You are on page 1of 10

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TANAMAN TEBU cv.

PA 175 MELALUI
Agrobacterium tumefaciens GV 2260 (pBinPI-IIEC)

Phytase Gene Insertion in Sugarcane Plants cv. PA 175 through Agrobacterium tumefaciens
GV 2260 (pBinPI-IIEC)

Oleh:
Susiyanti1, G.A. Wattimena2, M. Surahman2, A. Purwito2,
dan Dwi Andreas Santosa3*
1 Staf Pengajar Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Serang-Banten
2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian IPB, Bogor
3 Staf Pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan,

IPB, Bogor, Telp: 0251-422372; Fax: 0251-629358;


E-mail: dsantosa@indo.net.id ( * Penulis untuk korespondensi)

ABSTRACT

Sugarcane (Saccharum officinarum L.) is one of importance crop grown in marginal in


Indonesia. Phosphorus (P) is critical to the growth and development of plant in the marginal
land. P is stored in plant as phytic acid (myo-inositolhexakisphosphate). Phytic acid is
hydrolyzed by the activity of phytases to yield inositol and free phosphate. Genetic
transformation of sugarcane with phytases gene holds promise to provide enough P during period
of rapid cell division and growth of plant. Plant transformation mediated by Agrobacterium
tumefaciens, has become the most used method for the introduction foreign genes into plant cells
and the sub sequens regeneration of transgenic plant. The selection and regeneration of
embryogenic callus of transformed plant was done on MS medium containing kanamycin. The
main objective of this study were: (1) To find the best kanamycin concentration for selectable
marker; (2) Insert phytase gen into varieties of sugarcane (cv. PA 175) through Agrobacterium
tumefaciens GV 2260 (pBinPI-IIEC); and (3) To analyze of intregated transgene into genom of
sugarcane using PCR method. Result of the experiment showed: (1) kanamycin selectable
marker lethal doses for transformed sugarcane calli: 100 mg l-1; (2) Efficiency transformation
of putative transgenic line was cv. PA 175= 24 %; (3) The first culture of transformed calli
become 24 (Triton cv.), 18 (PSJT 94-41 cv.), and 30 (PA 175 cv.) putative plants; the second sub
cullture of putative eksplant regenerate become new plant: 380 (PA 175 cv.) plants. (4)
Analyzed of integrated phytase gene was proven by appearance of 900 bp of PCR band (5)
transgenic plants (cv. PA 175) with highest activities respectively: 45 %; with medium phytase
activity: 27 %, and low phytase activity: 27 % from total of sample. Non transgenic plants, most
of sample show low phytase activity respectively: 100 % , noneh show medium - hight activy of
phytase.

