You are on page 1of 33

MATERI INTI 3

MODUL PENGOBATAN PASIEN


BAGIAN 2
DAFTAR ISI

Kegiatan Belajar 7
TATALAKSANA EFEK SAMPING OBAT (ESO) TB
Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Kegiatan Belajar 8
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN
Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Kegiatan Belajar 9
TATALAKSANA PASIEN BEROBAT TIDAK TERATUR
Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Kegiatan Belajar 10
PENETAPAN HASIL AKHIR PENGOBATAN
Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..
Kegiatan Belajar 11
LOGISTIK TB

Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Kegiatan Belajar 12
PENGISIAN FORMAT TB.01 DAN TB.02
Tujuan ……………………………………………………………………………………….
Pokok Materi ……………………………………………………………………………….
Uraian Materi …………………………………………………………………………….…
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test
SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 7
TATALAKSANA EFEK SAMPING OBAT (ESO)

Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan


tanpa mengalami Efek Samping Obat (ESO) yang berarti.
Namun, beberapa pasien dapat saja mengalami efek samping
yang merugikan atau berat.
Untuk itu sangat penting dalam memantau kondisi klinis pasien
selama masa pengobatan TB sehingga efek samping berat
dapat segera diketahui dan ditatalaksana secara tepat.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami efek
samping obat (ESO)

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami Efek
Samping Obat dan penatalaksanaannya:
a. Penatalaksanaan Efek samping obat ringan
b. Penatalaksanaan Efek samping obat berat

POKOK MATERI

EFEK SAMPING OBAT DAN PENATALAKSANAANNYA


1. Penatalaksanaan Efek samping obat ringan
2. Penatalaksanaan Efek samping obat berat

Baiklah kita akan masuk ke uraian materi, anda harus membaca dengan
seksama efek samping OAT dan bagaimana penatakasanaannya

URAIAN MATERI
EFEK SAMPING OAT DAN PENATALAKSANAANNYA

Definisi Efek Samping Obat (ESO) adalah:


Respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, terjadi pada
penggunaan dosis profilaksis dan atau terapi.

Petugas kesehatan harus memantau terjadinya efek samping obat dengan cara:
1. Menanyakan keluhan pasien pada saat mereka datang ke faskes untuk
mengambil obat.
2. Melakukan pemeriksaan
3. Mengajarkan kepada pasien untuk mengenali keluhan dan gejala umum efek
samping obat
4. Menganjurkan pasien segera melaporkan kondisinya kepada petugas
kesehatan.
5. Mencatat efek samping yang terjadi pada pasien dan tindak lanjut yang
diberikan pada kartu pengobatan.

Efek samping dan penatalaksaan OAT

a. Penalatalaksanaan ESO ringan


Tabel dibawah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam Penalaksanaan ESO
ringan yang dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk ESO yang terjadi dan
OAT penyebab.

Pasien yang mengalami efek samping ringan:


1. Dapat tetap melanjutkan pengobatannya.
2. Diberikan petunjuk cara mengatasinya
3. Bila perlu diberikan pengobatan tambahan untuk menghilangkan
keluhannya.

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


 OAT ditelan malam sebelum tidur.
 Apabila keluhan tetap ada, OAT ditelan
Tidak ada nafsu dengan sedikit makanan
makan, mual, sakit H, R, Z  Apabila keluhan semakin hebat disertai
perut muntah, waspadai efek samping berat
dan segera rujuk ke dokter.
Beri Aspirin, Parasetamol atau obat anti
Nyeri Sendi Z radang non steroid

Kesemutan s/d rasa


Beri vitamin B6 (piridoxin) 50 – 75 mg per
terbakar di telapak H
hari
kaki atau tangan
Tidak membahayakan dan tidak perlu
Warna kemerahan
R diberi obat penawar tapi perlu penjelasan
pada air seni (urine)
kepada pasien.
Flu sindrom (demam,
menggigil, lemas, R
Pemberian R dirubah dari intermiten
sakit kepala, nyeri dosis
menjadi setiap hari
tulang) intermiten

Selamat !! anda telah mengetahui penatalaksanaan ESO


ringan.
Setelah anda mengetahui ESO ringan, yang dapat diatasi,
tentunya anda juga harus mengetahui efek samping berat, dan apa
tindakan yang harus dilakukan!!.
Marilah selanjutnya kita masuk dalam popok bahasan ke 2 yaitu
Penalaksanaan ESO berat.

