You are on page 1of 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KESELAMATAN PENGOPERASIAN ALAT ANGKAT BONGKAR MUAT
PETI KEMAS
(Studi Kasus di PT. Pelabuhan Tanjung Priok)

Putri Sarah Alvernia, Bina Kurniawan, Daru Lestantyo


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: putrisarahalvernia@gmail.com

Abstract: Port is a workplace that has a high accident risk, one of them for
loading and unloading activities by using lifting equipment. PT.Pelabuhan
Tanjung Priok is a company engaged in the service of port services for container
loading and unloading activities. These activities use lifting equipment that is
Gantry Luffing Crane (GLC) and Overhead Crane (OHC) operated by the
operator. This study aimed to analyze the factors that affected the safety of the
operation of container loading and unloading equipment. In this research, the
design used descriptive with qualitative analysis approach. The subject of
research was 13 people consist of 8 main informants and 5 informant
triangulation. The results of this study indicated that the level of education,
working period and age had been in accordance with the rules set by the
government, the level of education, employment and the higher age did not
guarantee the operator would behave safely, but the operator's knowledge of
safe working behavior was good enough, the attitude of the lift operator indicated
that there were still operators who were not behaving safely, the state of the
lifting machine was good because there has been checking every day, all
operators have attended the training to get the SIO / K3 license, safety briefing
done every shift change but only in the direction, the operating SOP already
exists but the socialization has not been comprehensive throughout the operator,
the assistant operators were very helpful operators in the operation of the tool,
and the existence of punishment motivated operators to behave safely, but if
there was a reward would be more motivate the operator to behave safely. The
company should re-socialize the Operating Procedure SOP to all operators,
conducted a two-way safety briefing and gave rewards as a form of appreciation
to the operator.

Keywords : Port, Operator, Operation and Lifting Equipment

PENDAHULUAN yang harus dipenuhi oleh setiap orang


Kesehatan dan Keselamatan atau badan usaha, baik formal
Kerja (K3) merupakan suatu program maupun informal untuk memberikan
wajib yang ada di setiap tempat kerja. perlindungan kesehatan dan
Implementasinya telah menyebar keselamatan di lingkungan tempat
secara menyeluruh hampir disetiap kerja dengan upaya promosi
sektor industri yang ada.1 Syarat- kesehatan dan menciptakan sistem
syarat mengenai keselamatan kerja

353
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kerja yang aman tanpa terjadinya Terminal Operasi 2 dan 3. Empat dari
kecelakaan kerja. delapan belas kasus kecelakaan kerja
Menurut Heinrich, terjadinya pada tahun 2017 diakibatkan pada
kecelakaan kerja disebabkan oleh saat pengoperasian alat angkat
88% perilaku tidak aman, 10% karena bongkar muat. Kejadiaan tersebut
kondisi lingkungan yang tidak aman diantaranya alat angkat yang akan
dan 2% merupakan takdir.2 melakukan muatan container jatuh
Berdasarkan data dan riset dan menimpa container lainnya,
mengenai kesehatan dan kecelakaan kampas kopling Shore Crane pada
kerja yang dilakukan oleh International saat pengangkatan container jatuh
Labor Organization (ILO) tahun 2013, dan menimpa railing lambung kiri
setiap tahunnya lebih dari 250 juta kapal serta jatuhnya container yang
kecelakaan kerja terjadi.3,2 diangkat bersamaan oleh alat angkat.
Pelabuhan merupakan salah satu Kejadian tersebut tidak memakan
tempat kerja yang memiliki risiko korban jiwa, namun menimbulkan
kecelakaan kerja yang cukup tinggi. kerugian akibat rusaknya alat,
Setiap tahunnya kecelakaan yang container ataupun fasilitas disekitar
diakibatkan oleh pengangkatan di tempat bongkar muat peti kemas.
pelabuhan terjadi. Berdasarkan data Berdasarkan observasi yang
statistik Marine Industrial Accident, dilakukan di awal pada dua operator
Departemen Kelautan Hongkong Gantry Luffing Crane (GLC)
tahun 2016 telah terjadi sebanyak 76 ditemukan pekerja tidak memakai
kasus kecelakaan kerja pada bagian APD yaitu rompi, helmet dan safety
pengangkatan bongkar muat shoes karena merasa tidak nyaman.
pelabuhan. Kecelakaan kerja tersebut Selain itu, ditemukan operator yang
terdiri dari 60 kasus kecelakaan masih membawa alat secara terburu-
minor, 15 kasus kecelakaan serius buru. Berdasarkan hasil wawancara
dan 1 kasus kecelkaan fatal.4 dengan beberapa operator alat berat
Salah satu kejadian kecelakaan seperti operator Gantry Luffing Crane
kerja yang terjadi pada bongkar muat (GLC), paling tidak dalam
yaitu putusnya tali wayer trolly RTG pengoperasian alat angkat saat
saat melakukan bongkar muat peti bongkar muat, kecelakaan kerja
kemas dari kapal yang menyebabkan seperti saling bertabraknya container
tewasnya asisten operator RTG pada saat diangkat, alat menabrak body
21 Oktober 2017.5 Selain itu, dalam kapal pernah dialami pada kegiatan
kurun waktu dua tahun terakhir telah tersebut akibat kelalaian operator.
terjadi kecelakaan kerja di JICT Berdasarkan latar belakang di
Jakarta terkait bongkar muat peti atas, peneliti bermaksud untuk
kemas seperti rusaknya alat spreader menganalisis faktor-faktor yang
dan jatuh menimpa mobil perawatan mempengaruhi keselamatan
dan peti kemas yang merosot saat pengoperasian alat angkat bongkar
proses pengangkatan.6 Beberapa muat peti kemas di PT. Pelabuhan
kejadian kecelakaan pada bongkar Tanjung Priok.
muat peti kemas terjadi akibat
gagalnya pengoperasian alat angkat METODE PENELITIAN
oleh operator alat tersebut. Pada penelitian ini desain yang
Berdasarkan hasil studi digunakan adalah deskriptif dengan
pendahuluan di PT.PTP, laporan pendekatan analisis kualitatif untuk
kecelakaan kerja yang terjadi menggambarkan serta menganalisis
sepanjang 2017 banyak terdapat di faktor-faktor yang mempengaruhi

