You are on page 1of 6

Artikel.SMM.ac.

id
Artikel Stikes Maharani Malang

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KASUS WAHAM KEBESARAN


PADA TN. K DI RUANG BETET RSJ RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

Yeni Fitria1, Ridwan Sofian


Jl. Simpang Candi Panggung No. 133 Malang, Telp./Fax. (0341) 4345375, 7751871

Abstract

Waham is a reality orientation disorder caused by impaired brain function. This study
aims to provide a description of implementation of nursing care to mental disorders
patients with major problems of waham at RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang.
This research is a case study emphasizing on interviews and observations and using
descriptive methods studied qualitatively. From the results of the assessment, it was
found that the process of the emergence of the problem has been in accordance with
Stuart's theory. It states that the problem arises due to the predisposing factors. In this
case, it is bankruptcy experienced by the client so that it shows maladaptive response
after being studied, it is obtained nursing diagnoses called changing of the main
waham thinking process, sleep pattern disorders, and spiritual distress. Interventions
are done from SP1 to SP4 with the implementations begun from assisting reality
orientation, assisting to fulfill the unfulfilled needs, training of their own capabilities,
giving education of how to use drug, and evaluating activities that have been
implemented. Activities can be done for 6 days; SP1 can be done for 3 days, SP2
done for 1 day, SP3 for 1 day and SP4 also for 1 day. From the results of this study, it
is expected that nurses will not only rely on medical treatment, but rather apply
nursing interventions in accordance with the established implementation strategy.

