You are on page 1of 39

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320376182

PENYELESAIAN SENGKETA PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT DALAM


KASUS TUMPAHAN MINYAK MONTARA DI LAUT TIMOR

Article · May 2017


DOI: 10.24843/JMHU.2016.v05.i04.p14

CITATIONS READS

0 1,594

1 author:

Ni Putu Suci Meinarni


STMIK STIKOM Indonesia
12 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Hoax and IT's Mechanism View project

All content following this page was uploaded by Ni Putu Suci Meinarni on 20 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

UPAYA HUKUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA


PENCEMARAN LINGKUNGAN LAUT DALAM KASUS
TUMPAHAN MINYAK MONTARA DI LAUT TIMOR

Oleh:
Ni Putu Suci Meinarni

Abstract
Diplomacy as a means of communication made by various parties, including
the negotiations between representations who have been recognized or defined
as well as the negotiations when it was not possible to see a bright spot, the
one party or two countries who consider necessary, can choose the path of
another in the settlement of disputes. Regarding the case Montara, Indonesia
can choose the legal path is through ITLOS. When all lanes closed negotiations
and diplomacy, international legal channels under the umbrella of ITLOS is
open for the settlement of cases of oil spills in the Montara platform. If ITLOS
considered too early to have as a line dispute resolution, since the country rarely
choose ITLOS as a settlement of the dispute, as evidenced since it entry into
force (between 1994 to 2006), only 13 cases were handled by ITLOS, and in
UNCLOS itself is possible for more flexible judicial selection and Arbitration
still in the high demand.

Keywords: diplomacy,UNCLOS,ITLOS, Arbitration, Montara.

Abstrak
Diplomasi sebagai suatu cara komunikasi yang dilakukan oleh berbagai pihak
termasuk negosiasi antara wakil-wakil yang sudah diakui atau yang diartikan
pula sebagai perundingan-perundingan ketika sudah tidak memungkinkan lagi
untuk menemui titik terang maka salah satu pihak maupun kedua negara yang
menganggap perlu, dapat memilih jalur lain dalam penyelesaian sengketa.
Berkaitan dengan kasus Montara, indonesia dapat memilih jalur hukum yaitu
melalui ITLOS. Bila semua jalur negosiasi dan diplomasi tertutup, jalur hukum
internasional di bawah payung hukum ITLOS terbuka untuk penyelesaian
kasus tumpahan minyak di sumur Montara. Apabila ITLOS dianggap terlalu
dini untuk dipilih sebagai jalur penyelesaian sengketa, karena memang negara
jarang sekali memilih ITLOS sebagai tempat penyelesaian sengketa, terbukti
sejak entry into force (antara tahun 1994 sampai dengan tahun 2006), hanya 13
kasus yang ditangani ITLOS. Di dalam UNCLOS masih memungkinkan adanya
pilihan peradilan yang lebih fleksibel dan lebih dinikmati oleh negara-negara
yaitu Arbitrase.

Kata kunci: diplomasi, UNCLOS, ITLOS, Arbitrasi, Montara.

 Penulis adalah Dosen STIMIK-STIKOM Indonesia, Jl. Tukad Pakerisan No. 97, Denpasar, Bali,
email:sucimeinarni@gmail.com

833
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

I. PENDAHULUAN berujung pada sengketa dengan pihak


Pada tahun 1982, Perserikatan swasta yang terkait dengan pencemaran
Bangsa-Bangsa dalam United Nations tersebut.Tanggal 20 Agustus 2009,
Convention on Law of the Sea 1982 telah terjadi ledakan di ladang minyak
(UNLOS 1982) Pasal 1 ayat (4), Montara yang berada di kawasan Zona
mendefinisikan pencemaran laut Ekonomi Ekslusif (ZEE) Australia.
sebagai : Ledakan tersebut mengakibatkan
“Pollution of the marine tumpahnya minyak mentah yang
environtment“ means the meluas sampai kepada wilayah ZEE
introduction by man directly, or Indonesia.
indirectly, of substances or energy Ledakan ladang minyak
into the marine environtment, Montara menjadi kasus luapan minyak
including estuaries, which terbesar yang terjadi di ladang minyak
results or is likely to result Montara di Laut Timor, yang terletak
in such deleterious effects as di pantai utara Australia. Ladang
harm to living resources and minyak Montara terletak di pantai
marine life, hazards to human Kimberley, 250 km di utara Truscott,
health, hindranceto marine dan 690 km di barat Darwin. Kasus ini
activities, including fishing and merupakan salah satu bencana minyak
other legitimate uses of the sea, terbesar yang dialami Australia.Aliran
impairment of quality for use minyak terjadi sejak 21 Agustus 2009
of sea water and reduction of dan berlanjut hingga 3 November
amenities. 2009. Kedutaan Besar Australia di
Ada dua kriteria yang digunakan Jakarta menjelaskan bahwa minyak
untuk mengklasifikasikan sumber mentah mulai mengalir menuju Laut
pencemaran, yaitu: berdasarkan Timor pada tanggal 21 Agustus
aktivitas penyebab terjadinya 2009, dan memberikan notifikasi
pencemaran (aktivitas dasar laut, kepada Pemerintah Indonesia setelah
dumping, navigasi) dan berdasarkan diperoleh citra satelit pada tanggal 1
cara polutan masuk ke dalam September 2009 yang menunjukkan
lingkungan (polusi dari daratan dan bahwa tumpahan minyak mengalir
polusi atmosferik). menuju ZEE Indonesia dalam bentuk
Pada tahun 2009, Indonesia gumpalan. Sebagai langkah lanjutan,
mengalami kasus pencemaran pada tanggal 28 Oktober 2009,
lingkungan laut, yang pada akhirnya the Minister for the Environment,
 Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Heritage and the Arts, Peter Garrett,
Hukum Laut, Departemen Luar Negeri
Direktorat Perjanjian Internasional.  Wikipedia,Montara Oil Spill, www.wikipedia.
 Budislav Vukas, 2004, The Law of the Sea, com. Diakses tanggal 12 Juni 2010
Leiden, Martinus Nijhoff Publishers, hlm.  Ibid
236-237.  Ibid

834
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

menjelaskan secara langsung kepada dengan penyelesaian sengketa


Menteri Lingkungan Indonesia, Gusti pencemaran minyak.
Muhammad Hatta, terkait dengan
permasalahan tumpahan minyak II. METODE PENELITIAN
Montara. 2. 1 Sifat Penelitian
Kerugian ditimbulkan oleh Spesifikasi penulisan mengenai
tumpahan minyak mencemari kawasan sengketa antara Indonesia dan Australia
laut Indonesia, Australia, dan Timor yang juga sebagai korban dalam Kasus
Leste.Negara Republik Indonesia Minyak Montara di Laut Timor, yang
cukup besar.Pemerintah Indonesia termasuk dalam ZEE Indonesia, serta
bersama-sama dengan Australia tantangan yang dihadapi terkait dengan
bertanggungjawab dalam memelihara belum adanya rezim hukum yang
dan memberikan perlindungan sesuai dengan penyelesaian sengketa,
terhadap lingkungan. Salah satu adalah merupakan penelitian mormatif-
langkah yang ditempuh untuk dapat empiris, yang sifatnya deskriptif.
menyelesaikan kasus pencemaran Penelitian normatif diartikan
minyak ini, Pemerintah Indonesia sebagai penelitian yang mencakup ilmu
mengajukan perkara pencemaran laut kaidah dan ilmu pengertian atau yang
tersebut ke dalam sengketa dengan biasa disebut ilmu dogmatik hukum
PTTEP Australasia. (normwissenschaft)  .Sedangkan
Berdasarkan latar belakang penelitian hukum empiris adalah jenis
diatas, maka penulis tertarik untuk penelitian yang dilakukan terutama
memaparkan mengenai bagaimanakah dengan cara meneliti data primer.
penyelesaian sengketa yang dapat Sehingga, penelitian hukum normatif-
ditempuh dalam kasus minyak empiris adalah penelitian hukum yang
Montara? menggunakan data primer.
Tujuan Penelitian ini secara 2. 2 Jenis Penelitian
obyektif adalah; Dalam penelitian sumber data
Untuk mengetahui pola penelitian diperoleh tidak hanya
penyelesaian sengketa dalam hukum dari data primer melainkan dari data
internasional yang ditempuh dalam sekunder.Data yang bersumber dari
kasus pencemaran lingkungan laut data primer adalah data yang diperoleh
oleh tumpahan minyak di laut Timor. langsung dari pihak yang menghayati
Dan secara subyektif adalah: data tersebut10 atau data yang diperoleh
Untuk memperoleh tambahan  Sugeng Istanto, 2004, Bahan Kuliah Politik
pengetahuan di bidang hukum Hukum (Diktat Magister Hukum Program
Pascasarjana UGM), Yogyakarta, hlm 71-72
internasional khususnya yang berkaitan  Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2003,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan,
 Australia Embassy Indonesia, Montara Oil Jakarta, PT. Radja Grafindo Persada, hlm.13-
Spill, Media Release, 2 November 2009. 14
Jakarta. 10 Sugeng Istanto, Loc. Cit.

835
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

secara langsung dari lapangan yang ini,yaitu penelitian dibidang hukum,


merupakan hasil informasi narasumber, peneliti menggunakan instrumen
yaitu dari instansi terkait. pengumpulan data berupa: wawancara,
Adapun bahan-bahan hukum observasi, dan studi dokumen12.
yang dijadikan objek penelitian Data yang bersumber dari data
kepustakaan dibagi menjadi tiga sekunder, sebagaimana umumnya
macam, yaitu bahan hukum primer, dalam penelitian normatif atau
bahan hukum sekunder dan bahan kepustakaan, juga digunakan sebagai
hukum tersier.11 alat pengumpulan data.13
Bahan hukum primer, sebagai 2. 4 Tahapan Penelitian
bahan yang mengikat, terdiri dari a. Tahap Persiapan
sejumlah peraturan internasional Tahap ini dimulai dengan
maupun nasional, meliputi: mengumpulkan bahan atau data
a. Piagam Perserikatan Bangsa- tentang permasalahan dalam penulisan
Bangsa (PBB), ini, dan selanjutnya menyusun usulan
b. Konvensi Hukum Laut penelitian, melakukan konsultasi
Internasional (UNCLOS 1982), dan penyempurnaan, mengadakan
c. Konvensi-konvensi interna- wawancara dan mengurus perijinan.
sional, regional, dan bilateral b. Tahap Penelitian
yang berkaitan dengan Tahap ini dilakukan dengan
lingkungan dan kelautan. wawancara narasumber dan penelitian
Bahan hukum sekunder, adalah terhadap kepustakaan yang berkaitan
bahan hukum yang memberikan dengan permasalahan dalam
penjelasan mengenai bahan hukum penelitian ini, dengan maksud untuk
primer, terdiri dari buku-buku, jurnal, mengumpulkan data dan melakukan
makalah, surat kabar, karya ilmiah para pengkajian lebih lanjut terhadap data
sarjana hukum, dan berbagai bahan sekunder yang berupa pengumpulan
yang ditulis di internet (website) yang dan kajian atau analitis lebih lanjut yang
berkaitan dengan permasalahan. lebih mendalam terhadap bahan hukum
Bahan hukum tersier meliputi primer, sekunder dan tersier. sedangkan
seluruh referensi yang memberikan penelitian lapangan dilakukan dengan
petunjuk atau penjelasan atas bahan cara mengadakan wawancara dengan
hukum primer dan sekunder, misalnya: narasumber atau pihak yang berkaitan
kamus hukum, kamus bahasa dengan permasalaahan penelitian ini
Indonesia, kamus bahasa Inggris, dan sehingga dapat memberikan data atau
sebagainya. keterangan yang akurat.
2. 3 Alat Pengumpulan Data
12 Ibid. hlm. 66
Mengingat bidang penelitian 13 Maria Sumarjono, 2001, “Pedoman Pembuatan
Usulan Penelitian”, Jakarta, Gramedia Pustaka
11 Soerjono Soekanto. Op Cit.hlm. 52 Utama, hlm. 36

836
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

c. Tahap Penyelesaian 2. 7 Cara Mengatasi Hambatan


Tahap ini merupakan tahap dalam Penelitian
akhir dari seluruh rangkaian kegiatan Hingga kini, penulis berusaha
penelitian dengan melakukan penulisan menyikapi hambatan penelitian dengan
laporan awal sebagai hasil penelitian cara melakukan pencarian informasi
dengan cara menganalisis, kemudian secara intensif melalui media maupun
dilanjutkan dengan konsultasi dan sumber-sumber lain guna melengkapi
revisi serta diakhiri dengan pembuatan hasil penulisan.
penulisan laporan penelitian.
2. 5 Pengolahan dan Analisis Data III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, penyajian hasil Pembahasan terhadap hasil
penelitian (sebagai hasil pengolahan penelitian dan pengujian yang
data) disatukan dengan analisis data14. diperoleh disajikan dalam bentuk
Artinya penulis kemudian melakukan uraian teoritik, baik secara kualitatif
analisa secara detail dan sistematis maupun kuantitatif. Hasil percobaan
terhadap setiap sumber yang didapat, sebaiknya ditampilkan dalam berupa
dilakukan perbandingan secara secara grafik atau pun tabel. Untuk grafik
menyeluruh dan kualitatif, sehingga dapat mengikuti format untuk diagram
menghasilkan sebuah penulisan yang dan gambar.
tepat dan mencapai tujuan penulisan 3.1 Penyelesaian Sengketa Kasus
yang diinginkan. Pencemaran Minyak Platform
2. 6 Hambatan Penelitian Montara
Peneliti membutuhkan waktu Ketika area suatu lingkungan
yang tidak singkat untuk menyelesaikan telah termasuki oleh sesuatu zat yang
seluruh proses penelitian karena asing atau tidak orisinil berasal dari
minimnya literatur yang dimiliki dan tempat tersebut, dapat dikatakan
kerumitan proses birokrasi dari pihak- wilayah lingkungan tersebut telah
pihak yang terkait dengan penelitan. tercemar atau terkontaminasi.
Penulis juga dihadapkan dengan situasi Tercemar sendiri mengundang banyak
dimana permasalahan yang diangkat pengertian di berbagai kalangan
masih dalam proses sehingga akan akademisi, Thomas M. Pankratz
terdapat banyak sekali data-data terbaru salah satunya mengartikan, Pollution
yang artinya akan mempengaruhi is the presence of pollutant in the
waktu dan proses penulisan berkaitan environment.15
dengan kemungkinan munculnya Tanah, air dan udara merupakan
permasalahan baru yang berimbas pada tiga elemen penting pada lingkungan.
penambahan analisis atau penggunaan Ketiga elemen tersebut merupakan
lebih banyak lagi teori hukum. 15 Thomas M. Pankratz 2001, Environmental
Engineering Dictionary and Directions, Lewis
14 Ibid.hlm. 68. Publishers, United States, hlm. 194.

