Professional Documents
Culture Documents
5397 193 10876 1 10 20170927 PDF
5397 193 10876 1 10 20170927 PDF
Abstract
1-(4-nitrobenzoyloxymethyl)-5-fluorouracil (4-NFU) is a derivative of anticancer drug 5-
fluorouracil (5-FU) which has been substituted by alkyl, ester, benzene, and nitro groups
at N1 position. 4-NFU has been synthesized by Kurnia but anticancer study has not
been reported. This research aims to compare the cytotoxicity and antiproliferative
activity between 4-NFU and 5-FU on MCF-7 cells. The cytotoxicity and antiproliferative
activity were studied by MTT method. The cytotoxicity study was done for 24 hours. The
antiproliferative study was done for 24, 48, and 72 hours. The result showed that
cytotoxicity activity of 4-NFU (IC50 = 134.039 μM) was higher than 5-FU (IC50 = 4211.508
μM) on MCF-7 cells. Based on the unpaired t test, there was a significant difference
between IC50 of 4-NFU and 5-FU (α<0.05). The antiproliferative study showed that there
was a growth inhibition on MCF-7 cells. The doubling time value of 4-NFU was 290.51
hours at ½ IC50; 350.97 hours at IC50; and 418.2 hours at 1½ IC50. The doubling time
value of 5-FU was 185.99 hours at ½ IC50; 214 hours at IC50; and 220.63 hours at 1½
IC50. The doubling time value of 4-NFU was higher than 5-FU so that antiproliferative
activity of 4-NFU was higher than 5-FU on MCF-7 cells.
Abstrak
Senyawa 1-(4-nitrobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil (4-NFU) adalah turunan obat
antikanker 5-fluorourasil (5-FU) yang telah disubstitusi alkil, ester, benzena, dan gugus
nitro pada posisi N1. Sintesis 4-NFU telah dilakukan oleh Kurnia namun pengujian
terhadap aktivitas antikanker belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan aktivitas sitotoksisitas dan antiproliferasi antara senyawa 4-NFU dan 5-
FU terhadap sel MCF-7. Aktivitas sitotoksisitas dan antiproliferasi diuji dengan
menggunakan metode MTT. Uji sitotoksisitas dilakukan selama 24 jam. Uji antiproliferasi
dilakukan selama 24, 48 dan 72 jam. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas sitotoksisitas
senyawa 4-NFU (IC50 = 134,039 µM) lebih tinggi daripada senyawa 5-FU (IC50 = 4211,508
µM) terhadap sel MCF-7. Berdasarkan analisis statistik uji t tidak berpasangan, terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai IC50 senyawa 4-NFU dan 5-FU. Hasil uji
antiproliferasi menunjukkan bahwa terdapat penghambatan pertumbuhan terhadap sel
MCF-7. Nilai doubling time 4-NFU sebesar 290,51 jam pada konsentrasi ½ IC50; 350,97
jam pada konsentrasi IC50; dan 418,2 jam pada konsentrasi 1½ IC50. Nilai doubling time 5-
FU sebesar 185,99 jam pada konsentrasi ½ IC50; 214 jam pada konsentrasi IC50; dan
220,63 jam pada konsentrasi 1½ IC50. Nilai doubling time senyawa 4-NFU lebih tinggi
daripada 5-FU sehingga aktivitas antiproliferasi senyawa 4-NFU lebih tinggi daripada 5-
FU.
aktivitas sitotoksisitas dan proliferasi terhadap Uji pengamatan proliferasi sel (doubling time)
sel kanker payudara MCF-7. Senyawa hasil Sel (5x103 sel/100 µl) didistribusikan ke
sintesis tersebut kemudian diuji kemurnian dalam sumuran pada 96-well plate dan
dengan metode KLT-Densitometri dan diinkubasi selama 24 jam. Keesokan harinya,
penentuan jarak leleh serta diidentifikasi 100 µl larutan senyawa uji dan pembanding
strukturnya menggunakan FTIR-KBr. Dari dengan konsentrasi ½ IC50, IC50, dan 1½ IC50
pengujian tersebut, didapatkan senyawa hasil dimasukkan ke dalam sumuran, kemudian
sintesis yang sama dengan senyawa 4-NFU diinkubasi kembali. Lama inkubasi berbeda-
yang berhasil disintesis oleh Kurnia [6]. beda, mulai dari 24, 48, dan 72 jam. Pada akhir
inkubasi, masing-masing sumuran ditambahkan
Preparasi larutan senyawa 4-NFU dan 5-FU 100 µl larutan MTT 5 mg/mL. Reaksi dihentikan
Ditimbang senyawa 4-NFU dan 5-FU, dengan penambahan stopper SDS 10% dalam
masing-masing 0,62 mg dan 2,602 mg, 0,1N HCl setelah 6 jam, kemudian diinkubasi
kemudian dilarutkan dalam 40 µl DMSO dan pada suhu kamar dalam ruang gelap selama
ditambahkan PBS sampai 400 µl sehingga semalam. Absorbansi masing-masing sumuran
diperoleh konsentrasi 5000 µM untuk senyawa dibaca dengan ELISA reader pada λ=595 nm,
4-NFU dan 50000 µM untuk senyawa 5-FU. kemudian dikonversi ke dalam persen sel hidup
Selanjutnya, diencerkan menggunakan media untuk masing-masing seri konsentrasi dan
kultur hingga diperoleh konsentrasi larutan uji kontrol pada tiap-tiap waktu inkubasi. Setelah
akhir yang digunakan yaitu 0,5 μM; 5 μM; 50 itu, dibuat grafik antara waktu inkubasi vs log
μM; 250 μM; dan 500 μM untuk senyawa 4-NFU jumlah sel hidup. Nilai doubling time dapat
sedangkan senyawa 5-FU yaitu 0,5 μM; 5 μM; diperoleh dengan cara memasukkan nilai log
50 μM; 250 μM; 500 μM; dan 5000 μM. jumlah dua kali sel awal sebagai nilai y pada
Konsentrasi DMSO pada larutan uji akhir persamaan regresi linear antara waktu inkubasi
tersebut tidak lebih dari 1%. vs log jumlah sel hidup [12].
