You are on page 1of 28

Courses :

lecturer :

MUSAIDAH

K013191030

PUBLIC HEALTH SCIENCES DOCTORATE PROGRAM

UNIVERSITY GRADUATE SCHOOL HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
TABLE OF CONTENTS

TABLE OF CONTENTS
TABLE OF CONTENTS...................................................................................................................................2
Preface........................................................................................................................................................3
PIG...............................................................................................................................................................5
PRELIMINARY...............................................................................................................................................5
BACKGROUND.........................................................................................................................................5
WRITING PURPOSE..................................................................................................................................7
CHAPTER II...................................................................................................................................................8
LITERATURE REVIEW....................................................................................................................................8
And the goal of the MDG Targets............................................................................................................8
MDG's programs in the field of nutrition in Indonesia..........................................................................14
Innovation Achievement of MDG's........................................................................................................15
The role of nutrition in SDG's.................................................................................................................16
Nutrition In the SDG's implementation.................................................................................................21
CHAPTER III................................................................................................................................................26
CLOSING....................................................................................................................................................26
CONCLUSION.........................................................................................................................................26
SUGGESTION..........................................................................................................................................26

2
Preface
Alhamdulillahirabbil the worlds, sense the presence of God we pray to the Almighty God

who has bestowed His mercy in the form of health, opportunity and knowledge so that

the paper we have completed.

Hopefully simple papers that have been successfully stacking it can be easily

understood by anyone who reads it. Previously we apologize if there are errors of words

or sentences that are less pleasing. And do not forget we also expect their input and

constructive criticism from you in order to create a better paper.

Author

3
4
PIG

PRELIMINARY

A. BACKGROUND
The goal of every citizen to life is to get a decent life is reached as to what

in all aspire as a nation. Objectives family would want a healthy and happy

family, where each member of the family get a quality education for their children.

Other life expectancy would get clothing and food sufficiency and have a decent

house to be occupied by the entire family.

Currently, Indonesia has been categorized as a "medium berpanghasilan".

It is said that because the income of Indonesian society based on national Gross

Index (GNI), which is calculated from the total market value of goods and

services produced by a country in a given period, then Indonesia's per capita

income in 2007 was $ 1,650. This value is equivalent to Rp. 1,250,000 per

month. When compared with other countries, Indonesia entered the order to 142

of 209 countries in the world (UNDP, 2008)

Indonesia has managed to reduce extreme poverty starting position of

20.6 percent in 1990 has shifted 7.5 percent in 2010. Indonesia is determined to

achieve the MDGs by 2015. Some targets of the Millennium Development Goals

need to work hard, among others; complete the national poverty, give space to

women to further contribute, piped drinking water supply for urban and rural

areas, completing malnutrition in children. To do everything necessary Innovation

implementation of the MDGs with an opportunity to interested parties such as the

5
head of the region, public institutions for participation in realizing the targets of

the Millennium Development Goals

Upaya pencapaian MDGs merupakan sebuah rangkaian proses jangka

panjang berkesinambungan. Hal ini bukan merupakan hal yang mudah, terutama

pada saat Indonesia masih berada pada masa transisi memulihkan diri dari krisis

multidimensional yang diawali dengan krisis ekonomi-moneter pada tahun 1997,

menuju pemerintahan yang lebih demokratis dan melaksanakan reformasi

dihampir seluruh bidang kehidupan. Hal ini membutuhkan kerjasama dari semua

lapisan masyarakat mulai dari pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dunia

politik, dan institusi akademis.

Commencing in 2016, a program of the Millennium Development Goals

(MDGs) followed by a new program that suistainable Development Goals

(SDGs), by the action of 17 destinations. One of them is to improve maternal

health. Health a teenage daughter as a candidate for a mother as well as the

nation's future needs to be a major concern. In the life cycle stages of

adolescence is very important, especially girls, because in this period there is a

process of growth and development, so that when this process will result in an

optimal healthy girls and will ultimately result in healthy mothers anyway.

Indicators of success SDG's translated into six points, namely an increase in

exclusive breastfeeding, food to pregnant women and children, reduce the

number of short toddlers, pregnant women with anemia, lack of energy,

Dalam target SDGS 2030 tentang gizi masyarakat diharapkan dapat

mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional

6
2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita (Dirjen Gizi, 2015).