837
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

objek dari hukum lingkungan.Salah tenaga nuklir, penggunaan


satu elemen penting yang tidak dapat isotop radioaktif dalam dunia
dilepaskan dari kehidupan kita dengan kedokteran, berbagai industri
fungsi yang sangat vital serta berkaitan dan riset ilmiah serta percobaan
dengan penulisan ini adalah “Air”. nuklir. Hasil pembuangan
Pencemaran air. limbah nuklir ke media air sangat
Penyebab tercemarnya air dapat berbahaya pada masa yang akan
dikatagorikan sebagai berikut :16 datang.
1. Organic Pollutant 5. Thermal Pollutants
Termasuk di dalamnya adalah Batubara atau bahan bakar nuklir
sampah rumah tangga, pestisida, pembangkit listrik berbahan
limbah pertanian, minyak, bakar termal adalah sumber
sampah-sampah dari pengolahan polusi termal. Air panas dari
bahan makanan, limbah pabrik pembangkit ini dibuang sebagai
kertas, dan lain-lain. limbah ke dalam danau atau
2. Inorganic Pollutant sungai terdekat di mana suhu
Kelompok sampah ini terdiri dari meningkat sekitar 10 derajat
garam anorganik, asam mineral, celcius. Efek ini berbahaya pada
logam, deterjen, dan lain-lain. kehidupan air di badan air.
3. Sediments Pencemaran lingkungan laut
Erosi tanah sebagai proses merupakan salah satu pokok bahasan
alamiah yang membuat endapan- dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa
endapan pada air. Sedimentasi (PBB).UNCLOS 1982 merupakan
dari tanah banyak terbawa oleh produk hukum PBB yang mengatur
air menuju sungai, danau, dan masalah-masalah terkait dengan
laut. Beberapa unsur material lingkungan laut. Berikut adalah definisi
yang juga ikut terbawa arus pencemaran lingkungan laut menurut
air dalam proses sedimentasi Pasal 1 ayat (4) UNCLOS 1982:
alami adalah seperti, tembaga, “Pollution of the marine
nikel, mangan, kromium dan environtment“ means the
molibdenum. introduction by man directly, or
4. Radioactive Materials indirectly, of substances or energy
Polusi radioaktif disebabkan into the marine environtment,
oleh proses pertambangan dan including estuaries, which
produksi substansi radioaktif, results or is likely to result
penggunaan radioaktif material in such deleterious effects as
untuk pembangkit listrik harm to living resources and
16 Anil Kumar De, 2009, Environment and marine life, hazards to human
Ecology, New Age International, India, hlm. health, hindranceto marine
65-68.

838
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

activities, including fishing and 3. Marine pollution caused by


other legitimate uses of the sea, radioactivity.
impairment of quality for use Pencemaran laut karena adanya
of sea water and reduction of kegiatan-kegiatan radioaktif
amenities.17 alam maupun ataupun kegiatan-
Secara khusus, pencemaran laut kegiatan manusia.Dua penyebab
dapat dibedakan dalam lima kategori utamanya adalah percobaan
utama, yaitu :18 senjata nuklir dan pembuangan
1. Marine pollution caused via limbah radioaktif, termasuk
the atmosphere by land based pencemaran yang disebabkan
activities. oleh penggunaan laut untuk
Bukti-bukti ilmiah menunjukkan kepentingan militer atau
adanya tiga penyebab utama pembuangan alat-alat militer di
pencemaran laut golongan pertama laut.
ini, yaitu: 4. Ship-borne pollution.
a. Penggunaan berbagai macam Pencemaran jenis ini dapat
“synthethic chemicals” terdiri dari berbagai macam
khususnya “chlonarinated bentuk kapal dan muatan. Akan
hydrocarbons” untuk pertanian tetapi penyebab utamanya adalah
b. Pelepasan logam-logam berat tumpahan minyak di laut, yang
(“heavy metal”) seperti merkuri dapat dibedakan karena kegiatan
akibat proses industri atau kapal seperti pembuangan air
lainnya ballast atau karena adanya
c. Pengotoran atmosfer oleh kecelakaan kapal di laut,
hydrocarbons minyak yang terutama apabila kecelakaan itu
dihasilkan oleh penggunaan melibatkan kapal tanker.
minyak bumi untuk menghasilkan 5. Pollution from offshore mineral
energi. production.
2. The disposal of domestic and Kegiatan penambangan di
industrial wastes. dasar laut, terutama apabila
Pencemaran yang disebabkan terjadi kebocoran pada instalasi
oleh pengaliran limbah domestik penambangan dan pembuangan
atau limbah industri dari pantai, limbah yang tidak memenuhi
baik dari sungai, “sewage persyaratan yang telah
outlets” atau akibat “dumping”. ditentukan.
Dalam penelitian ini, kasus yang
menjadi objek dalam pembahasan
17 Pasal 1 ayat (4) UNCLOS
18 Melda Kamil Ariadno, 2007, Hukum adalah kasus pencemaran minyak
Internasional Hukum Yang Hidup, Jakarta, di laut. Pelu diketahui bahwa secara
Diadit Media, hlm. 24.

839
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

umum, pencemaran minyak di laut 2. Dampak terhadap sumber daya


berasal dari beberapa sumber:19 hayati
1. Tumpahan minyak karena Minyak dapat merusak sumber-
operasional kapal dan kecelakaan sumber kekayaan yang dapat terbarui,
kapal yaitu:
2. Pelimpasan minyak dari darat a. Biota, semua biota dapat terkena
(down the drain) dampak tumpahan minyak
3. Terbawa asap (up in smoke) seperti pada kelompok mamalia
4. Eksplorasi dan eksploitasi lepas laut, ikan, plankton dan/atau
pantai jasad renik, reptilia, mollusca,
5. Pipa transportasi minyak crustaceae dan invertebrata
6. Tank cleaning lainnya serta burung yang hidup
7. Perembesan alami (natural di sekitar laut.
seeps) b. Kerusakan juga dapat terjadi
Pencemaran lingkungan laut oleh pada ekosistem, yaitu:
minyak dapat menimbulkan dampak 1) Terumbu karang
negatif terhadap sumber daya hayati
(dampaknya sangat
dan nonhayati, sebagai berikut:20
mematikan/lethal dan
1. Dampak terhadap sumber daya
sub-lethal, misalnya
nonhayati
pengurangan kemampuan
Minyak dapat merusak sumber-
reproduksi, perkembangan
sumber kekayaan nonhayati, seperti:
larva dan kolonisasi, laju
a. Air permukaan dan air
pertumbuhan, kemampuan
bawah tanah (paling mudah
fotosintesa, struktur sel dan
tercemar oleh tumpahan
minyak) kemampuan makan).
b. Sedimen dan tanah 2) Mangrove (berdampak pada
(seringkali tercemar karena pertumbuhan mangrove
adanya kontak langsung yang dan organisme lainnya
maupun tidak langsung) yang berasosiasi pada
c. Udara (bahaya penguapan mangrove).
benzene, karena mempunyai 3) Padang Lamun, Rumput
efek karsinogenik) Laut, dan Vegetasi bawah
d. Benda purbakala (seperti air lainnya (mempengaruhi
cagar alam dan harta karun vegetasi yang berfungsi
di dasar laut dianggap sebagai kawasan asuhan,
dapat mengurangi nilai mencari makan dan
estetikanya) berlindung berbagai spesies
19 Eny Budi Sri Haryani, Makalah Pribadi penting)
Pengantar falsafah sains, IPB, Bogor, 2005.
20 Ibid.

840
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

4) Kawasan perikanan, kadang-kadang kerusakan yang


mempengaruhi berbagai menghebohkan yang disebabkan oleh
daerah penangkapan ikan tumpahan minyak, mereka dipandang
seperti daerah perikanan sebagai masalah yang relatif kecil
sensitif (sensitif terhadap untuk ikan dan lingkungan laut
gangguan lingkungan), dibandingkan dengan pencemaran
daerah penangkapan nutrisi kronis. tergantung pada jumlah
ikan (wilayah yang dan jenis tumpahan minyak, di mana ia
sudah ditentukan sebagai tumpah, dan kondisi cuaca, pemulihan
daerah penangkapan ekosistem dapat cepat atau sangat
ikan) dan daerah jalur- lambat.21
jalur penangkapan ikan
dan wilayah pengelolaan 3.2 Intrumen Hukum
perikanan. Internasional Mengenai
3. Dampak terhadap sosial ekonomi Lingkungan dan Lingkungan
masyarakat Laut
Tumpahan minyak memiliki Akomodasi terhadap kepentingan
pengaruh yang besar terhadap Indonesia dan juga dunia internasional
perikanan budidaya, pembenihan atas perlunya eksistensi rezim hukum
(hatchery) budidaya biota laut dan laut telah dilakukan melalui usaha-
air payau, tambak garam, perikanan usaha untuk memperoleh rezim
tangkap dan pariwisata. hukum laut yang menyeluruh, yaitu
Pencemaran akibat tumpahan sebagaimana yang tercantum dalam
minyak adalah masalah utama pada beberapa konvensi mengenai hukum
beberapa perairan pantai, membunuh laut, antara lain :
atau berdampak pada ikan, organisme 1. Konferensi Kodifikasi Den Haag
laut lainnya, burung dan mamalia. 1930 (The Hague Codification
Tumpahan minyak juga membunuh Conference in 1930) di bawah
atau mengurangi kehidupan organisme naungan Liga Bangsa-Bangsa.
di pasir pantai maupun karang, dan juga 2. Konferensi PBB tentang Hukum
dapat membunuh cacing-cacing dan Laut I tahun 1958 (The First UN
serangga yang merupakan makanan Conference on the Law of the
bagi burung maupun satwa liar.Ketika Sea in 1958).
tumpahan menyusup ke rawa-rawa 3. Konferensi PBB tentang Hukum
pesisir, minyak dapat merusak atau Laut II tahun 1960 (The Second
membunuh ikan, udang, dan hewan UN Conference on the Law of
lainnya brids. the Sea in 1960).
Tumpahan minyak juga dapat 21 Marquita K. Hill, 2004, Understanding
mengotori pantai digunakan untuk Environmental Pollution 2nd Edition,
berenang dan rekreasi.meskipun Cambridge University Press, United Kingdom,
hlm. 206.

841
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

4. Konferensi Hukum Laut masing. Setiap kegiatan yang berada


III tahun1982 (The Third di bawah yurisdiksi Negara-negara
UN Conference on the tersebut harus dilakukan dengan
Law of the Sea 1982) yang cara sedemikian rupa sehingga tidak
menghasilkan United Nations mengakibatkan kerusakan yang
Convention on the Law of the diakibatkan oleh pencemaran kepada
Sea (UNCLOS 1982). Negara-negara lain dan lingkungannya.
UNCLOS 1982 merupakan Apabila terjadi pencemaran, tiap
upaya dunia internasional atas Negara harus melakukan upaya agar
pembentukan rezim hukum laut pencemaran yang timbul dari tindakan-
menyeluruh yang disetujui di tindakan dan kegiatan tersebut tidak
Montego Bay, Jamaica, pada tanggal menyebar melampaui daerah-daerah
10 Desember 1982 beranggotakan yang ada di bawah pelaksanaan hak-
164 Negara.22 UNCLOS 1982 terdiri hak kedaulatan Negara terkait.
dari 17 bagian dan 9 lampiran yang Tindakan-tindakan yang
antara lain mengatur tentang: batas- dilakukan untuk mencegah,
batas dari yurisdiksi nasional di ruang mengurangi, dan mengendalikan
udara di atas laut, navigasi, riset pencemaran lingkungan laut harus
ilmiah, pertambangan laut, eksploitasi mencakup tindakan-tindakan yang
sumber hayati dan non hayati di laut, direncanakan untuk mengurangi sebesar
perlindungan dan pemeliharaan laut mungkin terjadinya pencemaran. Dan
serta penyelesaian perselisihan atas UNCLOS 1982 menyebutkan empat
eksploitasi dan eksplorasi laut oleh pencemar lingkungan laut, sebagai
negara-negara peserta. berikut:23
Sesuai dengan UNCLOS 1982 1. The release of toxic, harmful or
Pasal 194, Negara-negara harus noxious substances, especially
mengambil segala tindakan yang those which are persistent, from
perlu, baik secara individual maupun land-based sources, from or
bersama-sama untuk mencegah, through the atmosphere or by
mengurangi, dan mengendalikan dumping.
pencemaran lingkungan laut yang 2. Pollution from vessels, in
disebabkan oleh setiap sumber dengan particular measures for
menggunakan cara-cara praktis yang preventing accidents and
sesuai dengan kemampuan masing- dealing with emergencies,
22 United Nation Division for Ocean Affairs and ensuring the safety of operations
The Law of The Sea Chronological lists of at sea, preventing intentional
ratifications of, accessions and successions to
the Convention and the related Agreements, and unintentional discharges,
http://www.un.org/Dept/los/reference_files/ and regulating the design,
chronological_list_of_ratifications.htm,
Diakses pada 7 Oktober 2012.
23 Pasal 194 (3) UNCLOS 1982.

