You are on page 1of 6
Nyamuk Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia. Cara infeksi ‘Manusia terinfeksi melalui gigitan nyamuk yang mengandung mikrofilaria (larva stadium II). Distribusi geografis Parasit ini diketahui hanya menginfeksi manusia dan tersebar luas di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim panas, termasuk di Indonesia. Infeksi oleh parasit ini dapat ditemukan di perkotaan (urban type) atau di pedesaan (rural type). Filariasis di perkotaan disebarkan oleh nyamuk Culex, yang tempat perindukannya adalah air got yang keruh (polluted water). Di pedesaan, filariasis di- tularkan oleh nyamuk Anopheles, Aedes atau Mansonia. Ada dua varian Wuchereria bancrofti: + Wchereria bancrofti periodisitas noktur- fa. Mikrofilarianya ditemukan dalam a malam hari, Penyebaran- kembang menjadi cacing dewasa saluran limfatik. Filariasis Jimfatik seringkali bersifat asimptomatik disertai oleh mikro- filaremia. Gangguan limfatik akan menye- babkan edema kelenjar limfe (limfedema), radang saluran limfe (limfangitis), radang kelenjar limfe (limfadenitis) dan elefantiasis (terutama di daerah ektremitas bawah dan inguninal). Elefantiasis menimbulkan rasa sakit dan bengkak pada tungkai. Infeksi oleh Wuchereria bancrofti menyebabkan hidrokel, elefantiasis skrotal, dan chyluria. Sindroma tropikal pulmonar eosinofilia ditandai dengan batuk pada malam hari, demam, dan eosinofilia dan memberikan respons yang baik pada pemberian DEC. agnosis Diagnosis filariasis ditegakkan melalui: + Penemuan mikrofilaria dalam darah, cairan hidrokel atau cairan chyluria, Pe. meriksaan darah dapat berupa pemerik- saan sediaan darah tebal (thick blood smear), darah kapiler (fresh blood) secara angsung, filtrasi membran, dan darah lisis (metode konsentrasi Knott). Penemuan potongan cacing savees a dan kelenjar limfe. -Cacing jantan panjangnya 40 mm, ekor- ‘nya melingkar, dan mempunyai spicula. + Cacing betina panjangnya 65-100 mm, ~ ekornya lurus, dan berujung tumpul. Larva stadium | + Setelah masuk ke dalam tubuh nyamuk, dalam dua hari mikrofilaria akan men- capai usus dan mengalami metamorfosis menjadi larva stadium I yang bentuknya seperti sosis berukuran 124-250 x 10-17 mikron. Larva stadium II + Dalam 5-6 hari, larva akan berukuran 225-300 x 15-30 mikron dan tampak adanya 3 subterminal caudal papillae. Larva stadium II! + Merupakan larva stadium infektif di dalam tubuh nyamuk. + Dalam 2 minggu, larva mengalamiekdisis (penggantian kulit), cacing memanjang Mikrofilaria migrasi ke hemokel,k air liu, dan masuk ke probosis ny Dapat ditemukan dari sediaan d yang diwarnai dengan Giemsa. Berukuran 244-296 X 7,5-10 mikron. Lengkung tubuh halus, bagian riornya bulat dan posterior lancip. Mempunyai selubung yang tidak ter warnai dengan Giemsa yang tampak se bagai "halo" atau daerah kosong di se- panjang tubuh mikrofilaria atau selubung berwarna merah muda. Memiliki cephalic space di bagian anterior yang tidak berinti, yang panjangnya sama dengan lebarnya (1 :1). Inti tubuh lebih sedikit daripada Brugia malayi, teratur, dan tidak mempunyai 2buah caudal nuclei (inti tambahan). Innenkérper (inner body) terdapat di per= tengahan tubuh posterior, warnanya pink kemerahan dengan material