Target nasional tahun 2019 adalah 17% maka prevalensi kekurangan gizi pada

balita harus diturunkan 2,9% dalam periode tahun 2013 (19.9%) sampai tahun

2019 (17%) (Sardjoko, 2016).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan tujuan dan target MDG’s dalam bidang gizi

2. Menjabarkan program-program MDG’s dalam bidang gizi di Indonesia

3. Menggambarkan Inovasi Pencapaian MDG’s dalam bidang gizi

4. Menjelaskan peran gizi dalam SDG’s

5. Menggambarkan implementasi gizi dalam SDG’s

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tujuan Dan Target MDG’s


Delapan Tujuan MDGs telah di jabarkan dalam target-target yang dapat diukur

dan progresnya dapat dipantau dan dilaporkan dengan menggunakan

indikatorindikator yang dapat diverifikasi dan diperbandingkan secara

internasional. Kepada setiap negara diberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan

dan melakukan lokalisasi terhadap indicator-indikator tersebut. Untuk lebih

jelasnya di sajikan pada Tabel 1 berikut.

Tabel. 1 Tujuan dan target MDGs

Tujuan Target
1. Menanggulangi 1. Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat

Kemiskinan dan pendapatannya dibawah $ 1 PPP per hari

kelaparan menjadi setengah antara 1990-2015.

2. Menurunkan proporsi penduduk yang

menderita kelaparan menjadi

setengahnya antara tahun 1990-2015


2. Pendidikan Dasar 3. Memastikan pada 2015 semua anak- anak

untuk semua dimanapun laki-laki maupun perempuan, dapat

menyelesaikan

pendidikan dasar.
3. Mendorong 4. Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

Kesetaraan pendidikan dasar dan lanjutan pada2005 dan

8
Gender dan disemua jenjang pendidikan tidak lebih dari

Pemberdayaan tahun 2015.

Perempuan
4. Menurunkan 5. Menurunkan angka kematian balita

Angka kematian sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan

anak 2015.
5. Meningkatkan 6. Menurunkan angka kematian ibu

Kesehatan Ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990- 2015


6. Memerangi 7. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan

HIV/AIDS, Malaria, mulai menurunkannya jumlah kasus baru pada

dan Penyakit 2015

Menular Lainnya 8. Mengendalikan penyakit malaria dan mulai

menurunnya jumlah kasus malaria

dan penyakit lainnya pada 2015.


7. Memastikan 9. Memadukan prinsip-prinsip pembangunan

Keberlanjutan berkelanjutan dengan kebijakan dan program

Lingkungan Hidup nasional serta mengembalikan sumber daya

lingkungan yang hilang.

10. Penurunan sebesar separuh, proporsi

penduduk tanpa akses terhadap sumber air

minum yang aman dan berkelanjutan serta

fasilitas sanitasi dasar pada 2015.

11. Mencapai perbaikan yang berarti dalam

kehidupan penduduk miskin di

permukiman kumuh pada tahun 2020.


8. Membangun 12. Melakukan pembangunan lebih lanjut system

9
Kemitraan Global keuangan dan perdagangan yang terbuka,

untuk berbasis peraturan, dapat di prediksi, dan tidak

Pembangunan diskriminatif.

13. Penanggulangan masalah pinjaman luar

negeri melalui upaya nasional maupun

internasional dalam rangka pengelolaan

pinjaman luar negeri yang berkesinambungan

dalam jangka panjang

14. Bekerjasama dengan negara-negara

berkembang dalam mengembangkan dan

menerapkan strategi untuk menciptakan

lapangan kerja yang layak dan produktif bagi

penduduk usia muda

15. Bekerja sama dengan sector swasta dalam

memanfaatkan teknologi baru, terutama

teknologi informasi dan

komunikasi

Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan, sebagaimana

diukur oleh indikator USD 1,00 per kapita per-hari, menjadi setengahnya.