842
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

construction, equipment, mengatur kewajiban negara peserta


operation, and manning of untuk memastikan bahwa tindakan
vessels. eksplorasi dan eksploitasi kekayaan
3. Pollution from installations laut di dalam jurisdiksi nasionalnya
and devices used in exploration tidak mengakibatkan kerusakan
or exploitation of the natural dan pencemaran lingkungan laut
resources of the seabed and wilayahnya sendiri dan juga lingkungan
subsoil, in particular measures laut negara lain.
for preventing accidents and Negara peserta UNCLOS 1982
dealing with emergencies, diwajibkan untuk bekerjasama secara
ensuring the safety of operations bilateral, regional dan global baik
at sea, and regulating the secara langsung ataupun melalui
design, construction, equipment, organisasi internasional dalam
operation and manning of such merumuskan aturan-aturan, standar-
installatios or devices. standar dan rekomendasi praktek
4. Pollution from other installations serta prosedur guna melindungi dan
and devices operating in memperhitungkan keadaan regional
the marine environment, bersangkutan24. Apabila suatu negara
in particular measures for mengetahui tentang ancaman atau
preventing accidents and pencemaran lingkungan yang sudah
dealing with emergencies, terjadi di wilayah lintas batas, negara
ensuring the safety of operations tersebut harus memberitahukan
at sea, and regulating the negara lain yang mungkin tercemar
design, construction, equipment, dan organisasi internasional yang
operation and manning of such terkait atas peristiwa ancaman atau
installations or devices. pencemaran lingkungan laut lintas
Bab XII UNCLOS 1982, batas tersebut25.
mewajibkan negara-negara peserta UNCLOS 1982 juga
untuk melakukan upaya-upaya yang menetapkan hak negara-negara
dipandang perlu guna mencegah, peserta untuk mengelola sumber-
mengurangi dan mengawasi sumber kekayaan alam mereka sesuai
pencemaran lingkungan laut dari dengan kebijaksanaan lingkungan dari
sumber-sumber manapun baik masing-masing negara26. UNCLOS
dari daratan (pembuangan sampah 1982 juga mengatur hal-hal yang
rumah tangga dan deterjen berlebih, berkaitan dengan pertanggungjawaban
penggunaan pestisida yang melebihi terhadap kerusakan lingkungan laut,
ambang batas yang diperbolehkan, hak kekebalan bagi kapal perang
pencemaran air sungai, dan lain-lain) 24 Pasal197 UNCLOS 1982
ataupun laut. UNCLOS 1982 juga 25 Pasal 198 UNCLOS 1982
26 Pasal 193 UNCLOS 1982

843
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

dan kapal-kapal pemerintah serta dan tanggung jawab untuk


kaitan dari Bagian XII UNCLOS memastikan bahwa aktivitas
1982 tentang Perlindungan dan dalam yurisdiksi atau kontrol
Pemeliharaan Lingkungan Laut dengan mereka tidak menyebabkan
kewajiban-kewajiban yang tercantum kerusakan untuk lingkungan
pada konvensi-konvensi lainnya guna Negara-negara lainnya atau
perlindungan lingkungan laut. kawasan di luar batas yurisdiksi
Di bidang lingkungan hidup nasional.
pada umumnya, pada tahun 1972, 3. Prinsip 22:
diadakan suatu Deklarasi mengenai Negara-negara akan bekerja
lingkungan yang diselenggarakan sama untuk mengembangkan
di Stockholm.Deklarasi tersebut lebih lanjut hukum internasional
menghasilkan beberapa prinsip dasar tentang tanggung jawab dan
yang bertujuan untuk menjaga dan kompensasi untuk korban
melestarikan lingkungan. Dan berikut pencemaran dan kerusakan
beberapa prinsip yang berkaitan lingkungan lainnya yang
dengan penulisan ini, yaitu:27 disebabkan oleh kegiatan dalam
1. Prinsip 7: yurisdiksi atau pengawasan
Negara sebaiknya mengambil Negara-negara tersebut untuk
semua langkah yang kawasan di luar yurisdiksi
memungkinkan untuk mencegah mereka.
pencemaran laut oleh zat- 4. Prinsip 24:
zat yang bertanggung jawab Masalah internasional mengenai
membahayakan kesehatan perlindungan dan perbaikan
manusia hidup dan kehidupan lingkungan harus ditangani
laut, fasilitas merusak atau dalam semangat kerjasama
yang bertentangan dengan oleh semua negara, besar dan
pemanfaatan laut yang sah kecil, pada pijakan yang sama.
lainnya. Kerjasama multilateral atau
2. Prinsip 21: bilateral melalui pengaturan atau
Negara-negara telah sesuai sarana lain yang tepat sangat
dengan Piagam Perserikatan penting untuk mengendalikan,
Bangsa-Bangsa dan prinsip- mencegah, mengurangi dan
prinsip hukum internasional, hak menghilangkan secara efektif
berdaulat untuk mengeksploitasi dampak merugikan lingkungan
sumber daya mereka sendiri akibat kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan kebijakan di semua bidang, sedemikian
lingkungan mereka sendiri, rupa yang berdampak pada nilai
yang diambil dari kedaulatan
27 Declaration of The United Nations Conference dan kepentingan semua Serikat.
on the Human Environment, Stockholm 1972

844
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Dari banyaknya perjanjian- 7. The Principle of Common but


perjanjian serta kesepakatan Differentiated Responsibility.
internasional utamanya di bidang Berkaitan dengan permasalahan
lingkungan, Phillip Sands dalam dalam penelitian ini yang melibatkan
bukunya merumuskan beberapa prinsip Indonesia dan australia, terdapat
umum yang sering dijadikan dasar beberapa bentuk kerjasama,
untuk menegakkan hukum lingkungan baik bilateral, regional, maupun
internasional, yaitu diantaranya :28 internasional dalam hal perlindungan
1. The obligation reflected in dan pemeliharaan lingkungan laut
principle 21 of the Stockholm lintas batas, yaitu:
Declaration and Principle 2 of 1. Kerjasama Bilateral
the Rio Declaration, namely, MoU between the Government
that states have sovereignty of Australia and Indonesia on
over their natural resources and Oil Pollution Preparedness
the responsibility not to cause and Response 1996, yang
transboundary environmental mengandung butir-butir
damage. Sovereignty over kerjasama antara lain sebagai
natural resources and the berikut:
responsibility notto cause 1. Promosi kerjasama yang
damage to the environment saling menguntungkan di
of other states or toareas dalam kesiapan di dalam
beyond national jurisdiction. merespon polusi minyak di
Bahwa setiap negara memiliki laut;
kedaulatan atas sumber daya alam 2. Kerjasama pertukaran
di dalam wilayah negaranya dan informasi atas insiden
bertanggung jawab penuh untuk pencemaran minyak di
tidak menimbulkan kerusakan laut;
lingkungan bagi negara lain atau 3. Inspeksi lapangan pada
yang masih berada di dalam lokasi insiden minyak di
yurisdiksi nasionalnya. laut yang sedang terjadi
2. The Principle of Preventive untuk kerjasama yang
Action. saling menguntungkan
3. The Principle of Co-operation. antar kedua belah pihak;
4. The Principle of Sustainable 4. Pelatihan dan pendidikan
Development. bersama untuk capacity
5. The Precautionary Principle. building yang lebih baik;
6. The Polluter Pays Principle. 5. Promosi untuk melakukan
28 Phillipe Sands, 2003, Principle of International riset dan penelitian di
Environmental Law. Cambridge University dalam menciptakan
Press, United Kingdom, hlm. 231- 285.

845
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

ukuran (measures), teknik, dalam merespon insiden


standar dan peralatan yang pencemaran minyak di laut
diperlukan; yang terjadi di wilayah
6. Kerjasama tanggap darurat negara ASEAN, dan lain-
seperti mobilisasi personil, lain.
logistik dan peralatan lain 3. Kerjasama Global
yang dibutuhkan di dalam Salah satu kerjasama global
situasi darurat, dan lain- mengenai penanganan
lain. pencemaran minyak yang cukup
2. Kerjasama Regional relevan dengan permasalahan
Dalam lingkup ASEAN, salah dalam penelitian ini adalah
satu kerjasama mengenai International Convention on
pencemaran minyak yang Civil Liability for Oil Pollution
relevan dengan permasalahan Damage (CLC) dan the
yang diteliti adalah MoU for International Oil Pollution
ASEAN Oil Spill Response Compensation (IOPC) Funds
Action Plan (ASEAN-OSRAP) 1992, yang mengandung butir-
1992, yang mengandung butir- butir kerjasama antara lain:
butir kerjasama berikut: a. CLC dimaksudkan untuk
a. Meningkatkan kemampuan memastikan bahwa
negara peserta untuk tersedia kompensasi yang
merespon insiden cukup bagi pihak-pihak
pencemaran minyak di laut yang terkena dampak
yang terjadi di wilayah pencemaran laut akibat
negara-negara ASEAN; tumpahan minyak yang
b. Membentuk skema berasal dari kecelakaan-
kerjasama untuk pemberian kecelakaan kapal.
bantuan yang saling b. Dalam CLC, kecuali
menguntungkan diantara terbukti bahwa kesalahan
negara anggota ASEAN; mutlak berada pada suatu
c. Membuat prosedur pihak, terdapat batas
pengelolaan bencana di pertanggung jawaban
dalam merespon insiden (limit of liability) atas
pencemaran minyak di laut jumlah kompensasi yang
yang terjadi di wilayah ditanggung oleh pihak-
negara-negara ASEAN; pihak yang terlibat di dalam
dan suatu insiden pencemaran
d. Membuat skema bantuan laut. Oleh karena itu IOPC
eksternal dan internal F u n d s  m e n y e d i a k a n
yang diperlukan di dana tambahan apabila

846
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

kerugian yang ditimbulkan Penyelesaian sengketa yang


melebihi limit of seharusnya ditempuh ketika terjadi
liability yang diatur di sengketa internasional demi terciptanya
dalam CLC tersebut, dan kedamaian dan keamanan internasional
lain-lain. adalah penyelesaian sengketa secara
damai yang terdapat di dalam pasal 33
3.3 Penyelesaian Sengketa Piagam yang mencantumkan beberapa
Internasional Terkait cara damai dalam menyelesaikan
Pencemaran Laut sengketa, diantaranya :
Sudah menjadi kewajiban PBB a. Negosiasi
untuk mendorong agar sengketa- b. Penyelidikan atau inquiry
sengketa diselesaikan secara damai. c. Mediasi
Dua tujuan tersebut adalah reaksi yang d. Konsiliasi
timbul akibat pecahnya Perang Dunia e. Arbitrase
II.PBB berupaya agar perang dunia f. Judicial Settlement atau
baru tidak kembali terjadi dan PBB pengadilan
harus bekerja keras agar sengketa yang g. Organisasi Internasional
terjadi antar Negara dapat diselesaikan Dari tujuh metode penyelesaian
sesegera mungkin secara damai. sengketa yang tercantum dalam
Tujuan PBB sebagaimana yang Piagam, kemudian dikelompokkan
diamatkan dalam Pasal 1 Piagam PBB, menjadi dua bagian, yaitu penyelesaian
adalah untuk menciptakan perdamaian sengketa secara Diplomatik/politik dan
dan keamanan internasional. penyelesaian sengketa secara Hukum.
To maintain international peace Yang termasuk penyelesaian sengketa
and security, and to that end: to secara diplomatik adalah, Negosiasi,
take effective collective measures Inquiry, Mediasi, Konsiliasi.
for the prevention and removal of Sedangkan yang termasuk dalam
threats to the peace, and for the penyelesaian sengketa secara hukum
suppression of acts of aggresion adalah, Arbitrase dan penyelesaian
or other breaches of the peace, sengketa melalui pengadilan. Selain itu,
and to bring about peaceful di dalam hukum internasional publik
means, and in conformity tih juga dikenal penyelsesaian sengketa
the principles of justice and menggunakan jasa baik atau good
international law, adjustment offices yang dapat pula digolongkan
or settlement or international dalam penyelesaian sengketa secara
disputes or situations which diplomatik.
might lead to a breach of the Menurut Starke, Cara-cara
peace. penyelesaian sengketa damai, yaitu
apabila para pihak telah dapat

