You are on page 1of 12

JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 p-ISSN.

2443-115X
e-ISSN. 2477-1821

STUDI KELENGKAPAN PENJELASAN INFORMASI CARA


PENGGUNAAN CONTROLLERMETERED-DOSE INHALER
(MDI) YANG MENGANDUNG KORTIKOSTEROID SEBAGAI
TERAPI ASMA DI APOTEK KABUPATEN TUBAN

Submitted : 20 Maret 2017


Edited : 15Mei 2017
Accepted : 23 Mei 2017

Amelia Lorensia1, Jessica Nathania2

1
Departement of Clinical-Community Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Surabaya of University
(Universitas Surabaya (UBAYA))
2
Postgraduate Student of Bachelor of Pharmacy Science, Faculty of Pharmacy, Surabaya of
University (Universitas Surabaya (UBAYA))
Email : amelia.lorensia@gmail.com

ABSTRACT
This experiment centred in metered dose inhaler (MDI) device which used routinely by
asthma patient as controller therapy. MDI used ask patient’s skill more when using their
medication. MDI technique informnation provided by pharmachist are important to achive
optimal medication in asthma therapy. By a non experimental study, mysterious patient collect
MDI technique gived by pharmacist in Tuban pharmacy using observacional and cross
sectional method. Information about MDI technique comprehensive collected by two ratter as
mysterious patient which assessed with checklist that got measseured by kappa to know ratter
aggrement percentage. The result showed from a total sampling under 41 pharmachist which
represent each 41 pharmacy in Tuban, by purposive sampling Pharmacists as pharmaceutical
personnel responsible for information services at pharmacies, including information on how to
use MDI. Most of the apothecary's ability level in providing information is still lacking, then
continued with adequate technique, and optimal technique in providing complete information of
MDI use for asthma patient. Pharmacists know how to use MDI and no pharmacist is
unexpected or not familiar with MDI as an asthma therapy. Pharmacists in Tuban district have
a tendency to inform only four stages of the nine stages of MDI use from Osman et al (2012), ie
at the 1st, 3rd, 5th, and 6th stages of MDI use.

Keywords : controller, metered dose inhaler (MDI), drug information, pharmacist

PENDAHULUAN Rata-rata prevalensi asma untuk seluruh


Asma salah satu penyakit kronis di wilayah Indonesia sebesar 3,32% dan Jawa
dunia, diperkirakan telah mencapai 300 juta timur sebesar 2,62%(3). Tujuan utama
jiwa penduduk dengan peningkatan penatalaksanaan asma adalah meningkatkan
prevalensi sebanyak 100 juta jiwa pada dan mempertahankan kualitas hidup, agar
tahun 2025(1). Di Indonesia, asma pasien dapat hidup normal tanpa hambatan
menduduki peringkat sepuluh sebagai dalam melakukan aktivitas sehari-hari(2).
penyakit dan penyebab kematian (Survei Penatalaksanaan asma secara rutin
(2)
Kesehatan Rumah Tangga atau SKRT) . menggunakan terapi controller digunakan

