Professional Documents
Culture Documents
net/publication/320110330
CITATIONS READS
0 1,736
1 author:
Iskandar Muda
University of Sumatera Utara
149 PUBLICATIONS 1,333 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Iskandar Muda on 29 September 2017.
Abstract : The objective of the research was to find out the influence of regional financial
regulation, budget politics, the process of procuring goods and services, and organizational
commitment on budget absorption with SiLPA (Extra Budget Calculation) as moderating
variable in North Sumatera Province. The research used causality research method. The
population was 88 SKPDs (Regional Work Units) of the North Sumatera Provincial
Government. Primary data were gathered by using questionnaires and analyzed by using
multiple linear regression analysis for statistical analysis. Regression model had been tested
in classic assumption test and residual test for moderating variable. The result of the research
shows that regional financial regulation, budget politics, the process of procuring goods and
services, and organizational commitment simultaneously have positive and significant
influence on SKPD budget absorption in the North Sumatera Provincial Government. It is
indicated that when regional financial regulation, budget politics, the process of procuring
goods and services, and organizational commitment are good, they will simultaneously be
able to increase budget absorption. Partially, regional financial regulation has positive and
significant influence on SKPD budget absorption while budget politics, the process of
procuring goods and services, and organizational commitment do not have any influence on
SKPD budget absorption in the North Sumatera Provincial Government because the policy on
budgeting of the North Sumatera Provincial Government depends on regional heads so that
the responsibility of SKPD heads is limited on their own budgeting. Budget excess cannot
moderate the correlation of regional financial regulation, budget politics, the process of
procuring goods and services, and organizational commitment with SKPD budget absorption
in the North Sumatera Provincial Government.
Keywords: Budget Absorption, Budget Politics, Process of Procuring, Organizational
Commitment
1. PENDAHULUAN
Fenomena anggaran yang kurang terserap diawal tahun, namun dipaksakan serapannya
pada akhir tahun kerap terjadi. Hal ini menjadi bahasan menarik karena serapan anggaran
secara umum hanya memiliki akselerasi tinggi pada saat akhir tahun. Sedangkan diawal
tahun, umumnya sulit direalisasikan sebagaimana yang diharapkan publik. Serapan anggaran
yang rendah tentunya berimplikasi buruk terhadap kinerja suatu Pemerintah Daerah (Pemda).
Dari berbagai literasi terlihat ada beberapa faktor permasalahan rendahnya serapan
anggaran. Pertama, adanya ketakutan yang berlebihan (dampak hukum) dari masing-masing
aparatur diberbagai institusi terkait dengan penggunaan anggaran. Kedua, sejumlah institusi
banyak yang tidak memiliki konsep perencanaan yang matang, jelas dan terukur. Ketiga,
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) seperti yang diungkapkan oleh (Fuad Ahmad, kabiro
keuangan setda provsu) pada tahun 2014-2015, realisasi APBD secara fisik mencapai
89,80%. Pencapaian realisasi tersebut lebih rendah 4,02% jika dibandingkan pada periode
yang sama pada tahun 2015, pencapaiannya sebesar 93.82% pada rapat Pembahasan Serapan
Anggaran TA 2016, oleh Biro Keuangan Pemprovsu, Juni 2016. Pada periode yang sama
secara implisit sangat mengkhawatirkan, dapat dilihat dari progres serapan anggaran pada
Seiring dengan bergulirnya era otonomi daerah hingga sekarang (2001-2016), fenomena
minimnya serapan APBD di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di tingkat Provinsi,
tuntutan agar pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan daerah semakin
transparan, akuntabel, efektif dan efisien (good governance). Maksum, et al., (2014), Muda,
et al., (2015, 2017); Nurzaimah et al., (2016) dan Lubis et al., (2016) meyatakan bahwa
dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban. Kim (2005) meneliti dengan judul individual-
menjelaskan bahwa prestasi organisasi sektor publik ditentukan oleh prestasi kerja pada diri
ditentukan oleh variabel demografi seperti usia, pengalaman kerja, gender, tingkat pendidikan
dan jabatan pegawai. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan faktor tersebut
terhadap prestasi kerja individu sehingga menyajikan laporan akuntabilitas yang efektif di
Korea. Avazzadehfath, Fariborz and Raiashekar (2011) menyatakan bahwa Sumber Daya
Manusia yang terampil penting bagi suatu organisasi. Manajemen organisasi selalu
menganggarkan biaya pelatihan kepada pegawai dan karyawan mereka dalam rangka