354
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

keselamatan pengoperasian alat kurangnya 19 tahun dan memiliki


angkat peti kemas. Lisensi K3.
Dari hasil penelitian ini, didapatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN karakteristik informan utama yang
Karakteristik Informan Utama dapat sekiranya dapat mempengaruhi
Informan utama berjumlah delapan perilaku dalam pengoperasian alat
orang yang merupakan operator alat angkat yaitu:
angkat bongkar muat di PT. 1. Tingkat Pendidikan
Pelabuhan Tanjung Priok. Informan Menurut teori L.Green yang
utama berjenis kelamin laki-laki dan menyebutkan bahwa pendidikan
merupakan operator dari alat angkat menjadi faktor yang dapat
bongkar muat PT. Pelabuhan Tanjung mempengaruhi perilaku. Pada
Priok yaitu operator Gantry Luffing penelitian ini, pendidikan terakhir
Crane (GLC) dan Overhead Crane operator yang paling rendah yaitu
(OHC). SMA/sederjat dan Diploma 3.
Berdasarkan Permenakertrans RI Namun tidak ada perbedaan
NOMOR PER.09/MEN/VII/2010 pemahaman dan pengetahuan
tentang operator dan petugas mengenai pengoperasian alat yang
pesawat angkat dan angkut, operator aman antara informan yang tingkat
GLC termasuk ke dalam operator pendidikan sekolah menengah
kelas II sedangkan operator OHC ataupun perguruan tinggi.
termasuk ke dalam operator kelas III Sehingga pendidikan yang
Berdasarkan karakteristik usia dibutuhkan oleh informan utama
operator GLC, operator termuda lebih kepada upaya promosi untuk
berusia 22 tahun, telah menekankan perbaikan pada
berpengalaman membantu perilaku.
dibidangnya sekurangnya 3 tahun dan 2. Masa Kerja
telah memiliki lisensi K3. Oleh karena Operator telah memiliki masa
itu seluruh operator GLC telah kerja yang cukup lama tidak
memenuhi syarat sebagai operator mempengaruhi operator tersebut
kelas II yaitu berpendidikan akan berperilaku aman, seperti
sekurangnya SLTA/sederajat, tidak menggunakan APD dan
berpengalaman sekurang-kurangnya membawa alat dengan terburu-
tiga tahun membantu pelayanan di buru karena sudah terbiasa. Hal
bidangnya, berusia sekurang- tersebut dilakukan tidak hanya oleh
kurangnya 21 tahun dan memiliki operator dengan masa kerja lama
Lisensi K3. Sedangkan pada operator namun juga dengan operator
OHC, usia termuda operator tersebut dengan masa kerja baru.
adalah 27 tahun, telah Terkadang seseorang dengan
berpengalaman membantu masa kerja yang cukup lama
dibidangnya sekurangnya satu tahun memberikan efek negatif karena
dan telah memiliki lisensi K3. Oleh timbulnya rasa bosan dan merasa
karena itu seluruh operator OHC telah terbiasa dengan hal tersebut serta
memenuhi syarat sebagai operator tidak pernah mengalami
kelas III yaitu berpendidikan kecelakaan kerja.
sekurangnya SLTP/sederajat, Penelitian ini tidak sejalan
berpengalaman sekurang-kurangnya menurut Suma’mur dalam
satu tahun membantu pelayanan di bukunya, dimana pengalaman
bidangnya, berusia sekurang- akan mempengaruhi perilaku
perkerja dalam melakukan