14 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

secara teratur setiap hari. Golongan yang faktor penentu, apakah pasien memperoleh
merupakan lini pertama pilihan agen keuntungan atau kerugian pada terapi jangka
controller adalah inhaled panjang asma. Instruksi lisan secara jelas
glucocorticosteroids (ICS) yang terkadang dengan teknik yang benar, disertai
sering dikombinasikan dengan beta-2 demonstrasi alat, sangat efektif dan telah
agonis(4). menunjukkan peningkatan kemajuan pada
Kemajuan pada pengobatan asma data klinik pasien. Keberhasilan pengobatan
adalah dengan merubah rute pemberian obat asma tidak bergantung dari tipe alat inhalasi
secara oral menjadi inhalasi dengan bentuk yang diresepkan, pasien tidak akan
sediaan aerosol, yaitu MDI (metered-dose menggunakan alat secara tepat dan benar
inhaler)(5). Bentuk sediaan ini dapat apabila tidak mendapatkan instruksi yang
menghantarkan obat secara langsung dalam jelas serta demonstrasi penggunaan alat
dosis yang lebih kecil dan efektif, tersebut(7).
mengurangi efek samping dan dengan onset Studi yang dilakukan di kalangan
bronkodilator lebih cepat(1). Namun tenaga kesehatan kefarmasian untuk
penggunaan inhaler membutuhkan memantau penggunaan MDI dengan
keterampilan lebih dalam hal koordinasi menggunakan pasien misterius(10) dan
pada saat menarik dan menahan nafas, serta menggunakan daftar checklist yang berisi
mengeluarkan dosis obat dari inhaler secara sembilan tahapan penggunaan alat inhalasi,
tepat(6). Kesulitan penggunaan MDI ditemukan bahwa rendahnya kontrol pada
ditemukan pada lansia dan anak-anak, yang asma dilatarbelakangi oleh kurangnya waktu
dapat berisiko menyebabkancandidiasis yang disediakan oleh petugas kesehatan
orofaringeal(4,6). Selain itu, kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
penggunaan alat, membawa dampak oleh pasien dan kurangnya pengetahuan
kesalahan penggunaan alat inhalasi, yang dimiliki apoteker akan penggunaan alat
menyebabkan tidak terkontrolnya asma, inhalasi(5,10,11).
meningkatnya eksaserbasi asma, tidak Pada penelitian ini juga
optimalnya dosis yang diterima pasien, dan menggunakan pasien misterius, sesuai
peningkatan dosis obat yang seharusnya metode yang digunakan pada penelitian
belum diperlukan(7). Osman dkk (2012)(10). Pasien misterius
Terwujudnya pengobatan yang adalah tenaga terlatih yang bertugas
optimal pada terapi asma, memerlukan peran melakukan evaluasi mengenai kinerja tenaga
apoteker dalam memantau tingkat level professional, pasien misterius membekali
asma pasien, serta memberikan diri dengan naskah dan daftar pertanyaan
pengetahuannya untuk menggunakan inhaler untuk tenaga professional. Di sini pasien
ICS secara benar untuk pengobatan jangka misterius memiliki keuntungan dapat
panjang asma(8). Di samping itu, MENKES melihat gambaran kejadian yang sebenarnya
tahun 2004 dalam Standar Pelayanan secara mendalam(12). Dari latar belakang
Kefarmasian tahun 2004 mengatur tersebut maka penelitian ini bertujuan
kewajiban farmasis untuk memberikan mengetahui kemampuan apoteker di daerah
konseling dan monitoring penggunaan obat kabupaten Tuban dalam memberikan
terlebih pada pasien dengan penyakit penjelasan mengenai penggunaan MDI yang
tertentu salah satunya asma(9). Maka penting mengandung kortikosteroid.
mengetahui kemampuan apoteker di apotek
dalam menggunakan alat inhalasi asma
karena teknik penggunaan inhaler adalah

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 15


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

bersedia memberikan informasi dan


menjawab wawancara terkait penggunaan
METODE PENELITIAN controller MDI. Setiap apotek diwakili oleh
Desain Penelitian 1 pemberi informasi yaitu apoteker atau
Merupakan penelitian observasional apoteker yang diwakilkan oleh tenaga
dengan desain cross sectional. Menganalisis kefarmasian.
masalah yang sering terjadi pada pemberian Besar sampel dalam penelitian ini
informasi pada penggunaan controller MDI adalah total sampling. Pengambilan total
pada praktek di apotek kabupaten Tuban. sampel ini dikarenakan populasi terjangkau
Sebagai bahan dalam penelitian ini adalah berukuran cukup kecil, yaitu sebesar 41
informasi yang diberikan oleh apoteker apoteker. Jumlah 41 apoteker sebagai
mengenai pemakaian controller MDI dan sampel didapatkan dari jumlah 41 apotek
daftar checklists. Lokasi penelitian adalah dari Dinas Kesehatan kabupaten Tuban
apotek yang memiliki ijin praktek di tahun 2014.
Kabupaten Tuban. Pengambilan data untuk
penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari Tabel 1. Sembilan tahapan penggunaan
2014 sampai bulan Desember 2015. controller MDI

No. Tahapan penggunaan controller


Variabel Penelitian
MDI
Variabel penelitian yang diteliti
1.* Buka tutup inhaler
adalah penjelasan teknik penggunaan
2.* Kocok inhaler beberapa kali.
controller MDI yang mengandung
3. Berdiri dan pada posisi kepala
kortikosteroid oleh apoteker. Informasi
tegak, pastikan memegang inhaler
mengenai penggunaan controller MDI oleh
dengan bagian mouthpiece (mulut
apoteker adalah kelengkapan informasi
inhaler) berada pada posisi bagian
tahapan penggunaan MDI. Informasi ini
bawah.
mencakup sembilan tahap langkah
4. Hembuskan nafas secara perlahan
penggunaan dengan tiga tahap diantaranya
sampai tidak ada sisa udara yang
adalah tahap critical step (Tabel 1). Tahap
dapat dihembuskan.
critical step berfungsi sebagai penentu
5. Posisikan mulut inhaler mengarah
kategori yang akan digunakan untuk
ke rongga mulut yang terbuka. Dan
mengolah data informasi oleh apoteker
aliran udara tidak terganggu,
menjadi nilai tingkatan kemampuan
dengan jalan lidah tidak menutupi
apoteker dalam memberikan informasi
bagian mulut inhaler.
penjelasan penggunaan MDI.
6.* Tekan canister (ujung bagian atas
inhaler) untuk mengeluarkan dosis,
Populasi dan Sampel
dan pada waktu bersamaan
Populasi adalah seluruh apoteker di
mulailah menarik nafas dalam
apotek di kabupaten Tuban, Jawa Timur
secara perlahan (koordinasi)
yang bersedia memberikan informasi
7. Lanjutkan untuk bernapas perlahan-
penggunaan controller MDI. Sampel adalah
lahan selama 4-5 detik
semua apoteker yang memiliki status
8. Tahan napas selama 10 detik
sebagai apoteker penanggung jawab apotek
9. Hembuskan nafas secara perlahan
maupun apoteker pendamping yang
lahan
melaksanakan pekerjaan kefarmasian di
Total score
apotek kabupaten Tuban, Jawa Timur dan