Key words: Sugarcane, transformation, phytase, Agrobacterium tumefaciens

PENDAHULUAN berkaitan dengan ketersediaan P, yaitu tidak


semua P tanah dapat segera tersedia bagi
Guna menunjang produksi tebu, tanaman karena umumnya P tersebut berada
diperlukan unsur hara P yang cukup tersedia dalam bentuk terikat yang sukar untuk
bagi tanaman. Persoalan yang dihadapi digunakan tanaman (Greiner ,2005). Bentuk
20
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
terikat tersebut dapat dimanfaatkan oleh menghasilkan enzim yang dapat mengubah
tanaman, terutama jika tanaman memiliki fitat menjadi P yang dapat digunakan oleh
enzim fitase yang cukup yang dapat tumbuhan.
menghidrolisa asam fitat (Keruvuo et al., Setelah proses transformasi selesai,
2000; Greiner, 2005), namun tidak semua maka perlu dilakukan seleksi awal dalam
tanaman dapat menghasilkan fitase yang media tertentu untuk menyeleksi eksplan
cukup. yang berhasil ditransformasi dengan yang
Upaya peningkatan aktivitas fitase tidak. Kanamisin kerap digunakan sebagai
dapat dilakukan baik dengan pemuliaan penanda seleksi dalam kegiatan transformasi
maupun rekayasa genetika. Guna menunjang melalui Agrobacterium tumefaciens.
program pemuliaan untuk menghasilkan Konsentrasi kanamisin sebagai penanda
tanaman unggul maka ketersediaan plasma seleksi yang digunakan Ananda (2004)
nutfah sebagai sumber keragaman sangat adalah 100 mg l-1 pada kultivar tebu cv.
diperlukan. Permasalahannya adalah PSJT 94-33, cv. BR 194. Respon tiap
aktivitas tebu secara alami sangat rendah, kultivar tebu terhadap pemberian kanamisin
sehingga membuka peluang pemanfaatan sebagai selectable marker adalah berbeda,
gen-gen yang memiliki nilai penting yang termasuk untuk tebu cv. PA 175.
berasal dari spesies lain. Selain itu, upaya Setelah penyisipan gen berhasil
perbaikan genetik tebu dengan pemuliaan dilakukan, maka sangatlah penting untuk
konvensional memerlukan waktu yang mendeteksi keberadaan transgene tersebut.
panjang karena sebagian besar kultivar tebu Pendeteksian gen dapat dilakukan dengan
modern merupakan hibrida interspesifik PCR yang merupakan teknik perbanyakan
yang memiliki tingkat ploidi yang tinggi, molekul DNA dengan ukuran tertentu secara
sehingga memiliki karakteristik genetik enzimatik melalui mekanisme perubahan
yang kompleks serta fertilitas rendah suhu (Sulandari dan Zein 2003). PCR
(Gilbert et al.,2005). Berdasarkan mampu menggandakan fragmen DNA yang
permasalahan di atas, rekombinasi genetik panjangnya lebih dari 15 kb menjadi 108
dengan teknik rekayasa genetika melalui kali. Pendeteksian gen khusus, dapat
penyisipan gen yang dikehendaki (seperti dilakukan dengan menggunakan primer
gen fitase) ke dalam tebu, mempunyai spesifik. Keuntungan penggunaan PCR,
prospek yang lebih menjanjikan. antara lain adalah prosesnya lebih cepat,
Guna menyisipkan gen asing, maka DNA yang dibutuhkan hanya dalam jumlah
dapat dilakukan transformasi melalui yang sangat sedikit, dapat dilakukan pada
Agrobacterium tumefaciens yang telah tahap awal, serta teknik isolasi DNA yang
terbukti memiliki tingkat keberhasilan dan sederhana. Diharapkan dengan penggunaan
kestabilan gen yang tinggi. Menurut Riva PCR ini, dapat dideteksi apakah gen fitase
et al. (1999), transformasi dengan mediasi asal bakteri yang ditransformasikan telah
Agrobacterium dapat mengintroduksi berhasil masuk atau tidak ke dalam genom
sejumlah kecil kopi dari gen asing, tetapi tanaman tebu.
memiliki efisiensi kestabilan transformasi Secara khusus penelitian ini
yang lebih baik bila dibandingkan dengan bertujuan untuk: (1) menguji konsentrasi
particle bombartment ataupun secara kanamisin yang tepat sebagai penanda yang
elektroforasi. Sejalan dengan akan digunakan dalam proses seleksi tebu
perkembangan teknologi, efisiensi transforman; (2) mempelajari dan mengkaji
transformasi telah ditingkatkan melalui proses transformasi kultivar tebu yang
penggunaan asetosiringon untuk tanaman disisipi gen fitase melalui Agrobacterium
monokotil, pelukaan jaringan target yang tumefacens GV 2260 (pBinPI-IIEC); dan (3)
sesuai, dan perbaikan sistem seleksi mendeteksi integrasi gen fitase dalam
kanamisin (Pardal, 2002). Gen fitase yang genom tebu dengan analisis PCR .
disisipkan ke dalam tebu diharapkan mampu
21
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
BAHAN DAN METODE Kalus tebu yang digunakan adalah
tebu cv. PA 175 ditransformasi dengan
Penelitian ini dilaksanakan pada Agrobacterium tumafaciens GV2260 dan
bulan Januari 2005 hingga September 2007; telah disisipi gene cassete pBinPI-II EC.
di Laboratorium Bioteknologi-Kultur Gene cassete tersebut dihasilkan melalui
Jaringan-AGR, IPB; Laboratorium kerjasama dengan Federal Research Center
Mikrobiologi dan Bioteknologi PPLH, IPB; for Nutrition, Center for Moleculer Biology,
Laboratorium Saraswanti Indo-Genetech Germany dan Fakultas Pertanian IPB.
(SIG), Bogor; serta Laboratorium.
Indonesia Center for Biodiversity and
Biotecnology (ICBB), Bogor.