Tatalaksana yang dilakukan pada pasien TB yang mengalami SEO berat.


 pengobatan harus dihentikan sementara
 pasien dirujuk faskes rujukan tingkat lanjut (FKTL) guna penatalaksanaan
lebih lanjut.
 Pasien yang mengalami efek samping berat sebaiknya dirawat di rumah sakit.

Tabel dibawah ini dapat digunakan untuk penalaksanaan ESO berat dengan
mempertimbangkan ESO yang terjadi dan penyebab.

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan


Bercak kemerahan kulit ( rash ) Ikuti petunjuk
H, R, Z, S
dengan atau tanpa rasa gatal penatalaksanaan dibawah*.
Gangguan pendengaran ( tanpa
S S dihentikan
diketemukan serumen )
Gangguan keseimbangan S S dihentikan
Semua OAT dihentikan
Ikterus tanpa penyebab lain H, R, Z
sampai ikterus menghilang.

Bingung, mual muntah Semua OAT dihentikan,


Semua
(dicurigai terjadi gangguan fungsi segera lakukan pemeriksaan
jenis OAT
hati apabia disertai ikterus )** fungsi hati.
Gangguan penglihatan E E dihentikan.
Purpura, renjatan (syok), gagal
R R dihentikan.
ginjal akut
Penurunan produksi urine S S dihentikan.
Catatan
* Penatalaksanaan pasien dengan efek samping pada kulit
Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain,
dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan
antihistamin serta pelembab kulit. Pengobatan TB tetap dapat
dilanjutkan dengan pengawasan ketat. Apabila kemudian terjadi rash,
semua OAT harus dihentikan dan segera rujuk kepada dokter atau
faskes rujukan. Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB
hingga selesai, di faskes rujukan dapat dilakukan upaya mengetahui
OAT mana yang menyebabkan terjadinya reaksi dikulit dengan cara
”Drug Challenging ”

 Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahap


satu persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapat
menimbulkan reaksi ( H atau R ) pada dosis rendah misal 50 mg
Isoniazid.
 Dosis OAT tersebut ditingkatkan secara bertahap dalam waktu 3
hari. Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali
dengan menambahkan 1 macam OAT lagi.
 Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan
bahwa OAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya
reaksi pada kulit tersebut.
 Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut,
pengobatan dapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.

**Penatalaksanaan pasien dengan ” drugs induced hepatitis ”


Dalam uraian ini hanya akan disampaikan tatalaksana pasien yang
mengalami keluhan gangguan fungsi hati karena pemberian obat ( drugs
induced hepatitis ). Penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi hati
karena penyakit penyerta pada hati, diuraikan dalam uraian Pengobatan
pasien dalam keadaan khusus.

OAT lini pertama yang dapat memberikan gangguan fungsi hati adalah:
H, R dan Z.
Sebagai tambahan, Rifampisin dapat menimbulkan ikterus tanpa ada bukti
gangguan fungsi hati.
Penting untuk memastikan kemungkinan adanya faktor penyebab lain
sebelum menyatakan gangguan fungsi hati yang terjadi disebabkan oleh
karena paduan OAT.

Penatalaksanaan gangguan fungsi hati yang terjadi oleh karena


pengobatan TB tergantung dari :
 Apakah pasien sedang dalam pengobatan tahap awal atau tahap
lanjutan
 Berat ringannya gangguan fungsi hati
 Berat ringannya TB
 Kemampuan faskes untuk menatalaksana efek samping obat

Langkah langkah tindak lanjut adalah sebagai berikut :