16 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

Keterangan : * = “critical step” (10) Hal ini dilakukan untuk menyimpan data
informasi yang nantinya digunakan
Metode Pengambilan Data sebagai media pembantu untuk mengisi
Kronologi pengambilan data dalam daftar checklist untuk mengukur
penelitian ini adalah sebagai berikut: kemampuan apoteker dalam memberikan
1. Melakukan survei data mengenai jumlah informasi mengenai pengguaan
apotek yang masih aktif di kabupaten controller MDI.
Tuban. 3. Pasien misterius menggali secara lisan
2. Mengirimkan lembar inform consent informasi tambahan mengenai alasan dan
kepada tiap-tiap apotek di kabupaten penyebab terkait kemampuan apoteker
Tuban. yang beragam terhadap tata cara
3. Setelah didapatkan jumlah apotek yang penggunaan controller MDI.
bersedia, pasien misterius melakukan 4. Kedua pasien misterius mengisi tabel
pengambilan sampel. Sampel yang tahapan penggunaan controller MDI
diambil adalah data informasi yang 5. Data yang di ambil oleh pasien misterius
diberikan oleh apoteker dalam akan dimasukkan dalam kategori-
memberikan demonstrasi penggunaan kategori yang telah dibuat untuk
controller MDI yang mengandung memberikan profil mengenai kemampuan
kortikosteroid yang menjadi alat yang apoteker ke dalam daftar checklist yang
diujikan. sebelumnya telah disiapkan oleh peneliti
Urutan cara memperoleh informasi yang yang dalam penelitian ini juga bertindak
diinginkan sesuai model metodologi sebagai salah satu pasien misterius. Data
penelitian pada penelitian ini adalah sebagai informasi tambahan akan dimasukkan
berikut : dalam kolom wawancara secara narasi,
1. Dua orang pasien misterius datang guna melengkapi pertanyaan–pertanyaan
menemui subjek penelitian. Seorang yang akan timbul dari fenomena hasil
pasien misterius memberikan MDI yang penelitian yang didapatkan.
dibawanya kepada Apoteker dan
meminta penjelasan informasi cara Analisis Data
penggunaannya secara demonstrasi alat. Data informasi yang diperoleh pasien
Apoteker selaku subjek penelitian tidak misterius dari subjek yang merupakan
mengetahui apabila mereka sedang sampel di lingkungan pengambilan data
menghasilkan data nominal dan ordinal dan
dimintai informasi untuk sebuah data
ditampilkan dalam bentuk statistik
penelitian. Apoteker dikondisikan seperti deskriptif. Data nominal ditujukan pada nilai
memberikan informasi sehari-hari yang merupakan total jumlah apoteker yang
terhadap pasien yang datang berkunjung memberikan penjelasan secara benar untuk
ke apotek untuk membeli obat dan setiap step penggunaan controller MDI.
bertanya mengenai obat mereka. Seperti: Jumlah frekuensi data nominal yang
“Dapatkah anda menolong saya dalam dihasilkan adalah jumlah step penggunaan
controller MDI, yaitu 9. Frekuensi ini
menjelaskan cara penggunaan alat
digandakan sesuai jumlah pasien misterius
inhalasi ini ?” dalam penelitian. Penelitian ini
2. Kedua pasien misterius melakukan menggunakan 2 pasien misterius untuk
observasi terhadap informasi yang mengambil data nominal. Peneliti
diberikan oleh apoteker. Pasien misterius merangkap sebagai pasien misterius 1
juga merekam informasi yang diberikan bersama interrater sebagai pasien misterius 2
oleh apoteker melalui media rekam suara. memberikan skor nominal yang akan diuji