meningkatkan efisiensi organisasi. Studi di Iran, sistem organisasi yang ada terutama bagian
dari Sistem informasi akuntansi terutama untuk kegiatan siklus sumber daya manusia akan
melakukan pengolahan data untuk menjadi informasi secara praktis. Selain itu ditemukan
bukti empiris bahwa apakah keputusan investasi dipengaruhi oleh adanya siklus akuntansi
sumber daya manusia dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sistem akuntansi sumber daya manusia (HRA) yang terintegrasi dengan
siklus pelaporan keuangan turut berperan menghasilkan keputusan yang relevan yang
Secara Nasional Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi dengan daya
serap dibawah 90 % pada tahun 2014 (Sumber : Ditjen Perimbangan Keuangan Kemenkeu,
2015). Hal tersebut disebabkan oleh kebijakan dari kepala daerah untuk merasioanalisasikan
anggaran yang sudah ditetapkan dan sudah dijalankan hingga triwulan ke II melalui surat
edaran sehingga seluruh SKPD hanya boleh merealisasikan penggunaan anggaran belanja di
bawah 90 %. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam
1. Apakah regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang/jasa dan
komitmen organisasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap serapan anggaran
2. Apakah Silpa mampu memoderasi hubungan regulasi keuangan daerah, politik anggaran,
proses pengadaan barang/jasa dan komitmen organisasi dengan serapan anggaran SKPD di
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini adalah :
komitmen organisasi secara simultan dan parsial terhadap serapan anggaran SKPD di
daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang/jasa dan komitmen organisasi dengan
Anggaran merupakan pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu
yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran yang telah disusun akan dievaluasi pada akhir
tahun untuk melihat apakah estimasi kinerja tersebut telah tercapai. Pencapian kinerja merupakan
ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dalam bentuk kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas
Serapan anggaran dalam hal ini adalah kemampuan Pemda untuk merealisasikan sejumlah
anggaran yang sudah ditetapkan bersama lembaga legislatif (DPRD) didalam APBD yang dinyatakan
dengan skala ordinal. Penentuan skala pengukuran dilakukan melalui kesepakatan daerah. Sampai saat
ini pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki definisi baku tentang nilai persentase suatu
daerah yang tergolong rendah serapan anggaran APBD-nya. “Kinerja manajer publik akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran, berapa yang berhasil dicapai. Penilaian kinerja dilakukan
dengan menganalisis simpangan kinerja aktual dengan yang dianggarkan” (Mardiasmo, 2002). Dalam
teori ekonomi makro, belanja pemerintah merupakan salah satu elemen untuk menjaga pertumbuhan
ekonomi suatu negara (Tarmizi et al., 2016; 2017 & Sirojuzilam et al., 2016). Belanja pemerintah,
khususnya belanja barang dan jasa, merupakan salah satu komponen utama yang membentuk Produk
Dalam suatu sistem regulasi keuangan daerah dibuat untuk mengendalikan pelaksanaan
keuangan daerah agar segala tindakan atas pengendalian tersebut dapat di tetapkan dalam peraturan
tertentu. Namun dalam reformasi di bidang keuangan daerah tidak konsistennya kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah pusat atas pengelolaan keuangan daerah merupakan faktor utama
lambatnya akuntabilitas keuangan daerah. (Nilawati, 2009 dalam Rasdianto et al., 2014)
Dalam penelitiannya Arif (2011) bahwa regulasi dibidang keuangaan daerah merupakan salah
satu yang menyebabkan terjadinya keminiman dalam hal penyerapan belanja. Seperti yang diungkap
oleh pengamat ekonomi Avililiani, “Lambatnya serapan anggaran dikarenakan banyaknya aturan,
misalnya proses tender saja membutuhkan waktu enam bulan”. Berdasarkan hal tersebut
dihipotesiskan :
prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan alat politik (political tool) sebagai bentuk
komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
Faktor politik dalam hal ini adalah proses penetapan kebijakan tentang anggaran dipengaruhi
oleh berbagai kepentingan elemen politik (Abdullah, 2010). Politik anggaran adalah proses saling
mempengaruhi antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam menentukan skala prioritas
Dari kutipan diatas, memang tak dapat dihindari bahwa faktor politik yaitu proses tarik menarik
antara kepentingan pemerintah dengan legislatif secara langsung dapat mengurangi waktu dalam
pengimplementasian program kerja yang sudah disepakati di awal pemerintahan. Akibat yang
ditimbulkan dari faktor politik tersebut menjadikan SKPD tidak langsung bisa mengimplementasikan
H2 : Politik anggaran berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara.