Gambar 1. Konstruk plasmid pBinPI-IIEC

A. Uji ketahanan kalus original dalam media seleksi kanamisin selanjutnya


media kanamisin dipindahkan pada media inisiasi tunas (MS
Rancangan yang digunakan adalah + 0,1 mg/l kinetin + 1,0 mg/l BAP).
Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Konsentrasi kanamisin yang digunakan C. Analisis integrasi gen fitase hasil
sebagai selectable marker (K) engan taraf: transformasi dengan teknik PCR
75 mgl-1 (K1), 100 mgl-1 (K2), 125 mgl-1 Sampel yang diambil untuk analisis
(K3), dan 150 mgl-1 (K4). integrasi gen fitase hanya pada plantlet yang
Kalus in vitro dari masing-masing memiliki klorofil. DNA total tanaman
kultivar ditumbuhkan pada media MS-1 diisolasi dengan metoda Santosa et al.,
yang ditambahkan kanamisin dengan (2004, 2005). Primer spesifik gen fitase
berbagai konsentrasi dan diamati yang digunakan untuk PCR adalah EC1 dan
perkembangannya selama 4 minggu. EC3 (EC1: 5’ CGA TTA GCG GAT AGA
GCC TG3’; dan EC3: 5’GAT TAT TGC
B. Transformasi gen fitase CCC ACC GCG CC3’). Campuran reaksi
Bahan-bahan yang digunakan sebanyak 20 L yang terdiri atas10 L
adalah kalus tebu (cv. PA 175) usia 6
Master mix; 1 L masing-masing primer
minggu. Transformasi dilakukan
spesifik untuk gen fitase (1L EC1 dan 1L
berdasarkan metode modifikasi Santosa et
al., (2004, 2005) yang selanjutnya EC 3); 2 L DNA dari tanaman transgenik
dikulturkan pada media MS + kanamisin dan kontrol dan 6 L ddH2O. Reaksi
150 ppm selama 4 minggu dengan dijalankan sebanyak 35 siklus pada mesin
penyinaran 3000 lux. Kalus yang lolos pada PCR merk Eppendorf. Reaksi PCR diatur
sebagai berikut: denaturasi pada 940C
22
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
selama 30 detik, annealing pada 600C mengganggu fungsi ribosom dan
selama 1 menit, extension pada 720C selama mengakibatkan kematian sel.
3 menit, final extension 720C selama 10 Konsentrasi kanamisin 100 mgl-1
menit. yang ditambahkan dalam media seleksi
Sebanyak 5 L DNA hasil dapat digunakan sebagai penanda untuk
amplifikasi dielektroforesis pada gel agarose seleksi setelah transformasi. Diharapkan
2 % selama 30 menit menggunakan buffer dengan konsentrasi tersebut dapat
1X TAE pada tegangan listrik 100 volt. membedakan antara jaringan yang telah
Hasil elektroforesis diamati dengan berhasil ditransformasi dan yang tidak.
merendam gel pada larutan ethidium Pemberian kanamisin sebagai penanda
bromida 10 g/ml selama 10 menit dan seleksi pada kegiatan transformasi tebu
diekspose di bawah sinar UV menggunakan telah dilakukan Chen et al., (1988) dengan
UV transiluminator. Keberhasilan pemberian 80 μg ml-1 kanamisin (setara
transformasi ditunjukkan oleh adanya pita dengan 80 mg ml-1). Jaringan yang
DNA hasil amplifikasi dengan primer ditransformasi dapat mengekspresikan gen
spesifik gen fitase. aminoglycoside-phosphotransferase APH
(3’) II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Transformasi gen fitase
A. Uji ketahanan kalus original dalam Kalus cv. PA 175 berhasil
media kanamisin ditransformasi dengan gen fitase melalui
Agrobacterium tumefaciens GV 2260
Seleksi terhadap sel-sel yang (pBinPI-IIEC) dan dapat bertahan dalam
ditransformasi merupakan faktor kunci media seleksi kanamisin selama 4 minggu.
dalam pengembangan metode transformasi Persentase kalus yang hidup dalam media
yang sukses. Data Tabel 1 menunjukkan kanamisin secara berturut turut adalah 82%.
respon 3 kultivar tebu terhadap pemberian Ketahanan tersebut diperoleh karena pada
kanamisin dalam media seleksi. Kalus yang gene cassette yang disisipkan mengandung
ditransformasi dapat bertahan dalam media gen neomycin phosphotransferase (nptII).
seleksi kanamisin 150 mgl-1. Setelah Bila kalus tebu yang telah ditransformasi
dikulturkan selama 2 minggu dalam media memiliki gen nptII, maka akan
kanamisin pada media 100 mgl-1, kalus tebu menyebabkan terjadinya detoksifikasi
cv. PA 175 tidak dapat bertahan hidup. Bila kanamisin melalui transfer gugus fosfat dari
konsentrasi ditingkatkan menjadi 125-150 ATP ke molekul kanamisin yang
mg l-1 Kanamisin , maka kalus tidak dapat mengakibatkan detoksifikasi antibiotik.
bertahan hidup dalam jangka waktu 2 Kondisi ini menyebabkan fungsi ribosom
minggu. Matinya kalus tebu tersebut karena tidak terhambat, karena dicegah reaksinya
tidak memiliki gen nptII yang menghasilkan dengan ribosom. Menurut Wilminks dan
unsur neomycin phosphatase yang Dons (1993), agen seleksi (seperti:
menghasilkan kanamisin. Racun yang kanamisin) dapat menghambat metabolisme
disebabkan oleh antibiotik kanamisin dapat sel.