Kemajuan juga telah dicapai dalam upaya untuk lebih menurunkan lagi tingkat

kemiskinan, sebagaimana diukur oleh garis kemiskinan nasional dan dari tingkat

saat ini sebesar 13,33 persen (2010) menuju targetnya 8 – 10 persen pada tahun

2014. Prevalensi kekurangan gizi pada balita telah menurun dari 31 persen pada

10
tahun 1989 menjadi 18,4 persen pada tahun 2007, sehingga Indonesia

diperkirakan dapat mencapai target MDGs sebesar 15,5 persen pada tahun

2015. Upaya Indonesia untuk mencapai target MDGs tentang pendidikan dasar

dan melek huruf sudah menuju pada pencapaian target 2015 (on-track). Bahkan

Indonesia menetapkan pendidikan dasar melebihi target MDGs dengan

menambahkan sekolah menengah pertama sebagai sasaran pendidikan dasar

universal.

Pada tahun 2008/2009 angka partisipasi kasar (APK) SD/MI termasuk

paket A telah mencapai 116,77 persen dan angka partisipasi murni (APM) sekitar

95,23 persen. Padatingkat sekolah dasar (SD/MI) acara umum disparitas

partisipasi pendidikan antarprovinsi semakin menyempit dengan APM di hampir

semua provinsi telah mencapai lebih dari 90,0 persen. Usaha untuk mendorong

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan telah dicapai dan hasilnya

telah meningkatnya kesetaraan gender disemua jenjang dan jenis pendidikan.

Rasio angka partisipasi murni (APM) perempuan terhadap laki-laki disekolah

dasar dan sekolah menengah pertama berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99

pada tahun 2009, dan rasio melekm huruf perempuan terhadap laki-laki pada

kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 98,85. Menurunkan angka

kematian anak telah menunjukkan angka yang signifikan dari 68 pada tahun

1991 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sehingga target

sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 doperkirakan dapat

tercapai.

Target kematian anak diperkirakan akan dapat tercapai. Di Indonesia,

11
angka kematian ibu melahirkan (MMR/maternal Mortality Rate) menurun dari 390

pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga diperlukan

kerja keras untuk mencapai target tersebut. Upaya menurunkan angka kematian

ibu didukung pula dengan meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi dan

menurunkan unmet need yang dilakukan melalui peningkatan akses dan kualitas

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Tingkat prevalensi HIV/AIDS

cenderung meningkat di Indonesia, terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu

pengguna narkoba suntik dan pekerja seks. Jumlah kasus HIV/AIDS yang

dilaporkan di Indonesia meningkat dua kali lipat antara tahun 2004 dan 2005.

Angka kejadian malaria per-1000 penduduk manurun dari 4,68 pada tahun 1990

menjadi 1,85 pada tahun 2009.

Sementara itu, pengendalian penyakit Tuberkulosis yang meliputi

penemuan kasus dan pengobatan telah mencapai target. Tingkat emisi gas

rumah kaca di Indonesia cukup tinggi, walaupun upaya peningkatan luas hutan,

pemberantasan pembalakan hutan, dan komitmen untuk melaksanakan

kerangka kebijakan penurunan emisi karbon dioksida dalam 20 tahun kedepan

telah dilakukan. Proporsi rumah tangga dengan akses air minum layak

meningkat dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 47,71 persen pada tahun

2009. Sementara itu, proporsi rumah tangga dengan akses sanitasi layak

meningkat dari 24,81 persen (1993) menjadi 51,19 persen (2009).

Upaya untuk mengakselerasi pencapaian target air minum dan sanitasi

yang layak terus dilakukan melalui investasi penyediaan air minum dan sanitasi

yang layak terus di lakukan melalui investigasi penyediaan air minum dan

12
sanitasi, terutama untuk melayani jumlah penduduk perkotaan yang terus

meningkat. Untuk daerah perdesaan, penyediaan air minum dan sanitasi

dilakukan melalui upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki

tanggungjawab dalam penggelolaan infrastruktur dan pembangunan sarana.

Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan

mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat

dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sector swasta untuk

mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat

kemiskinan (pro-poor). I

ndonesia telah mendapat manfaat dari mitra pembangunan internasional.

Untuk meningkatkan efektifitas kerjasama dan pengelolaan bantuan

pembangunan di Indonesia, Jakarta Commitment telah ditandatangani bersama

26 mitra pembangunan pada tahun 2009. Bersamaan dengan ini, Indonesia telah

berkomitmen untuk menurunkan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap PDB

dari 24,6 persen pada tahun 1996 menjadi 10,9 persen pada tahun 2009.

Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga telah menurun 51 persen pada

tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009.

B. Program-program MDG’s dalam bidang gizi di Indonesia


Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri perkotaan

dan perdesaan Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melaui PNPM

Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan

13
yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin,

dapat dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek

melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan PNPM Mandiri

dilaksanakan hingga tahun 2015.

Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian tujuan pembangunan

milenium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM

Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan

membantu Indonesia mewujudkan pencapaian targettarget MDGs tersebut.

Program Keluarga Harapan (PKH) Program keluarga Harapan (PKH) merupakan

suatu program penanggulangan kemiskinan. Program ini juga di jadikan sebagai

salah satu program yang menunjang pencapaian MDGs pada tahun 2015.

Tujuan utama PKH adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan cara

meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok masyarakat sangat

miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian

target MDGs.

C. Inovasi Pencapaian MDG’s


Beberapa target dari Tujuan MDGs yang perlu dilaksanakan dengan kerja

keras antara lain adalah penurunan tingkat kemiskinan secara nasional. Masih

belum menunjukkan perubahan pada tahun 1990 sebesar 15,1 persen pada

tahun 2010 sebesar 15,4 persen. Ini merupakan tantangan dalam pencapaian

MDGs tahun 2015. Target penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian

14
Bayi dan Balita menghadapi kendala karena penurunannya sangat lambat.

Keberhasilan pelaksanaan berbagai upaya pencapaian MDGs sangat ditentukan

oleh terlaksananya good governance di tingkat Kabupaten/Kota yang memiliki

otonomi dan tanggung jawab sangat besar dalam era desentralisasi ini.

Keberhasilan pencapaian tujuan MDGs di Indonesia, perlu diberikan kesempatan

kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk ikut aktif dalam melaksanakan

kebijakan yang mengarah kepada pencapaian MDGS.

Bentuk penghargaan sebagai sebuah keberhasilan adalah wujud

penghargaan dari sebuah Kinerja. Bisa di lakukan dalam bentuk AWARDS

MDGs, atau memfasilitasi dengan anggaran atau pembiayaan inovasi

pelaksanaan MDGs. Pencapaian MDGS dengan strategi pembangunan yang

telah ada akan lebih bermakna pencapaian tersebut dilakukan dengan partisipasi

dari semua pihak di Indonesia mulai dari Pemerintahan, LSM, Jajaran Swasta,

Masyarakat umum dan Masyarakat Sekolah. Sebuah gerakan dalam rangka

mewujudkan pencapaian MDGs pada tahun 2015 dapat dilakukan dengan

mengadakan kompetisi antara daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

D. Peran Gizi dalam SDG’s


Sustainable Development Goals(SDGs) merupakan agenda

pembangunan global pasca tahun 2015 yang terdiri dari seperangkat tujuan dan

target baru yang menggantikan Millenium Development Goals (MDGs). Millenium

Development Goals (MDGs) sendiri merupakan target pembangunan yang

dideklarasikan pada Konferensi Tingkat Tinggi Millenium yang diikuti oleh 189

negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada

September 2000. Semua negara yang berpartisipasi dalam deklarasi ini

15
berkomitmen untuk mengembangkan MDGs sebagai sebuah paket arah

pembangunan global yang berisi beberapa tujuan yang mencakup kesehatan,

pendidikan, keamanan, perdamaian, dan kebebasan hak asasi manusia.

Konsep MDGs ini berakhir pada tahun 2015 lalu dimana diharapkan

tujuan dan target MDGs dapat tercapai pada tahun tersebut. Sesudah MDGs

berakhir, para pemimpin negara anggota PBB merasa agenda MDGs ini perlu

untuk dilanjutkan sehingga terbentuklah usulan dokumen baru yang dinamakan

Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs ini diterbitkan oleh PBB pada 21

Oktober 2015 dan menjadi acuan pembangunan bagi negara-negara peserta

PBB hingga tahun 2030 menggantikan MDGs yang telah berakhir pada tahun

2015 lalu.

SDGs merupakan kelanjutan dari cita-cita MDGs sehingga secara garis

besar SDGs memiliki kesamaan tujuan dengan MDGs yaitu memberantas

kemiskinan, kebodohan, kelaparan, serta peningkatan taraf hidup masyarakat.