847
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

menyepakati untuk menemukan suatu moral atau politiknya agar


solusi yang bersahabat, antara lain negara-negara yang bersengketa
meliputi :29 mengadakan hubungan satu sama
a. Negosiasi lain atau mengadakan hubungan
Negosiasi merupakan metode kembali bila hubungan tersebut
penyelesaian sengketa yang telah diputus.
paling tua. Proses penyelesaian Secara prinsip, negara yang
sengketa dengan metode ini menawarkan jasa-jasa baiknya
hanya melibatkan para pihak, tidak ikut secara langsung dalam
para pihak bertemu untuk perundingan-perundingan,
menyelesaikan sengketa yang tetapi hanya menyiapkan dan
timbul diantara mereka. Namun, mengambil langkah-langkah
setelah abad ke-20, cara-cara lain yang perlu agar negara yang
untuk menyelesaikan sengketa bersengketa dapat bertemu satu
telah dibuat dengan tujuan untuk sama lain dan menyelesaikan
mempermudah perundingan, sengketa diantara mereka.
sehingga munculah metode- Prinsip intikad baik dapat
metode penyelesaian sengketa dikatakan sebagai prinsip
dalam bentuk-bentuk lain. fundamental dan paling sentral
b. Jasa-jasa baik dalam penyelesaian sengketa
Prosedur ini berasal dari kebiasaan antarnegara, prinsip ini
yang kemudian dikodifikasikan mensyaratkan dan mewajibkan
oleh Konvensi Den Haag 29 adanya itikad baik dari para
Juli 1899. Jasa-jasa baik (good pihak dalam menyelesaikan
offices) berarti intervensi negara sengketanya. Prinsip goodfaith
ketiga yang merasa dirinya wajar ini tercantum dalam Manila
untuk membantu penyelesaian Declaration alinea 1 paragraf 1,
sengketa yang terjadi antara dua yang berbunyi:
negara. dalam hal ini negara All state shall act in good faith
ketiga menawarkan jasa-jasa and in conformity with the
baiknya. purpose and pinciplesenshrired
Intervensi dalam bentuk jasa-jasa in the charter of the United
baik ini adalah bentuk campur Nations with a view to avoiding
tangan yang sangat sederhana disputesamong themselves
dari negara ketiga karena negara Prinsip selain good faith
tersebut membatasi dirinya dan tercantum dalam Manila
hanya menggunakan pengaruh Declaration juga terdapat dalam
29 J.G. Starke, 1988, Pengantar Hukum Bali Concord 1976 Pasal 13,
Internasional 2, Edisi Kesepuluh, Sinar yang menyatakan :
Grafika, Jakarta, hlm. 646.

848
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

The high contracting parties shall intervensi para pihak mengambil


have the determination and good bagian dalam proses tersebut.30
faith to prevent disputes from d. Konsiliasi
arising. Konsiliasi adalah suatu cara
Dalam penyelesaian sengketa penyelesaian secara damai
prinsip good faith tercermin sengketa internasional oleh
dalam 2 (dua) tahap, suatu organ yang telah dibentuk
yang pertama prinsip itikad baik sebelumnya atau dibentuk
diisyaratkan untuk mencegah kemudian atas kesepakatan
timbulnya sengeketa yangdapat pihak-pihak yang bersengketa
mempengaruhi hubungan baik setelah lahirnya masalah yang
antarnegara, yang kedua, bahwa dipersengketakan. Dalam hal ini
prinsip goodfaith ini diisyaratkan organ tersebut mengajukan usul-
harus ada ketika para pihak usul penyelesaian kepada pihak-
menyelesaikan sengketanya pihak yang bersengketa. Komisi
melalui cara-cara penyelesaian konsiliasi bukan saja bertugas
sengketa yang dikenal dalam mempelajari fakta-fakta akan
hukum internasional. tetapi juga harus mempelajari
c. Mediasi sengketa dari semua segi
Mediasi merupakan bentuk agar dapat merumuskan suatu
campur tangan pihak ketiga penyelesaian.
dalam menyelesaikan sengketa e. Penyelidikan (Fact Finding/
diantara para pihak, yang lebih Enquiry)
nyata. Dalam mediasi, negara Fact Finding dan Enquiry
ketiga tidak hanya sekedar keduanya mempunyai definisi
mengusahakan agar negara- yang sama dalam hal ini yaitu
negara yang bersengketa saling penyelidikan/mencari fakta.
bertemu, tetapi juga mengusulkan Dalam konteks hubungan
dasar-dasar perundingan dan internasional dapat dimaknai
ikut serta secara aktif dalam sebagai suatu proses untuk
perundingan. menemukan suatu fakta atau
Antara jasa baik dan mediasi kebenaran yang dilakukan oleh
hampir serupa, namun pada tim penyelidik yang netral.
prinsipnya sebuah jasa baik, Maksud dari diadakannya
pihak ketiga yang memberikan penyelidikan suatu kasus sengketa
penawaran bantuan penyelesaian adalah untuk menyelesaikan
sengketa tidak lagi berasumsi
30 Ellie Louka, 2006, International Environmental
untuk melakukan negosiasi. Law : Fairness, Effectiveness and World
Sedangkan pada mediasi, Order, Cambridge University Press, New
York, hlm. 56

849
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

permasalahan atau konflik yang baik dibarat maupun ditimur.


timbul karena adanya perbedaan- Hal tersebut dikarenakan
perbedaan mengenai fakta. alasan-alasan praktis seperti
Penyelidikan hanya ditekankan lamanya waktu yang ditempuh
pada fakta-fakta yang mendasari bila penyelesaian sengketa
suatu sengketa, bukan untuk dipengadilan, biaya yang besar
permasalahan yang bersifat sampai kepada alasan-alasan
hukum murni.Dasar hukum dari kebudayaan sehingga masyarakat
pencarian fakta/penyelidikan lebih menyukai menyelesaikan
(fact finding atau Enquiry) ini sengketa diluar pengadilan.32
adalah Hague Convention on The Kata arbitrase berasal dari
Pacific Settlement of Disputes bahasa latin yaitu Arbitrare.
1907, Pasal 9-36.Pasal-pasal Arbitrase juga dikenal dengan
dalam konvensi ini mengatur debutan atau istilah lannya
cara-cara penyelesaian sengketa yang memiliki maksud yang
dengan membentuk komisi sama seperti misalnya pewsitan,
pencari fakta. atau arbitrage (Belanda)
Suatu prosedur penyelesaian arbitration (Inggris), arbitrage
sengketa secara damai dikatakan atau schiedspruch (jerman),
berhasil adalah apabila para pihak Arbitrage (prancis), kesemunya
yang terlibat sengketa secara bersama- memiliki arti yang sama yaitu
sama menyatakan menerima dan puas kekuasaan untuk menyelesaikan
akan hasil rekomendasi atau keputusan sesuatu menurut kebijaksanaan.
prosedur penyelesaian sengketa yang Dihubungkannya arbitrase
dilakukan.31 Dan prosedur berikut menurut kebijaksanaan itu, dapat
merupakan prosedur penyelesaian menimbulkan salah pengertian
sengketa secara hukum yang dapat tentang arbitrase, karena dapat
dipilih para pihak, yaitu: menimbulkan kesan seolah-olah
1. Penyelesaian Sengketa Melalui seorang arbirter atau majelis
Arbitrase arbirter dalam menyelesaikan
a. Pengertian Arbitrase suatu sengketa tidak
Arbitrase adalah intitusi hukum mengindahkan norma-norma
alternative bagi penyelesaian hukum lagi dan menyandarkan
sengketa diluar peradilan. pemutusan sengketa tersebut
Penyelesaian sengketa alternatif hanya pada kebijaksanaan.
sudah lama dikembangkan, Kesan tersebut keliru, karena
arbirter atau majelis tersebut
31 Bernard Sipahutar, 2008, Penyelesaian
Sengketa Internasional Dalam Kerangka 32 M. Faisal Salam, 2007, Penyelesaian Sengketa
UNCLOS, Majalah hukum Forum Akademika, Bisnis secara Nasional dan Internasional,,
Fakultas Hukum Universitas Jambi, hlm.35 mandar maju, Bandung, hlm. 140.

850
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

juga menerapkan hukum seperti dikemukakan oleh Abdul


apa yang dilakukan oleh hakim kadir, ken Hoyle, Geoffrey,
atau pengadilan.33 Whitehead. Mereka memberikan
Adapun definisi arbitrase batasan lembaga ini yaitu:
menurut Gill adalah arbiration menyerahkan sukarela suatu
is the reference of a dispute or sengketa kepada seseorang yang
difference between not less than berkualitas untuk menyelesaikan
two persons for determination dengan suatu perjanjian bahwa
after hearing both sides in a keputusan arbitrator akan
judicial manner by another final dan mengikat para pihak
person or persons, other than a yang berperkara.36Sedangkan
court of competent jurisdiction.34 definisi dalam peraturan
Arbitrase adalah penyerahan perundang-Undangan adalah
sengketa atau perbedaan diantara bahwa Arbitrase adalah cara
tidak kurang dari dua orang untuk penyelesaian suatu sengketa
mendapatkan putusan setelah perdatadi luar peradilan umum
mendengar kedua belah pihak yang didasarkan pada perjanjian
dalam cara yudisial (pemeriksaan arbitrase yang dibuat secara
/ Pemutusan) oleh orang atau tertulis oleh para pihak yang
orang-orang lain, selain dari bersengketa.37
pengadilan yang mempunyai Berdasarkan pengertian-
yurisdiksi hukum. Sedangkan pengertian diatas, pada
Soebekti memberi pengertian dasarnya dapat disimpulkan
bahwa arbitrase adalah suatu bahwa unsur-unsur arbitrase
perselisihan (perkara) oleh adalah sebagai berikut: 1). Cara
seorang atau beberapa orang penyelesaian sengketa secara
wasit (arbiter) yang bersama- privat atau diluar pengadilan;
sama ditunjuk oleh para pihak 2).Atas dasar perjanjian tertulis
yang berperkara dengan tidak dari para pihak; 3).Untuk
diselesaikan lewat pengadilan.35 mengantisipasi sengketa yang
Definisi lainnya adalah mungkin terjadi atau yang
sudah terjadi; 4).Melibatkan
33 R. Soebekti, 1981, Arbitrse Dagang, Bina
Cipta, Jakarta, hlm.1 pihak ketiga (arbiter atau
34 Enid A. Marshall, 1988, Gill: The Law of wasit) yang berwenang
Arbitration, Sweet & Maxwell, London, hlm.
1. mengambil keputusan; dan
35 Priyatna Abdurrasyid, 2002, Pengusaha
Indonesia Perlu Meningkatkan Minatnya 36 Huala Adolf, Hukum Arbitrase Komersil
Terhadap Arbitrase dan Alternatif Penyelesian Internasional, Raja Grafindo Persada, Yakarta,
Sengketa (Alternative Dispute Resolution hlm 11.
ADR/ Arbitration), suatu Tinjauan, Jurnal 37 UU No 30 tahun 1999 tentang Arbitrase Dan
Hukum Bisnis (edisi Oktober – November Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 1
2002), hlm. 7 ayat (1) .

851
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

5).Sifat putusannya final dan f. Bersifat rahasia: dalam


mengikat.38 lingkungan yang bersifat rahasia
b. Kelebihan, Kekurangan dan privat
Arbitrase. g. Bersifat nonpresedent: tidak
Arbitrase merupakan memiliki sifat presedent.
pemeriksaan atau penyelesaian h. Kepekaan arbiter: lebih
sengkata secara privat. Para mementingkan kepentingan
pihak, baik yang mengantisipasi privat dibandingkan kepentingan
sengketa yang mungkin umum.
terjadi maupun yangs edang i. Pelaksanaan putusan:
mengalami sengketa yang tidak lebih mudah dilaksanakan
mampu diselesaikan melalui dibandingkand engan keputusan
musyawarah, sepakat untuk pengadilan.
menyerahkan sengketanya j. Kecenderungan yang moderen.
kepada pengambil keputusan Hukum internasional telah
privat dengan cara-cara yang mengenal arbitrase sebagai alternatif
mereka tentukan bersama.
penyelesaian sengketa, dan cara ini
Dengan cara ini para pihak
dianggap sebagai cara yang efektif
menghindari penyelesaian
dan adil dalam penyelesaian sengketa.
sengketa melalui badan peradilan
Karena arbitrase berbeda dengan
umum.39
peradilan biasa dimana para pihak
Terdapat berbagai macam alasan
dapat memilih aturannya, menunjuk
para pihak memilih penyelesaian
arbiter, menentukan prosedur yang
melalui arbitrase. Alasan tersebut
akan digunakan dan mengindikasikan
adalah:
c. Kebebasan, kepercayaan, aturan hukum yang sesuai sampai
dan keamanan: memberikan dengan batas waktu tertentu.40 Para
kebebasan kepada para pihak pihak yang ingin bersengketa dengan
serta kenyamanan terhadap menggunakan metode arbitrase
keadaan yang tidak menentu. dapat menggunakan badan arbitrase
d. Keahlian: para pihak bebas yang telah terlembaga. Pada saat ini
memilih orang yang ahli dibidang terdapat sebuah lembaga arbitrase
yang mereka sengketakan. internasional yang terlembaga, yaitu
e. Cepat dan hemat biaya: tidak Permanent Court of Arbitration
perlu menunngu lama untuk (PCA). Dalam menjalankan tugasnya
mendapatkan hasil, biaya sebagai jalur penyelesaian sengketa,
ringan. PCA menggunakan UNCITRAL
Arbitration Rules 1976.
38 Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian sengketa, Gama
Media, Yogyakarta, 2008. hlm. 111.
39 Rachmat usman, 2002, Hukum Arbitrase
nasional, Grasindo, Jakarta, hlm. 18-19 40 Ellie Louka, Op.cit, hlm. 57.