Tabel 2. Hasil uji doubling time senyawa 4- elektronik tersebut dapat mempengaruhi ionisasi
NFU dan 5-FU dengan metode MTT senyawa 4-NFU sehingga berdampak pada
Senyawa Konsentrasi Doubling time mudahnya senyawa 4-NFU melewati membran
(µM) (jam) dan kuatnya ikatan antara senyawa 4-NFU
½ IC50 = 67,5 290,51 dengan reseptor. Selain itu, posisi para pada
benzoil dapat meningkatkan halangan sterik
IC50 = 135 350,97 yang berhubungan dengan kesesuaian ikatan
4-NFU
1½ IC50 = 202,5 418,2 senyawa 4-NFU dengan reseptor [14].
Kontrol sel 1 - 53,86 Berdasarkan nilai IC50 senyawa 4-NFU
dan 5-FU, diperoleh harga α = 0,012 (α < 0,05)
½ IC50 = 2100 185,99 setelah dianalisis statistik uji t tidak berpasangan
IC50 = 4200 214 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
5-FU
perbedaan yang signifikan antara nilai IC50
1½ IC50 = 6300 220,63
senyawa 4-NFU dan 5-FU. Selain itu, apabila
Kontrol sel 2 - 53,94 dibandingkan dengan turunan 5-FU yang lain
yaitu 1-(p-klorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil
dengan IC50 = 215,978 μM, senyawa 4-NFU
masih memiliki aktivitas sitotoksisitas yang lebih
baik. Hal tersebut disebabkan karena adanya
gugus halogen pada posisi para dapat
menyulitkan proses metabolisme dari senyawa
1-(p-klorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil untuk
menjadi metabolit aktifnya sehingga dapat
menurunkan aktivitas sitotoksisitasnya [15].
Uji proliferasi dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan
Gambar 2. Kurva kinetika proliferasi senyawa senyawa 4-NFU dalam menghambat proliferasi
4-NFU dan 5-FU sel kanker payudara MCF-7. Parameter uji
proliferasi adalah doubling time. Doubling time
Pembahasan merupakan waktu yang diperlukan oleh sel
untuk menggandakan dirinya menjadi dua kali
Uji sitotoksisitas dalam penelitian ini lipatnya [13].
dilakukan untuk mengetahui potensi ketoksikan Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
senyawa 4-NFU terhadap sel kanker payudara bahwa kontrol sel memiliki nilai doubling time
MCF-7. Parameter uji sitotoksisitas adalah nilai tercepat. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan
IC50. IC50 merupakan konsentrasi yang dapat proliferasi sel dapat diperlambat dengan
menyebabkan sel hidup sebanyak 50% dari pemberian senyawa 4-NFU dan 5-FU, dimana
populasi sel kanker dan diharapkan sisanya senyawa 4-NFU menunjukkan penghambatan
mati. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin terhadap proliferasi sel kanker payudara MCF-7
tinggi potensi senyawa uji sebagai agen yang lebih besar daripada senyawa 5-FU karena
sitotoksik [13]. nilai doubling time sel setelah pemberian
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat senyawa 4-NFU lebih besar daripada setelah
bahwa senyawa 4-NFU memiliki nilai IC50 yang pemberian senyawa 5-FU. Selain itu, semakin
lebih kecil daripada senyawa 5-FU sehingga tinggi konsentrasi senyawa 4-NFU dan 5-FU
dapat dikatakan bahwa senyawa 4-NFU maka semakin besar kemampuan senyawa
memiliki aktivitas sitotoksisitas yang lebih baik tersebut dalam menghambat proliferasi sel
daripada senyawa 5-FU. Hal tersebut dapat kanker payudara MCF-7 yang ditunjukkan
disebabkan karena pada senyawa 4-NFU dengan nilai doubling time yang semakin lama.