Namun, ada beberapa perbedaan serta pengembangan konsep yang lebih

dalam lagi pada SDGs. Jika pada MDGs terdapat 8 tujuan, maka pada SDGs

terdapat 17 tujuan dan 169 capaian yang meliputi masalah-masalah

pembangunan berkelanjutan seperti pengentasan kemiskinan dan kelaparan,

perbaikan kesehatan, pendidikan, pembangunan kota yang berkelanjutan,

mengatasi perubahan iklim, serta melindungi hutan dan laut.

Di dalam SDGs, perhatian pada sektor kesehatan terdapat pada tujuan 2

(zero hunger atau nol kelaparan), tujuan 3 (kesehatan yang baik), tujuan 5

16
(kesetaraan gender), serta tujuan 6 (air bersih dan sanitasi). Tujuan 2 melingkup

gizi kesehatan masyarakat, yaitu mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan

pangan, meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan (8

target). Tujuan 3 melingkup sistem kesehatan nasional, yaitu menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di

segala usia (13 target). Tujuan 5 melingkup kesehatan reproduksi menjamin

kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan perempuan (9

target). Sedangkan tujuan 6 melingkup sanitasi dan air bersih, yaitu menjamin

ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua

orang (8 target).

Tujuan 2 SDGs (nol kelaparan) memiliki tujuan khusus yaitu,

menanggulangi kelaparan dan kemiskinan, mencapai ketahanan pangan,

meningkatkan gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan. Selain itu,

terdapat dua target yang diharapkan dapat terwujud pada tujuan 2 SDGs ini.

Target pertama yaitu, pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin

akses pangan yang aman, bergizi, dan mencukupi bagi semua orang, khususnya

masyarakat miskin dan usia rentan seperti bayi. Sedangkan target kedua yaitu,

pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai

target internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan

mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta

lansia. Unfinished business atau urusan yang belum selesai dari SDGs di tujuan

ke 2 ini adalah melanjutkan pembangunan gizi.

Perjuangan melawan kelaparan telah berkembang selama 15 tahun

17
terakhir. Secara global, prevalensi kelaparan telah menurun, dari 15 persen pada

tahun 2000 ke 2002, sampai 11 persen pada 2014 ke 2016. Namun, lebih dari

790 juta orang di seluruh dunia masih mengalami kekurangan akses dalam

mengkonsumsi makanan yang cukup energi. Jika kecenderungan ini terus

berlanjut, target nol kelaparan pada 2030 akan sulit diwujudkan. Banyak negara

yang gagal mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) lalu dalam

mengurangi separuh proporsi penduduk yang menderita kelaparan sehingga

mengakibatkan krisis berlarut dengan peningkatan kerawanan pangan dan

kekurangan gizi yang mempengaruhi sebagian besar populasi. Masalah

kelaparan ini tidak lagi hanya masalah ketersediaan pangan, melainkan juga

akses ke makanan yang dapat menjadi panduan intervensi dalam melawan

kerawanan pangan dan kekurangan gizi.

Secara global, pada tahun 2014, hampir 1 dari 4 anak di bawah usia 5

tahun (perkiraan total 159 juta anak), mengalami perhambatan pertumbuhan

(stunting). Stunting didefinisikan sebagai tinggi tidak memadai untuk usia,

indikator efek kumulatif gizi dan infeksi. Asia Selatan dan Afrika menyumbang

tiga perempat dari total anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting pada

tahun 2014.

Di Indonesia, pada tahun 2013, prevalensi balita stunting (pendek)

sebesar 32,9%, balita underweight (kurang gizi) sebesar 19,6%, balita wasting

(kurus) sebesar 12% (Riskesdas 2013). Berdasarkan angka prevalensi tersebut,

kementrian kesehatan RI membuat target jangka panjang yang menyesuaikan

dengan tujuan dan target SDGs. Target tersebut yaitu menurunkan angka

18
prevalensi kejadian sebesar 40% pada tahun 2019 sehingga pada tahun 2019

angka prevalensi stunting dapat turun menjadi 28%, underweight turun menjadi

17%, dan wasting turun menjadi 9,5%. Sedangkan pada tahun 2025, angka

prevalensi stunting diharapkan dapat turun menjadi 22,3% dan angka prevalensi

wasting diharapkan dapat turun menjadi kurang dari 5% (Direktorat Bina Gizi

Kementrian Kesehatan RI).