Mayoritas lambatnya serapan anggaran tersebut terjadi dikarenakan proses tender yang
memakan waktu beberapa bulan, hal ini dikarenakan ada beberapa proses teknis dan non teknis yang
harus dijalankan dan harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan oleh aturan UU. Proses
tender merupakan salah satu penyebab dari rendahnya serapan APBD di Provinsi Sumatera Utara
tahun 2014 -2015. Lambatnya proses lelang ditambah lagi konflik-konflik yang terjadi selama proses
tender berlangsung semakin memperparah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
H3 : Proses Pengadaan Barang dan Jasa berpengaruh terhadap serapan anggaran pada SKPD di
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapian target anggaran dan
efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia
Allen dan Meyer (dalam Norman, 2010); Muda et al., (2014); Dalimunthe et al., 2016 dan
Maksum et al., (2014) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu kelekatan afeksi atau emosi
terhadap organisasi seperti individu melakukan identifikasi yang kuat, memilih keterlibatan tinggi,
dan senang menjadi bagian dari organisasi. Ada tiga komponen komitmen organisasi yaitu :
1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena
2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena
3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi
anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal
Silpa merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu yang
mencakup sumber penghematan belanja, kewajiban pada pihak ketiga yang sampai akhir tahun belum
diselesaikan, sisa dana lanjutan, dan semua pelampauan atas penerimaan daerah. Silpa dapat berupa
penerimaan PAD, penerimaan dana perimbangan, penerimaan lain-ain pendapatan yang sah dan
Sisa anggaran merupakan saldo dana atau kas daerah pada akhir tahun anggaran yang
mencerminkan ketidakakuratan dalam peramalan (forecasts) anggaran. Sisa ini akan terbawa ke tahun
anggaran berikutnya sebagai penerimaan dalam pembiayaan di APBD. Pada tahun anggaran
berikutnya tersebut, sisa anggaran ini disebut sisa anggaran tahun sebelumnya dan digunakan untuk
menutupi defisit anggaran, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan, dan mendanai kewajiban lainnya
yang sampai dengan akhir tahun anggaran sebelumnya selesai dibayarkan (Abdullah, 2014).
H5 : Silpa memoderasi hubungan antara regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan
barang/jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan anggaran SKPD di Provinsi Sumatera
Utara.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kausalitas (Causal Research) (Muda, 2010 dan Lubis et al., 2016).
Penelitian ini melihat pengaruh regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan
barang/jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan anggaran di Provinsi Sumatera Utara.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 88 dari 44 SKPD. Terdiri dari Kepala
SKPD dan Kasubbag keuangan di Setiap SKPD Provinsi Sumatera Utara, sumber data populasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner
secara langsung oleh peneliti kepada responden dan jawaban atas kuesioner yang diberikan dan di
tunggu selama satu minggu. Definisi Operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat Tabel 2.
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah regresi linier
4. Hasil Penelitian
Analisis statistik deskriftif pada penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 3 :
Std.
Deviatio
N Min Max Mean n Skewness Kurtosis
Serapan Anggaran 88 12 25 21,295 3,288 -0,969 0,880
Regulasi Keuangan
88 16 30 25,455 3,729 -0,489 -0,091
Daerah
Politik Anggaran 88 14 20 17,205 1,750 0,206 -0,859
Proses Pengadaan
88 14 30 24,114 3,984 -0,838 0,183
Barang dan Jasa
Komitmen
88 18 30 25,591 3,261 -0,594 0,058
Organisasi
Sisa Lebih
Perhitungan 88 6 15 11,545 2,138 -0,598 0,158
Anggaran (SILPA)
Valid N (listwise) 88
Sumber : Data diolah (2017).
Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan variabel merupakan
presentasi yang baik untuk penelitian. Hal ini ditunjukan dari standar deviasi dari setiap variabel
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalm penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan uji statistik One-Sample Kolmogorov-
Simrnov Test.
Hasil uji data dengan menggunakan One Sample Kalmogorov-Smirnov Test dengan melihat
tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas yaitu dengan melihat
probabilitaas asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka data dapat dikatakan berdistribusi
normal. Pada Tabel diatas hasil pengujian menunjukan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah
1,069 dan signifikan pada 0,203. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui analisis statistik
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Pengujian multikolineartias dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat besaran VIF (Variance inflation factor) dan nilai tolerance. Hasil pengujian
Collinearity
Variabel Statistics
Tolerance VIF
Regulasi Keuangan Daerah 0,476 2,099
Politik
0,586 1,705
Anggaran
Proses Pengadaan Barang
0,620 1,614
dan Jasa
Komitmen Organisasi 0,564 1,772
Sisa Lebih Perhitungan
0,745 1,342
Anggaran (SILPA)
masing-masing variabel independen tidak lebih besar dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari
0,10.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot.
Dari gambar diatas menunjukan penyebaran titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, titik-titik tidak mengumpul diatas atau dibawah
dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada
model regresi.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji signifikansi simultan (uji F) dan uji
signifikansi parameter individual (uji statistik t), uji koefisien determinasi (Adjusted R2).
Hasil pengujian statistik F untuk melihat pengaruh secara simultan regulasi keuangan daerah,
politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi terhadap serapan
anggaran SKPD. Hasil uji Statistik F dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Pada Tabel diatas dapat dilihat besaran nilai F hitung 8,654 lebih besar dari nilai F tabel 2,71
dan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 maka menerima H1. Sehingga dapat
disimpulkan secara simultan variabel regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan
barang dan jasa dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap serapan anggaran SKPD.
Untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
digunakan uji statistik t. Untuk menginterpretasikan koefisien variabel independen dapat dengan
dibawah ini.
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak semua variabel independen yang diteliti
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dari ke empat variabel independen yang di
masukan dalam model regresi, terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan terhadap serapan
anggaran yaitu regulasi keuangan daerah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,008 <
0.05 dan nilai t hitung 2,699 > t tabel 1,987 dan koefisien regresi bernilai positif maka menerima H1.
Untuk mengetahui seberapa besar variabel serapan anggaran mempengaruhi regulasi keuangan
daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi dapat dilihat
keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi
sebagai variabel independen memiliki hubungan yang kuat sebesar 34,5 % dengan variabel serapan
anggaran sebagai variabel dependen. Nilai adjusted R2 sebesar 0,306 yang mengindikasikan bahwa
30,6% variabel dependen (serapan anggaran) dipengaruhi oleh variabel independen yaitu regulasi
keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi,
sedangkan sisanya sebesar 69,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Hasil uji residual pada Tabel diatas dapat diformulasikan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut :
Berdasarkan hasil uji residual yang dilakukan diketahui bahwa tingkat signifikansi serapan
anggaran sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 dan koefisien regresi yang bernilai positif 0,458
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel silpa tidak dapat memoderasi hubungan antara regulasi
keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi
5. KESIMPULAN
5.1. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis secara simultan maka regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses
pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap serapan anggaran SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Artinya ketika
regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen
organisasi secara simultan variabel-variabel tersebut akan mampu meningkatkan serapan angaran.