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 17


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

kesamaan persepsinya menggunakan uji HASIL PENELITIAN


interrater reliability, yaitu koefisien kappa. Data Demografi Sampel Penelitian
Nilai maksimal data nominal yang Besar sampel penelitian ini sebanyak
dihasilkan adalah jumlah apoteker dalam
41 apoteker yang masing-masing mewakili
penelitian, nilai minimal yang dihasilkan
adalah 0 yaitu tidak ada apoteker yang dapat 41 apotek, sehingga data yang dikumpulkan
menjelaskan penggunaan controller MDI. sebanyak 41 lembar checklist yang
Prinsip dari uji interrater reliability adalah dilakukan dengan apoteker dari masing-
sebagai berikut : masing apotek. Tidak semua apoteker
1. Bila nilai koefisien kappa antara 0,81- bersedia ditemui oleh pasien misterius yang
1,00 dengan nilai p atau p alpha berperan sebagai pasien asma untuk
(0,05), maka persepsi antara interrater menanyakan cara penggunaan MDI.
sama. Apoteker yang tidak bersedia ditemui oleh
2. Bila nilai koefisien kappa < 0,81
pasien misterius dapat dikarenakan tidak
dengan nilai p atau p alpha (0,05), maka
persepsi antara interrater terjadi hadir (sudah ditanyakan kesediaan
perbedaan. waktu/jadwal untuk bertemu), tidak bersedia
Data ordinal dalam penelitian ini menemui (hadir di apotek namun tidak
ditujukan pada nilai skor yang diwujudkan bersedia bertemu),atau apoteker jarang
dalam bentuk kalimat. Kalimat ini datang ke apotek. Dari 41 apotek, 25
merupakan keterangan yang menuju kepada apoteker (yang mewakili masing-masing
peringkat “teknik optimal”, “teknik apotek) bersedia untuk menjelaskan pada
adekuat”, “teknik kurang”, “tidak tahu”, dan pasien misterius mengenai cara penggunaan
“tidak familiar”, dengan peringkat “teknik MDI, 16 apotek dilakukan oleh non-
optimal” lebih tinggi daripada “teknik apoteker.
adekuat”, “teknik adekuat” lebih tinggi
daripada ”teknik kurang”, “teknik kurang” Kelengkapan Penjelasan Setiap Tahapan
lebih tinggi daripada “tidak tahu”, dan “tidak Cara Penggunaan Sediaan MDI
tahu” lebih tinggi daripada “tidak familiar”. Data yang dikumpulkan oleh pasien
Penentuan peringkat ini didasarkan pada misterius dari sumber informasi apoteker
tahapan critical step penggunaan MDI yang adalah kelengkapan tahap penggunaan MDI
menunjuk pada step nomor 1, step nomor 2, dari sembilan tahap dengan tiga diantaranya
dan step nomor 6 (Tabel 2). adalah tahap critical step yang menjadi
penentu kategori kemampuan apoteker,
Tabel 2. Kategori Kemampuan Apoteker(10) untuk itu data nominal yang dihasilkan dari
checklist diolah dalam statistik deskritif
Kategori Penjelasan terkait kategori untuk dicari frekuensi jumlah apoteker yang
memberikan informasi benar dalam setiap
Teknik Dapat menyebutkan semua
tahap step, dan dihitung persentase dari total
optimal langkah secara tepat
Dapat menyebutkan semua apoteker dan non-apoteker yang terlibat
Teknik (Tabel 3).
“critical step”, tetapi tidak
adekuat
semua tahapan lengkap
Tidak dapat menyebutkan TingkatCritical Step pada Penjelasan
Teknik
semua secara lengkap dari Penggunaan Sediaan MDI di Kabupaten
kurang
tahapan “critical step” Tuban
Tidak dapat
Tidak tahu Kelengkapan data penjelasan cara
mendemonstrasikan inhaler
Tidak Tidak pernah melihat alat pakai MDI berdasarkan critical step yang
familiar tersebut diberikan oleh masing-masing apoteker