Keywords: greatness of waham, nursing care, stress-adaptation model from Stuart


Pendahuluan Klien tidak dapat membedakan rangsangan
Kesehatan jiwa merupakan salah internal dan eksternal, tidak dapat
satu dari empat masalah kesehatan utama membedakan lamunan dan kenyataan.
di negara-negara maju. Meskipun masalah Klien tidak mampu memberi respon secara
kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai akurat, sehingga tampak perilaku yang
gangguan yang menyebabakan kematian sukar dimengerti dan mungkin
secara langsung, namun gangguan tersebut menakutkan (Keliat, 2007).
dapat menimbulkan ketidakmampuan Gangguan orientasi realitas atau
individu dalam berkarya serta ketidak waham merupakan gangguan yang
tepatan individu dalam berprilaku yang mempengaruhi perubahan proses pikir
dapat mengganggu kelompok dan yang dapat ditangani secara medis maupun
masyarakat serta dapat menghambat keperawatan. Asuhan keperawatan pada
pembangunan karena mereka tidak kasus waham dapat disusun sesuai rencana
tindakan keperawatan dan berdasarkan
produktif (Hawari, 2010).
strategi pelaksanaan (SP). Beberapa
Prevalensi Orang dengan rencana tindakan yang telah disusun
Gangguan Jiwa (ODGJ) tahun 2013 di berdasarkan SP yaitu membantu orientasi
dunia sangat bervariasi, pada prevalensi realitas, mendiskusikan kebutuhan yang
populasi dunia mencapai 24-30 kasus dari belum terpenuhi, membantu klien
100.000 orang (Ariawan dkk, 2014). memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan
Sementara, berdasarkan beberapa literatur, dan melatih kemampuan yang dimiliki,
prevalensi gangguan ini menetap pada dan memberikan pendidikan kesehatan
pasien yang dirawat inap dilaporkan tentang penggunaan obat secara teratur.
sebesar 0,5-0,9% dan pada pasien yang Rencana kegiatan yang telah dibuat
dirawat jalan, berkisar antara 0,83-1,2%. kemudian disusun sesuai Strategi
Sementara itu, data dari Riskesdas (Riset Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Kesehatan Dasar) 2013 menunjukan 1,7 (Hawari, 2010).
jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di
Indonesia mengalami gangguan jiwa. Metode Penelitian
Jumlah ini cukup besar, artinya 50 juta
Dalam penyusunan studi kasus ini,
atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk
peneliti menggunakan metode deskriptif
indonesia mengalami gangguan kesehatan
dalam bentuk studi kasus yang dikaji
jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjukan
secara kualitatif. Penelitian dilakukan pada
angka 2,2 jiwa berdasarkan data jumlah
obyek yang alamiah, dimana obyek yang
penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413
berkembang apa adanya, tidak
jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa
dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran
yang mengalami gangguan jiwa di Jawa
peneliti tidak begitu mempengaruhi
Timur pada tahun 2013 (Hawari 2010).
dinamika pada obyek tersebut. Dalam
Salah satu jenis gangguan jiwa metode ini instrumennya adalah orang,
skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. yaitu peneliti itu sendiri. Maka untuk bisa
menjadi instrument, peneliti harus
Secara klasik skizofrenia tipe paranoid memiliki bekal teori dan wawasan yang
ditandai terutama oleh adanya gangguan luas, sehingga mampu bertanya,
waham. Waham merupakan salah satu menganalisis, memotret, dan
gangguan orientasi realitas. Gangguan mengkonstruksi situasi yang diteliti
orientasi realitas adalah ketidakmampuan menjadi lebih jelas dan bermakna
klien menilai dan berespons pada realitas. (Notoatmodjo, 2012).
Dalam kasus ini peneliti mencoba ikan yang luas tetapi malah sebaliknya
untuk mengobservasi aplikasi teori dalam klien mengalami kebangkrutan dan ikan
asuhan keperawatan jiwa dengan kasus peliharaannya banyak yang mati. Hal ini
waham kebesaran pada Tn. K di Ruang yang menimbulkan gejala-gejala seperti
Betet RSJ Radjiman Wediodiningrat klien mampu berbicara dengan hewan
Lawang. terutama ikan dan tumbuhan, klien juga
mengatakan bahwa dirinya adalah utusan
Tuhan. Tetapi ada beberapa tanda dan
Hasil gejala yang tidak sesuai saat dilakukan
pengkajian dan disesuaikan dengan
Dari hasil pengkajian, didapatkan bahwa tinjauan teori. Dalam teori tanda dan gejala
proses timbulnya masalah sudah sesuai waham adalah menolak makan, tidak ada
dengan teori Stuart yang mengatakan perhatian pada perawatan diri, dan
masalah timbul karena adanya faktor menghindar dari orang lain, sementara
predisposisi dalam hal ini yaitu saat pengkajian tidak ditemukan tanda-
kebangkrutan yang dialami klien sehingga tanda tersebut hanya saja tanda pasti yang
memperlihatkan respon maladaptif. dapat dilihat adalah isi pembicaraan tidak
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan sesuai dengan kenyataan, tidak bisa
diagnosa keperawatan yaitu, perubahan membedakan antara kenyataan dan bukan
proses pikir waham kebesaran, gangguan kenyataan, serta mendominasi
pola tidur, dan distres spiritual. Intervensi pembicaraan.
ditegakkan mulai dari SP1 sampai SP4
dengan implementasi mulai dari membantu Diagnosa Keperawatan
orientasi realita, membantu pemenuhan
kebutuhan yang belum terpenuhi, melatih Secara teori beberapa hal yang
kemampuan yang dimiliki, memberikan menyebabkan terjadinya waham yaitu
edukasi penggunaan obat, dan pasien yang awalnya mengalami harga diri
mengevaluasi kegiatan yang telah rendah akan menarik diri dari orang
dilaksanakan. Kegiatan dapat terlaksana disekitarnya dan dan terjadilah ganggua
selama 6 hari, SP1 mampu dilakukan proses pikir waham yang akan
selama 3 hari, SP2 dilakukan selama 1 menyebabkan resiko terjadinya prilaku
hari, SP3 selama 1 hari dan SP4 juga kekerasan. Dari hasil pengkajian, ada
selama 1 hari. beberapa masalah yang didapatkan yaitu
klien mengalami gangguan pola tidur
dank lien juga mengalami gangguan pada
Pembahasan spiritualnya serta klien juga mengalami
Pengkajian masalah utama pada proses pikir waham
kebesaran sehingga didapatkan diagnosa
Dari hasil pengkajian yang yaitu:
dilakukan dan disesuaikan dengan tinjauan A. Perubahan proses pikir: waham
pustaka bahwa dapat dikatakan waham kebesaran
terjadi karena keinginan pasien yang tidak B. Gangguan pola tidur
tercapai sehingga timbul keyakinan C. Distres spiritual
terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak Intervensi
diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal. Hal ini sesuai Intervensi adalah sustu rencana
dengan data yang didapat bahwa Tn. K tindakan yang disusun untuk mengatasi
mengatakan keinginannya untuk menjadi permasalahan yang dialami klien .
peternak yang sukses dan memiliki kolam Intervensi disusun dari tanggal 13 – 20
April 2017 dan disesuaikan dengan
intervensi teoritis. Berikut adalah dalam kegiatan harian. SP3 dilakukan
intervensi yang dibuat : bina hubungan sesaat sebelum klien makan siang dimana
saling percaya, jelaskan realita kehidupan, pendidikan kesehatan diberikan sesuai
identifikasi kebutuhan klien yang belum dengan jenis obat, dosis obat, waktu
terpenuhi, diskusikan kemampuan klien pemberian, indikasi dan kontra indikasi
yang dapat dilatih, melatih kemampuan dari penggunaan obat. Dan klien juga
yang dipilih, berikan pendidikan kesehatan diminta untuk memasukkan kegiatan
tentang penggunaan obat, dan evaluasi minum obat secara rutin dalam kegiatan
kegiatan harian. harian.