1. Apabila diperkirakan bahwa gangguan fungsi hati disebabkan oleh
karena OAT, pemberian semua OAT harus dihentikan.
2. Pada pasien TB berat dan dipandang menghentikan pengobatan akan
merugikan pasien, dapat diberikan paduan pengobatan non
hepatatotoksik terdiri dari S, E dan salah satu OAT dari golongan
fluorokuinolon.
3. Menghentikan pengobatan dengan OAT sampai hasil pemeriksaan
fungsi hati kembali normal dan keluhan ( mual, sakit perut dsb. ) telah
hilang sebelum memulai pengobatan kembali.
4. Apabila tidak bisa melakukan pemeriksaan fungsi hati, dianjurkan untuk
menunggu sampai 2 minggu setelah ikterus dan pemeriksaan palpasi
hati sudah tidak teraba sebelum memulai kembali pengobatan.
5. Jika keluhan dan gejala tidak hilang serta ada gangguan fungsi hati
berat, paduan pengobatan non hepatotoksik terdiri dari : S, E dan salah
satu golongan kuinolon dapat diberikan ( atau dilanjutkan ) sampai 18
– 24 bulan.
6. Setelah gangguan fungsi hati teratasi, paduan pengobatan OAT semula
dapat dimulai kembali satu persatu. Jika kemudian keluhan dan gejala
gangguan fungsi hati kembali muncul atau hasil pemeriksaan fungsi
hati kembali tidak normal, OAT yang ditambahkan terakhir harus
dihentikan. Beberapa anjuran untuk memulai pengobatan dengan
Rifampisin. Setelah 3 – 7 hari, Isoniazid dapat ditambahkan. Pada
pasien yang pernah mengalami ikterus akan tetapi dapat menerima
kembali pengobatan dengan H dan R, sangat dianjurkan untuk
menghindari penggunaan Pirazinamid.
7. Paduan pengganti tergantung OAT apa yang telah menimbulkan
gangguan fungsi hati.
 Apabila R sebagai penyebab, dianjurkan pemberian : 2 HES / 10
HE.
 Apabila H sebagai penyebab, dapat diberikan : 6 – 9 RZE.
 Apabila Z dihentikan sebelum pasien menyelesaikan pengobatan
tahap awal, total lama pengobatan dengan H dan R dapat
diberikan sampai 9 bulan.
 Apabila H maupun R tidak dapat diberikan, paduan pengobatan
OAT non hepatotoksik terdiri dari : S, E dan salah satu dari
golongan kuinolon harus dilanjutkan sampai 18 – 24 bulan.
8. Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan
tahap awal dengan H,R,Z,E ( paduan Kategori 1 ), setelah gangguan
fungsi hati dapat diatasi, berikan kembali pengobatan yang sama
namun Z digantikan dengan S untuk menyelesaikan 2 bulan tahap awal
diikuti dengan pemberian H dan R selama 6 bulan tahap lanjutan.
9. Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan
tahap lanjutan ( paduan Kategori 1 ), setelah gangguan fungsi hati
dapat diatasi, mulailah kembali pemberian H dan R selama 4 bulan
lengkap tahap lanjutan.

Selamat!!! anda telah mengetahui efek samping berat


dan penatalaksanaan OATnya

Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…


Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..
SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 8
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN TB

Pemantauan kemajuan dan hasil


pengobatan TB pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan
mikroskopis dahak ulang secara berkala.
Dalam memantau kemajuan pengobatan TB
pemeriksaan mikroskopis dahak lebih baik
dibandingkan dengan pemeriksaan
radiologis.
Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan
untuk memantau kemajuan pengobatan
karena tidak spesifik untuk TB.

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami cara
pemantauan kemajuan pengobatan TB

Tujuan Pembelajaran Khusus


Peserta latih mampu menjelaskan cara pemantauan kemajuan pengobatan pada:
1. Pasien TB Paru Dewasa
2. Pasien TB Ekstraparu

Pokok Materi
Pemantauan kemajuan pengobatan pada:
1. Pasien TB Paru Dewasa
2. Pasien TB Ekstraparu

Uraian Materi
1. Pasien TB Paru Dewasa
Pemeriksaan mikroskopik dahak yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
TB perlu dicatat.
Penilaian kemajuan hasil pengobatan pada pasien TB BTA positif adalah dengan
pemeriksaan mikroskopik dahak ulang dua spesimen dahak (sewaktu dan pagi).
Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen dahak tersebut negatif.
Hasil pemeriksaan ulang dahak dinyatakan positif bila salah satu spesimen
positif atau keduanya positif,
Tindak lanjut hasil pemeriksaan dahak ulang untuk memantau kemajuan
hasil pengobatan:

1. Akhir tahap awal pengobatan


a. Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif:
a.1. Pada pasien baru dengan paduan OAT kategori 1:
a. Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur? Apabila tidak teratur,
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
b. Segera berikan pengobatan tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT
sisipan).
c. Lakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT tahap
lanjutan satu bulan.
d. Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan pemeriksaan
uji kepekaan obat.
e. Bila pemeriksaan uji kepekaan obat tidak memungkinkan, lanjutkan
pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5).

a.2. Pada pasien yang mendapat pengobatan dengan paduan OAT


kategori 2
 Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur? Apabila tidak teratur,
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
f. Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR
g. Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan
TB MDR
h. Apabila pemeriksaan uji kepekaan obat tidak bisa dilakukan atau dirujuk ke
RS Pusat Rujukan TB MDR, segera berikan pengobatan tahap lanjutan
(tanpa pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak kembali pada
akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

b. Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :


 Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan
pengobatan tahap lanjutan
 Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan
ke 5 dan Akhir Pengobatan)

2. Akhir bulan ke lima pengobatan:


Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya
dilakukan pada bulan ke 5.
 Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, baik pada
pasien baru atau pengobatan ulang, lanjutkan pengobatan sampai
seluruh dosis pengobatan selesai diberikan
 Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan
dinyatakan gagal dan pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB
MDR. Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR

3. Akhir pengobatan (AP)


Pemeriksaan dahak ulang pada akhir pengobatan dilakukan pada pada akhir
bulan ke 6 pengobatan bagi pasien TB Paru baru BTA positif yang diobati dengan
paduan OAT kategori 1 dan pada akhir bulan ke 7 bagi pasien dengan pengobatan
paduan OAT kategori 2..
Tindak lanjut atas dasar hasil pemeriksaan ulang dahak mikroskopis dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

2. Pasien TB Ekstraparu
Untuk pasien TB ekstra paru, pemantauan kondisi klinis merupakan cara
menilai kemajuan hasil pengobatan (Standar 10. ISTC). Sebagaimana pada
pasien TB BTA negatif, perbaikan kondisi klinis antara lain peningkatan berat
badan pasien merupakan indikator yang bermanfaat.

Sekarang saya tahu


Bahan diskusi
Tugas
Test

KEGIAN BELAJAR 9
SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 9
PEMANTAUAN TATALAKSANA PASIEN BEROBAT TIDAK TERATUR

Seperti telah disebutkan dalam pembelajaran sebelumnya,


bahwa dalam tatalaksana pasein TB harus dilakukan dengan
Pengawasan Menelan Obat (PMO), kemudian mengawasi efek
samping obat jika terjadi dan yang paling penting adalah
memastikan pasien TB dapat berobat dengan teratur sampai sembuh.
Untuk pasien TB yang berobat tidak teratur perlu pemantauan tatalaksana tertentu
sesuai dengan lama pasien TB tersebut putus berobatnya.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami tatalaksana
pasien berobat tidak teratur.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu menjelaskan tatalaksana
pengobatan pada pasien TB yang berobat tidak teratur

POKOK MATERI

Tatalaksana pada pasien TB berobat tidak teratur:


Pengertian pengobatan tidak teratur didalam tatalaksana pasien TB
adalah: apabila pasien menghentikan sendiri pengobatan yang sedag dijalaninya
(putus berobat) dalam jangka waktu tertentu:

 putus berobat selama kurang dari 1 bulan


 putus berobat antara 1 – 2 bulan
 putus berobat lebih dari 2 bulan atau Loss to follow-up

Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada tabel dibawah ini yang menggambarkan
beberapa tindakan pada pasien yang putus berobat
URAIAN MATERI