23
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 1 .Data rata-rata persentase kalus hidup dalam media kanamisin.

cv. PA 175
(V3)
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-1
Kan 75 mgl-1 90.00
Kan 100 mgl-1 70.00
Kan 125 mgl-1 30.00
Kan 150 mgl-1 15.00
Rataan kultivar 51.25
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-2
Kan 75 mgl-1 70.00
Kan 100 mgl-1 10.00
Kan 125 mgl-1 0.00
Kan 150 mgl-1 0.00
Rataan kultivar 20.00
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-3
Kan 75 mgl-1 45.00
Kan 100 mgl-1 0.00
Kan 125 mgl-1 0.00
Kan 150 mgl-1 0.00
Rataan kultivar 11.25
Persentase kalus hidup (%)*) minggu ke-4
Kan 75 mgl-1 65.00 b
Kan 100 mgl-1 0.00 d
Kan 125 mgl-1 0.00 d
Kan 150 mgl-1 0.00 d
Rataan kultivar 16.25
Linear **
Kuadratik **

Gambar 2. Kalus tebu cv PSA 175 hasil tranformasi (usia 4 minggu) yang
dikulturkan dalam media seleksi kanamisin.

Seleksi dari sel atau jaringan transgenik seharusnya dapat


transgenik seringkali bias. Tanaman mengekspresikan selectable marker gene

24
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
melalui jaringannya. Banyak ditemukan yang diinfeksi, vektor yang digunakan, serta
kasus dimana dalam proses integrasi struktur kondisi kultur. Sistem regenerasi yang tepat
lokus transgen, tidak sempurna menyisipkan dari jaringan tanaman yang ditransformasi
selectable marker gene secara lengkap ke membuka peluang untuk memperoleh
dalam genom tanaman, sehingga tidak dapat tanaman transgenik. Penggunaan kalus
ditranskripsi atau menyebabkan gene sebagai target jaringan yang disisipkan gen
silencing. Selain itu, juga terdapat fitase bakteri sangat tepat, karena kalus
kemungkinan terjadinya penyusunan ulang merupakan sekumpulan sel yang aktif
struktur lokus sehingga bisa hilang saat membelah. Kalus memiliki kemampuan
diseleksi (Somers et al., 2004). dalam beregenerasi dan multiplikasi lebih
Kalus yang mampu tumbuh dan baik dibandingkan dengan jaringan lain. Hal
berkembang dalam media seleksi kanamisin ini sejalan dengan pendapat dari Somers et
menandakan bahwa jaringannya mampu al., (2004), bahwa dalam transformasi
mendetoksifikasi kanamisin yang terdapat digunakan jaringan tanaman yang dapat
dalam media sehingga tidak menjadi racun diregenerasikan sebagai sumber target
(Gambar 2). Ini dapat dijadikan petunjuk totipotensi sel, serta diferensiasi sel dengan
awal bahwa gen yang diintroduksi terdapat terlebih dahulu melalui tahapan seleksi dan
dalam genom tanaman. Pembuktian regenerasi.
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Plantlet transgenik putatif yang
PCR. dihasilkan menunjukkan variasi warna yaitu
Cukup banyak kalus yang dapat albino, kuning, hijau muda, hijau, belang
bertahan hidup dalam media seleksi, tetapi hijau putih pada tebu cvPA 175 (Gambar 3).
