Professional Documents
Culture Documents
ANOSMIA
Istilah Anosmia berarti hilangnya kemampuan untuk menghidu. Ini juga termasuk
berkurangnya kemampuan untuk menghidu. Ageusia, diartikan untuk hilangnya kemampuan
untuk sensasi perasa. Pasien yang sebenarnya mempunyai anosmia bisa salah mengeluhkan
sebagai Ageusia, walaupun mereka menghalangi kemampuan untuk membedakan rasa asin,
manis, asam, dan pahit (Sensasi rasa yang dimiliki manusia).
II. 1. Klasifikasi
Neural olfactory loss dapat terjadi karena : AIDS, alkoholism, alzheimer, malnutrisi,
trauma kepala (dengan atau tanpa fraktur basis cranii bagian anterior atau area
lempeng kribiformis), neoplasma fossa cranii anterior, parkinson, psikosis Korsakoff,
defisiensi vit. B12, defisiensi zinc, tindakan bedah saraf, terpapar zat neurotoxic
(ethanol, amphetamines, kokain topikal, aminoglikosida, tetrasiklin, asap rokok),
huntington’s chorea, beberapa kelainan kongenital, seperti Kallmann Syndrome dan
beberapa kelainan endokrin juga dapat mempengaruhi pesepsi penghidu, seperti
Chusing syndrome, hipotiroid, dan diabetes mellitus.
II. 2. Patogenesis
II. 3. Etiologi
Banyak pasien mengalami disfungsi olfactory disebabkan karena satu atau lebih dari
beberapa penyebab sebagai berikut: obstruksi nasal dan penyakit sinus, post infeksi saluran
napas atas, trauma tengkorak, dan kelainan kongenital. Penuaan, paparan toxin, dan penyebab
idiopatik juga berperan dalam hilangnya kemampuan menghidu.
Aliran udara melewati medial dan anterior ke bagian bawah dari turbinate
medial untuk mencapai olfactory cleft. Obstruksi nasal pada area ini atau yang
diatasnya, dapat disebabkan oleh pembengkakan mukosa yang hebat, tumor, polip
nasi, atau deformitas tulang dapat menyebabkan hyposmia atau anosmia. Pasien
sering mengeluh kehilangan kemampuan menghidu selama infeksi saluran napas
atas. Umumnya, gejala ini disebabkan karena obstruksi jalan napas yang
merupakan akibat sekunder dari pembengkakan mukosa. Kemampuan olfactorius
dapat membaik atau kembali normal dengan menghilangnya sumbatan tersebut.
Bisa disebabkan karena infeksi virus, tumor pada N.Olfaktorius itu sendiri,
tumor intrakranial yang menekan N.Olfaktorius. Pada infeksi virus yang
menyebabkan kerusakan N.Olfaktorius dapat menyebabkan anosmia atau sensasi
penghidu yang samar-samar dan tidak ada bedanya untuk semua rangsang bau-
bauan . Pada tumor N.Olfaktorius diagnosis pasti dengan pemeriksaan histologik
dan terapinya dengan pembedahan. Tumor intrakranial yang menekan
N.Olfaktorius mula-mula akan menaikkan ambang penghidu dan mungkin akan
menimbulkan kelelahan penghidu yang makin lama makin memanjang. Osteoma
atau meningioma di dasar tengkorak atau sinus paranasal dapat menimbulkan
anosmia unilateral.
C. Trauma tengkorak
D. Anosmia kongenital
E. Penuaan
Merasa rendah diri karena menganggap dirinya bau badan atau bau napas. Jika
setelah diperiksa ternyata tidak ada kelainan perlu diyakinkan dan dihilangkan
gangguan psikologisnya. Kelainan psikiatrik seperti depresi, skizofren, atau
demensia senilis dapat menimbulkan halusinasi bau. Pasien dengan depresi dan
schizophrenia mungkin dapat kehilangan kemampuan menghidu yang juga
sebagai bagian dari penyakit yang dideritanya. Ketika pasien depresi mengalami
perubahan kemampuan mengecap, kemampuan untuk identifikasi aroma biasanya
normal. Apabila tidak demikian, keluhan pada penghidu paling sering berasal dari
masalah pada SSP. Ini mungkin proses kimiawi yang sama yang menyebabkan
gejala depresi mempengaruhi hubungan neural antara sistem limbik dengan
hipotalamus.