Tindakan pada pasien yang putus berobat selama kurang dari 1 bulan
 Dilakukan pelacakan pasien
 Diskusikan dengan pasien untuk mencari faktor penyebab putus berobat
 Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi *
Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1 – 2 bulan
Tindakan pertama Tindakan kedua
 Lacak pasien Apabila hasilnya
 Diskusikan dengan BTA negatif atau
Lanjutkan pengobatan dosis yang tersisa
pasien untuk mencari pada awal
sampai seluruh dosis pengobatan terpenuhi
faktor penyebab pengobatan adalah
*
putus berobat pasien TB ekstra
 Periksa dahak SPS paru
dan melanjutkan Total dosis Lanjutkan pengobatan dosis
pengobatan pengobatan yang tersisa sampai seluruh
sementara menunggu sebelumnya dosis pengobatan terpenuhi
hasilnya ≤ 5 bulan *
 Kategori 1 :
1. Lakukan pemeriksaan
Apabila salah satu
tes cepat
atau lebih hasilnya
Total dosis 2. Berikan Kategori 2 mulai
BTA positif
pengobatan dari awal **
sebelumnya  Kategori 2 :
≥ 5 bulan Lakukan pemeriksaan
tes cepat atau dirujuk
ke RS Pusat Rujukan TB
MDR ***
Tindakan pada pasien yang putus berobat 2 bulan atau lebih (Loss to follow-up)
Keputusan pengobatan selanjutnya ditetapkan
 Lacak oleh dokter tergantung pada kondisi klinis pasien,
pasien apabila:
 Diskusikan 1. sudah ada perbaikan nyata: hentikan
Apabila hasilnya BTA
dengan pengobatan dan pasien tetap diobservasi.
negatif atau pada awal
pasien Apabila kemudian terjadi perburukan kondisi
pengobatan adalah
untuk klinis, pasien diminta untuk periksa kembali
pasien TB ekstra paru
mencari atau
faktor 2. belum ada perbaikan nyata: lanjutkan
penyebab pengobatan dosis yang tersisa sampai seluruh
putus dosis pengobatan terpenuhi *
berobat Kategori 1
 Periksa Dosis pengobatan Berikan pengobatan Kat.
dahak SPS sebelumnya < 1 bln 1 mulai dari awal
dan atau Dosis pengobatan Berikan pengobatan Kat.
tes cepat Apabila salah satu atau
sebelumnya > 1 bln 2 mulai dari awal
 Hentikan lebih hasilnya BTA
Kategori 2
pengobata positif dan tidak ada
Dosis pengobatan Berikan pengobatan Kat.
n bukti resistensi
sebelumnya < 1 bln 2 mulai dari awal
sementara Dosis pengobatan Dirujuk ke layanan
menunggu sebelumnya > 1 bln spesialistik untuk
hasilnya pemeriksaan lebih lanjut
Apabila salah satu atau Kategori 1 maupun Kategori 2
lebih hasilnya BTA Dirujuk ke RS pusat rujukan TB MDR
positif dan ada bukti
resistensi

Selamat anda telah menyelesaikan materi pembelajaran


ke 9, mengenai pemantauan tatalaksana pasien berobat
tidak teratur, semoga anda dapat memahaminya!!!

Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…


Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Selanjutnya kita akan memasuki uraian materi pembelajaran 10. Mari kita
simak uraian materi berikut ini.

SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 10


PENETAPAN HASIL AKHIR PENGOBATAN
Dalam tatalaksana pasien TB, pasien TB mempunyai beberapa
kriteria hasil pengobatan dimulai dari kriteria yang diharapkan yaitu
sembuh sampai dengan kriteria yang tidak kita inginkan seperti
tidak terevaluasi, default dan lain sebagainya.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami cara
menetapkan hasil akhir pengobatan

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu menjelaskan cara
menetapkan hasil akhir pengobatan pasien TB

POKOK MATERI
Penetapan hasil akhir pengobatan pasien TB

Setelah mengetahui tujuan pembelajaran, baik pembelajaran khusus


maupun pembelajaran khusus, kita lanjutkan uraian materinya!!!

URAIAN MATERI
Tabel dibawah ini menggambarkan beberapa Hasil Pengobatan Pasien TB
Hasil Definisi
pengobatan
Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis
Sembuh positif pada awal pengobatan, pemeriksaan bakteriologis
negatif pada akhir pengobatan ditambah satu
pemeriksaan sebelumnya.

Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara


Pengobatan lengkap, dimana satu pemeriksaan bakteriologis sebelum
lengkap akhir pengobatan hasilnya negatif (pemeriksaan bulan ke
2 atau bulan ke 5), dan pada akhir pengobatan tidak ada
hasil pemeriksaan bakteriologis.

