You are on page 1of 6

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No.

2, Juni 2017

PENGARUH PSIKOEDUKASI KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN


KELUARGA DALAM MERAWAT PENDERITA SKIZOFRENIA

Tri Nuhudi Sasono¹, Faizatur Rohmi²


¹ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
trisasono@stikeskepanjen-pemkabmalang.ac.id

ABSTRACT

The presence of stigma and discrimination against with mental disorders


encourage some parties either form government or non goverment organization
develops several methods to improve healing in people with mental disorders. The
act of them is mentoring the family with mental disorders. The nursing intervension
that can be given to the family is psychoeducation. The purpose of this study is to
detemine the influence of family psychoeducation on the ability of families in caring
for schizophrenia patients. The kind of research used is that of quasi-experiment by
pre- and post-test controll group design. Data were collected of research subjects
consisted of 24 divided into control group and treatment group. Psychoeducation
performed for 5 weeks with a frequency of 5 times with the duration of each time 45-
60 minutes. Based on test results with Mann Whitney obtained p value <0.05 which
means that comparison between the control group and treatment group showed
significant improvement ability. The conclusion in this study is that psychoeducation
has been proven to be effective in improving ability of family in treating people with
schizophrenia. The nursing implications in this study are expected that
psychoeducation becomes one part of promotive health efforts

Keywords: Psikoedukasi, family, skizofrenia

PENDAHULUAN Mengacu pada UU No. 23 Tahun


1992 tentang Kesehatan secara garis
Hak atas kesehatan merupakan
besar masalah kesehatan jiwa
kebutuhan yang penting bagi kehidupan
digolongkan menjadi: masalah
manusia, karena dengan jiwa yang
perkembangan manusia yang harmonis
sehat, maka akan dapat berpikir secara
danpeningkatan kualitas hidup, masalah
sehat. Pentingnya hak atas kesehatan
gangguan jiwa, serta masalah
tersebut secara tegas dijamin di dalam
psikososial(Depkes, 2013). Menurut A
Pasal 12 Kovenan Internasional Hak
Statement On Psyciatric Mental Health
Ekonomi, Sosial dan Budaya yang telah
Clinical Nursing Practice And Standart
diratifikasi melalui Undang-Undang
Of Psyciatric Mental Health Nursing
Nomor 11 Tahun 2005, yang intinya
Practice, ANA 1994 didapatkan
mengakui hak setiap orang untuk
masalah kesehatan mental atau
menikmati standar tertinggi yang dapat
psikiatrik diantaranya hambatan atau
dicapai dalam hal kesehatan fisik dan
keterbatasan fungsi perawatan diri yang
mental (Depkes, 2013).
berhubungan dengan distres mental dan