18 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

(sampel penelitian), persentase pada step 1 dan 6 sebanyak masing-masing 7


menunjukkan bahwa jumlah apoteker yang apoteker, step 5 sebanyak 6 apoteker, step 3
menjawab penjelasan penggunaan MDI sebanyak 5 apoteker, dan tidak ada
berdasarkan critical step, terhadap total informasi yang dijelaskan oleh apoteker
apoteker yang terlibat dalam penelitian, untuk step 2, 4, 7, 8, dan 9. Apotek yang
menunjukkan urutan tertinggi hingga tidak memiliki ketersediaan MDI memiliki
terendah dimulai dari teknik kurang sebesar jumlah frekuensi benar tertinggi pada step 6
53,66%, kemudian diikuti dengan teknik sebanyak 18 apoteker, step 5 sebanyak 17
adekuat 4,88%, teknik optimal 2,44%. apoteker, step 1 sebanyak 16 apoteker, step
Sedangkan kelengkapan data penjelasan cara 8 sebanyak 5 apoteker, step 7 sebanyak 4
pakai MDI berdasarkan critical step yang apoteker, step 2 sebanyak 3 apoteker dan
diberikan oleh non-apoteker menunjukkan step 9 sebanyak 1 apoteker (Tabel 6).
bahwa urutan tertinggi hingga terendah
dimulai dari teknik kurang yaitu 34,15%, Frekuensi jumlah apoteker terhadap kategori
kemudian diikuti dengan teknik adekuat dan teknik dengan ketersediaan MDI, terbagi
tidak familiar yaitu masing-masing 2,44%, dalam Apotek yang memiliki ketersediaan
tidak ada non apoteker yang termasuk dalam controller MDI yang mengandung
kategori teknik optimal dan tidak tahu kortikosteroid dan tidak mengandung
(Tabel 4). kortikosteroid.Apotek dengan ketersediaan
MDI hanya memiliki satu macam teknik
Ketersediaan dan PelayananController kemampuan yaitu teknik kurang dengan
MDI yang Mengandung Kortikosteroid di jumlah 7 apoteker, kategori kemampuan
Apotek pada apotek yang tidak memiliki
Observasi yang dilakukan oleh pasien ketersediaan MDI memiliki 3 macam
misterius di kabupaten Tuban, dengan total kategori kemampuan yaitu teknik optimal
41 apotek, didapatkan 40 apotek menjual sebanyak 1 apoteker, teknik adekuat
inhaler, termasuk MDI, 1 apotek tidak sebanyak 2 apoteker, dan teknik kurang
menjual inhaler, 13 apotek pernah menjual sebanyak 15 apoteker (Tabel 7).
MDI dengan kondisi 5 diantara 13 apotek
tersebut pada saat peneliti melakukan Penjelasan Tambahan terkait
pengambilan data tidak menjual, 2 Penggunaan Controller MDI yang
diantaranya beralih pada bentuk sediaan mengandung kortikosteroid di Apotek
controller DPI (dry-powder inhaler) (Tabel Tabel 8 menggambarkan jumlah
5). apoteker yang memberikan konseling terkait
Ketersediaan MDI di apotek terhadap penggunaan MDI yang mengandung
kelengkapan setiap step yang dijelaskan kortikosteroid dimana hanya sebanyak 7
apoteker dibedakan dari apotek yang apoteker memberikan penjelasan terkait
memiliki ketersediaan MDI dan tidak. berkumur setelah menggunakan sediaan ICS
Apotek yang memiliki ketersediaan MDI dari total 25 apoteker yang terlibat dan dari
memiliki jumlah frekuensi benar tertinggi 41 total sampel apoteker.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 19


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

Tabel 3. Apoteker dan Non-Apoteker yang menjawab Setiap Tahapan Penjelasan Penggunaan
Controller MDI yang mengandung Kortikosteroid

TENAGA KEFARMASIAN YANG


MEMBERIKAN INFORMASI TOTAL
Tahapan
APOTEKER NON-APOTEKER (n=41)
ke-
(n=25) (n=16)
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 23 56,10 14 34,15 37 90,24
2 3 7.32 1 2,44 4 9,76
3 19 46,34 10 24.39 29 70,73
4 2 4.88 1 2.44 3 7,32
5 23 56,10 13 31.71 36 87,80
6 25 60.98 15 36,59 40 97,56
7 4 9.76 1 2,44 5 12,20
8 5 12,20 1 2,44 6 14,63
9 1 2,44 0 0,00 1 2,44

Keterangan: (%): persentase dari total sampel

Tabel 4. Kelengkapan Penjelasan Penggunaan MDI Berdasarkan Critical Step

TENAGA KEFARMASIAN YANG


KELENGKAPAN TOTAL
MEMBERIKAN INFORMASI
PENJELASAN MDI
NON-
BERDASARKAN APOTEKER
APOTEKER Jumlah (%)
CRITICAL STEP
Jumlah (%) Jumlah (%)
Dapat
Teknik menyebutkan
1 2,44 0 0,00 1 2,44
Optimal semua step secara
tepat
Dapat menjawab
Teknik semua “critical
2 4,88 1 2,44 3 7,32
Adekuat step”, tetapi tidak
semua step
Tidak dapat
Teknik menjawab semua
22 53,66 14 34,15 36 87,80
Kurang “critical step”
secara lengkap
Tidak Tidak dapat
0 0,00 0 0,00 0 0,00
Tahu mendemonstrasikan
Tidak pernah
Tidak melihat alat
0 0,00 1 2,44 1 2,44
Familiar tersebut
sebelumnya
TOTAL 25 61 16 39 41 100

