Professional Documents
Culture Documents
PA 175 MELALUI
Agrobacterium tumefaciens GV 2260 (pBinPI-IIEC)
Phytase Gene Insertion in Sugarcane Plants cv. PA 175 through Agrobacterium tumefaciens
GV 2260 (pBinPI-IIEC)
Oleh:
Susiyanti1, G.A. Wattimena2, M. Surahman2, A. Purwito2,
dan Dwi Andreas Santosa3*
1 Staf Pengajar Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa, Serang-Banten
2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian IPB, Bogor
3 Staf Pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan,
ABSTRACT
23
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 1 .Data rata-rata persentase kalus hidup dalam media kanamisin.
cv. PA 175
(V3)
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-1
Kan 75 mgl-1 90.00
Kan 100 mgl-1 70.00
Kan 125 mgl-1 30.00
Kan 150 mgl-1 15.00
Rataan kultivar 51.25
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-2
Kan 75 mgl-1 70.00
Kan 100 mgl-1 10.00
Kan 125 mgl-1 0.00
Kan 150 mgl-1 0.00
Rataan kultivar 20.00
Persentase kalus hidup (%) minggu ke-3
Kan 75 mgl-1 45.00
Kan 100 mgl-1 0.00
Kan 125 mgl-1 0.00
Kan 150 mgl-1 0.00
Rataan kultivar 11.25
Persentase kalus hidup (%)*) minggu ke-4
Kan 75 mgl-1 65.00 b
Kan 100 mgl-1 0.00 d
Kan 125 mgl-1 0.00 d
Kan 150 mgl-1 0.00 d
Rataan kultivar 16.25
Linear **
Kuadratik **
Gambar 2. Kalus tebu cv PSA 175 hasil tranformasi (usia 4 minggu) yang
dikulturkan dalam media seleksi kanamisin.
24
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
melalui jaringannya. Banyak ditemukan yang diinfeksi, vektor yang digunakan, serta
kasus dimana dalam proses integrasi struktur kondisi kultur. Sistem regenerasi yang tepat
lokus transgen, tidak sempurna menyisipkan dari jaringan tanaman yang ditransformasi
selectable marker gene secara lengkap ke membuka peluang untuk memperoleh
dalam genom tanaman, sehingga tidak dapat tanaman transgenik. Penggunaan kalus
ditranskripsi atau menyebabkan gene sebagai target jaringan yang disisipkan gen
silencing. Selain itu, juga terdapat fitase bakteri sangat tepat, karena kalus
kemungkinan terjadinya penyusunan ulang merupakan sekumpulan sel yang aktif
struktur lokus sehingga bisa hilang saat membelah. Kalus memiliki kemampuan
diseleksi (Somers et al., 2004). dalam beregenerasi dan multiplikasi lebih
Kalus yang mampu tumbuh dan baik dibandingkan dengan jaringan lain. Hal
berkembang dalam media seleksi kanamisin ini sejalan dengan pendapat dari Somers et
menandakan bahwa jaringannya mampu al., (2004), bahwa dalam transformasi
mendetoksifikasi kanamisin yang terdapat digunakan jaringan tanaman yang dapat
dalam media sehingga tidak menjadi racun diregenerasikan sebagai sumber target
(Gambar 2). Ini dapat dijadikan petunjuk totipotensi sel, serta diferensiasi sel dengan
awal bahwa gen yang diintroduksi terdapat terlebih dahulu melalui tahapan seleksi dan
dalam genom tanaman. Pembuktian regenerasi.
selanjutnya dilakukan dengan menggunakan Plantlet transgenik putatif yang
PCR. dihasilkan menunjukkan variasi warna yaitu
Cukup banyak kalus yang dapat albino, kuning, hijau muda, hijau, belang
bertahan hidup dalam media seleksi, tetapi hijau putih pada tebu cvPA 175 (Gambar 3).
tidak seluruhnya memiliki kemampuan Variasi pada tanaman tebu dapat disebabkan
untuk beregenerasi. Kemampuan adanya perubahan urutan nukleotida dan
beregenerasi kalus setelah transformasi akan struktur kromosom. Gen-gen yang
sangat menentukan jumlah plantlet yang disisipkan melalui transformasi
dihasilkan. Guna mengetahui keberhasilan menggunakan A. tumefaciens, secara normal
metode regenerasi dan transformasi yang akan bergabung dalam genom inti secara
digunakan, maka dapat dihitung efisiensi acak, sehingga terjadi perubahan urutan
regenerasi dan efisiensi transformasi. pasangan basa (Naik 2001; Nasir 2001).