Pasien yang hasil pemeriksaan bakteriologis dahaknya


tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke 5
atau lebih selama pengobatan, atau selama dalam
Gagal
pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya resistensi terhadap OAT.

Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum


memulai pengobatan atau selama masa pengobatan.

Putus berobat Pasien TB yang tidak pernah memulai pengobatannya,


(loss to follow-up) atau yang pengobatannya terputus selama 2 bulan atau
lebih.

Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir


pengobatannya. Termasuk dalam kriteria ini adalah
”pasien pindah (transfer out)” ke faskes/kabupaten/kota
Tidak dievaluasi
lain dimana hasil akhir pengobatannya tidak dilaporkan
kembali kepada faskes/kabupaten/kota yang merujuk.

Selamat !!! anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 10


mengenai hasil pengobatan, semoga anda tidak termasuk
dalam mengobati pasien TB dengan kriteria gagal,
putus berobat bahkan menyebabkan pasien TB sampai
meninggal dunia. Semoga!!!
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..
SELAMAT DATANG DI KEGIATAN BELAJAR 11
LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TB

Logistik Program Pengendalian Tuberkulosis (P2TB)


Contoh Logistik OAT
merupakan komponen yang penting dalam program
dan non OAT pengendalian TB agar kegiatan program dapat
dilaksanakan, baik di Pusat dan Dinas Kesehatan maupun di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Faskes). Untuk itu perlu
dilakukan pengelolaan logistik P2TB dengan baik sehingga
ketersediaan dan kualitasnya terjamin.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami Logistik
Program Pengendalian TB (P2TB).

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu menjelaskan logistik
P2TB:
1. Pengertian logistik P2TB
2. Jenis-jenis logistik P2TB.
3. Jejaring pengelolaan Logistik P2TB
4. Perencanaan kebutuhan logistik P2TB

POKOK MATERI

1. Pengertian logistik P2TB


2. Jenis-jenis logistik P2TB.
3. Jejaring pengelolaan Logistik P2TB
4. Perencanaan kebutuhan logistik P2TB

Selanjutnya kita akan memasuki uraian materi pembelajaran 11. Mari


disimak uraian materi berikut ini.
URAIAN MATERI

1. Pengertian Logistik P2TB.


Logistik P2TB adalah seluruh rangkaian proses pengelolaan logistik P2TB mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan
bahan dan alat kesehatan untuk menunjang kegiatan P2TB, mulai dari proses
penegakan diagnosis sampai dengan pasien menyelesaikan pengobatannya.

Logistik Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah semua jenis OAT yang
digunakan untuk mengobati pasien TB dan TB resistan obat.

Logistik Non OAT adalah semua jenis bahan dan alat kesehatan selain OAT
yang digunakan untuk mendukung tatalaksana pasien TB dan TB resistan obat.

Anda sudah mengetahui tentang pengertian logistik P2TB, baik


logistik OAT maupun logistik non OAT, selanjutnya anda harus juga
mengetahui jenis-jenis OAT baik jenis logistik OAT maupun non OAT.
Mari kita lanjutkan pembelajaran.

2. Jenis-jenis Logistik P2TB.


Jenis-jenis logistik P2TB dibagi dalam 2 jenis, yaitu: Obat Anti TB (OAT) dan
Non OAT.

a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT).


Jenis-jenis OAT yang digunakan Program Pengendalian TB (P2TB di
Indonesia adalah seluruh jenis OAT ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
R.I. berdasarkan rekomendasi dari Komite Ahli (KOMLI) dengan
memperhatikan paduan OAT yang direkomendasikan oleh WHO.
OAT yang digunakan P2TB adalah:
 Lini pertama: Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol
(E) dan Streptomisin (S).
 Lini kedua: Kanamycin (Km), Capreomycin (Cm), Levofloxacin (Lfx),
Moxifloxacin (Mfx), Ethionamide (Eto), Cycloserin (Cs) dan Para Amino
Salicylic (PAS).

Paket OAT ini dikemas dalam dua jenis kemasan, yaitu: kemasan Kombinasi
Dosis Tetap (KDT)/Fix Dose Combination (FDC) dan kemasan Kombipak.