355
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pekerjaannya, sehingga dapat Analisis Hasil Observasi


mengurangi risiko kecelakaan Standar Operasional
kerja.7 Prosedur(SOP) telah didokumentasika
Adapun penelitian yang dan ditempelkan di container office,
dilakukan pada perawat di instalasi tempat operator beristirahat. Namun
rawat inap sebuah rumah sakit SOP tersebut sudah terlihat usang
swasta di Kota Semarang yang dan terlalu kecil ukurannya. Seluruh
menunjukkan bahwa perawat operator telah memiliki lisensi K3.
dengan masa kerja lama Alat Pelindung Diri (APD) sudah
cenderung malas untuk berperilaku disediakan oleh perusahaan, namun
aman karena tidak pernah operator masih banyak yang tidak
mengalami gangguan kesehatan menggunakannya. Posisi kerja
maupun kecelakaan kerja.8 operator pada saat mengoperasikan
3. Usia alat di dalam kabin terlihat tidak
Semua operator baik diusia ergonomis karena operator cenderung
muda ataupun tua melakukan membungkuk untuk melihat ke bawah.
pengoperasian alat sesuai SOP Analisis Pengetahuan
yang ada. Hanya saja pada saat Pengetahuan informan utama/
mengoperasikan alat, seluruh operator terhadap perilaku kerja aman
operator tidak memakai APD dan tidak aman, bahaya yang dapat
secara lengkap. terjadi, dampak dari berperilaku tidak
Sehingga diketahui bahwa usia aman dan maanfaat dari perilaku
operator tidak mempengaruhi aman cukup baik. Pengetahuan
operator untuk bertindak aman tersebut seharusnya dapat
maupun tidak. Padahal seharusnya menjadikan dasar terbentuknya
semakin bertambah usia kesadaran dan keyakinan untuk
seseorang, maka semakin mampu melakukan perilaku aman dalam
menunjukkan kematangan diri mengoperasikan alat angkat. Hal ini
seperti semakin mampu berfikir seperti penelitian yang dilakukan pada
rasional, mampu mengendalikan perawat instalasi rawat inap di rumah
emosi, semakin toleran pada sakit swasta Kota Semarang
pandangan dan perilaku yang menunjukkan bahwa adanya
berbeda.9 L. Green menyatakan hubungan yang bermakna antara
hal yang tidak sesuai dengan pengetahuan dengan perilaku aman
penelitian dimana karakteristik perawat tersebut. Perawat yang
individu seperti usia dapat memiliki pengetahuan tinggi
mempengaruhi seseorang cenderung berperilaku aman
berperilaku aman.26 dibandingkan dengan perawat yang
Adapun penelitian yang memiliki pengetahuan rendah.8
dilakukan pada karyawan pada
suatu perusahaan di Tambun yang Analisis Sikap
menyatakan tidak ada hubungan Informan utama/operator ada
antara usia terhadap perilaku tidak yang bersikap positif yang dibuktikan
aman.48 Penelitian lain yang dengan mengikuti langkah-langkah
dilakukan pada perawat di instalasi yang harus dilakukan untuk
rawat inap suatu rumah sakit mengoperasikan alat angkat untuk
swasta di Semarang juga menghindari kecelakaan kerja, namun
menyatakan tidak ada hubungan ada operator yang masih bersikap
antara usia dengan perawat dalam negatif dengan tidak menggunakan
bertindak aman.47 APD lengkap pada saat