Keterangan: (%): persentase dari total sampel

20 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketersediaan dan Pelayanan Sediaan Controller MDI yang
Mengandung Kortikosteroid di Apotek

KETERSEDIAAN PELAYANAN TOTAL


CONTROLLER MDI YANG
MENGANDUNG KORTIKOSTEROID DI Jumlah (%)
APOTEK
Apotek sekarang menjual MDI
Frekuensi apotek menjual MDI:
Sering 0
Kadang-kadang 3
Jarang 4
Tergantung resep 1
Petugas apotek yang biasanya melayani
sediaan MDI: 3
8 19,51
Apoteker 1
Asisten apoteker 4
Apoteker / Asisten apoteker
Petugas apotek yang biasanya
memberikan konseling sediaan MDI :
Apoteker 3
Asisten apoteker 1
Apoteker / Asisten apoteker 4
Apotek sekarang tidak menjual MDI 33 80,49
Apotek pernah menjual sediaan 5
Inhaler 28
Apotek tidak pernah menjual
sediaan MDI
TOTAL 41 100

Tabel 6. Tabulasi Silang antara Kelengkapan Penjelasan Setiap Tahapan Cara Penggunaan
Inhaler oleh Apoteker dengan Ketersediaan Controller MDI yang mengandung
Kortikosteroid di Apotek

KETERSEDIAAN CONTROLLER MDI


YANG MENGANDUNG
Tahapan TOTAL APOTEKER
KORTIKOSTEROIDDI APOTEK
ke-
TERSEDIA TIDAK TERSEDIA
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1 7 28,00 16 64,00 23 92,00
2 0 0.00 3 12,00 3 12,00
3 5 20,00 14 56,00 19 76,00
4 0 0.00 2 8,00 2 8,00
5 6 24,00 17 68,00 23 92,00
6 7 28,00 18 72,00 25 100,00
7 0 0.00 4 16,00 4 16,00
8 0 0.00 5 20,00 5 20,00
9 0 0.00 1 4,00 1 4,00
Keterangan: (%): persentase dari total sampel penelitian (apoteker)

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 21


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

Tabel 7. Tabulasi Silang antara Kelengkapan Penjelasan Cara Penggunaan MDI Berdasarkan
Cricital Step oleh Apoteker dengan Ketersediaan MDI di Apotek

KELENGKAPAN KETERSEDIAAN CONTROLLER MDI


PENJELASAN YANG MENGANDUNG
TOTAL APOTEKER
MDI KORTIKOSTEROIDDI APOTEK
BERDASARKAN TERSEDIA TIDAK TERSEDIA
CRITICAL STEP Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Teknik Optimal 0 0,00 1 4,00 1 4,00
Teknik Adekuat 0 0,00 2 8,00 2 8,00
Teknik Kurang 7 28,00 15 60,00 22 88,00
Tidak Tahu 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Tidak Familiar 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 7 28,00 18 72,00 25 100

Keterangan: (%): persentase dari total sampel penelitian (apoteker)

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penjelasan Sampel Penelitian (Apoteker) terkait Penggunaan


controller MDI yang mengandung kortikosteroid (Inhaled Corticosteroid) di Apotek
yang Terlibat dalam Penelitian

TENAGA KEFARMASIAN YANG


INFORMASI
MEMBERIKAN INFORMASI TOTAL
TAMBAHAN
APOTEKER NON-APOTEKER (n=41)
DALAM
(n=25) (n=16)
PENJELASAN
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Penjelasan efek
samping yang
0 0 0 0 0 0
sering/dapat muncul
akibat penggunaan ICS
Penggunaan ICS
dengan memberikan
0 0 0 0 0 0
jarak antara mulut
dengan mouthpiece
Kumur dengan air
setelah menggunakan 7 17,07 2 4,878 9 21,95
ICS
Tidak memberikan
18 43,90 14 34,15 32 78,05
penjelasan
TOTAL 25 60,98 16 39,02 41 100