 Paket OAT KDT/FDC adalah paket OAT yang dalam setiap tablet OAT-
mengandung beberapa jenis OAT yang digunakan untuk paduan
pengobatan TB. Paket OAT KDT terdiri dari 4KDT yang dalam satu kaplet
mengandung 4 macam OAT (HRZE) dan 2KDT yang dalam satu kaplet
mengandung 2 macam OAT (HR).

 Paket Kombipak adalah paket OAT lepas dari setiap jenis OAT yang
digunakan untuk paduan pengobatan TB.

Contoh paket Kategori I OAT-KDT.


Kotak paket OAT-KDT Isi:kotak 4KDT dan 2KDT

Blister 4KDT @ 28 tablet Blister 2KDT @ 28 tab

Paduan paket OAT disediakan oleh Program Nasional Pengendalian


Tuberkulosis adalah:

 Paket KDT OAT Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3


 Paket KDT OAT Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
 Paket KDT OAT Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR)
 Paket Kombipak Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
 Paket Kombipak Kategori Anak : 2HRZ/4HR

Obat Anti TB (OAT) Resistan Obat/RO/MDR.


Dalam pelayanan pengobatan pasien TB resistan obat, Program Nasional
Pengendalian TB (Kemenkes R.I) menyediakan paduan OAT dalam
bentuk paduan individual yang terdiri dari beberapa OAT lini kedua
ditambah OAT lini pertama yang masih sensitif.

Paduan pengobatan pasien TB RR/MDR yang digunakan Program


Nasional Pengendalian Tuberkulosis adalah:

Km – Lfx – Eto – Cs – Z - (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)

Sediaan dari OAT lini kedua dan lini pertama yang digunakan untuk
paduan OAT RR/MDR yang disediakan adalah:
Nama OAT Dosis Bentuk

Kanamycin (Km) 1000 mg vial

Capreomycin (Cm) 1000 mg vial

Levofloxacin (Lfx) 250 mg tablet

Moxifloxacin (Mfx) 400 mg tablet

Ethionamide (Eto) 400 mg tablet

Cycloserin (Cs) 250 mg kapsul

Para Amino Salicylic (PAS) 2g sachet

Pirasinamid (Z) 500 mg tablet

Etambutol (E) 400 mg tablet

Anda sudah mengetahui tentang Jenis-jenis logistik P2TB, Jenis-jenis


Logistik Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari lini pertama
(OAT tidak resistan) dan lini kedua (OAT RO/MDR), selanjutnya anda
harus juga mengetahui logistik non OAT. Mari kita lanjutkan dengan
pembelajaran mengenai logistik non OAT.

b. Logistik Non OAT


Logistik Non OAT yang digunakan dalam P2TB adalah seluruh jenis logistik
selain OAT yang digunakan dalam pelayanan pasien TB maupun pasien TB
resistan obat.

1) Logistik Non OAT untuk pasien tidak Resistan Obat


Logistik Non OAT yang digunakan P2TB dibagi dalam dua kelompok, yaitu
barang habis pakai dan tidak habis pakai.
a) Logistik Non OAT habis pakai antara lain adalah:
 Bahan-bahan laboratorium TB, seperti: Reagensia, Pot Dahak, Kaca
sediaan, Oli Emersi, Ether Alkohol, Tisu, Sarung tangan, Lysol, Lidi,
Kertas saring, Kertas lensa, dll.
 Formulir pencatatan dan pelaporan TB, seperti: TB.01 s/d TB.13.

b) Logistik Non OAT tidak habis pakai antara lain adalah:


 Alat-alat laboratorium TB, seperti: mikroskop binokuler, Ose, Lampu
spiritus/bunsen, Rak pengering kaca sediaan (slide), Kotak
penyimpanan kaca sediaan (box slide), Safety cabinet, Lemari/rak
penyimpanan OAT, dll
 Barang cetakan lainnya seperti buku pedoman, buku panduan, buku
petunjuk teknis, leaflet, brosur, poster, lembar balik, stiker, dan lain-
lain.