Implementasi SP4 yaitu mengevaluasi kegiatan


yang telah dilakukan klien. SP4 juga
SP1 dilakukan selama 3 hari yaitu dilakukan selama 1 hari. Evaluasi
menjelaskan realita kehidupan dan dilakukan mulaidari SP1 yaitu bertanya
mengidentifikasi kebutuhan klien yang kembali mengenai apa yang diyakini klien
belum tercapai kesulitan implementasi ini terhadap realitas kehidupan dan
yaitu perawat dalam menjelaskan realita mengevaluasi kebutuhan yang telah
kehidupannya dimana klien masih terpenuhi. Pada SP2, klien diminta untuk
mempercayai apa yang ia yakini. Tehnik kembali mempraktekkan kegiatan yang
komunikasi terapeutik yang diterapkan telah dilatih dan melihat kembali jadwal
pada pasien dalam menjelaskan realita kegiaatan yang telah dibuat. Sedangkan
kehidupan yaitu dengan mendengarkan SP3, klien diminta untuk menjelaskan
semua yang disampaikan oleh klien lalu kembali obat-obatan yang dikonsumsi
secara perlahan-lahan klien diminta untuk termaksud dosis, jumlah, indikasi, dll.
mempraktekkan apa yang telah
diyakininya dan kemudian mencoba
mengaitkan dan menjelaskan secara Evaluasi
lembut dan jujur antara hal yang diyakini SP1 dilakukan selama 3 hari dan
dengan realita yang sebenarnya. pada hari pertama dan kedua klien masih
mengingkari realita kehidupannya dan
SP2 dilakukan selama 1 hari yaitu
klien masih berbicara tentang kemampuan
mendiskusikan kemampuan yang dimiliki
yang dimiliki. Namun, pada hari ketiga
klien dimana klien mengatakan mampu
klien sudah mampu mulai mengenal realita
melakukan kegiatan mengepel, mencuci
kehidupannya. Hal ini ditandai dengan
piring, dan membersihkan tempat tidur.
klien mengenal bahwa dirinya sedang
Serta melatih kemampuan yang dimiliki
mengalami waham. Sementara kebutuhan
dalam hal ini yaitu kegiatan menyapu
yang belum terpenuhi yaitu tidur malam,
ruangan. SP2 ini tidak ditemukan kendala
dapat teratasi pada hari ketiga dimana
karena klien kooperatif dan mampu
klien mengatakan sudah bisa tidur malam
melakukan apa yang telah diintervensikan.
hari setelah minum obat.
Setelah klien mampu menyebutkan
kegiatan yang dimiliki, lalu melatih salah SP2 dilakukan selama 1 hari dimana
satu kemampuan yang telah dimiliki, klien mampu menyebutkan beberapa hal
dimana klien melakukan kegiatan yang dimiliki (menyapu, mengepel, cuci
menyapu ruangan kamar tidur yang piring, dan membersihkan tempat tidur)
dilaksanakan pada pagi hari. dan klien juga mampu melatih salah satu
kemampuan yang dimilikinya yaitu
SP3 dilakukan selama 1 hari yaitu
menyapu kamar. Klien mampu
memberikan pendidikan kesehatan tentang
mempraktekkan kegiatan menyapu dengan
penggunaan obat secara teratur serta
baik dan klien juga mengatakan mau untuk
menganjurkan klien untuk memasukkan
melatih menyapu ruangan setiap pagi.
SP3 dilakukan selama 1 hari dimana 2017 dan implementasi dapat dilakukan
implementasi yang dilakukan yaitu sesuai dengan intervensi yang telah
memberikan pendidikan kesehatan tentang disusun.
penggunaan obat secara teratur. Setelah Setelah dievaluasi, klien mampu
dilakukan implementasi, klien mampu melakuakan kegiatan mulai dari
mengenal obat yang di konsumsi, klien pemenuhan kebutuhan yang belum
tahu fungsi dari obat yang di minum, dan terpenuhi, melatih kemampuan yang
klien sudah rutin minum obat. Tetapi klien dimiliki serta mampu memahami
belum mampu mengingat nama obat yang penggunaan obat secara teratur
di minum.
SP4 yaitu mengevaluasi kegiatan yang Saran