Nilai adjusted R Square yang rendah menjelaskan bahwa adanya variabel lain di luar model
2. Secara parsial variabel regulasi keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap serapan
anggaran SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan variabel politik anggaran,
proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi tidak berpengaruh terhadap serapan
anggaran SKPD di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hal ini ditandai dari nilai t tabel lebih
kecil dari t hitung dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
3. Sisa lebih perhitungan anggaran tidak mampu memoderasi hubungan antara regulasi keuangan
daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan komitmen organisasi dengan
5.2. IMPLIKASI
Dari tekerbatasan peneliti yang telah diungkapkan maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, maka bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
serapan anggaran disarankan dapat menambah variabel-variabel lainnya yang berhubungan dengan
serapan anggaran seperti faktor perencanaan, sumber daya manusia, waktu penetapan anggaran dan
memilih responden yang lebih mengarah kepada pengambilan kebijakan daerah dengan lingkup
2. Peneliti selanjutnya diharapkan selain menerapkan metode survei melalui penyebaran kuesioner/
3. Peneliti selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel dari setiap SKPD ditingkat Provinsi dan
kab/kota.
4. Agar serapan anggaran dipemerintah Provinsi Sumatera Utara dapat terealisasi dan meningkat pada
tahun-tahun berikutnya maka pemerintah Provinsi Sumatera Utara segera melakukan evaluasi
terhadap serapan anggaran secara berkala minimal setiap triwulan untuk mengetahui penyebab
5. Diberikan reward kepada SKPD yang mampu merealisasikan anggaran diatas target kinerja berupa
penambahan anggaran untuk tahun anggaran berikutnya dan memberikan puhisment kepada kepala
SKPD yang tidak mampu melaksanakan kegiatan yang sudah di rencanakan dalam satu tahun
anggaran,sehingga menjadi bahan evaluasi oleh pimpinan atas kinerja kepala SKPD yang
bersangkutan.
6. Lebih mengaktifkan peran Inspeketorat Provinsi dalam melakukan review serapan anggaran ke
7. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara agar segera menindak lanjuti bila ada revisi atau perubahan
regulasi terkait tentang penggelolaan anggaran keuangan daerah sehingga tidak terkendala dalam
pelaksanaan anggaran.
5.3. KETERBATASAN
Terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian, antara
lain :
1. Penelitian ini hanya membahas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap serapan anggaran,
yaitu faktor regulasi keuangan daerah, politik anggaran, proses pengadaan barang dan jasa dan
komitmen organisasi. Sedangkan nilai adjusted R Square yang dihasilkan dalam penelitian ini
rendah sehingga ada variabel lain diluar model penelitian ini yang mampu mempengaruhi serapan
anggaran.
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga kemungkinan ada bias dari jawaban responden
yang kurang cermat dalam menjawab setiap pertanyaan dan bersifat subjektif.
3. Pengambilan objek penelitian hanya dilakukan di Pemprovsu saja dengan jumlah sampel sebanyak
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Emkhad. 2011. Identifikasi faktor-faktor penyebab minimnya penyerapan APBD
Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun 2011. Tesis. Universitas Islam Riau.
Kuswoyo 2011. Faktor-Faktor Penyebab Penumpukan Anggaran Belanja diakhir Tahun Anggaran
pada Satuan Kerja di Wilayah KPPN Kediri, Tesis (tidak dipublikasikan). Universitas
Airlangga.
Lubis, A.F., Lubis, T.A., and Muda, I. 2016. The role of Enterprise Resource Plan (ERP)
configuration to the timeliness of the financial statement presentation. International Journal of
Applied Business and Economic Research. 14(11): 7591-7608.
Lubis, A.,Torong, Z.B., and Muda, I. 2016. The urgency of implementing balanced scorecard system
on local government in North Sumatra – Indonesia. International Journal of Applied Business
and Economic Research. 14(11): 7575-7590.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Edisi 3, Yogyakarta.
Maksum, A., Hamid, R., & Muda, I. 2014. The Impact of Treasurer’s Experience And Knowledge on
The Effectiveness of The Administration and Preparation of The Accountability Reporting
System in North Sumatera. Asian Journal of Finance & Accounting, 6(2): 301-318.
http://dx.doi.org/10.5296/ajfa.v6i2.6341.
Murtini. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Penyerapan Realisasi Anggaran
Departemen Perindustrian Republik Indonesia Periode 2008, Tesis (Tidak Dipublikasikan).