852
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

2. Penyelesaian Yudisial mensyaratkan adanya persetujuan


Organ umum yang tersedia para pihak. Menurut pasal 36 ayat
untuk masyarakat internasional dalam 1 Statuta, Mahkamah memiliki
penyelesaian sengketa secara yudisial yurisdiksi terhadap semua
adalah International Court of Justice perkara yang diajukan para
(ICJ) di Den Haag. Organ umum ini pihak yang bertikai. Pengajuan
dibentuk berdasarkan bab IV (pasal 92 tersebut biasanya dilakukan
– 96) Piagam PBB yang dirumuskan dengan memberitahukan
di San Fransisco pada tahun 1945. suatu perjanjian bilateral yang
ICJ/Mahkamah Internasional dinamakan Compromis.
terdiri dari 15 hakim.Hakim-hakim 2. Kewenangan untuk memberikan
ini merupakan sebuah panel para saran (Advisory Opinion).
calon anggota mahkamah yang Advisory Opinion adalah hak
dinominasikan oleh kelompok Majelis Umum dan Dewan
National Panel Permanent Court Keamanan PBB atas Mahkamah
Internasional.
of Arbitration.Daftar dari calon ini,
a. The General Assembly or
Majelis Umum dan Dewan Keamanan,
the Security Council may
yang secara independen melakukan
request the International
pemungutan suara, memilih anggota-
Court of Justice to give an
anggota mahkamah.Untuk pemilihan
advisory opinion on any
tersebut disyaratkan suara terbanyak
legal question.
mutlak baik dalam Majelis Umum
b. Other organs of the United
maupun Dewan Keamanan.Prosedur
Nations and specialized
untuk pemilihan yang bersamaan
agencies, which may at
waktunya oleh majelis umum dan
any time be so authorized
Dewan Keamanan berlaku juga pada
by the General Assembly,
kasus pengisian lowongan-lowongan
may also request advisory
tidak tetap, misalkan pemilihan yang
opinions of the Court on
dikarenakan meninggalnya atau
legal questions arising
pensiunnya seorang hakim.
within the scope of their
Mahkamah Internasional
activities.41
secara umum memiliki 2 macam
Selain dua pihak ini, organ-
kewenangan:
organ lain dari PBB, dengan izin
1. Kewenangan untuk memutus
Majelis Umum, juga berhak meminta
perkara-perkara pertikaian
mahkamah untuk memberikan
(Contentious Case), yang
opini-opini berupa nasihat tentang
pada prinsipnya, dalam kasus-
persoalan hukum yang timbul dalam
kasus pertikaian pelaksanaan
lingkup aktivitas mereka. Dan opini-
yurisdiksi, Mahkamah
41 Pasal 96, Piagam PBB

853
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

opini tersebut dapat diupayakan 3. Mahkamah Arbitrase (Arbitral


atas persoalan hukum, baik konkret Tribunal)
maupun abstrak. 4. Mahkamah Arbitrase Khusus
Sebagai organ umum dalam hal (Special Arbitral Tribunal)
penyelesaian sengketa, Mahkamah Penyelesaian sengketa
Internasional memiliki lembaga- mengenai pencemaran lingkungan
lembaga peradilan yang lebih laut di dalam UNCLOS 1982 di
mengkhusus, utamanya berkaitan bahas pada Bab XV, yang berisikan
dengan kasus pencemaran laut.Ketika kewajiban serta prosedur penyelesaian
timbul permasalahan mengenai sengketa.Penyelesaian sengketa
sengketa laut, International Tribunal internasional dalam hal penyelesaian
for The Law of the Sea (ITLOS) lingkungan laut berkaitan erat dengan
merupakan lembaga peradilan yang pertanggungjawaban negara. Sejauh
berwenang menyelesaikannya. ini, ternyata belum ada instrumen
Metode penyelesaian sengketa hukum internasional yang mengatur
laut yang telah ada sejauh ini dianggap
pertanggungjawaban negara pada
dapat digunakan padasemua jenis
umumnya yang diterapkan terhadap
perselisihan dan tersedia untuk semua
persoalan kerusakan lingkungan. Untuk
negara. Metode umum bersama ini
itu, International Law Commission
dapat ditemukan prosedur khusus
(ILC) telah mencoba membuat
yang dibuat oleh kelompok-kelompok
rancangan ketentuan-ketentuan tentang
tertentu dari negara untuk penyelesaian
pertanggungjawaban Negara, yaitu
sengketa didaerah tertentu.42
sebagaimana tertuang dalam ILC draft
Dalam hal tidak tercapainya
articles on state responsibility.44Sesuai
suatu kesepakatan dalam penyelesaian
sengketa secara damai, maka para dengan asas sic utere tuo ut alienum
pihak dapat menggunakan prosedur non laedas45atau the principle of good
wajib yang menghasilkan keputusan neighbourlines, atas sengketa ini,
yang mengikat. Bab XV khususnya diupayakan penyelesaian sengketa
Pasal 287 UNCLOS 1982 menyediakan melalui jalur diplomatik.
empat forum yang dapat dipilih untuk
penyelesaian sengketa yaitu:43
1. Mahkamah Internasional Hukum
Laut (International Tribunal for 44 1999.“Pertanggungjawaban Negara Terhadap
The Law of The Sea-ITLOS). Pencemaran Lingkungan Internasional”,
Mimbar Hukum Universitas Gadjah Mada
2. Mahkamah Internasional No.33/X/1999, hlm. 176.
(International Court of Justice) 45 Sic utero tuo ut alienum non laedas :suatu
prinsip hukum yang mengatur tentang
42 J. G. Merrills, 2005, “International Dispute kewajiban pengguna hak milik yang tidak
Settlement”, 4th Edition, Cambridge University merugikan pihak lain. Lihat : Siahaan N.H.T.,
Press, hlm. 198 2004. Hukum lingkungan dan Ekologi
43 Bernard Sipahutar, Loc. Cit. Pembangunan, Erlangga, Jakarta, hlm. 355

854
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

3.4 Contoh Kasus Penyelesaian Washington sebagai akibat dari sulfur


Sengketa Lingkungan dioksida yang dikeluarkan oleh Trail
Internasional Smelter.47
Dalam lingkup internasional, Dua tahun kemudian, pemerintah
terdapat beberapa kasus mengenai Amerika Serikat menyampaikan
pencemaran, antara lain: keluhan kepada pemerintah Kanada
1. Arbitrase Trail Smelter46 yang intinya mengemukakan bahwa
Pada tahun 1906, Consolidated kondisi-kondisi yang ada masih jauh
Mining and Smelting Company of dari memuaskan dan kerusakan terus
Canada, Limited, sebuah perusahaan berlangsung, sehingga perlu diadakan
tambang mendirikan Smelter Plant pembaharuan pembicaraan diplomatik.
di Kanada dan perusahaan tersebut Kedua negara sepakat untuk membawa
memiliki di Trail ketika perusahaan persoalan ini ke badan arbitrase,
tersebut didirikan. Sejak saat itu, berdasarkan konvensi yang berlaku
perusahaan Kanada, tanpa gangguan, di kedua negara yang ditandatangani
telah mengoperasikan Smelter dari tanggal 15 April 1935.
waktu ke waktu sampai Smelter Mulai tahun 1920, produksi emisi
tersebut menjadi SmeltingPlant perusahaan tersebut terus meningkat.
terbesar di benua itu. Emisi tersebut mengandung sulfur
Pada tahun 1925 dan 1927, dioksida, menyebarkan bau logam dan
dua tumpukan bijih setinggi 409 kaki seng yang sangat menyengat. Pada
diproses. Penambahan produk ini tahun 1930 jumlah emisi tersebut
menghasilkan asap sulfur dioksida mencapai lebih dari 300 ton sulfur
dibuang ke udara, dan mencapai setiap hari. Emisi tersebut, karena
Amerika Serikat. Pada tahun 1916, terbawa angin, bergerak ke arah
sekitar 5000 ton sulfur per bulan wilayah AS melalui lembah sungai
dikeluarkan; pada tahun 1924, sekitar Columbia dan menimbulkan berbagai
4700 ton dan pada tahun 1926, akibat merugikan terhadap tanah, air
sekitar 10000 ton, atau dengan kata dan udara, kesehatan serta berbagai
lain, sebanyak 300-350 ton sulfur kepentingan penduduk Washington
dikeluarkan setiap harinya pada tahun
lainnya.
1930. Sejak tahun 1925 dan setidak-
AS kemudian melakukan klaim
tidaknya, sampai akhir tahun 1931
terhadap Kanada dan meminta Kanada
kerusakan terjadi di negara bagian
bertanggungjawab terhadap kerugian
46 Smelter adalah sebuah alat yang digunakan yang diderita AS.Setelah melakukan
untuk memisahkan bijih besi dari bebatuan
dengan cara memurnikannya (permurnian negosiasi, kedua negara sepakat untuk
dengan cara memanaskan pada suhu yang
sangat tinggi); atau pabrik yang menggunakan 47 Setiawan Y Sabungan, 2009
alat tersebut. Lihat: Cambridge Dictionary, Pertanggungjawaban Negara dalam
www.cambridge.dictionary.org, Diakses pada Perspektif Hukum Internasional, Fakultas
tanggal 09 Agustus 2012. Hukum Universitas Indonesia, hlm. 23.

855
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

menyelesaikan kasus itu melalui Setelah mempertimbangkan


International Joint Commision, suatu keadaan yang berhubungan dengan
badan adminsitratif yang dibentuk kasus ini, Badan Arbitrase memutuskan
berdasarkan Boundary Waters Treaty bahwa negara Kanada bertanggung
1907.Badan tersebut tidak mempunyai jawab menurut hukum internasional
yurisdiksi terhadap masalah-masalah terhadap tindakannya di pabrik
pencemaran udara dan sesungguhnya peleburan Trail. Pada 16 April 1938,
hanya mempunyai yurisdiksi terhadap mahkamah memutuskan bahwa telah
sengketa-sengketa yang berkaitan timbul kerusakan di wilayah teritorial
dengan masalah perbatasan perairan. AS yang disebabkan oleh smelter di
Sengketa terjadi akibat Trail. Kerusakan tersebut terjadi sejak
tercemarnya wilayah teritorial AS atas 1 januari 1932 sampai dengan 1 oktober
aktivitas industri smelter di Kanada. 1937, dan atas itu harus dibayarkan
Kerusakan berasal dari sulphur kerugian sebesar US $ 78,00050sebagai
dioxide48yang merupakan limbah ganti rugi final dan kompensasi atas
dari smelter tersebut.AS membawa semua kerusakan yang timbul dalam
permasalahan tersebut ke ICJ untuk jangka waktu tersebut. Mahkamah
diinvestigasi yang kemudian hasilnya menunda keputusan final, dan jika
di presentasikan pada tahun 1931.Dan terdapat tambahan biaya kerusakan
memberikan penjelasan bahwa sampai yang harus dibayarkan maka akan
dengan 1 Januari 1932, kerusakan ditetapkan rezim yang lebih layak.
yang ditimbulkan oleh pemerintah Pada 11 Maret 194151, mahkamah
AS dimintakan kompensasi sampai memberikan keputusan final.
dengan US $ 350,000.49 Dua tahun Mahkamah harus menentukan apakah
setelah report ini, AS mengindikasikan Trail Smelter memiliki kewajiban untuk
kepada Kanada bahwa kerusakan menghentikan penyebab kerusakan
masih terjadi dan pada akhirnya terjadi di AS di masa yang akan datang. Ini
pembaharuan negosiasi yang berujung menunjukkan bahwa belum ada kasus
pada penandatanganan sebuah pencemaran baik udara maupun air
konvensi. yang telah ditangani oleh Mahkamah
Internasional pada masa itu yang terkait
dengan kasus ini (pencegahan jangka
48 Sulphur dioxide/Sulfur dioksida adalah
senyawa kimia dengan rumus SO2. Ini adalah panjang).Dalam hal ini keputusan dari
gas beracun dengan bau, tajam menjengkelkan, pengadilan tinggi AS dapat dijadikan
yang dikeluarkan oleh gunung berapi dan
dalam berbagai proses industri. Lihat :http:// acuan dalam hukum internasional
en.wikipedia.org/wiki/Sulfur_dioxide,Diakses sejauh mereka memiliki kontroversi
pada tanggal 18 Agustus 2012.
49 Charles Okidi, 1998, Compendium of Judicial 50 United Nations, 2006, Reports of International
Decisions on Matters Related to Environment, Arbitral Awards, Trail Smelter Case (United
UNEP/Dutch Joint Project on Environmental States and Canada), 16 April 1938 and 11
Law and Institutions in Africa, Nairobi, hlm. March 1941, Volume III pp.1905-1982.
x 51 Ibid