Untuk mewujudkan target ini, perbaikan di sektor gizi penting untuk

menjadi perhatian. Hal tersebut dikarenakan gizi mempunyai peran penting

dalam meningkatkan status gizi balita seperti mencegah dan /atau memperbaiki

kejadian stunting, underweight, serta wasting. Tidak hanya kejadian stunting,

underweight, serta wasting saja, perbaikan gizi pada ibu hamil, bayi, dan balita

dapat meningkatkan taraf kesehatan anak pada fase usia selanjutnnya yang

menjadi fokus pada tujuan ketiga SDGs, yaitu kesehatan dan kesejahteraan

yang baik. Hal ini dijelaskan melalui ‘Teori Barker’ yang menyatakan bahwa

berkurangnya pertumbuhan janin berhubungan kuat dengan terjadinya beberapa

penyakit degeneratif kronis di usia dewasa.

Menurut teori tersebut, kekurangan gizi pada periode kritis pertumbuhan

dan perkembangan janin di dalam uterus memiliki efek jangka panjang terhadap

terjadinya penyakit kronis di usia dewasa dengan cara adaptasi struktur,

fisiologis, dan metabolisme tubuh. dimana janin terpaksa melakukan trade off

dengan mengurangi perkembangan organ yang relatif non-esensial seperti ginjal

dan pankreas demi berkembangnya organ yang lebih esensial yaitu otak,.

Adaptasi awal inilah yang kemudian membuat setelah janin tersebut tumbuh

19
dewasa memiliki beberapa masalah kesehatan, seperti penyakit degeneratif.

Melihat peran penting gizi dalam mencapai tujuan kedua dan ketiga

SDGs, maka sektor gizi perlu mendapatkan perhatian khusus. Perhatian khusus

ini dapat diimplementasikan dalam program kesehatan nasional yang sudah

dan /atau akan dicanangkan oleh pemerintah, khususnya kementerian

kesehatan RI. Perhatian ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab bersama, baik dari praktisi

kesehatan maupun dari masyarakat umum sehingga terbentuk masyarakat yang

sehat dan sejahtera.

E. Implementasi Gizi Dalam SDG’S


Bentuk intervensi dan program untuk mengatasi masalah gizi ibu dan

anak yang bersifat multi sektor dan multi pendekatan dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu intervensi yang bersifat spesifik (nutrition-spesific intervention

and programmes) dan intervensi yang bersifat sensitif (nutrition-sensitive

intevention and programmes). Nutrition-specific intervention/programmes adalah

suatu inetervensi atau program yang ditujukan untuk memperbaiki determinan

jangka pendek (immediate determinants) dari kondisi gizi janin dan anak serta

perkembangannya. Contoh dari program jenis ini adalah pemberian makanan

tambahan pada ibu hamil dan balita, suplementasi mikronutrien pada kelompok

remaja, wanita usia subur pada masa prakonsepsi dan pada masa kehamilan,

fortifikasi, penangan malnutrisi akut tingkat berat (severe acut malnutrition)

pencegahan penyakit dan manajemen gizi pada kondisi darurat.

Nutritionsensitive intervention/programmes adalah suatu bentuk intervensi

20
atau program yang ditujukan untuk mengatasi determinan jangka panjang atau

penyebab dasar (underlying determinants) kondisi gizi janin dan anak serta

perkembangannya. Contoh program kategori ini anatara lain berbagai program di

bidang pertanian, katahanan pangan, jaring penyelamatan sosial (social safety

net), kesehatan mental ibu, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak,

penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, kebersihan lingkungan dan keluarga

berencana (Ruel et al., 2013; Andersen, 2013).