BINUS. Jakarta.
Muda, I., Rafiki, A., & Harahap, M. R. 2014. Factors Influencing Employees' Performance: A Study
on the Islamic Banks in Indonesia. International Journal of Business and Social Science, 5(2):
73-80.
Muda, I and Abykusno Dharsuky. 2015. Impact Of Region Financial Information System (SIKD)
Quality, Role Ambiguity And Training on Precision of Financial Statement of Local
Government Presentation In North Sumatra. International Journal of Applied Business and
Economic Research, 13(6): 4283-4304.
Muda, I, Dharsuky. A., Siregar, H.S., and Sadalia, I. 2017. combined loading and Cross-dimensional
loadings timeliness of presentation of financial statements of local government. IOP
Conference Series : Materials Science and Engineering. 180. doi: 10.1088/1757-
899X/180/1/012099.
Muda, Iskandar. 2010. Kontribusi Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai AsahanTerhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjung Balai. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 9(1): 17–
28.https://www.researchgate.net/publication/273776657_Kontribusi_Pelabuhan_Teluk_Nibung
_Tanjung_Balai_AsahanTerhadap_Pendapatan_Asli_Daerah_Kota_Tanjung_Balai (acceses
on, April, 20; 2017)
Nazri, Ramadhaniatun dan Abdullah, Syukri. 2010. Serapan Anggaran Pemerintah Daerah Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya, Studi pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Aceh.
Tesis (Tidak Dipublikasikan) Universitas Syiah Kuala.
Nurzaimah, Rasdianto and Muda, I. 2016. The skills and understanding of rural enterprise
management of the preparation of financial statements using Financial Accounting Standards
(IFRs) financial statement on the Entities without Public Accountability (ETAP) framework on
the implementation of village administration law. International Journal of Applied Business
and Economic Research. 14(11): 7417-7429.
Priatno, Prasetyo Adi & M. Khusaini.. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan
Anggaran pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Blitar. E-Journal Universitas
Brawijaya, Web link: http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/603/546,
(8/12/2016)
Rasdianto, Nurzaimah and Iskandar Muda. 2014. Analysis on the Timeliness of the Accountability
Report by the Treasurer Spending in Task Force Units in Indonesia. International Journal of
Academic Research in Accounting, Finance and Management Sciences. 4(4): 176–190.
http://dx.doi.org/10.6007/IJARAFMS/v4-i4/1304.
Kim, Sangmook. 2005. Individual-Level Factors and Organizational Performance in Government
Organizations. J Public Adm Res Theory. 15(2): 245-261. doi: 10.1093/jopart/mui013.
Sirojuzilam, Hakim, S., and Muda, I. 2016. Identification of factors of failure of Barisan Mountains
Agropolitan area development in North Sumatera– Indonesia. International Journal of
Economic Research. 13(5): 2163-2175.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, “tentang Keuangan Negara”, 2003.
Republik Indonesia. Jakarta.
_______, 2004. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, “tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional”, Republik Indonesia. Jakarta.
_______, 2004. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, “tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”, Republik Indonesia. Jakarta..
_______. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, “tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah”, Republik Indonesia. Jakarta.
_______. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2010, ”tentang Pengadaan barang dan Jasa”,
Republik Indonesia. Jakarta.
_______, 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2010, “tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, Republik Indonesia. Jakarta.
_______, 2014. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
53 tahun 2014, “tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Review Atas Laporan Kinerja Intansi Pemerintah”. Republik Indonesia. Jakarta.
Tarmizi, H.B.,Daulay, M and Muda, I. 2016. The influence of population growth, economic growth
and construction cost index on the local revenue of tax on acquisition of land and building after
the implementation of law no. 28 of 2009. International Journal of Economic Research. 13(5):
2285-2295.
Tarmizi, HB., Daulay, M., and Muda, I. 2017. Impact of The Economic Growth and Acquisition of
Land to The Construction Cost Index in North Sumatera. IOP Conference Series : Materials
Science and Engineering. 180. doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012004.
Zaman and Cristea. 2011. EU Structural Funds Absorption in Romania: Obstacles and Issues,
Internasional Journal of Academic Research in Accounting. 15(2): 345-355.