109
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No. 2, Juni 2017

emosional, perubahan konsep diri dan yang utama untuk mencegah seorang
kesulitan dalam berhubungan dengan anggota keluarga jatuh pada keadaan
orang lain (Sarka, 2007). maladaptif. Selain itu keluarga
Skizofrenia merupakan salah satu merupakan bagian yang sangat pendting
penyakit yang dalam perawatannya dalam merawat penderita dengan
berdampak terhadap keluarga gangguan jiwa (Cheryl, Irene, Mao, Bo,
khususnya orang yang secara langsung & Cecilia, 2016)
merawat (Kebede, Negash, Fekadu, & Banyak sekali perilaku-perilaku
Jacobsson, 2003). Ketidak mampuan menyimpang yang dilakukan oleh
penderita dengan gangguan jiwa untuk keluarga yang berdampak salah satu
berinteraksi dengan orang lain anggota keluarganya jatuh pada
menjadikannya sering dikucilkan dari keadaan maladaptif, hal ini disebabkan
komunitas sosialnya atau bahkan sering karena keluarga adalah wadah utama
dianggap menjadi salah satu aib bagi yang sangat penting dalam melakukan
kelurganya sendiriitambah lagi juga pencegahan primer,sekunder, ataupun
kurang nya peran dari pemerintah. tersier. Keluarga pada dasarnya
Menurut Rosa(2009) Disebutkan bahwa berkontribusi terhadap cepat lambatnya
penderita gangguan jiwa masih kesembuhan penderita gangguan jiwa
dipandang sebelah mata oleh selama proses rehabilitasi dan
pemerintah, Sehingga salah satu pengobatan, baik yang bersifat medis
bentuknya adalah penderita sering maupun psikologis. Namun dengan
melarikan diri dari tempat tinggalnya derajat kesadaran dan pengetahuan
atau bahkan mereka sengaja dibuang berbeda-beda yang dimiliki setiap
oleh keluarganya dan mereka terlantar keluarga, menjadikan proses tersebut
atau menjadi gelandangan. apakah benar-benar menolong atau
Dari hasil penelitian yang tidak. Karena masalah gangguan jiwa
dilakukan oleh puspitasari ( 2009 ) menyangkut persoalan yang bersifat
dinyatakan bahwa penderita gangguan holistik dalam kontek kesehatan fisik,
jiwa sering mendapat stigma yang psikis, sosial dan spiritual individu.
negatif dari masyarakat atau lingkungan Sehingga dibutuhkan konsep dan
sosial yang ada disekitarnya dan juga pemahaman yang jelas dalam
sering diperlakukan secara tidak memahami dan mengarahkannya ke
manusiawi seperti halnya di olok – dalam posisi yang benar-benar normal
olok, perilaku kekerasan atau bahkan atau sehat(Shalahuddin, 2010).
diapssung untuk diasingkan. Bentuk Berdasarkan hasil penelitian Tolin
perilaku yang seperti inilah yang sering dan Frost (2008) dalam chasson (2014)
menimbulkan kekambuhan bagi mengemukakan bahwa pemberdayaan
penderita dengan gangguan jiwa yang keluarga mampu meningkatkan
sudah sembuh. Diakitkan dengan keakraban dalam keluarga. Hal ini
masalh tersebut sudah tentunya berarti bahwa dukungan dari keluarga
keluarga memiliki peran yang sangat akan memberikan kemungkinan akan
penting untuk mendukung proses keberhasilan pengobatan yang sedang
peningkatan kualitas kembali dari dijalani oleh penderita skizofrenia.
penderita jiwa baik yang sudah sembuh Salah satu intervensi keperawatan yang
atau masih dalam tahap pemulihan. bisa diberikan pada keluarga adalah
Keluarga adalah sistem pendukung psikoedukasi.

110
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No. 2, Juni 2017

Psikoedukasi keluarga merupakan Quasy Eksperimental Pre Post Test


pemberian informasi atau pengetahuan With Control Group. Jumlah populasi
pada keluarga tentang penyakit yang dalam penelitian ini adalah 56 orang.
diderita oleh anggota keluarga dengan Teknik sampling yang digunakan
tujuan untuk mengurangi adalah purposive sampling dengan
kecenderungan klien untuk kambuh dan jumlah sampel sebanyak 24 orang yang
mengurangi pengaruh penyakitnya pada kemudian dibagi menjadi dua kelompok
anggota keluarga yang lain Townsend, (kelompok kontrol dan kelompok
2009). Dalam aplikasinya psikoedukasi perlakuan). Instrumen yang digunakan
banyak diberikan pada pasien dengan dalam penelitian untuk mengkur
gangguan psikiatri termasuk anggota kemampuan keluarga mengacu pada
keluarga dan orang yang perawatan penderita skizofrenia oleh
berkepentingan untuk merawat pasien Keliat yang kemudian dilakukan
tersebut (Lukens & Mcfarlane, 2004). modifikasi oleh peneliti. Intrumen
Berdasarkan hasil penelitian yang tersebut telah dilakukan uji validitas
dilakukan oleh lestari (2011) didapatkan dan reliabiltas. Analisis pada penelitian
bahwa psikoedukasi ini berpengaruh ini terdiri dari analisis univatdan
terhadap peningkatan pengetahuan bivariate dengan menggunakan
keluarga dan penurunan kecemasan wilcoxon dan Mann Whitney.
keluarga dengan TB. Penelitian lain Pelaksanaan penelitian total
yang dilakukan oleh Goldenberg (2004) membutuhkan waktu 5 minggu.
didapatkan bahwa angka kekambuhan Kelompok kontrol membutuhkan
pada klien tanpa diberikan terapi frekuensi 1 kali selama penelitian
keluarga yaitu sebesar 25-50% dengan durasi waktu 45-60
sedangkan angka kekambuhan pada menit.Sedangkan pada kelompok
klien yang diberikan terapi keluarga perlakuan membutuhkan frekuensi 4
yaitu sebesar 5-1 0% (Wiyati, 2010). kali pertemuan dengan jeda setiap
Berdasarkan latar belakang diatas pertemuan 5-7 hari dengan durasi
maka peneliti ingin meneliti tentang
pertemuan 45-60 menit.
Pengaruh Psikoedukasi Keluarga
Terhadap Kemampuan keluarga dalam
merawat penderita Skizofrenia. HASIL PENELITIAN
METODE Subyek penelitian dalam
penelitian ini 24 orang. Karakteristik
Penelitian ini merupakan jenis responden bisa dilihat pada tabel
penelitian kuantitatif dengan Desain
Tabel 1 Karakteristik responden

