untuk skrining mempersiapkan ibu hamil, baik fisik, psikologis,
risiko kehamilan dan pencegahan komplikasi. dan sosial dalam menghadapi komplikasi.
Sedangkan K4 adalah ibu hamil dengan kontak Komplikasi kehamilan merupakan hal yang
4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang buruk yang mungkin didapat wanita hamil.
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan Informasi tentang komplikasi kehamilan dapat
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai didapatkan salah satunya dengan melakukan
standar (Kemenkes RI, 2010). kunjungan antenatal. Pemberian informasi
terkait komplikasi kehamilan merupakan salah
Hubungan Kuantitas Antenatal Care dan satu proxy untuk kualitas perawatan antenatal)
Kejadian BBLR dan merupakan faktor penentu penting dari hasil
Kualitas antenatal care yang diberikan akan kehamilan. Informasi tersebut dan demikian
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, harus secara rutin dimasukkan dalam semua
ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas layanan perawatan antenatal. Diharapkan bahwa
(Kemenkes R1, 2010). Menurut Kemenkes wanita yang mendapatkan informasi tersebut
RI (2010), dalam antenatal care hendaknya kemungkinan untuk mendapatkan perawatan
tenaga kesehatan harus dapat memastikan yang diperlukan bila timbul komplikasi dalam
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu rangka untuk memperbaiki segala bentuk hasil
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang kehamilan yang buruk (Chuku, 2008).
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani SIMPULAN DAN SARAN
persalinan normal. Antenatal care sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum Simpulan
dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai Sebagian besar kelompok kasus memiliki
indikasi (Depkes RI, 2004). Hasil penelitian kuantitas dan kualitas antenatal care yang buruk
167 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 160–167

dibandingkan dengan kelompok kontrol sehingga Kemenkes RI. 2010 a . Pelayanan Antenatal
kuantitas dan kualitas antenatal care berpengaruh Terpadu. Jakarta; Direktur Jenderal Bina
terhadap kejadian BBLR. Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI. 2010b. Profil Kesehatan Indonesia
Saran 2009. Jakarta; Pusat Data dan Informasi
Bagi petugas kesehatan sebaiknya lebih Kesehatan.
menerapkan standar antenatal care dari Kemenkes RI. 2010c. Riset Kesehatan Dasar
Kementerian Kesehatan RI. Pada saat melakukan Indonesia 2010. Jakarta; Badan Penelitian dan
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi), perlu Pengembangan Kesehatan.
mempertimbangkan tingkat pendidikan ibu Kemenkes RI. 2013. Buku Saku Pelayanan
hamil di mana pada ibu hamil dengan tingkat Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
pendidikan rendah bisa menggunakan bahasa dan Rujukan. Jakarta; Direktur Jenderal Bina
yang sederhana atau dengan menterjemahkan ke Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan
bahasa daerah agar mudah dipahami pasien. Bagi RI.
Ibu hamil sebaiknya rutin dalam memeriksakan Manuaba I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
kehamilan minimal sesuai dengan saran Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Kemenkes RI yaitu minimal satu kali di Trimester Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran
I dan II serta minimal dua kali di Trimester III. EGC. Jakarta.
Dari hasil penelitian mayoritas seluruh responden Purnomo M.S., Putro G. 2008. Risiko Terjadinya
memiliki catatan kuantitas kehamilan yang buruk, Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Determinan
terutama kunjungan pertama kali (K1) di usia Sosial, Ekonomi dan Demografi di Indonesia.
kehamilan kurang dari 16 minggu. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Depkes RI, Surabaya, Volume 12, Nomor 2,
DAFTAR PUSTAKA halaman 127–132.
Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Dasar Simartama O.S. 2010. Hubungan Kualitas
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta; Pusat Data Pelayanan Antenatal Terhadap Kejadian
dan Informasi. Bayi Berat Lahir Rendah di Indonesia
Chuku S.N. 2008. Low Birth Weight in Nigeria: (Analisis Data Sekunder Survei Demografi
Does Antenatal Care Matter? Journal of Arts in dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Tesis.
Development Studies, Inditute of Social Study Depok; Universitas Indonesia.
Netherland, Volume 12, halaman 66–71. Sushen B., Deshpande D.J., Phalke D.B., Bangal
Depkes RI. 2004. Pedoman Pemantauan Wilayah V.B., Peeyuusha, L. 2011. Maternal Risk
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- Factors For Low Birth Weight Neonates: A
KIA). Jakarta; Direktorat Jenderal Pembinaan Hospital Based Case-Control Study In Rural
Kesehatan Masyarakat. Area Of Western Maharashtra, India. National
Dinkes Jatim. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Journal of Community Medicine Rural
Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya; Dinas Medical College, Pravara Institute of Medical
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Sciences, India, Volume 2, Nomor 3.
Kasim F., Surachman T., Ruswandiani. 2008. Tazkiyah M. 2013. Determinan Epidemiologi
Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil Kejadian BBLR Pada daerah Endemis Malaria
dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir di Kabupaten Banjar provinsi Kalimantan
Rendah di Rumah Sakit Immanuel Bandung Selatan. Tesis. Surabaya; Universitas
Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat Airlangga: 21–56.
Universitas Kristen Maranatha, Bandung. UNICEF. 2012. Low Birth weight. http://www.
Volume 10, Nomor 2, halaman 151–157. childinfo.org,(sitasi18 esember 2013).
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar WHO. 2004. Low Birth weight: Country,regional
Indonesia 2007. Jakarta; Badan Penelitian dan and global estimates. UNICEF.Switzerland.
Pengembangan Kesehatan.

You might also like