Efisiensi regenerasi didefinisikan dengan Menurut Skinner et al., (2004),
jumlah kalus yang beregenerasi kultur jaringan dapat menyebabkan variasi
dibandingkan dengan jumlah kalus di somaklonal juga sekaligus terjadi perubahan
awal media regenerasi. Efisiensi karena integrasi gen asing akibat
transformasi didefinisikan sebagai jumlah transformasi. Plantlet-plantlet tebu tersebut
kalus yang beregenerasi dibandingkan telah berhasil disisipi transgen (fitase
dengan jumlah kalus yang diinfeksi bakteri) melalui kegiatan transformasi yang
(Maftuhah, 2003). Efisiensi regenerasi tebu dibuktikan dengan lolos tumbuh dalam
transforman cv. PA 175 30 %. Tunas yang media seleksi kanamisin. Jadi disini, diduga
terbentuk dari 24 kalus tebu cv. PA 175 (putatif) bahwa tanaman yang hidup sesudah
beregenerasi menjadi 380 tunas. Beberapa seleksi dengan kanamisin adalah hasil
tunas pada awalnya dapat tumbuh baik, transformasi. Guna membuktikan hal
tetapi setelah disubkulturkan beberapa kali tersebut, harus diuji lanjut dengan analisis
ada yang bertahan hidup dan ada yang mati gen fitase.
(Tabel 2).
Efisiensi tranformasi pada penelitian
ini 24 % . Efisiensi transformasi ditentukan
oleh beberapa faktor, seperti jenis jaringan
25
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 2. Jumlah dan persentase kalus resisten, jumlah kalus beregenerasi, efisiensi
regenerasi, efisiensi tranformasi pada tanaman tebu.
Keterangan:
*)
Dalam media seleksi kanamisin 150 mgl-1
**)
Transgenik putatif hasil multiplikasi
T0 = Transgenik putatif sub kultur ke-0
T1 = Transgenik putatif sub kultur ke-1
26
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
C. Analisis integrasi gen fitase hasil menggunakan 2 primer spesifik (EC1
transformasi dengan teknik PCR sebagai forward dan EC1 sebagai reverse)
yang ditambahkan dalam reaksi PCR ekstrak
Plantlet yang bertahan hidup dan
DNA sampel yang diuji. DNA polimerase
memiliki pertumbuhan yang baik dilakukan
yang bersifat thermostable akan
analisis PCR untuk mengetahui keberadaan
mengamplifikasi region antara 2 primer
gen yang diintroduksikan dalam tanaman
selama siklus PCR berlangsung.
tebu. Hasil PCR dengan primer spesifik
Amplifikasi tersebut akan menghasilkan
menunjukkan bahwa pada genom tebu
fragment yang dapat memprediksi ukuran
tersebut telah berhasil disisipkan gen fitase
yang setara dengan jumlah pasangan basa
yang ditunjukkan dengan pita ± 900 bp
antara 2 primer dalam transgen. Ukuran
(Gambar 25). Tetapi tidak semua dari
dari fragment tersebut dapat diamati pada
sampel tanaman tebu transforman dapat
agarose yang telah diberi ethidium bromida.
dideteksi adanya pita. Salah satu
Transgen (fitase bakteri) yang berhasil
kelemahan dari ketidaksempurnaan dalam
masuk dalam genom tanaman tebu akan
pengerjaan analisis PCR adalah timbulnya
dapat dideteksi pita ukuran ± 900 bp
negatif semu karena kurang sempurnanya
(Gambar 4).
isolasi DNA; atau positif semu karena
Hasil PCR memperlihatkan adanya
kontaminasi DNA.
pita pukuran 900 bp pada plantlet tebu
PCR adalah metode cepat dan
dengan aktivitas fitase tinggi. Pita ukuran
sederhana untuk mengkonfirmasi apakah
9000 bp tidak terdapat pada klon-klon tebu
tanaman transgenik putatif yang bertahan
non transgenik (Tabel 3).
hidup dalam media seleksi merupakan
trangenik atau tidak. Penelitian ini
Keterangan:
1 = Kontrol negatif (air)
2 = Kontrol + (At. GV 2260)
2 = Ladder 1 kb
3 = cv. PA 175; V312 non trangenik)
4 = PA 175 transgenik putatif ; V3T3
5 = PA 175 transgenik putatif ;V3T8
Gambar 4. Hasil elektroforesis PCR tebu dengan primer spesifik EC1 dan EC3
27
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Tabel 3. Aktivitas fitase dan PCR plantlet non transgenik dan transgenik putatif *)
Keterangan:
*)
= Data yang disajikan pada Tabel 7 hanya cuplikan dari sebagian data
V3 = cv. PA 175 non transgenik V3T = cv. PA 175 transgenik putatif
R = aktivitas fitase rendah S = aktivitas fitase sedang
Tg = aktivitas fitase tinggi
V3 (klon no. 12). Klon-klon tebu hasil rendah 27 % dari total sampel yang
transformasi tetapi memiliki aktivitas fitase diamati. Sedangkan tanaman non
yang rendah ternyata setelah di PCR ada transgenik (cv. PA 175) dengan
yang menunjukkan pita ukuran 900 bp, dan aktivitas fitase rendah sebanyak 100 %
ini mengindikasikan gen fitase telah berhasil dari total sampel yang diamati; dan tidak
disisipkan, namun gen tersebut tidak ada yang memiliki aktivitas fitase
terekspresi. sedang-tinggi.