356
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

pengoperasian alat yang seharusnya Proffesional (IASP), perubahan


digunakan ketika memasuki area perilaku dapat dibentuk melalui
kerja. Sikap memiliki tiga komponen pelatihan terutama mengenai
yang secara bersamaan dapat keselamatan dan kesehatan kerja
memebentuk sikap yang utuh. Jadi bertujuan untuk menanamkan
dalam penetuan sikap, pengetahuan, kesadaran dan pemahaman pekerja
keyakinan dan emosi memengang terhadap perilaku kerja aman, sehat
peranan penting hingga terjadinya serta selamat.12
reaksi dan perubahan perilaku.10 Penelitian yang dilakukan pada
Penelitian pada perawat perawat instalasi rawat inap di rumah
instalasi rawat inap di rumah sakit sakit swasta Kota Semarang
swasta Kota Semarang mengenai menyatakan bahwa adanya hubungan
sikap terhadap perilaku aman bermakna pelatihan dengan perilaku
didapatkan adanya hubungan yang kerja aman perawat. 8 Penlitian yang
bermakna diantara keduanya. pada pekerja pada pekerja galangan
Terdapat banyak faktor yang kapal di Palembang menyatakan
mempengaruhi terbentuknya sikap. bahwa ada hubungan antara pelatihan
Pada saat terbentuknya sikap dengan perilaku aman.13
tersebut, maka terdapat perawat yang Analisis Safety Briefing
memiliki sikap positif dan ada yang Operator menyatakan safety
memiliki sifat negatif.8 briefing sebagai aspek komunikasi K3
Analisis Keadaan Mesin telah dilakukan dan cukup efisien,
Operator menyatakan selalu namun penyampaianya masih bersifat
memeriksa keadaan mesin alat pengarahan tanpa melibatkan
angkat sebelum beroperasi. operator operator untuk ikut berdiskusi.
akan selalu memeriksakan keadaan Menurut Frederic mengenai pola
mesin dari alat angkat tersebut. hubungan komunikasi atasan ke
Apabila terjadi trouble operator dapat bawahan, komunikasi dengan
operator cenderung membawa alat melibatkan pekerja berpendapat akan
secara hati-hati. Hal tersebut sesuai memberikan kepuasan bagi pekerja
dengan teori yang dikemukan oleh dan cenderung akan. mendengarkan
L.Green dimana keadaan mesin informasi yang diberikan oleh atasan
menjadi salah satu faktor pemungkin serta akan memperikan umpan balik
berubahnya perilaku seseorang. positif mengenai informasi yang lebih
Sejalan dengan hal tersebut, detail. adanya keterbukaan
berdasarkan penelitian yang dilakukan Dalam setiap komunikasi selalu
pada pengemudi roadtank PT. X ada perubahan perilaku sebagai
menyatakan bahwa ada hubungan efeknya. Menurut Notoatmodjo
antara kondisi kendaraan dengan perubahan itu terbagi menjadi tiga
perilaku aman mengemudi.11 macam yaitu perubahan
Analisis Pelatihan Operator pengetahuan, perubahan sikap dan
Pelatihan tersebut bertujuan tindakan berupa perilaku. Perubahan
untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku tersebut akan berurutan.
skill dan sikap pekerja. Seluruh Apabila hal tersebut diterima dengan
operator telah mengikuti pelatihan baik maka perubahan perilaku aman
untuk mendapatkan lisensi K3/SIO pada seseorang akan terjadi dan
dan refreshment setiap 5 tahun sekali berarti komunikasi yang disampaikan
saat perpanjangan lisensi K3/SIO. tercapai.14 Penelitian pada karyawan
Menurut filosofi K3 dan PT.Multikon juga menunjukkan
International Association of Safety program safety talk yang dilakukan