tidak seluruhnya memiliki kemampuan Variasi pada tanaman tebu dapat disebabkan
untuk beregenerasi. Kemampuan adanya perubahan urutan nukleotida dan
beregenerasi kalus setelah transformasi akan struktur kromosom. Gen-gen yang
sangat menentukan jumlah plantlet yang disisipkan melalui transformasi
dihasilkan. Guna mengetahui keberhasilan menggunakan A. tumefaciens, secara normal
metode regenerasi dan transformasi yang akan bergabung dalam genom inti secara
digunakan, maka dapat dihitung efisiensi acak, sehingga terjadi perubahan urutan
regenerasi dan efisiensi transformasi. pasangan basa (Naik 2001; Nasir 2001).
Efisiensi regenerasi didefinisikan dengan Menurut Skinner et al., (2004),
jumlah kalus yang beregenerasi kultur jaringan dapat menyebabkan variasi
dibandingkan dengan jumlah kalus di somaklonal juga sekaligus terjadi perubahan
awal media regenerasi. Efisiensi karena integrasi gen asing akibat
transformasi didefinisikan sebagai jumlah transformasi. Plantlet-plantlet tebu tersebut
kalus yang beregenerasi dibandingkan telah berhasil disisipi transgen (fitase
dengan jumlah kalus yang diinfeksi bakteri) melalui kegiatan transformasi yang
(Maftuhah, 2003). Efisiensi regenerasi tebu dibuktikan dengan lolos tumbuh dalam
transforman cv. PA 175 30 %. Tunas yang media seleksi kanamisin. Jadi disini, diduga
terbentuk dari 24 kalus tebu cv. PA 175 (putatif) bahwa tanaman yang hidup sesudah
beregenerasi menjadi 380 tunas. Beberapa seleksi dengan kanamisin adalah hasil
tunas pada awalnya dapat tumbuh baik, transformasi. Guna membuktikan hal
tetapi setelah disubkulturkan beberapa kali tersebut, harus diuji lanjut dengan analisis
ada yang bertahan hidup dan ada yang mati gen fitase.
(Tabel 2).
Efisiensi tranformasi pada penelitian
ini 24 % . Efisiensi transformasi ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti jenis jaringan

25
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 2. Jumlah dan persentase kalus resisten, jumlah kalus beregenerasi, efisiensi
regenerasi, efisiensi tranformasi pada tanaman tebu.

Peubah yang diamati cv. PA 175


Jumlah kalus yang diinfeksi 123
Jumlah kalus yang resistensi terhadap
101
kanamisin*)
Persentase kalus resisten (%) (101/123)
82%
Jumlah kalus T0 beregenerasi **) 30
Jumlah tunas T1**) 380
Tunas T1 albino **): 145
Tunas T1 yang berwarna kuning
dan hijau muda**) 119
Tunas T1belang putih**) 29
Tunas T1 berwarna hijau**): 87
% Tunas T1 berwarna hijau (87/380)
23%
Efisiensi regenerasi (%) (30/101)
30 %
Efisiensi transformasi (30/123)
24 %

Keterangan:
*)
Dalam media seleksi kanamisin 150 mgl-1
**)
Transgenik putatif hasil multiplikasi
T0 = Transgenik putatif sub kultur ke-0
T1 = Transgenik putatif sub kultur ke-1