856
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

dengan penanganan kasus antara dimulai dari didirikannya perusahaan


negara-negara federal AS. Mahkamah pembangkit listrik tenaga air Perancis
dalam pengambilan keputusan tetap yang menggunakan air dari danau
mempertimbangkan unsur-unsur yang tersebut.Penggunaan air tersebut
mengandung prinsip-prinsip hukum menyebabkan berkurangnya jumlah
internasional, yang juga merupakan debit air yg seharusnya juga mengalir
prinsip yang dijunjung oleh hukum ke Sungai Carol.
AS yaitu: “no state has right to use or Spanyol berkeberatan terhadap
permit the use of its territory in such rencana itu, karena khawatir sungai-
a manner as to cause injury by fumes sungai Spanyol yang besumber pada
in or to the territory of another or the danau itu mengalami pencemaran
properties of the person therein”.52 akibat limbah kimia dan perubahan
2. Arbitrase Lake Lanoux suhu yang dihasilkan oleh teknologi
Lake (danau)Lanoux terletak di yang digunakan, yang membahayakan
wilayah Perancis di sisi pegunugan kekayaan hayati sungai tersebut.
Pyrenees53.Danau ini mengalir ke Atas pertimbangan tersebut Spanyol
beberapa anak sungai yang mengalir ke mengajukan keberatan terhadap
(hanya) wilayah Perancis.Namun pada rencana Perancis.Dengan demikian
kenyataannya airnya juga mengalir ke terjadilah sengketa kepentingan antara
hulu sungai Carol, yang letaknya kira- kedua negara bersangkutan.Arbitrase
kira 25km dari Danau Lanoux. yang dibentuk untuk menyelesaikan
Pada 26 Mei 1866, Perancis dan sengketa itu menggunakan asas good
Spanyol menandatangi persetujuan faith untuk menyelesaikan kasus
mengenai hak-hak dan kewajiban tersebut.
kedua negara dalam hal memanfaatkan Perjanjian Bayonne memberikan
potensi dari air yang bersumber di titik terang dari konflik yang terjadi.
Danau Lanoux. Kesepakatan ini Pengadilan menemukan bahwa konflik
dilakukan di Bayonne-Perancis dan terjadi atas kepentingan industrial
dikenal dengan sebutan Treaty of kedua negara yang dapat didamaikan
Bayonne.54 melalui konsesi timbal balik antara
Kasus Danau Lanoux bermula Perancis dan Spanyol.55 Dalam
dari rencana Perancis memanfaatkan kasus ini, pengadilan berpendapat
potensi Danau Lanoux untuk keperluan berdasarkan Pasal 11 Perjanjian:
pendirian hydroelectric.Sengketa When in one of the two States it
52 William R. Slomanson, 2011, Fundamental
is proposed to construct works or to
Perspectives on International Law, grant new concessions which might
Wardsworth Cengage Learning, United States, change the course or the volume of
hlm. 659.
53 Etang du Lanoux, http://en.wikipedia.org/wiki/ 55 J. G. Lammers, 2001, International
%89tang_du_Lanoux, Diakses pada tanggal Organzations and The Law of The Sea
16 Agustus 2012. Documentary Yearbook, Martinus Nijhoff
54 Treaty of Bayonne, 1866, Perancis. Publishers, Netherlands, hlm. 635.

857
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

a watercourse of which the lower or hendaknya hanya melakukan kegiatan-


opposite part is being used by the kegiatan yang bermanfaat dan juga
riparian owners of the other country, baik bagi dirinya. Apa yang bermanfaat
prior notice will be given to the dan baik bagi dirinya, hendaknya juga
highest administrative authority of dirasakan sama oleh negara lain, dan
the Department or of the Province apa yang dirasakan merugikan oleh
to which such riparian owners are negara lain hendaknya juga dirasakan
subject by the corresponding authority merugikan oleh negara pelaku
in the jurisdiction where such schemes kegiatan. Dengan demikian suatu
are proposed, so that, if they might negara hendaknya tidak mengerjakan
threaten the rights of the riparian kegiatan yang hanya menguntungkan
owners of the adjoining Sovereignty, a dirinya dan merugikan negara
claim may be lodged in due time with lain, atau setiap negara hendaknya
the competent authorities, and thus the mengerjakan kegiatan-kegiatan
interests that may be involved on both yang tidak merugikan semua pihak.
sides will be safeguarded. If the work Prinsip diatas mengandung 2 (dua)
and concessions are to take place in makna, yang pertama, negara hulu
a Commune contiguous to the border, wajib mepertimbangkan kepentingan
the engineers of the other Country will negara hilir, yang kedua, negara
have the option, upon proper notice hulu dalam menetapkan rencana-
given to them reasonably in advance, rencananya, atau bertindak didalam
of agreeing to inspect the site with wilayahnya tidaklah perlu menunggu
those in charge of it. persetujuan-persetujuan negara hilir,
Bahwa Perancis tidak namun demikian adalah wajib bagi
melakukan pelanggaran atas perjanjian negara hulu untuk mempertimbangkan
ataupun terhadap aturan tambahan kepentingan negara hilir, agar tindakan
perjanjian.Perancis telah melakukan yang dilakukan tidak menimbulkan
pemberitahuan kepada pihak kerugian terhadap negara hilir.
Spanyol mengenai rencana pendirian Pengadilan memandang bahwa
pembangkit listrik tersebut. proyek Perancis memenuhi kewajiban
Bahwa Negara hulu mempunyai Pasal 11 UU Tambahan, dan bahwa
kewajiban untuk mempertimbangan Prancis dalam melaksanakan, tanpa
seluruh kepentingan yang terkait kesepakatan awal antara kedua
dengan setiap kegiatan yang ia lakukan negara, bekerja untuk penggunaan air
didalam wilayahnya. Pertimbangan itu Danau Lanoux tidak melakukan suatu
dimaksudkan untuk untuk menjamin pelanggaran ketentuan Perjanjian
tercapainya tujuan-tujuan kegiatan Bayonne dari 26 Mei 1866 atau UU
tersebut secara baik.Dalam perspektif Tambahan.
prinsip good faith, setiap negara

858
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Pengadilan membahas hukum tutup-tutup baru yang lebih besar


yang berlaku karena Pihak (Perancis yang dipasang kru BP di atas tempat
dan Spanyol) tidak setuju pada isu kebocoran. Presiden Amerika Serikat,
internasional hak dan kewajiban Negara Barack Obama, bahkan mengerahkan
berbagi sumber daya alam yang umum seluruh tenaga yang ada seperti kapal-
seperti air.Konsultasi dan negosiasi kapal angkatan laut (US NAVY) untuk
dengan itikad baik diperlukan tidak bekerjasama dengan tim insinyur
hanya sebagai formalitas belaka, tetapi British Petroleum.
sebagai upaya untuk menyimpulkan Untuk Indonesia sendiri, Kasus
kesepakatan untuk pencegahan Minyak Montara bukanlah yang
konflik. 56
pertama, beberapa kasus pencemaran
3. British Petroleum Oil Spill minyak di wilayah laut Indonesia,
Kebocoran sumur minyak lepas antara lain :57
pantai yang pecah akibat ledakan di a. Tanker Showa Maru, karam
salah satu anjungan di Teluk Meksiko. di Selat Malaka tahun 1975,
Dalam peristiwa itu, 11 orang menumpahkan 1 juta ton minyak
pekerja kilang lepas pantai BP tewas. mentah.
Kebocoran ini diperkirakan mencapai b. Choya Maru, karam di Buleleng,
60.000 barel minyak setiap hari. Bali (1975), menumpahkan 300
Wilayah perairan di sepanjang pantai ton bensin.
bagian selatan Amerika Serikat ini akan c. Golden Win, bocor di
terus tercemar selama bertahun-tahun Lhokseumawe, NAD (1979),
sebagai bencana ekologis terbesar. menumpahkan 1.500 kiloliter
Banyak warga negara Amerika minyak tanah.
Serikat kehilangan penghasilannya d. Nagasaki Spirit, karam di Selat
yang bermata pencaharian di bidang Malaka (1992), menumpahkan
perikanan dan pariwisata. Peristiwa ini minyak mentah.
terjadi pada April 2010, dengan pihak e. Maersk Navigator, karam di Selat
yang bertanggung jawab adalah British Malaka (1993), menumpahkan
Petroleum Company (BP), perusahaan minyak mentah.
raksasa minyak Inggris.Kasus tersebut f. Bandar Ayu, karam di Pelabuhan
selesai dengan pemberian ganti Cilacap (1994), menumpahkan
rugi oleh BP 3,95 miliar dollar AS minyak mentah.
(semuanya dibiayai British Petroleum g. Mission Viking, karam di Selat
sendiri tanpa membebani APBN Makassar (1997), menumpahkan
Amerika serikat) dan diselesaikan minyak mentah.
dalam kurun waktu yang cukup singkat,
57 Tumpahan Minyak Perbatasan Harus
15 Juli 2010.Dengan cara pemasangan Segera Diatasi, http://kiara.or.id/content/
view/1026/133/lang.id/, Diakses pada tanggal
56 Charles Okidi, Op. cit. hlm. xi 12 Oktober 2011.

859
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

h. MT Natuna Sea, karam di Pulau 3.1 Penyelesaian Sengketa Kasus


Sambu (2000), menumpahkan Montara
4.000 ton minyak mentah. Berkaitan dengan penyelesaian
i. MT Kharisma Selatan, terbalik Kasus Minyak Montara di Laut Timor,
di Dermaga Mirah, Pelabuhan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Tanjung Perak, Surabaya (2007), Australia telah menempuh cara-
menumpahkan 500 kiloliter cara damai, dengan mengutamakan
MFO (marine fuel oil) negosiasi diantara para pihak. Pada
Penyebab kasus pencemaran dasarnya, Pemerintah Indonesia dan
laut tersebut secara umum adalah Australia telah menyadari bahwa kedua
transportasi minyak, pengeboran negara memiliki kepentingan dan
minyak lepas pantai, pengilangan keterkaitan dalam bidang pengelolaan
minyak dan pemakaian bahan bakar lingkungan laut. Oleh karena itu,
produk minyak bumi. Bahkan Pemerintah Indonesia dan Australia
kasus pencemaran lingkungan laut sejak tahun 1996 telah memiliki
oleh minyak yang baru saja terjadi kerangka hukum dalam menyelesaikan
adalahKecelakaan kapal tanker MV berbagai kasus di bidang lingkungan
Bunga Kelana III yaitu kapal yang laut yaitu sebuah Memorandum of
berbendera Malaysia dengan kapal Understanding (MoU) between the
berbendera Singapura. Akibatnya Government of Australia and Indonesia
sebagian muatan minyak atau sekitar on Oil Pollution Preparedness and
2.500 ton yang berada dalam tangki Response 1996.
kapal tanker MT Bunga Kelana III Seperti kita ketahui bersama
tersebut tumpah ke laut. Akibat insiden bahwa kasus pencemaran minyak
ini hampir seluruh perairan Selat merupakan suatu keadaan darurat.
Singapura yaitu kurang lebih seluas Hal ini disebabkan karena penyebab
2 kilometer persegi di sekitar tempat terjadinya yang tidak dapat
kejadian tertutup oleh tumpahan diduga dan berlangsung sangat
minyak. cepat sedangkan dampak yang
Berdasarkan gambaran kasus- diakibatkannya berlangsung secara
kasus pencemaran lingkungan laut cepat dan acak. Sehingga tidak dapat
baik di dunia Internasional maupun dilakukan pencegahan pertama selain
ASEAN, penting bagi Indonesia untuk respon terhadap dampak yang telah
dapat melakukan tindakan-tindakan di diakibatkan. Untuk itu, penting untuk
bidang hukum untuk dapat melindungi dapat mengimplementasikan MoU
kepentingan-kepentingan bangsa 1996 tersebut.
Indonesia atas laut dan lingkungan Salah satu bentuk
laut. pertanggungjawaban serta itikad baik
Australia menyikapi pencemaran yang