granula al primitive gut. Pada lapisan muskul terdapat garis-garis melintang (i striation). Gambar 1.43 Wuchereria bancrofti, — mikrofilaria (lensa objektif 40X). Vektor Nyamuk Anopheles dan Mansonia. Distribusi geografis Kg Brugia malay’ hanya tedapat di Asia, meliputt infeksi Brugia malayi ditemukan juga at Wuchereria bancrofti. Di Indonesia, ada 2 varian filariasis brugia: « Periodik nokturna, tersebar di daerah rawa-rawa yang terbuka atau di daerah persawahan, di daerah pantai di Sulawesi dan Pulau Buru. Vektor utamanya adalah Anopheles barbirostris. + Subperiodik nokturna, terdapat di daerah rawa-rawa dihutan sepanjang sungai besar di Sumatra, Kalimantan, dan beberapa daerah di Jawa. Vektor utamanya adalah nyamuk Mansonia, Parasit ini hidup pada manusia dan hewan antara lain kucing, anjing, kera, dan hewan lainnya. Gejala Klinis Gejala Minis Brugia malayi sama dengan Brugia timori, tetapi berbeda dengan Wuchereria ban- croft, Gejala Klinis ditandai dengan demam, limfangitis, dan limfadenitis, yang hilang dan timbul berulang kali. Limfadenitis,imfedema, dan elefantiasis mengenai tungkai bawah, se- Pengobatan : bat untuk filariasis malayi adalah, bamazin (DEC) dan ivermektin. Morfologi Cacing dewasa + Bentuknya halus seperti benang, warna putih susu. 4 Cacing jantan ukurannya lebih ke cacing betina (23 mm) dan ekorny lengkung ke arah ventral. 1 Cacing betina panjangnya $$ mmy€ nya lurus Mikrofilaria a + Dapat ditemukan pada apusan d tebal yang dicat dengan Giemsa. + Berukuran 200-275 x 5-6 mikron. © Lengkung tubuh kaku dengan stl tajam (“kinked”), + Mampu menyerap warna lebih inte dibandingkan dengan Wuchereria Selubung berwarna merah muda. Brugia malayi yang terdapat di Indot dan Malaysia, saat pemulasan, $0! lubungnya tidak terwarnai (hilang Memiliki cephalic Distribusi geografis Brugia timori ditemukan di Indonesia di Pulau Timor, Rote, Flores, Alor, dan pulau- pulau kecil lainnya di Nusa Tenggara Timur. Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe, tetapi belum diteliti dengan sempurna. Mikrofilaria Brugia timori mem- punyai sifat periodik nokturna. Diagnosis Diagnosis filariasis timori ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah. Peme- Morfologi Mikrofilaria Dapat ditemukan pada apusan yang dicat Giemsa + Ukurannya 290-325 x 5-6 mikron. + Lengkung tubuhnya kurang kaku diban- dingkan dengan Brugia malayi. a + Selubung pucat, 50% hilang pada proses pengecatan. + Panjang Cephalic space tiga kali lebarnya. + Inti tubuh kurang padat dibandingkan dengan Brugia malayi. + Innenkérper terdapat di pertengahan | tubuh posterior, warna pink kemerahan, panjangnya 60 mikron. Mempunyai dua buah caudal nuclei kecil yang letaknya berjauhan. = Perbedaan morfologi mikrofilaria Brugia malayi dengan B.timori (Fischer P, 2004) Brugia malayi Rata-rata panjang 220 um Cephalic space panjang : lebar = 2:1 Brugia timori 310 wm panjang:lebar=3:1 berwarna pink (Giemsa) 45 inti tunggal Gambar 1.47 Brugia malayi, mikr (lensa objektif 40X). Gambar 1.46 Brugia malayi, (lensa objektif 40X). of Gambar 1.48 Brugia malayi, mikrofilaria Gambar 1.49 Brugia malayi, mikrofilat lengkung tubuh tampak kaku dengan su (lensa objektif 40x). tajam (lensa objektif

You might also like