Gambar 3. . Penampilan tunas tebu transgenik putatif

26
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
C. Analisis integrasi gen fitase hasil menggunakan 2 primer spesifik (EC1
transformasi dengan teknik PCR sebagai forward dan EC1 sebagai reverse)
yang ditambahkan dalam reaksi PCR ekstrak
Plantlet yang bertahan hidup dan
DNA sampel yang diuji. DNA polimerase
memiliki pertumbuhan yang baik dilakukan
yang bersifat thermostable akan
analisis PCR untuk mengetahui keberadaan
mengamplifikasi region antara 2 primer
gen yang diintroduksikan dalam tanaman
selama siklus PCR berlangsung.
tebu. Hasil PCR dengan primer spesifik
Amplifikasi tersebut akan menghasilkan
menunjukkan bahwa pada genom tebu
fragment yang dapat memprediksi ukuran
tersebut telah berhasil disisipkan gen fitase
yang setara dengan jumlah pasangan basa
yang ditunjukkan dengan pita ± 900 bp
antara 2 primer dalam transgen. Ukuran
(Gambar 25). Tetapi tidak semua dari
dari fragment tersebut dapat diamati pada
sampel tanaman tebu transforman dapat
agarose yang telah diberi ethidium bromida.
dideteksi adanya pita. Salah satu
Transgen (fitase bakteri) yang berhasil
kelemahan dari ketidaksempurnaan dalam
masuk dalam genom tanaman tebu akan
pengerjaan analisis PCR adalah timbulnya
dapat dideteksi pita ukuran ± 900 bp
negatif semu karena kurang sempurnanya
(Gambar 4).
isolasi DNA; atau positif semu karena
Hasil PCR memperlihatkan adanya
kontaminasi DNA.
pita pukuran 900 bp pada plantlet tebu
PCR adalah metode cepat dan
dengan aktivitas fitase tinggi. Pita ukuran
sederhana untuk mengkonfirmasi apakah
9000 bp tidak terdapat pada klon-klon tebu
tanaman transgenik putatif yang bertahan
non transgenik (Tabel 3).
hidup dalam media seleksi merupakan
trangenik atau tidak. Penelitian ini

Keterangan:
1 = Kontrol negatif (air)
2 = Kontrol + (At. GV 2260)
2 = Ladder 1 kb
3 = cv. PA 175; V312 non trangenik)
4 = PA 175 transgenik putatif ; V3T3
5 = PA 175 transgenik putatif ;V3T8

Gambar 4. Hasil elektroforesis PCR tebu dengan primer spesifik EC1 dan EC3

27
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 3. Aktivitas fitase dan PCR plantlet non transgenik dan transgenik putatif *)

Kode Aktivitas fitase Kode Aktivitas fitase


PCR PCR
Sampel (U.ml-1) Sampel (U.ml-1)
V31 0.056 R - V3T1 0.108 Tg -
V32 0.051 R - V3T2 0.104 Tg -
V33 0.057 R - V3T3 0.110 Tg Pita 900 bp
V34 0.064 R - V3T4 0.080 S
V35 0.044 R V3T5 0.096 S -
V310 0.049 R V3T6 0.090 S -
V311 0.068 R V3T7 0.048 R -
V312 0.055 R - V3T8 0.068 R Pita 900 bp
V313 0.069 R V3T9 0.094 S -
V315 0.015R V3T10 0.057 R -
V1T1 0.098 S - V3T13 0.167 Tg Pita 900 bp

Keterangan:
*)
= Data yang disajikan pada Tabel 7 hanya cuplikan dari sebagian data
V3 = cv. PA 175 non transgenik V3T = cv. PA 175 transgenik putatif
R = aktivitas fitase rendah S = aktivitas fitase sedang
Tg = aktivitas fitase tinggi

V3 (klon no. 12). Klon-klon tebu hasil rendah 27 % dari total sampel yang
transformasi tetapi memiliki aktivitas fitase diamati. Sedangkan tanaman non
yang rendah ternyata setelah di PCR ada transgenik (cv. PA 175) dengan
yang menunjukkan pita ukuran 900 bp, dan aktivitas fitase rendah sebanyak 100 %
ini mengindikasikan gen fitase telah berhasil dari total sampel yang diamati; dan tidak
disisipkan, namun gen tersebut tidak ada yang memiliki aktivitas fitase
terekspresi. sedang-tinggi.

SIMPULAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Lethal dosis kanamisin yang dapat
digunakan sebagai penanda seleksi untuk Penelitian ini didanai oleh proyek
cv. PA 175 adalah 100 mg l-1 kanamisin; RAPID (No. Kontrak: 393/P4T/DPPM/
(1) Efisiensi transformasi kalus tebu (cv. PA RAPID/V/2004).
175) dengan gen fitase adalah 24 % .
(2) Tanaman transgenik (cv. PA 175) hasil
sub kultur ke-0 adalah 30; sedangkan DAFTAR PUSTAKA
hasil sub kultur ke-1 adalah 380
tanaman. Ananda RrWU. 2004. Studi Transformasi
(3) Berdasarkan analisa PCR, ditemukan pada Ttebu dengan Perantara
pita ukuran 900 bp pada tebu hasil Agrobacterium tumafaciens GV
transformasi, sedangkan pada tebu non 2260 (pMA) serta Regenerasi Kalus
transgenik tidak ditemukan pita ukuran
Transgenik. [tesis]. Sekolah
900 bp;
Pascasarjana. IPB.
(4) Tanaman transgenik (cv. PA 175)
dengan aktivitas tinggi 45 %; aktivitas Gilbert RA, Gallo-Meagher M, .Comstock
fitase sedang 27 %, dan aktivitas fitase JC, Miller JD, Jain M, Abouzid. 2005.

28
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Agronomic evaluation of sugarcane sugarcane callus. Mol. Biotechnol.
lines transformation for resistance to 28:113-118
sugarcane mozaic virus strain E. Crop Santosa DA, Hendroko R, Farouk A,
sci.45:2060-2067. Greiner R. 2005. Agrobacterium
mediated transformation of sugarcane
(Saccharym officinarum L) with
Greiner R. 2005. Current biochemistry
bacterial phytase gene. The XXV
research on phytase genes in
Congress of International Society of
microorganism and plant.
Sugarcane Technologists, Guatemala,
http:/striweb.si.edu/inositol_conferenc
January 30-Februari 5, 2005.
e
/program/PDFs/monday_afternoon/Gr Skinner DZ, Muthukhrisnan S, Liang GH.
einer.pdfn. [11 Maret 2006] Transformation: A powerful tool for
crop improvement. Ed: Skinner DZ,
Keruvuo J, Rouvinen J, Hatzack F. 2000.
Liang GH. In: Geneically Modified
Analysis of myo-inositol
Crop, Their Development, Uses and
hexakisphosphate hydrolysis by
Risk. New York.
Bacillus phytase: indication of a
novel mechanism. Biochem J. Somers DA, Olhoft PM, Makarevitch IF,
352:623-628. Svitashev SK. 2004. Mechanism(s)
of transgene locus formation. Ed:
Maftuchah. 2003. Transformasi Genetik
Skinner DZ, Liang GH. In:
pada Padi indica dengan Gen
Geneically Modified Crop, Their
cryIA(b) dan cryIB menggunakan
Development, Uses and Risk. New
Agrobacterium tumafaciens untuk
York.
Ketahan terhadap Hama Penggerek
Batang Kuning (Scirpophaga Sulandari S, Zein MSA. 2003. Panduan
incertulas Walker). [disertasi]. Praktis Laboratorium DNA. Bidang
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Zoologi, Pusat Penelitian Biologi.
Pertanian Bogor. LIPI.125 hlm.
Naik GR. 2001. Sugarcane Biotechnology. Wilmink A, Dons JJM. 1993. Selective
Science Publisher, Inc. Enfield (NH), agent and marker genes for use in
USA; Plymouth, UK. 165 hlm. transformtion of monocotyledoneus
plants. Plant Mol. Biol. Rep. 11:165-
Nasir M. 2001. Bioteknologi, Potensi dan
185.
Keberhasilannya dalam Bidang
Pertanian. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 286 hlm.
Pardal SJ. 2002. Perkembangan Penelitian
Regenerasi dan Transformasi pada
Tanaman Kedelai. Bul. Agrobio. 5:
37-44.
Riva GA de la, Gonzales-Cabrera J,
Vasquaes_ Padron R, Ayra-Pardo C.
1999. Agrobacterium tumefaciens: a
natural tool for plant transformation.
Santosa DA, Hendroko R, Farouk A,
Greiner R. 2004. A rapid and highly
efficient method for transformation of

29
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009

You might also like