357
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

sebelum bekerja sangat efektif dalam hanya dipengaruh lingkungan kerja


memenuhi kebutuhan karyawan namun juga mendapatkan pengaruh
terkait K3 untuk membangun dari kelompok kerja atau rekan
20
kesadaran para karyawan untuk kerja. Pada penelitian ini rekan kerja
mengutamakan safety.15 dari operator adalah asisten operator.
Analisis Tersedianya SOP Operator meyatakan bahwa
Pengoperasian Alat Angkat peran asisten operator sangat
Operator menyatakan SOP mempengaruhi operator dalam
pengoperasian alat angkat pada bertindak. Apabila asisten operator
perusahaan sudah tersedia dan memberikan perintah salah dan
operator setuju apabila dengan mengabaikan keselamatan, maka
adanya SOP tersebut akan membantu operator akan cenderung berperilaku
dalam mengoperasikan alat angkat tidak aman.
dengan secara aman. Namun Hal ini sejalan dengan penelitian
sosialisasi terkait SOP pengoperasian yang dilakukan pada pekerja
alat angkat masih kurang dan belum galangan Palembang menyatakan
menyeluruh kepada semua operator. adanya hubungan antara peran rekan
Menurut Notoatmodjo mengenai kerja dengan perilaku aman pekerja
perubahan perilaku, prosedur tersebut.13 Peneltian yang dilakukan
merupakan salah satu cara yang pada operator Rubber Tyred Gantry
dapat dilakukan yaitu menggunakan (RTG) di Terminal Peti Kemas
kekuatan atau kekerasan berupa Semarang juga menyatakan bahwa
peraturan yang harus dipatuhi.16 Maka peran tally (rekan kerja) sangat
dari itu suatu prosedur kerja yang membantu operator dalam
telah ada di dalam suatu tempat kerja mengoperasikan alat secara aman.21
wajib dikomunikasikan dan Analisis Reward and Punishment
disosialisasikan secara menyeluruh Operator menyatakan
kepada setiap pekerja oleh pihak punishment diberikan apabila operator
manajemen agar pekerja bekerja melakukan kesalahan. Namun reward
sesuai prosedur dan terhindar dari tidak pernah diberikan apabila
kecelakaan kerja.17 operator bekerja dengan baik dan
Bentuk komunikasi tersebut aman. Operator juga menyatakan
menurut Level berdasarkan hasil apabila ada reward akan lebih
survei yang dilakukan kepada memotivasi mereka untuk bekerja
penyelia terkait keefektikan metode aman
komunikasi dalam suatu tempat kerja, Hal tersebut didukung oleh
pada situasi penyampaian informasi pernyataan Groenweg bahwa
terkait kebijakan atau peraturan akan pemberian punishment yang diikuti
lebih efektif dilakukan dengan lisan dengan pemberian reward yang
yang kemudian diikuti oleh tulisan.18 berarti dan memimiliki nilai bagi
Terdapat pula penelitian yang seseorang yang menerimanya
dilakukan pada bidan yang melakukan tersebut, dinilai lebih efektif untuk
asuhan persalinan normal pada suatu mengendalikan suatu perilaku.22
rumah sakit di Banda Aceh
menyatakan bahwa kebijakan(SOP) KESIMPULAN DAN SARAN
berhubungan dengan perilaku aman 1. Tingkat pendidikan tinggi, masa
menggunakan APD.19 kerja yang lama dan usia yang
Analisis Peran Asisten Operator lebih tua tidak menjadikan
Dalam suatu kelompok kerja, operator berperilaku aman,
perkerja akan mendapatkan tidak begitupula sebaliknya.

358
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Pengetahuan yang dimiliki Produktivitas [Internet]. 2013. 1