NO Karakteritik Kelompok % Kelompok %


Kontrol Perlakuan
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0% 0 0%
Perempuan 12 100% 12 100%
2 Pekerjaan
Petani 6 50% 8 66.7%
Pegawai Negeri/swata 4 33.3% 1 8.33%
Wiraswasta 2 16.7% 3 25.0%

111
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No. 2, Juni 2017

3 Pendidikan
SD 2 16.7% 0 0%
SMP 8 66.7% 8 66.7%
SMA 2 16.7% 4 33.7%
Diploma/Srata I dan II 0 0% 0 0%

Tabel 2: Analisis Perbedaan kemampuan keluarga dalam merawat penderita


Skizofrenia sebelum dan sesudah (penyuluhan ditambah dengan psikoedukasi)

Variabel N Median
(Minimum-maksimum) Pv
Kemampuan kognitif 24 1 ((-1)-2) 0.034
Kemampuan Afektif 1 (0-2) 0.024
Kemampuan Psikomotor 1 (0-1) 0.038

terhadap sebuah tugas atau tanggung


PEMBAHASAN
jawab yang dilaksanankan (craven,
2000).
Analisis perbedaan pengaruh
Adanya perbedaan kemampuan
psikoedukasi keluarga terhadap
responden dalam merawat penderita
kemampuan keluarga dalam
skizofrenia antara kleompok kontrol
merawat penderita Skizofrenia
dan perlakuan disebabkan karena pada
antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan mendapatkan
kelompok perlakuan
informasi yang lebih sering
Berdasarkan hasil penelitian
dibandingkan dengan kelompok
Tujuan utama dari psikoedukasi
kontrol. Psikoedukasi keluarga
keluarga adalah untuk bias berbagi
merupakan pertemuan dengan keluarga
informasi kepada keluarga tentang cara
yang membahas tentang masalah yang
merawat penderita gangguan jiwa
telah disepakti sesuai dengan kebutuhan
dengan lebih menitik beratkan pada
keluarga. Psikoedukasi keluarga mampu
perubahan perilaku kearah yang lebih
meningkatkan kemampuan kognitif
baik, dengan anggapan bahwa perilaku
karena dalam psikoedukasi
adaptif dapat dipelajari (Varcolis,
mengandung unsur peningkatan
2006). Kemampuan kognitif merupakan
pengetahuan keluarga tentang penyakit
hal yang penting dalam mewujudkan
serta kemampuan keluarga dalam
tindakan yang dilakukan oleh keluarga
merawat penderita (stuart & Laraia,
menuju kearah yang lebih baik. Begitu
2005). Komponen yang ada dalam
juga dengan kemampuan afektif yang
psikoedukasi menurut marsh (2000)
juga memiliki pengaruh terhadap
dalam (stuart & Laraia, 2005)
tindakan yang dilakukan oleh sesorang
menyebutkan bahwa psikoedukasi dapat
dimana sikap ini sangat erat kaitannya
meningkatkan kemampuan unsur
dengan pengetahuan yang dimiliki.
didaktik atau mendidik. Sebagian besar
Kemampuan psikomotor merujuk pada
pembelajaran kemungkinan besar
gerakan muskuler yang merupakan hasil
melibatkan perubahan perubahan di
dari koordinasi pengetahuan, sikap
neuron dan sinapsis. Banyak beberapa