860
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

terjadi ialah dengan mengupayakan hasil dari riset tersebut, yaitu telah
pertanggungjawaban perusahaan tercemarnya atau terganggunya
penyebab terjadinya pencemaran kehidupan laut dan ekosistem laut oleh
yaitu PTTEP Australasia. Dan upaya hidrokarbon di beberapa area. Namun
tersebut menghasilkan beberapa sangat kecil atau hampir tidak ada
langkah-langkah yang telah dilakukan dampaknya bagi kesehatan maupun
oleh PTTEP Australasia dari sejak beberapa spesies dan habitat laut.
terjadinya peristiwa tumpahan sampai Tinjauan ilmiah dari riset menunjukkan
dengan pasca tumpahan. Mulai dari tidak adanya minyak dari Montara
tindakan yang dikatagorikan sebagai yang mencapai perairan Australia
tanggap darurat atas pencemaran maupun Indonesia.
sampai dengan pemantauan yang Pemerintah Australia membentuk
berkesinambungan berikutnya. suatu komisi penyelidik yang
Akibat tumpahan minyak di diberi nama Borthwick Commision
laut Timor pada tahun 200958, PTTEP Inquiry59guna menyelidiki serta
Australasia menerima tanggung jawab menjabarkan hal-hal yang berkaitan
untuk membiayai program pemantauan dengan penyebab terjadinya insiden
dampak pencemaran jangka panjang Montara, serta upaya pencegahan
di bawah persetujuan bersama dengan terjadinya bencana serupa.
Department for Sustainability, Dalam proses penyelidikan,
Environment, Water, Population and seluruh karyawan PTTEP Australasia
Communities (DSEWPaC). dan para kontraktor dari “Seadrill and
Dan beberapa kelompok/lembaga Halliburton” , yang berada di West
riset independen kelas dunia ambil Atlas rig pada saat terjadinya insiden,
bagian dalam program pemantauan diwawancarai. Dan dari penyelidikan
tersebut, diantaranya kelompok riset : tersebut komisi memberikan laporan
- Beberapa Universitas terkemuka yang telah di publikasikan pada
di Australia (Quensland, Curtin, tanggal 24 November 2010, yang
Monash, dan Charles Darwin) berisi 100 penemuan-penemuan dan
- Asia Pacific ASA 105 rekomendasi dimana sebagian
- CSIRD besar diadopsi oleh pemerintah
- Australian Institute of Marine federal.60 Ditemukan beberapa akar
Science permasalahan tumpahan minyak
Program pemantauan ini Montara:
bertujuan untuk menemukan serta
mengukur tingkat pencemaran yang 59 Montara Commission of Inquiry, www.
terjadi di laut timor. Dan beberapa montarainquiry.gov.au, Diakses pada tanggal
14 Agustus 2012.
58 PTTEP Australasia, 2012, The Montara 60 PTTEP Australasia, Commission of Inquiry,
Incident,http://www.au.pttep.com/our- http://www.au.pttep.com/our-response-to-
response-to-montara/the-incident, Diakses montara/commision-ofinquiry,Diakses pada
pada tanggal 10 Agustus 2012. tanggal 10 Agustus 2012

861
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

- Kegagalan dalam pengawasan 2 tercapai kesepakatan antara PTTEP


anjungan montara dengan Pemerintah Australia untuk
- Kegagalan dalam verifikasi mengembangkan program pemantauan
anjungan lingkungan pada beberapa aspek jangka
- Kurangnya manajemen kontrol panjang akibat tumpahan.63 Program
- Kurangnya kompetensi dari monitor ini dilakukan bersama oleh
personil yang menyebabkan perusahaan dan DSEWPaC. Seluruh
kurang tanggapnya pengambilan hasil penemuan ilmiah tersebut diolah
keputusan kembali dan oleh lembaga independen
Berdasarkan hal tersebut diatas, dari DSEWPaC sebelum disahkan
kementerian terkait mengumumkan sebagai laporan resmi. Semua
pada bulan Februari 2011, bahwa hasil riset bersifat transparan dan
ijin operasi PTTEP Australasia tidak dipublikasikan secara resmi melalui
dicabut namun perusahaan hanya website DSEWPaC. Dalam hal ini
diijinkan untuk di bawah rezim PTTEP setuju kepada Pemerintah
pemantauan yang paling komprehensif Australia untuk membiayai keseluruhan
dan ketat yang pernah ada di industri penelitian, setidaknya dalam waktu
minyak dan gas bumi Australia.61 kurang lebih 2 tahun. Dan tidak
PTTEP memulai dengan tertutup kemungkinan untuk penelitian
mengembangkan Montara Action tahap lanjutan sampai dengan 10 tahun
Plan (MAP) segera setelah terjadinya ke depan.
insiden pada November 200962. MAP Dalam kasus Minyak Montara
berfokus pada tindakan jangka pendek, metode yang digunakan dalam
jangka menengah dan jangka panjang penyelesaiannya adalah negosiasi
dari insiden, serta untuk memetik dengan tidak menutup kemungkinan
pelajaran dari insiden dengan 4 area penggunaan cara-cara lain sesuai
kunci koordinasi : dengan kesepakatan para pihak.
- Pemerintah Negosiasi adalah cara penyelesaian
- Organisasi terkait serta sengketa yang paling dasar dan
kapabilitasnya yang paling tua digunakan oleh
- Sistem yang bersifat teknis umat manusia.Penyelesaian melalui
- Keselamatan, keamanan, negosiasi merupakan cara yang paling
kesehatan, dan budaya penting.Banyak sengketa diselesaikan
lingkungan serta setiap hari melalui cara ini tanpa
pengelolaannya. adanya publisitas atau perhatian
Pada bulan Oktober 2009, publik. Salah satu sisi positifnya adalah
61 Ibid.
62 PTTEP Australasia, Montara Action Plan, 63 PTTEP Australasia, Environmental Monitoring,
http://www.au.pttep.com/our-response-to- http://www.au.pttep.com/our-response-to-
montara/montara-action-plan,Diakses pada montara/environmental-monitoring,Diakses
tanggal 10 Agustus 2012. pada tanggal 10 Agustus 2012.

862
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

bahwa melalui cara ini para pihak b. Proses berlangsungnya


yang bersengketa dapat mengawasi negosiasi acap kali lambat
prosedur penyelesaian sengketanya dan memakan waktu lama.
dan setiap penyelesaiannya didasarkan Hal ini terutama dikarenakan
pada kesepakatan atau konsensus para permasalahan antarnegara yang
pihak. timbul, khususnya masalah
Negosiasi adalah cara yang yang berkaitan dengan ekonomi
pertama kali ditempuh manakala internasional. Selain itu, jarang
para pihak yang bersengketa. sekali adanya persyaratan
Negosiasi dalam pelaksanaannya penetapan batas waktu bagi
memiliki dua bentuk utama, yaitu para pihak untuk menyelesaikan
bilateral dan multilateral.Negosiasi sengketanya melalui negosiasi.
dapat dilangsungkan melalui c. Apabila suatu pihak terlalu keras
saluran diplomatik pada konferensi dengan pendiriannya. Keadaan
internasional atau dalam suatu ini dapat mengakibatkan
lembaga atau organisasi internasional. proses negosiasi menjadi tidak
Cara ini dapat pula digunakan produktif.
untuk menyelesaikan setiap bentuk Segi positif dari negosiasi ini adalah
sengketa, apakah itu sengketa sebagai berikut:64
ekonomi, politik, hukum, sengketa a. Para pihak sendiri yang
wilayah, keluarga, suku, dan lain- melakukan perundingan
lain. Bahkan, apabila para pihak telah (negosiasi) secara langsung
menyerahkan sengketanya kepada dengan pihak lainnya.
suatu badan peradilan tertentu, proses b. Para pihak memiliki kebebasan
penyelesaiannya sengketa melalui untuk menentukan bagaimana
negosiasi ini masih dimungkinkan penyelesaian secara negosiasi ini
utuk dilaksanakan. dilakukan menurut kesepakatan
Kelemahan utama penggunaan mereka.
cara ini dalam menyelesaikan sengketa c. Para pihak mengawasi atau
adalah : memantau secara langsung
a. Manakala kedudukan para pihak prosedur penyelesaiannya.
tidak seimbang. Salah satu pihak d. Negosiasi menghindari perhatian
kuat, sedang pihak lain lemah. publik dan tekanan politik di
Dalam keadaan ini, pihak yang dalam negeri.
kuat berada dalam posisi untuk
e. Dalam negosiasi, para pihak
menekan pihak lainnya. Hal
berupaya mencar penyelesaian
ini acap kali terjadi manakala
yang dapat diterima dan
dua pihak bernegosiasi untuk
menyelesaikan sengketa di 64 Huala Adolf, 2004, Hukum Penyelesaian
antara mereka. Sengketa Internasional, Bandung, Sinar
Grafika.hlm.27.

863
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

memuaskan para pihak, sehingga Berdasarkan Peraturan


tidak ada pihak yang menang dan Presiden Nomor 109 Tahun 2006
kalah tetapi diupayakan kedua tentang Penanggulangan Keadaan
belah pihak menang. Darurat Tumpahan Minyak Di Laut,
f. Negosiasi dimungkinkan dapat dalam Pasal 3, dinyatakan bahwa
digunakan untuk setiap tahap dalam rangka untuk keterpaduan
penyelesaian sengketa dalam penyelenggaraan penanggulangan
setiap bentuknya, apakah keadaan darurat tumpahan minyak di
negosiasi secara tertulis, lisan, laut tingkatan tier 365, dibentuk Tim
bilateral, multilateral, dan lain- Nasional Penanggulangan Keadaan
lain. Darurat Tumpahan Minyak di Laut,
Penyelesaian sengketa yang selanjutnya disebut Tim Nasional.
sehubungan dengan pencemaran laut Tim Nasional yang dibentuk terdiri
akibat tumpahan minyak yang terjadi atas kementrian-kementrian terkait di
pada kegiatan eksploitasi minyak lepas Indonesia.
pantai PTTEP Australasia, hingga saat Tim Nasional diketuai
ini masih dalam proses negosiasi. oleh Menteri Perhubungan,
Negara-negara yang terlibat dalam Wakil Ketua, Menteri Negara
kasus pencemaran minyak ini adalah Lingkungan Hidup, dan keanggotannya
Australia, Indonesia dan Thailand. terdiri dari Menteri Energi dan
Pemerintah Indonesia memegang Sumberdaya Mineral, Menteri
peranan yang cukup penting dalam Dalam Negeri, Menteri Luar Negeri,
proses penyelesaian sengketa Menteri Kelautan dan Perikanan,
pencemaran minyak ini.Sebagaimana Menteri Kesehatan, Menteri
yang telah disampaikan sebelumnya Kehutanan, Menteri Keuangan,
bahwa akibat kasus pecemaran Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
minyak ini, wilayah perairan Indonesia Panglima Tentara Nasional Indonesia,
tepatnya yang berada di sekitar Provinsi Kepala Kepolisian Negara Republik
Nusa Tenggara Timur mengalami Indonesia, Kepala Badan Pelaksana
pencemaran yang berdampak pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
sektor perekonomian dan lingkungan Gas Bumi, Kepala Badan Pengatur
laut masyarakat sekitar. Oleh karena Penyediaan dan Pendistribusian Bahan
itu, Pemerintah melakukan koordinasi
65 Tier 3 adalah kategorisasi penanggulangan
dengan Pemerintah Daerah Provinsi keadaan darurat tumpahan minyak yang
Nusa Tenggara Timur.Koordinasi yang terjadi di dalam atau di luar DLKP dan DLKR
Pelabuhan atau unit pengusahaan minyak dan
dilakukan dalam mengambil langkah- gas bumi atau unit kegiatan lain, yang tidak
langkah yang berkaitan dengan mampu ditangani - 9 - wilayah berdasarkan
pembuktian terjadinya pencemaran tingkatan tier2, atau menyebar melintasibatas
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
mulai dari survei hingga perhitungan Lihat : Pasal 1 ayat 20, Peraturan Presiden
perkiraan dampak pencemaran. No. 109 Tahun 2006, tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Tumpahan Minyak di laut.

864
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Bakar Minyak dan Kegiatan Usaha Pemerintah Indonesia juga telah


Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa menyiapkan gugatan kepada Australia
dan Gubernur, Bupati/Walikota yang dan operator ladang minyak Montara
sebagian wilayahnya mencakup laut. PTTEP Australasia untuk memberi
Pemerintah Pusat juga kompensasi atas kerugian yang dialami
melaksanakan negosiasi dengan Indonesia akibat pencemaran tersebut.
Pemerintah Australia, hal tersebut Tuntutan ganti kerugian tersebut
dilakukan karena sumber pencemaran didasarkan atas ketentuan yang terdapat
berada di dalam wilayah ZEE pada International Convention On Civil
Australia.Selain itu, kerjasama Liability For Oil Pollution Damage
Indonesia juga dilakukan karna kedua 1969 (sekarang digantikan oleh CLC
negara merupakan pihak-pihak yang 1992), dimana Indonesia dan Australia
dirugikan oleh pencemaran minyak telah meratifikasi konvensi tersebut,
PTTEP Australasia yang merupakan masing-masing Indonesia pada 6 Juli
perusahaan swasta berasal Thailand. 1999 dan Australia pada 9 Oktober
Negosiasi yang dilakukan 199566.Konvensi ini terdiri dari 21
oleh Pemerintah Indonesia dengan pasal dan bertujuan untuk menjamin 
Australia merupakan implementasi ganti rugi yang sesuai untuk pihak-
MoU between the Government pihak yang menderita kerugian akibat
of Australia and Indonesia on pencemaran minyak di laut.
Oil Pollution Preparedness and Berdasarkan hasil wawancara
Response 1996, yang mengandung dengan Rayyanul M. Sangadji,
butir-butir kerjasama yang dapat proses negosiasi yang hingga saat ini
diterapkan dalam menyelesaikan berlangsung terjadi antara Indonesia
kasus pencemaran minyak tersebut, secara PTTEP. Hingga saat ini,
yaitu : kerjasama pertukaran informasi belum ada titik temu antara Indonesia
atas insiden pencemaran minyak di dengan PTTEP Australasia mengenai
laut, inspeksi lapangan pada lokasi pemberian ganti rugi yang dituntut
insiden minyak di laut yang sedang oleh Indonesia.PTTEP Australasia pun
terjadi untuk kerjasama yang saling tidak sepenuhnya hanya mendasarkan
menguntungkan antar kedua belah kewajiban ganti kerugian pada klaim
pihak dan kerjasama tanggap darurat yang diajukan oleh Pemerintah
seperti mobilisasi personil, logistik Indonesia. Sehingga, PTTEP
dan peralatan lain yang dibutuhkan melakukan investigasinya sendiri
di dalam situasi darurat, dan lain-lain. melalui tim yang telah dibentuk oleh
Pemerintah Indonesia dan Australia
PTTEP. Lamanya proses pemberian
bersama-sama melakukan pertukaran
ganti rugi tersebut menyebabkan
informasi, inspeksi dan kegiatan-
keresahan masyarakat Provinsi Nusa
kegiatan lain yang dibutuhkan dalam
Tenggara Timur yang secara langsung
situasi darurat yang demikian.
66 http://imo.amsa.gov.au/public/par