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan di Indonesia Indonesia

merupakan salah satu negara yang telah bergabung dalam SUN movement

pada tahun 2013. Di Indonesia SUN Framework telah dijadikan sebagai dasar

kebijakan pemerintah dalam penuntasan masalah gizi dan kesehatan ibu dan

anak. Kebijakan pemerintah ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 42

Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Pada 8

tanggal 30 Oktober 2013 telah diluncurkan “Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan” oleh Presiden

Republik Indonesia di Padang Sumatera Barat. Mengacu pada SUN Framework,

sebagian besar dari 13 intervensi di bidang gizi yang terbukti paling cost effective

sudah dilaksanakan di Indonesia, namun hasilnya tidak efektif. Hal ini terutama

karena masalah gizi sementara ini dianggap sebagai tanggung jawab sektor

kesehatan semata. Sesungguhnya hanya 30% masalah gizi yang bisa

diselesaikan oleh sektor kesehatan, sedangkan 70% lainnya harus dikerjakan

oleh sektor lainnya.

Karena sifatnya yang sangat multi faktorial dan multi sektoral, maka

21
diperlukan satu kerangka kerja yang bersifat “Three Ones” atau Tiga-Satu yang

telah disepakati, yaitu: 1) Satu kerangka kerja sebagai dasar untuk koordinasi

kerja semua mitra; 2) Satu otoritas koordinasi tingkat nasional; 3) satu sistem

monitoring dan evaluasi tingkat nasional (Achadi, 2013). Peran Sarjana

Kesehatan Masyarakat dalam SUN Movement Berbagai profesi terlibat dalam

gerakan scalling up nutrition dalam rangka penyelamatan 1000 hari pertama

kehidupan. Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) sebagai salah satu tenaga

kesehatan telah menjadi tulang punggung dalam pembangunan kesehatan di

Indonesia bersama dengan profesi kesehatan lainnya.

Mengacu pada SUN framework yang telah disusun sebagai landasan

untuk aksi penyelamatan 1000 hari pertama kehidupan dengan berbagai

intervensi, maka S.KM dapat berperan di berbagai posisi dan berbagai bidang.

Sarjana Kesehatan Masyarakat dapat bekerja pada 7 bidang di area kesehatan

masyarakat, yaitu bidang epidemiologi, kesehatan lingkungan, bidang gizi,

promosi kesehatan, administrasi dan kebijakan kesehatan, keselamatan kerja,

serta biostatistik dan kependudukan. Dalam nutrition-specific intervention S.KM

yang bergerak di bidang gizi dapat berperan dalam merancang, merencanakan

serta mengimplentasikan program penanggulangan masalah gizi pada remaja

dan prakonsepsi, program suplementasi dan fortifikasi, penganekaragaman

makanan dan program spesifik 9 lainnya.

Sistem Layanan Terpadu Pra-nikah (Laduni), Sebuah “Lesson Learn”

Salah satu bentuk intervensi yang bersifat terpadu dalam melibatkan multi sektor

dalam nutrition-specific intervention yang dilaksanakan di tingkat lokal adalah

22
sistem Layanan Terpadu Pra-nikah atau disingkat Laduni yang dikembangkan di

Kabupaten Probolinggo pada tahun 2010. Laduni adalah pelayanan pra-nikah

yang bersifat menyeluruh kepada calon pengantin yang akan melangsungkan

pernikahan, yang meliputi pelayanan administratif, pelayanan kesehatan dan

pelayanan konseling (Sri Sumarmi et al., 2014b). Laduni dikembangkan dengan

tujuan untuk mengatasi masalah tingginya angka kematian ibu dan bayi,

prevalensi BBLR dan anemia pada ibu hamil dan pad awanita usia subur. Pilot

project ini disusun dengan dukungan dana dari Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaetn Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.

Dalam mengembangkan sistem layanan terpadu ini melibatkan berbagai

sektor atau lembaga, antara lain Departemen Agama, mulai dari tingkat desa

dengan melibatkan petugas pencatat pernikahan (P3N), petugas kantor Urusan

Agama (KUA), Dinas Kesehatan yang melibatkan petugas Puskesmas dan bidan

desa Laduni merupakan contoh program pelayanan prakonsepsi (preconception

care). Preconception care adalah serangkaian intervensi untuk mengidentifikasi

dan modifikasi biomedik, perilaku dan risiko sosial terhadap kesehatan wanita

dan pasangan sebelum terjadinya konsepsi (WHO, 2013). Dengan pemeriksaan

kesehatan prakonsepsi diharapkan seorang wanita yang menginginkan atau

merencanakan kehamilan akan mencapai derajat kesehatan yang baik sejak

sebelum hamil, sehingga akan mendapatkan outcomes kehamilan yang

berkualitas. Pelayanan ini tidak hanya menekankan aspek kesehatan, tetapi

lebih jauh lagi menerapkan konsep kesejahteraan sebelum hamil (preconception

wellness).