SIMPULAN
UCAPAN TERIMA KASIH
Lethal dosis kanamisin yang dapat
digunakan sebagai penanda seleksi untuk Penelitian ini didanai oleh proyek
cv. PA 175 adalah 100 mg l-1 kanamisin; RAPID (No. Kontrak: 393/P4T/DPPM/
(1) Efisiensi transformasi kalus tebu (cv. PA RAPID/V/2004).
175) dengan gen fitase adalah 24 % .
(2) Tanaman transgenik (cv. PA 175) hasil
sub kultur ke-0 adalah 30; sedangkan DAFTAR PUSTAKA
hasil sub kultur ke-1 adalah 380
tanaman. Ananda RrWU. 2004. Studi Transformasi
(3) Berdasarkan analisa PCR, ditemukan pada Ttebu dengan Perantara
pita ukuran 900 bp pada tebu hasil Agrobacterium tumafaciens GV
transformasi, sedangkan pada tebu non 2260 (pMA) serta Regenerasi Kalus
transgenik tidak ditemukan pita ukuran
Transgenik. [tesis]. Sekolah
900 bp;
Pascasarjana. IPB.
(4) Tanaman transgenik (cv. PA 175)
dengan aktivitas tinggi 45 %; aktivitas Gilbert RA, Gallo-Meagher M, .Comstock
fitase sedang 27 %, dan aktivitas fitase JC, Miller JD, Jain M, Abouzid. 2005.
28
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009
Agronomic evaluation of sugarcane sugarcane callus. Mol. Biotechnol.
lines transformation for resistance to 28:113-118
sugarcane mozaic virus strain E. Crop Santosa DA, Hendroko R, Farouk A,
sci.45:2060-2067. Greiner R. 2005. Agrobacterium
mediated transformation of sugarcane
(Saccharym officinarum L) with
Greiner R. 2005. Current biochemistry
bacterial phytase gene. The XXV
research on phytase genes in
Congress of International Society of
microorganism and plant.
Sugarcane Technologists, Guatemala,
http:/striweb.si.edu/inositol_conferenc
January 30-Februari 5, 2005.
e
/program/PDFs/monday_afternoon/Gr Skinner DZ, Muthukhrisnan S, Liang GH.
einer.pdfn. [11 Maret 2006] Transformation: A powerful tool for
crop improvement. Ed: Skinner DZ,
Keruvuo J, Rouvinen J, Hatzack F. 2000.
Liang GH. In: Geneically Modified
Analysis of myo-inositol
Crop, Their Development, Uses and
hexakisphosphate hydrolysis by
Risk. New York.
Bacillus phytase: indication of a
novel mechanism. Biochem J. Somers DA, Olhoft PM, Makarevitch IF,
352:623-628. Svitashev SK. 2004. Mechanism(s)
of transgene locus formation. Ed:
Maftuchah. 2003. Transformasi Genetik
Skinner DZ, Liang GH. In:
pada Padi indica dengan Gen
Geneically Modified Crop, Their
cryIA(b) dan cryIB menggunakan
Development, Uses and Risk. New
Agrobacterium tumafaciens untuk
York.
Ketahan terhadap Hama Penggerek
Batang Kuning (Scirpophaga Sulandari S, Zein MSA. 2003. Panduan
incertulas Walker). [disertasi]. Praktis Laboratorium DNA. Bidang
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Zoologi, Pusat Penelitian Biologi.
Pertanian Bogor. LIPI.125 hlm.
Naik GR. 2001. Sugarcane Biotechnology. Wilmink A, Dons JJM. 1993. Selective
Science Publisher, Inc. Enfield (NH), agent and marker genes for use in
USA; Plymouth, UK. 165 hlm. transformtion of monocotyledoneus
plants. Plant Mol. Biol. Rep. 11:165-
Nasir M. 2001. Bioteknologi, Potensi dan
185.
Keberhasilannya dalam Bidang
Pertanian. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 286 hlm.
Pardal SJ. 2002. Perkembangan Penelitian
Regenerasi dan Transformasi pada
Tanaman Kedelai. Bul. Agrobio. 5:
37-44.
Riva GA de la, Gonzales-Cabrera J,
Vasquaes_ Padron R, Ayra-Pardo C.
1999. Agrobacterium tumefaciens: a
natural tool for plant transformation.
Santosa DA, Hendroko R, Farouk A,
Greiner R. 2004. A rapid and highly
efficient method for transformation of
29
Jur. Agroekotek. 1 (1): 20-29, Juli 2009