22 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

PEMBAHASAN perlahan-lahan setelah pasien menahan dosis


Penelitian ini dilakukan di Kabupaten obat agar terdeposit maksimal di paru-paru.
Tuban, daerah dengan kondisi sarana Osman tidak menjelaskan mengenai aturan
fasilitas tenaga kefarmasian khususnya penggunaan dosis kedua, yang pada leaflet
dalam penelitian ini adalah apotek memiliki dijelaskan pada tahap terakhir (tahap
frekuensi jumlah yang kurang dan tidak ketujuh), untuk menunggu 30 detik sebelum
tersebar merata di setiap area lingkungan menggunakan dosis kedua dengan
kabupaten. Terdapat area yang tidak mengulang langkah kedua sampai keenam
memiliki akses terhadap apotek, dan area (Tabel 9).Tahap ini menekankan
minim apotek, untuk itu alangkah baiknya pemberian jarak waktu untuk penggunaan
bila apotek yang ada mampu memberikan dosis kedua, resiko yang didapatkan bila
pelayanan yang optimal, sehingga usaha terjadi informasi error pada tahap ketujuh
lebih yang dikeluarkan oleh pasien untuk brosur adalah berkurangnya atau tidak
memperoleh fasilitas kesehatan dapat adanya dosis obat yang dikeluarkan oleh
sebanding dengan hasil yang didapatkan. inhaler pada saat pemakaian, karena
Pada penelitian ini, pasien misterius metering chamber belum terisi kembali
menyerahkan MDI beserta kemasan primer sepenuhnya(13).
dan brosur dari produk obat tersebut, dimana Penelitian ini merupakan penelitian
sebenarnya apoteker dapat membaca brosur observasional kuantitatif dengan data
untuk sebagai informasi dalam menjelaskan informasi tambahan sebagai data kualitatif.
MDI tersebut. Namun berdasarkan dari Data kuantitatif digunakan untuk mencari
pengakuan beberapa sampel penelitian yang generalisasi, dalam hal ini menghasilkan
mengatakan kesulitan membaca brosur tingkat kemampuan apoteker. Proses
karena brosur menggunakan bahasa inggris. kategori didasarkan pada hasil pengamatan
Cheklist yang digunakan dalam menilai dan penilaian yang rentan terjadi perbedaan
kelengkapan penjelasan ada sembilan persepsi antara peneliti satu dan peneliti lain
tahapan(10), sedangkan pada brosur terdapat maupun antar peneliti dan pengumpul data.
tujuh tahapan pengunaan dari alat tersebut. Penelitian ini menggunakan dua pengumpul
Meskipun memiliki tahap penggunaan lebih data, yaitu peneliti sebagai pengumpul data
sedikit, tujuh tahap tersebut telah mencakup pertama dan seorang pengamat selain
delapan tahap milik Osman dkk(2012)(10) peneliti sebagai pengumpul data kedua.
dan memberikan tahapan penggunaan Peneliti dan pengamat dua masing-masing
tambahan yaitu pada tahap ketujuh yang memberikan penilaian terhadap setiap
merupakan poin penggunaan terakhir pada kemampuan apoteker. Persepsi yang
brosur. Tahap kesembilan milik Osman, didapatkan dari dua orang pengumpul data
adalah tahap yang tidak dijelaskan pada akan diuji kesamaan persepsi untuk
brosur MDI. Tujuh tahap penggunaan MDI menghasilkan data penelitian yang akurat.
menurut brosur obat MDI tersebut Data yang diuji kesamaan persepsi adalah
membatasi penjelasan penggunaan sampai data ordinal, dalam penelitian ini adalah
tahap menahan nafas, sedangkan Osman tingkat kemampuan apoteker berdasarkan
dkk(2012)(10) menambahkan tahapan lanjut tahap critical step yang terdiri dari 5
yaitu untuk menghembuskan nafas secara kategori dan dihitung dengan statistik kappa.

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 23


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

Tabel 9. Tahap Penggunaan MDI Menurut Pustaka Osman dan Salah satu Brosur Obat MDI
yang Mengandung Kortikosteroid

No. Tahapan pengguaan alat MDI (10) No. Tahapan penggunaan MDI (brosur)
1.* Buka tutup inhaler 1. Buka penutup mulut inhaler dan lakukan
cek kebersihan pada bagian sisi dalam dan
luar bagian mulut inhaler.
2.* Kocok inhaler beberapa kali. 2. Kocok inhaler beberapa kali.
3. Berdiri dan pada posisi kepala 3. Tahan inhaler dalam posisi tegak, antara
tegak, pastikan memegang inhaler jari dan ibu jari, dengan ibu jari berada
dengan bagian mouthpiece (mulut pada posisi dasar, yaitu dibawah mulut
inhaler) berada pada posisi bagian inhaler.
bawah.
4. Hembuskan nafas secara perlahan 4. Buanglah nafas keluar senyaman mungkin
sampai tidak ada sisa udara yang melalui mulut, kemudian letakkan mulut
dapat dihembuskan. inhaler di dalam mulut di antara gigi dan
posisikan bibir dalam kondisi menutup.
Inhaler tidak dikondisikan dalam keadaan
tergigit.
5. Posisikan mulut inhaler mengarah 5. Saat akan memulai menarik nafas melalui
ke rongga mulut yang terbuka. Dan mulut, tekan ke bawah bagian atas inhaler
aliran udara tidak terganggu, untuk mengeluarkan salmeterol dan
dengan jalan lidah tidak menutupi fluticasone propionate, tetap melanjutkan
bagian mulut inhaler. menarik nafas (dalam)
6.* Tekan canister (ujung bagian atas 6. Tahan nafas, dan pindahkan inhaler dari
inhaler) untuk mengeluarkan dosis, mulut, jauhkan jari dari bagian atas
dan pada waktu bersamaan inhaler (mencegah pengeluaran dosis),
mulailah menarik nafas dalam lanjutkan menahan nafas sepanjang
secara perlahan (koordinasi) nyaman.
7. Lanjutkan untuk bernapas perlahan- 7. Untuk memulai dosis kedua, tunggu 30
lahan selama 4-5 detik detik sebelum mengulang langkah ke 2-6.
8. Tahan napas selama 10 detik
9. Hembuskan nafas secara perlahan
lahan

Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan MDI, namun hanya


diperoleh, ditemukan beberapa keterbatasan menggambarkan kemampuan tenaga
penelitian sebagai berikut: (1) Besar sampel kefarmasian.
penelitian dari apoteker yang relatif kecil
menyebabkan hasil penelitian belum SIMPULAN
menggambarkan kemampuan menjelaskan Berdasarkan penelitian yang
dari apoteker sebagai tenaga kefarmasian dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
yang bertanggung jawab dalam pemberian apoteker di kabupaten Tuban, memiliki
konseling di apotek; (2) Penelitian ini tidak tingkat kemampuan kurang dengan
dapat menggambarkan kemampuan pasien persentase tertinggi, kemudian diikuti
asma di kabupaten Tuban dalam dengan teknik adekuat, dan teknik optimal

24 AKADEMI FARMASI SAMARINDA


JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(1), 14-25, 2017 AMELIA LORENSIA

dalam memberikan kelengkapan informasi Practising in Oman : SQU Journal for


penggunaan MDI untuk pasien asma. Scientific Research. I : 39 – 43
Apoteker mengetahui cara penggunaan MDI 6. Terzano C, 2001, Pressurized Metered
dan tidak ada apoteker yang tidak mengenali Dose Inhaler and Add on Devices,
atau tidak familiar terhadap MDI sebagai Pulmonary Pharmacology &
terapi asma. Apoteker di kabupaten Tuban Therapeutics. 14 :351-366.
memiliki kecenderungan untuk hanya 7. National Asthma Council Australia,
menginformasikan empat tahap dari 2008, Asthma Management Handbook
sembilan tahap penggunaan MDI dari 8. Onda M, Sakurai H, Hayase Y, dkk,
Osman dkk (2012), yaitu pada tahap ke-1, 2009, Effect of Patient – Pharmacist
ke-3, ke-5, dan ke-6 penggunaan MDI. Communication on the Treatment of
Asthma: The Pharmaceutical Society of
DAFTAR PUSTAKA Japan. 129 : 427 – 433
1. Odili VU, Okoribe CO, 2010, 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Assessment of Pharmacists’ Knowledge Indonesia Nomor 1027 Tahun 2004
on Correct Inhaler Technique : tentang Standar Pelayanan
Research Journal of Pharmaceutical, Kefarmasian di Apotek, 3-7
Biological and Chemical Sciences. 10. Osman A, Hassan A, Ibrahim M, dkk,
2. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan 2012 , Are Sudanese Community
Klinik Didjen Bina Kefarmasian dan Pharmacists Capable to Prescribe and
Alat Kesehatan Departemen kesehatan Demonstration Asthma Inhaler Device
RI Tahun 2007, Pharmaceutical Care to patient? A mystery study. Pharmacy
Untuk Penyakit Asma, 7-18 Practise 2012 Apr-Jun ; 10-2 ; 110-11
3. Oemiati R, Sihombing M, Qomariah, 11. Nadi E, Zeraati F, 2005, Evaluation of
2010, Faktor – Faktor yang the Metered Dose Inhaler Technique
Berhubungan dengan Penyakit Asma di among Healthcare Providers :
Indonesia : Corelation Factor of Department of Internal Medicine. 43 : 4
Asthma Diseases in Indonesia. 12. Lazarus A, 2009, Psychiatric Services
4. Global Initiative for Asthma, 2015, Improving Psychiatric Sevice Through
Global Strategy For Ashtma Mystery Shopping, vol 60 No 7 : 972-
Management and Prevention. 973
5. Baddar SA, Alrawas OA, Alriyani KA, 13. Beaucage D & Nesbitt S, 2002 Chronic
dkk, 2001,Metered Dose Inhaler Obstructive Pulmonary Disease,
Technique among Healthcare Providers McGraw-Hill Australia, Australia, 91-94

AKADEMI FARMASI SAMARINDA 25

You might also like