dilakukan klien selama ini, mulai dari Untuk tenaga kesehatan khususnya
pemenuhan kebutuhan tidur klien, kegiatan perawat, dalam memberikan pelayanan
menyapu ruangan, dan mengevaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
penggunaan obat secara teratur. Setelah jiwa sudah cukup baik, tetapi saat ini
dilakukan implementasi, klien mengatakan perawat lebih bergantung pada pengobatan
kebutuhan tidurnya sudah terpenuhi, klien medis dan kurang menerapkan intervensi
mengatakan tidur malam pukul 21.30 dan keperawatan. Untuk itu, diharapkan
terbangun pukul 05.00. klien juga kedepannya perawat lebih menerapkan
mengatakan sudah menyapu ruangan intervensi keperawatan sesuai dengan
setiap pagi, dan klien juga mengatakan strategi pelaksanaan pasien gangguan jiwa.
meminum obat sesuai dengan jadwal. Selain itu, terapi aktivitas kelompok lebih
Evaluasi kegiatan juga dapat dilihat dari dimaksimalkan lagi sesuai dengan
jadwal kegiatan harian yang dibuat. karakteristik pasien gangguan jiwa.
Untuk keluarga, hendaknya ada
Kesimpulan waktu untuk mengunjungi klien selama
dirawat di RSJ. Karena dukungan dan
Pengkajian dan analisis data perhatian dari keluarga dapat mempercepat
dilakukan selama 3 hari terhitung mulai proses penyembuhan klien.
tanggal 10 April – 12 April 2017. Data Stigma buruk masyarakat terhadap
yang didapat adalah klien mengatatakan gangguan jiwa perlu untuk dihilangkan
bahwa dirinya adalah utusan Tuhan dan sehingga saat klien pulang ke rumah tidak
mampu berbicara pada hewan dan akan merasa rendah diri.
tumbuhan.
Dari pengkajian yang dilakukan, ada
3 diagnosa yang didapatkan yaitu waham Daftar Pustaka
kebesaran dan gangguan pola tidur serta Ariawan D. 2014. Gangguan Waham
distres spiritual. Menetap pada Pasien dengan
Intervensi keperawatan di Riwayat Penyalahgunaan Ganja:
rencanakan sampai dengan SP4. Mulai dari Studi Kasus FK Universitas Udaya
membantu klien mengontrol wahamnya, Denpasar. Dipublikasikan
melatih kemampuan yang dimiliki,
mengenalkan obat yang dikonsumsi, dan Aziz R. 2013. Pedoman Asuhan
membantu melakukan kegiatan yang telah Keperawatan Jiwa . Semarang:
dilatih. RSJP Dr. Amino Gondoutomo.
Implementasi ditegakkan
berdasarkan SPTK yang telah disusun. Hawari, Dadang. 2010. Manajemen Stress,
Implementasi dilakukan selama 8 hari Cemas, dan Depresi. Jakarta: FKUI
terhitung mulai tanggal 13 April – 20 April
Iswanto, Y. 2011. Hubungan Antara Stres
Kerja , Kepribadian, dan Kinerja
Kerja. Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Terbuka:
Dipublikasikan

Keliat Anna B, dkk. 2007. Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta: EGC

Merlin, 2013. Konsep Model Stress Dan


Adaptasi Dalam Keperawatan Jiwa
( Stuart ). (Online).
http://www.perawatblog.ga/2013/0
9/konsep-model-stress-dan-
adaptasi-dalam.html. Diakses
tanggal 10 Juni 2017.

Nasir, A, dkk. 2011. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Nurjannah. 2010. Buku Pedoman


Penanganan pada Gangguan Jiwa.
Edisi 2. Jakarta: EGC

Prasetyo. B. 2014. Integrasi Konsep Diri


Stuart Sebagai Dimensi Efektor
Dalam Model Adaptasi Roy Pada
Pasien Dengan Pemasangan
Fiksasi Eksternal Di Rso Prof. Dr.
R. Soeharso Surakarta. Tesis
Program Studi Magister
Keperawatan Universitas
Muhammadiayah Yogyakarta:
Dipublikasikan

Stuart, G.W. 2013. Buku Saku


Keperawatan Jiwa, ed 5. Jakarta:
EGC

Suliswati. 2009. Konsep Dasar


Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC

You might also like