terdapat peningkatan sifat lipofilitas, elektronik, Kemampuan penghambatan proliferasi
dan sterik. Peningkatan lipofilitas terjadi karena sel dapat dikaitkan dengan mekanisme cell
adanya gugus nonpolar yaitu cincin aromatis cycle arrest yaitu adanya kerusakan DNA atau
sehingga mempengaruhi proses transpor pasif RNA akan memicu aktivasi gen p53 sehingga
antar kompartemen berdasarkan koefisien siklus sel akan terhenti sementara untuk proses
partisi lemak/air. Adanya gugus nitro dan ester perbaikan DNA atau RNA tersebut. Apabila
sebagai substituen dapat meningkatkan efek kerusakannya cukup parah dan tidak bisa
elektronik dari senyawa 4-NFU, dimana efek diperbaiki maka sel akan mengalami apoptosis
atau bunuh diri [16]. Namun, pada penelitian ini responsive breast adenocarcinoma cell line.
hanya dapat ditentukan jumlah sel yang hidup Tesis. Worcester: Worcester Polytechnic
dan tidak dapat diketahui mekanisme molekuler Institute; 2004.
terhadap penghambatan proliferasi sel kanker. [9] Foster JS, Henley DC, Ahamed S, &
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih Wimalasena J. Estrogens and cell-cycle
lanjut. regulation in breast cancer. Trends
Endocrin Met. 2001; 7(12): 320-327.
Simpulan dan Saran [10] Doyle A & Griffiths JB. Cell and tissue
culture: laboratory procedures in
Berdasarkan hasil penelitian yang biotechnology. New York: John Wiley &
diperoleh dapat disimpulkan bahwa senyawa 4- Sons, Inc.; 1998.
NFU memiliki aktivitas sitotoksisitas dan [11] Sinaga E, Suprihatin, & Wiryanti I.
antiproliferasi yang lebih baik terhadap sel Perbandingan daya sitotoksik ekstrak
kanker payudara MCF-7 daripada senyawa 5- rimpang 3 jenis tumbuhan zingiberaceae
FU. terhadap sel kanker MCF-7. JFI. 2011; 5(3):
Beberapa saran yang dapat dilakukan 125-133.
peneliti selanjutnya adalah uji lebih lanjut [12] Meiyanto E, Susidarti RA, Handayani S, &
terhadap mekanisme molekuler terhadap Rahmi F. Ekstrak etanolik biji buah pinang
penghambatan proliferasi sel kanker yaitu (Areca catechu L.) mampu menghambat
berupa uji apoptosis untuk mengetahui adanya proliferasi dan memacu apoptosis sel MCF-
kematian sel kanker dan uji untuk mendeteksi 7. MFI. 2008; 19(1): 12-19.
adanya ekspresi protein proapoptosis yang [13] Nurani LH. Uji sitotoksisitas dan
memperantarai mekanisme tersebut. antiproliferatif fraksi etil asetat ekstrak etanol
biji jinten hitam (Nigella sativa, Lour)
Daftar Pustaka terhadap sel mieloma. Farmasains. 2011;
2(1): 11-21.
[1] Hanahan D & Weinberg RA. Hallmark of
[14] Siswandono & Soekardjo B. Kimia medisinal
cancer: the next generation. Cell. 2011; 100:
jilid 1. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga
57-70.
University Press; 2008.
[2] IARC (International Agency for Research on
[15] Puspaningtyas AY. Modifikasi struktur 5-FU
Cancer). Latest world cancer stastics. UK:
dan uji sitotoksik turunan 1-
World Health Organization; 2013.
(benzoiloksimetil)-5-fluorourasil hasil
[3] American Cancer Society. Breast cancer:
modifikasi terhadap sel kanker payudara
facts and figures 2013-2014. Atlanta:
MCF-7 (sebagai upaya pengembangan obat
American Cancer Society, Inc.; 2013.
antikanker). Tesis. Surabaya: Program Studi
[4] Nafrialdi & Gan S. 2012. Farmakologi dan
Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
terapi. Edisi V. Jakarta: Badan Penerbit
Universitas Airlangga; 2011.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
[16] Siu WY, Yam CH, & Poon RYC. G1 versus
2012.
G2 cell cycle arrest after adriamycin-induced
[5] Zhang N, Yin Y, Xu SJ, & Chen WS. 5-
damage in mouse swiss3T3 cells. FEBS
fluorouracil: mechanisms of resistance and
Letters. 1999; 461: 299-305.
reversal strategies. Molecules. 2008; 18:
1551-1569.
[6] Kurnia NDM. Sintesis 1-(4-nitrobenzoiloksi-
metil)-5-fluorourasil sebagai upaya
pengembangan obat antikanker. Skripsi.
Jember: Program Sarjana Fakultas Farmasi
Universitas Jember; 2012.
[7] Crawford KW & Bowen WD. Sigma-2
receptor agonists activate a novel apoptotic
pathway and potentiate antineoplastic drugs
in breast tumor cell lines. Cancer Res. 2002;
6: 313- 322.
[8] Pfeiffer TJ. Phytoestrogens may inhibit
proliferation of MCF-7 cells, an estrogen-