112
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No. 2, Juni 2017

penelliti menyakini bahwa landasan mendapatkan akses pelayanan yang


fisiologis pembelajaran dan lebih baik. Dixon et all (2000)
perkembangan kognitif terletak pada menyebutkan bahwa psikoedukasi
perubahan perubahan yang terjadi keluarga menawarkan kombinasi antara
dalam hubungannya dengan neuron. informasi tentang gangguan jiwa,
(Gould, Beylin, Tanapat, Reeves & praktek dan dukungan emosional,
Shors, 1999; C. A. Nelson, Thomas, & pengembangan kterampilan keluarga
de Haan, 2006; R. A. Thompson & dalam problem solving dan manejeman
Nelson, 2001 ) dalam ormrod (2008) krisis keluarga. Penelitian ini juga
menyebutkan bahwa pembentukan didukung oleh jaccobson (2002) yang
neuron-neuron terjadi sepanjang hidup menyatakan bahwa pelayanan
manusia dimana pembentukan neuron kesehatan yang diberikan pada
baru tersebut dapat distimulasi oleh penderita dengan skizofrenia. Selain itu
pengalaman sebelumnya atau penelitian ini juga didukung oleh
pengelaman belajar yang masih penelitian gumus (2017) yang
baruPada kegiatan psikoedukasi menyatakan bahwa psikoedukasi
responden mendapatkan pemberian mampu meningkatkan kualitas
informasi tentang cara merawat penderita bipolar. Sehingga perlu
penderita. Hgoldengerg (2004) adanya deteksi dini tentang gangguan
mengemukakan bahwa Psikoedukasi jiwa (Aalsma, Brown, Holloway, & Ott,
merupakan pemberikan informasi pada 2014). Sehingga pemberian intervensi
keluarga guna meningkatkan pada keluarga dengan skizofrenia
kemampuan keluarga dalam merawat manjadi salah satu alternatif yang bisa
anggota keluarga dengan harapan diberikan pada keluarga untuk mampu
mereka mempunyai koping yang meingkatkan peran nya dalam
positif. Penelitian ini didukung oleh melakukan fungsi keluarga (Yu et al.,
penelitian gumus (2017) yang 2017)
menyatakan bahwa psikoeduaksi
keluarga mampu meningkatkan kualitas KESIMPULAN
hidup dan fungsi kehidupan. Selain itu Psikoedukasi keluarga terbukti mampu
keaktifan dari Hal ini menuntut peran meningkatkan kemampuan keluarga
pelayanan kesehatan pada upaya dalam merawat penderita TB
promotif (Am J Public Health. 2010).
Berdasarkan hasil penelitian dengan
metode kohort studi menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
kemampuan keluarga dalam merawat
penderita dengan skizofrenia Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas
berpengaruh terhadap kesembuuhan jilid II. Direktorat Pembinaan,
penderita (Ran, 2016). Penelitian ini Kesehatan Masyarakat,
didukung oleh hasil penelitian yang Jakarta, 1997Marion, H., &
dilakukan oleh (Taylor-rodgers & Gero, L. (2013). WHO
Batterham, 2014) pada remaja. Definition of health must be
Psikoedukasi dilakukan selama 3 enforced by national law a
minggu menyebutkan bahwa debate. BMC Medical
psikoedukasi terbukti meningkatkan Ethics(2013), 14
kemampuan untuk mencari atau

113
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 8, No. 2, Juni 2017

Friedman, M.M., 2002. Family nursing: needs - assessment - based


theory and assessment. psychoeducation for families of
(5thed).Connectiot: patients with schizophrenia on
Appleton-Century-Crofts 14 quality of life of patients and
their families : A controlled
Aalsma, M. C., Brown, J. R., Holloway, study, 3. doi:10.4103/2277-
E. D., & Ott, M. A. (2014). 9531.145937
Connection to mental health
care upon community reentry Va, M. (2012). Patient education
for detained youth : a methods to support quality of
qualitative study. BMC Public life and functional ability
Health, 14(1), 1–8. among patients with
doi:10.1186/1471-2458-14-117 schizophrenia : a randomised
clinical trial, 247–256.
Cheryl, M. R., Irene, H. K. C., Mao, Y. doi:10.1007/s11136-011-9944-1
W. W., Bo, F. L., & Cecilia, L.
(2016). Family caregivers and Yu, Y., Liu, Z., Tang, B., Zhao, M.,
outcome of people with Liu, X., & Xiao, S. (2017).
schizophrenia in rural China : Reported family burden of
14-year follow-up study. Social schizophrenia patients in rural
Psychiatry and Psychiatric China, 1–19.
Epidemiology, 51(4), 513–520. doi:10.1371/journal.pone.01794
doi:10.1007/s00127-015-1169-0 25

Gumus, F., & Nursing, P. (2017). The


Effectiveness of Individual
Psychoeducation on
Functioning and Quality of Life
with Bipolar Disorder in
Turkey : A Randomized
Controlled Study, 10(1), 490–
503.

Kebede, T. S. D., Negash, A. A. A.,


Fekadu, N. D. A., & Jacobsson,
D. F. L. (2003). ORIGINAL
PAPER Schizophrenia : illness
impact on family members in a
traditional society – rural
Ethiopia, 27–34.
doi:10.1007/s00127-003-0594-7

Omranifard, V., Yari, A.,


Kheirabadi, G. R., Rafizadeh,
M., & Maracy, M. R. (2014).
Effect of

114

You might also like