operator mengenai p. Available from: www.ilo.org
pengoperasian alat secara aman 4. Casualties in Cargo Handling
cukup baik. Accidents in 2016 - Marine
3. Terdapat operator yang bersikap Industrial Accident Statistic
positif dan bersikap negatif pada [Internet]. 2016. Available from:
saat pengoperasian alat. https://www.mardep.gov.hk/en/
4. Keadaan mesin pada setiap alat publication/pdf/mias_c1_2016.p
sudah baik karena adanya df
pemeriksaan setiap hari oleh 5. Arifin C. Kecelakaan Kerja,
operator dan pihak Jasa Ferry Andrianto Tewas
Peralatan Pelabuhan Indonesia Mengenaskan di Dermaga
(JPPI). Kontainer Tanjung Priok
5. Seluruh operator telah mengikuti Kecelakaan Kerja, Ferry
pelatihan sebelum menjadi Andrianto Tewas Mengenaskan
operator untuk mendapatkan di Dermaga Kontainer Tanjung
SIO/lisensi K3. Priok [Internet]. 2017 [cited
6. Safety briefing telah dilakukan 2017 Mar 15]. Available from:
pada setiap pergantian shift dan http://www.tribunnews.com/met
cukup baik namun belum ropolitan/2017/10/22/kecelakaa
melibatkan operator untuk ikut n-kerja-ferry-andrianto-tewas-
berdiskusi. mengenaskan-di-dermaga-
7. Standard Operational Procedure kontainer-tanjung-priok
(SOP) pengoperasian alat angkat 6. Anonim. Duh! Tingkat
sudah ada, namun sosialiasi Kecelakaan Kerja di Pelabuhan
belum menyeluruh. Peti Kemas Tinggi [Internet].
8. Peran asisten operator sangat 2018 [cited 2018 Mar 15].
membantu operator dalam Available from:
mengoperasikan alat angkat https://economy.okezone.com/r
secara aman. ead/2017/10/26/320/1802606/d
9. Pemberian reward untuk operator uh-tingkat-kecelakaan-kerja-di-
belum ada dari perusahaan pelabuhan-peti-kemas-tinggi
sedangkan punishment sudah 7. Su’mamur. Keselamatan Kerja
ada dan diterapkan. dan Pencegahan Kecelakaan.
Jakarta: PT. Gunung Agung;
DAFTAR PUSTAKA 1996.
1. Tarwaka. Keselamatan dan 8. Widyawati K. Analisis Perilaku
Kesehatan Kerja-Manajemen Aman Para Perawat di Instalasi
dan Implementasi K3 di Tempat Rawat Inap pada Sebuah
Kerja. Surakarta: Harapan Rumah Sakit Swasta Kota
Offset; 2008. Semarang. Universitas
2. Tarwaka. Dasar-Dasar Diponegoro; 2015.
Keselamatan Kerja Serta 9. Siagan SP. Kiat Meningkatkan
Pencegahan Kecelakaan Kerja Produktivitas Kerja. Jakarta;
di Tempat Kerja. Surakarta: 2009.
Harapan Press; 2016. 10. Notoatmodjo S. Promosi
3. International Labour Kesehatan dan Perilaku
Organization. Keselamatan dan Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kesehatan Kerja Keselamatan Cipta; 2012.
dan Kesehatan Sarana untuk 11. Ayuningtyas M. Faktor-Faktor

359
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 4, Agustus 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yang Berhubungan dengan Terminal Peti Kemas


Praktik Safety Driving pada Semarang. Universitas
Pengemudi Road Tank Diponegoro. Semarang; 2016.
PT.Pertamina EP Asset 4 Field 22. Syafaat. Analisis Perilaku
Cepu. Universitas Diponegoro; Berisiko (At-Risk Behavior)
2016. pada Pekerja Unit Usaha Las
12. Fajri H. Analisis Tingkat ektor Informal di Kota X Tahun
Pengetahuan Safety Driving 2008. Universitas Indonesia;
Pada Sopir Mobil PT.X. 2008.
Universitas Indonesia; 2008.
13. Listianti AN, Faisya AF,
Camelia A. Analisis Perilaku
Aman Pada Pekerja Galangan
Kapal di PT Dok & Perkapalan
Kodja Bahari ( Persero )
Cabang Palembang Periode
Oktober Tahun 2012;4:99–107.
14. Notoatmodjo S. Promosi
Kesehatan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
15. Anggia N. Efektivitas
Komunikasi Safety Talk
Sebagai Pemenuhan Informasi
K3 Bagi Karyawan PT.Multikon.
Universitas Mercubuana; 2011.
16. Notoatmodjo S. Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi offset; 2003.
17. Goetsch DL. Occupational
Safety and Health in The Age
of High Technology. 2nd ed.
Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall Inc; 1996.
18. Level DL. Communication
Effectiveness: Method and
Situation. J Bus Commun.
1972;19–25.
19. Musthafa WU. Pemakaian APD
Pada Proses Pertolongan
Persalinan di Ruang Bersalin
Rumah Sakit Kota Banda Aceh.
2016;1–6.
20. Munandar AS. Psikologi
Industri dan Organisasi.
Jakarta: Universitas Indonesia;
2001.
21. Pribadi KY. Analisis
Pengoperasian Pada Operator
Rubber Tyred Gantry (RTG) di

360

You might also like