B. Pemeriksaan fisik
C. Pemeriksaan laboratorium
Teknik sudah berkembang untuk biopsi neuroepitel olfactorius, tetapi karena
degenerasi neuroepitel yang tersebar luas dan adanya epitel pernapasan pada area
olfactorius orang dewasa tanpa disfungsi olfactorius yang jelas, hasil biopsi harus
diinterpretasikan dengan hati-hati.
D. Radiology
E. Evaluasi sensori
Test lain yang berguna untuk memeriksa persepsi terhadap aroma secara
kasar. Twelve inch alkohol test menggunakan paket isopropil alkohol yang
baru dibuka dan dipegang dengan jarak 12 inch dari hidung pasien.
c. Scratch-and-Sniff card
Sekarang sudah dijual bebas scratch and sniff card yang terdiri dari 3
aroma untuk test penghidu secara kasar.
Saat ini tidak ada metode psikofisik untuk membedakan sensori dari hilangnya
kemampuan olfactorius. Beruntung, dari beberapa pengalaman yang didapat tentang
hilangnya kemampuan olfactorius memberikan petunjuk penting terhadap penyebabnya.
Penyebab tersering gangguan olfactorius adalah trauma kepala dan infeksi virus. Trauma
kepala lebih sering menyebabkan anosmia pada anak-anak dan dewasa muda, sedangkan
infeksi virus lebih sering menyebabkan anosmia pada orang dewasa.
A. Infeksi virus
B. Trauma tengkorak
C. Anosmia kongenital
II. 6. Terapi
C. Presbyosmia
Sebelumnya telah disebutkan, lebih dari setengah jumlah orang dengan usia
lebih dari 60 tahun menderita disfungsi olfactorius. Tidak ada terapi yang efektif
untuk presbyosmia, tetapi sangatlah penting mendiskusikannya dengan pasien
lansia. Hal ini dapat menenangkan pasien ketika dokter mengenali dan
mendiskusikan gangguan penghidu yang sering dialami. Lagipula keuntungannya
dapat mengidentifikasi masalah lebih awal; kejadian kecelakaan yang
berhubungan dengan gas alam sangatlah tidak seimbang pada pasien lansia,
mungkin karena kehilangan kemampuan menghidu yang bertahap. Mercaptan, gas
alam dengan aroma yang tajam, menstimulasi olfactorius bukan trigeminus.
Banyak pasien lansia dengan disfungsi olfactorius mengalami penururnan
kemampuan mengecap. Metode yang paling sering dilakukan yaitu dengan
menambah jumlah garam pada makanan mereka. Konseling yang hati-hati dapat
membantu pasien ini mengembangkan strategi kesehatan untuk mengatasi
masalah penurunan kemampuan menghidu mereka.
II. 7. Prognosis
Terapi Alternatif
Menemukan dan mengobati faktor penyebab adalah hal yang pertama kali dilakukan
dalam pengobatan natural. Jika rinitis adalah penyebabnya, mengobati rinitis akut dengan
obat herbal yang mast cell stabilizers dan obat herbal dekongestan dapat memberikan rasa
nyaman sewaktu tubuh mulai menyembuh. Jika terdapat rinitis kronik, ini biasanya
berhubungan dengan iritans dari lingkungan atau alergi makanan. Menghilangkan faktor
penyebab merupakan langkah pertama untuk penyembuhan. Nasal steam dengan
menggunakan essential oils dapat menghilangkan sumbatan dan menguatkan membran.
Sumbatan seringkali dapat diobati dengan terapi spesifik (meluruskan kembali dari nasal
cavities). Sumbatan karena polip dapat diobati melalui pengobatan botanikal yang disebut
dengan hydrotherapy. Kerusakan dari nervus olfaktorius tidak dapat disembuhkan.
Penciuman yang kurang sensitif dapat diselesaikan dengan mengunakan obat-obat
homeopathic.