23
24
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencapaian MDGS dengan strategi pembangunan yang telah ada akan lebih

bermakna pencapaian tersebut dilakukan dengan partisipasi dari semua pihak di

Indonesia mulai dari Pemerintahan, LSM, Jajaran Swasta, Masyarakat umum

dan Masyarakat Sekolah. Sebuah gerakan dalam rangka mewujudkan

pencapaian MDGs pada tahun 2015 dapat dilakukan dengan mengadakan

kompetisi antara daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Upaya

pencapaian MDGs merupakan sebuah rangkaian proses jangka panjang

berkesinambungan yang kemudian dilanjutkan dengan SDGs yang merupakan

kelanjutan dari cita-cita MDGs sehingga secara garis besar SDGs memiliki

kesamaan tujuan dengan MDGs yaitu memberantas kemiskinan, kebodohan,

kelaparan, serta peningkatan taraf hidup masyarakat.

B. SARAN
Keberhasilan pelaksanaan berbagai upaya pencapaian MDGs dan SDGs sangat

ditentukan oleh terlaksananya good governance di tingkat Kabupaten/Kota yang

memiliki otonomi dan tanggung jawab sangat besar dalam era desentralisasi ini.

Keberhasilan pencapaian tujuan MDGs dan SDGs di Indonesia, perlu diberikan

kesempatan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota untuk ikut aktif dalam

melaksanakan kebijakan yang mengarah kepada pencapaian MDGS dan SDGs.

Bentuk penghargaan sebagai sebuah keberhasilan adalah wujud penghargaan

dari sebuah Kinerja. Bisa di lakukan dalam bentuk AWARDS MDGs dan SDGs,

25
atau memfasilitasi dengan anggaran atau pembiayaan inovasi pelaksanaan

MDGs dan SDGs.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Andersen PP. 2013. Nutrition-sensitive food systems: from rhetoric to action.


The Lancet. Published online on June 6 2013. http://dx.doi.org/10.1016/S0140-
6736(13)61053-3.
2. Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia.
Jakarta. BPS. Badan Litbangkes Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
3. Badan Litbangkes Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
4. BAPPENAS,2010; Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di
Indonesia 2010; Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasiona/BAPPENAS.
ISBN-979-3764-64-1
5. Badan Pusat Statistik. 2010. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009, Jakarta.
Bank Indonesia (2009) Laporan Perekonomian Indonesia 2009.Jakarta.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Laporan Nasional 2013. Jakarta
7. Departemen Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sustainable
Development Goals (SDGs). 2015. Available
at :http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/pusat2_v1/wp-
content/uploads/2015/12/SDGs-Ditjen-BGKIA.pdf
8. Department of Economic and Social Affairs, United Nation. Sustainable
Development Goals. 2015. Available
at :https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs
9. Food and Agriculture Organization of The United Nations. The Double Burden of
Malnutrition. Case Studies from Six Developing Countries. FAO Food and
Nutrition Paper 2006; 84
10. Gupta P, Ray M, Dua T, Radhakrishnan G, Kumar R, and Sachdev HPS. (2007)
Mutimicronutrient supplementation for undernourished pregnant women and the

27
birth size of their offspring. Arch Pediatr Adolesc Med, 161: 58-64.
11. UPPKH Pusat, 2007; Pedoman Umum PKH Jakarta. Pusdiklat Kesos, 2007,
Model Diklat TOT PKH, Jakarta.
12. UNDP,2008 Indicators table 2008, Human Development Indices http://hdr.Undp.
org/en/ Statistics/ data/hdi/2008
13. Sawaya, A.L, Roberts, S. Stunting and Future Risk of Obesity : Principal
Physiological Mechanisms. Cad. Saude Publica, Rio de Jeneiro, 19(Sub.1):
S21-S28, 2003
14. Xu, G, Umezawa, M, Takeda, K. Early Development Origins of Adult Disease
Caused by Malnutrition and Environmental Chemical Substances. Journal of
Health Science, 55(1) 11-19, 2009

28

You might also like