865
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

merasakan dampak akibat pencemaran penyelesaian sengketa secara damai.


minyak Montara.67 Diplomasi dipilih karena telah menjadi
Hingga saat ini belum ada titik satu bagian yang vital dalam kehidupan
temu antara pemerintah RI dengan negara dan merupakan saran utama
pemerintah Australia.Pemerintah RI guna menangani masalah-masalah
melalui Tim Advokasi Laut Timor internasional.69
(TALT) menegosiasikan ganti rugi Diplomasi sebagai suatu cara
atas dampak dari sektor perikanan, komunikasi yang dilakukan oleh
pertanian dan lingkungan di areal berbagai pihak termasuk negosiasi
tersebut.Pencemaran terparah ada antara wakil-wakil yang sudah diakui
di kabupaten Rote Ndao merugikan atau yang diartikan pula sebagai
21.000 lebih warga pesisir di 48 desa perundingan-perundingan70 ketika
disana.Negosiasi ini berlangsung sejak sudah tidak memungkinkan untuk
27 Juli 201068. Tidak hanya sektor menemui titik terang maka salah satu
perikanan yang mengalami dampak pihak maupun kedua negara yang
pencemaran minyak di laut Timor, mengganggap perlu, dapat memilih
Usaha budidaya rumput laut di pantai jalur lain dalam penyelesaian sengketa.
selatan Pulau Timor bagian barat NTT Berkaitan dengan kasus Montara,
serta di pesisir Pulau Rote sampai ke Indonesia dapat memilih jalur hukum
Pulau Sabu, gagal total karena wilayah yaitu melalui ITLOS.Bila semua jalur
perairan pesisir yang menjadi usaha negosiasi dan diplomasi tertutup, jalur
budidaya rumput laut, terkontaminasi hukum internasional dibawah payung
minyak. ITLOS terbuka untuk penyelesaian
Pemerintah Indonesia dalam kasus tumpahan minyak di sumur
hal penuntutan ganti rugi yang Montara.71
dialami oleh masyarakat wilayah Apabila ITLOS dianggap
pesisir Kupang telah mengupayakan terlalu dini untuk dipilih sebagai
cara-cara yang bersifat diplomatis. jalur penyelesaian sengketa, karena
Dimana dalam hal ini dilakukan memang negara jarang sekali memilih
karena Negara Indonesia menjunjung ITLOS sebagai tempat penyelesaian
tinggi asas bertetangga yang baik serta sengketa, terbukti sejak entry into force
mengusahakan implementasi dari Pasal (diantara tahun 1994 sampai dengan
33 Piagam PBB untuk mengutamakan tahun 2006), hanya 13 kasus yang di
67 Hasil wawancara dengan Rayyanul M. Sangadji, 69 Sumaryo Suryokusumo, 2004, Praktik
Kepala Seksi Kerjasama Pemanfaatan Sumber Diplomasi, Badan Penerbit IBLAM, Jakarta,
Daya Laut, Sub Direktorat Perjanjian Kelautan hlm.1.
Direktorat Perjanjian Kelautan Direktorat 70 Sumaryo Suryokusumo, 2005, Hukum
Perjanjian Politik, Keamanan dan Kewilayahan Diplomatik : Teori dan Kasus, Alumni,
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Bandung, hlm. 2.
Jakarta. 12 Mei 2011. 71 Kompas, 18 Agustus 2012, Kasus Montar
68 Kompas, 16 November 2010, Pemerintah Berpeluang Pakai Payung ITLOS, Jakarta,
Harus Siap Menggugat, Jakarta, hlm. 13. hlm.14.

866
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

tangani ITLOS72 di dalam UNCLOS Budislav Vukas, 2004, The Law of the
masih memungkinkan adanya pilihan Sea, Martinus Nijhoff Publishers,
peradilan yang lebih fleksbel dan lebih Leiden.
diminati oleh negara-negara yaitu Charles Okidi, 1998, Compendium of
Arbitrase. Judicial Decisions on Matters
Related to Environment,UNEP/
IV. KESIMPULAN Dutch Joint Project on
Penyelesaian sengketa dalam Environmental Law and
Kasus Minyak Montara yang Institutions in Africa, Nairobi.
melibatkan Pemerintah Australia, Ellie Louka, 2006, International
Pemerintah Indonesia, Pemerintah Environmental Law : Fairness,
Thailand dan pihak perusahaan sendiri Effectiveness and World Order,
yaitu PTTEP Australasia diselesaikan Cambridge University Press,
melalui proses Negosiasi. Sayangnya, New York.
hingga saat ini penyelesaian Kasus Enid A. Marshall, 1988, Gill: The
Minyak Montara ini belum mendapat Law of Arbitration, Sweet &
penyelesaian yang memuaskan seluruh Maxwell, London.
pihak. Eny Budi Sri Haryani, 2005, Makalah
Pribadi Pengantar falsafah sains,
DAFTAR PUSTAKA IPB, Bogor.
Buku dan Literatur Huala Adolf, 2004, Hukum
Anil Kumar De, 2009, Environment Penyelesaian Sengketa
and Ecology, New Age Internasional, Bandung, Sinar
International, India. Grafika.hlm.27.
Bambang Sutiyoso, 2008,Hukum Huala Adolf, 2006, Hukum Arbitrase
Arbitrase dan Alternatif Komersil Internasional, Raja
Penyelesaian sengketa, Gama Grafindo Persada, Jakarta.
Media, Yogyakarta. J. G. Lammers, 2001, International
Bernard Sipahutar, 2008, Penyelesaian Organzations and The Law of
Sengketa Internasional Dalam The Sea Documentary Yearbook,
Kerangka UNCLOS, Majalah Martinus Nijhoff Publishers,
hukum Forum Akademika, Netherlands.
Fakultas Hukum Universitas J. G. Merrills, 2005, “International
Jambi. Dispute Settlement”, 4th Edition,
Cambridge University Press,
United Kingdom.
72 Vaughan Lowe, 2007, The Interplay Between J.G. Starke, 1988, Pengantar Hukum
Negotiation and Litigation in International
Dispute Settlement, Law of the Sea and Internasional 2, Edisi Kesepuluh,
Settlement of Dispute, Koninklijke Brill, Sinar Grafika, Jakarta.
Netherlands, hlm. 236.

867
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

M. Faisal Salam, 2007, Penyelesaian Setiawan Y Sabungan, 2009


Sengketa Bisnis secara Nasional Pertanggungjawaban Negara
dan Internasional,,mandar maju, dalam Perspektif Hukum
Bandung. Internasional, Fakultas Hukum
Maria Sumarjono, 2001, “Pedoman Universitas Indonesia, Jakarta.
Pembuatan Usulan Penelitian”, Siahaan N.H.T., 2004. Hukum
Gramedia Pustaka Utama, lingkungan dan Ekologi
Jakarta. Pembangunan, Erlangga,
Marquita K. Hill, 2004, Understanding Jakarta.
Environmental Pollution 2nd Soerjono Soekanto & Sri Mamudji,
Edition, Cambridge University 2003, Penelitian Hukum
Press, United Kingdom. Normatif Suatu Tinjauan,
Marsudi Triatmodjo, PT. Radja Grafindo Persada,
1999.“Pertanggungjawaban Jakarta.
Negara Terhadap Pencemaran Sugeng Istanto, 2004, Bahan Kuliah
Lingkungan Internasional”, Politik Hukum (Diktat Magister
Mimbar Hukum Universitas Hukum Program Pascasarjana
Gadjah Mada No.33/X/1999, UGM), Yogyakarta.
Yogyakarta. Sumaryo Suryokusumo, 2004, Praktik
Melda Kamil Ariadno, 2007, Hukum Diplomasi, Badan Penerbit
Internasional Hukum Yang IBLAM, Jakarta.
Hidup, Diadit Media, Jakarta. Sumaryo Suryokusumo, 2005, Hukum
Phillipe Sands, 2003, Principle of Diplomatik : Teori dan Kasus,
International Environmental Alumni, Bandung.
Law. Cambridge University Thomas M. Pankratz 2001,
Press, United Kingdom. Environmental Engineering
Priyatna Abdurrasyid, 2002, Pengusaha Dictionary and Directions,
Indonesia Perlu Meningkatkan Lewis Publishers, United States.
Minatnya Terhadap Arbitrase Vaughan Lowe, 2007, The Interplay
dan Alternatif Penyelesian Between Negotiation and
Sengketa (Alternative Dispute Litigation in International
Resolution ADR/ Arbitration), Dispute Settlement, Law of the
suatu Tinjauan, Jurnal Hukum Sea and Settlement of Dispute,
Bisnis (edisi Oktober – November Koninklijke Brill, Netherlands.
2002).
R. Soebekti, 1981, Arbitrse Dagang, Peraturan Perundang-undangan /
Bina Cipta, Jakarta. Instrumen Internasional
Rachmat usman, 2002, Hukum Declaration of The United Nations
Arbitrase nasional, Grasindo, Conference on the Human
Jakarta, hlm. 18-19 Environment, Stockholm 1972

868
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa http://imo.amsa.gov.au/public/parties/


tentang Hukum Laut, Departemen clc92protocol.html,diakses pada
Luar Negeri Direktorat Perjanjian tanggal 5 April 2011.
Internasional. Kompas, 16 November 2010,
Peraturan Presiden No. 109 Tahun Pemerintah Harus Siap
2006, tentang Penanggulangan Menggugat, Jakarta, hlm. 13.
Keadaan Darurat Tumpahan Kompas, 18 Agustus 2012, Kasus
Minyak di laut. Montar Berpeluang Pakai
Treaty of Bayonne, 1866, Perancis. Payung ITLOS, Jakarta, hlm.14.
United Nation Division for Ocean Montara Commission of Inquiry, www.
Affairs and The Law of The montarainquiry.gov.au,Diakses
Sea Chronological lists of pada tanggal 14 Agustus 2012.
ratifications of, accessions and PTTEP Australasia, 2012, The
successions to the Convention Montara Incident, http://www.
andthe related Agreements, au.pttep.com/our-response-
http://www.un.org/Depts/los/ tomontara/the-incident, Diakses
reference_files/chronological_
pada tanggal 10 Agustus 2012.
list_of_ratifications.htm
PTTEP Australasia, Commission of
United Nations, 2006, Reports of
Inquiry, http://www.au.pttep.
International Arbitral Awards,
com/our-response-to-montara/
Trail Smelter Case (United States
commision-of-inquiry, Diakses
and Canada), 16 April 1938
pada tanggal 10 Agustus 2012
and 11 March 1941, Volume III
PTTEP Australasia, Environmental
pp.1905-1982.
Monitoring, http://kiara.or.id/
UU No 30 tahun 1999 tentang Arbitrase
content/view/1026/133/lang.id/,
Dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Diakses pada tanggal 10 Agustus
2012.
Website/Internet PTTEP Australasia, Montara Action
Australia Embassy Indonesia, Montara Plan, http://www.au.pttep.com/
Oil Spill, Media Release, 2 our-response-to-montara/action-
November 2009. Jakarta. plan, Diakses pada tanggal 10
Cambridge Dictionary, www. Agustus 2012.
c a m b r i d g e . d i c t i o n a r y. Sulphur dioxide/Sulfur dioksida Lihat
org,Diakses pada tanggal 09 : http://en.wikipedia.org/wiki/
Agustus 2012. Sulfur_dioxide, Diakses pada
Etang du Lanoux, http://en.wikipedia. tanggal 18 Agustus 2012.
org/wiki/%C3%89tang_du_ Tumpahan Minyak Perbatasan Harus
Lanoux,Diakses pada tanggal 16 Segera Diatasi, http://kiara.
Agustus 2012. or.id/content/view/1026/133/

869
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 833 - 870
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

lang.id/, Diakses pada tanggal


12 Oktober 2011.
Wikipedia,Montara Oil Spill, www.
wikipedia.com.Diakses tanggal
12 Juni 2010
William R. Slomanson, 2011,
Fundamental Perspectives on
International Law, Wardsworth
Cengage Learning, United
States, hlm. 659.

Wawancara
Hasil wawancara dengan Rayyanul
M. Sangadji, Kepala Seksi
Kerjasama Pemanfaatan Sumber
Daya Laut, Sub Direktorat
Perjanjian Kelautan Direktorat
Perjanjian Kelautan Direktorat
Perjanjian Politik, Keamanan
dan Kewilayahan Kementrian
Luar Negeri Republik Indonesia.
Jakarta, 12 Mei 2011.

870

View publication stats

You might also like