2) Logistik Non OAT untuk pasien Resistan Obat


Logistik Non OAT resistan obat yang digunakan P2TB dibagi dalam dua
kelompok, yaitu barang habis pakai dan tidak habis pakai.
a) Logistik Non OAT resistan obat habis pakai antara lain adalah:
 Cartridge GeneXpert
 Masker bedah
 Respirator N95
 Formulir Pencatatan dan Pelaporan TB & MDR
b) Logistik Non OAT resistan obat tidak habis pakai antara lain adalah:
 Alat-alat laboratorium TB resistan obat, seperti: mikroskop binokuler,
Ose, Lampu spiritus/bunsen, Rak pengering kaca sediaan (slide),
Kotak penyimpanan kaca sediaan (box slide), Safety cabinet,
Lemari/rak penyimpanan OAT, dll
 Barang cetakan lainnya seperti buku pedoman, buku panduan, buku
petunjuk teknis, leaflet, brosur, poster, lembar balik, stiker, dan lain-
lain.

Hebat !!! Anda sudah mengetahui tentang Logistik non OAT, yang terdiri
dari logistik non OAT non resistan dan logistik non OAT RR/MDR.
Baiklah selain anda mengetahui mengenai logistik OAT dan non OAT,
anda di haruskan mengetahui jejaring pengelolaan logistik P2TB.

3. Jejaring Pengelolaan Logistik P2TB.


Pengelolaan logistik P2TB dilakukan pada setiap tingkat pelaksana program
pengendalian TB, yaitu mulai dari tingkat Pusat, Dinkes Provinsi, Dinkes
Kab/Kota sampai dengan di Faskes, baik Rumah Sakit, Puskesmas maupun DPM
yang melaksanakan pelayanan pasien TB dengan strategi DOTS.

Jejaring pengelolaan logistik TB di faskes, baik OAT maupun Non OAT adalah
seperti gambar dibawah ini:
Jejaring Pengelolaan Logistik TB.
Dinkes Provinsi Instalasi Farmasi Provinsi
(IFP)

Dinkes Kab/kota Instalasi Farmasi


Kab/Kota(IFK)

Puskesmas

Dokter Praktik Mandiri Klinik Swasta


(DPM)

Keterangan:
Alur distribusi OAT
Alur permintaan dan pelaporan OAT

Keterangan:
Dokter Praktik Mandiri (DPM) dan klinik akan memperoleh logistik melalui
Puskesmas pembina wilayah tempat/lokasi DPM/Klinik tersebut.

Selamat !!! anda telah mengetahui jejaring pengelolaan logistik P2TB.


Mari kita lanjutkan ke pembelajaran mengenai bagaimana
perencanaan logistik P2TB.

4. Perencanaan kebutuhan logistik program TB.


Perencanaan kebutuhan logistik P2TB meliputi proses penilaian kebutuhan,
menentukan sasaran, dan sumber daya yang akan digunakan.

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan perencanaan kebutuhan


logistik program TB adalah:
a. Menyiapkan data yang dibutuhkan dalam merencanakan logistik P2TB,
antara lain: data pasien TB yang diobati dan jumlah logistik yang digunakan
3 bulan sebelumnya, stok logistik yang masih bisa dipakai dan sumber dana.
b. Menentukan jenis logistik yang dibutuhkan yang berhubungan dengan
kegiatan teknis seperti OAT, formulir pencatatan pelaporan dll sesuai
dengan ketentuan P2TB.
c. Perencanaan logistik dihitung sesuai kebutuhan dengan memperhitungkan
sisa stok logistik yang masih ada dan masih dapat dipergunakan (belum
Kadaluarsa atau rusak).
d. Pelaksanaan perencanaan kebutuhan logistik disesuaikan dengan jadwal
penyusunan anggaran disetiap tingkat pemerintahan di Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pusat.

Perencanaan OAT
Perencanaan kebutuhan setiap jenis/kategori OAT didasarkan penemuan
kasus, dengan memperhitungkan tipe penemuan pasien 3 bulan lalu, jumlah
stok yang ada dan masa tunggu (lead time).
Pastikan di tempat anda tersedia paket OAT Dewasa maupun OAT Anak yang
cukup untuk semua pasien TB yang akan memulai pengobatannya pada
triwulan yang akan datang.
Perkiraan jumlah pasien yang akan ditemukan triwulan yang akan datang
adalah sama atau hampir sama dengan jumlah pasien TB pada triwulan yang
lalu. Oleh sebab itu harus diperhitungkan kebutuhan OAT berdasarkan
perkiraan kasus yang akan ditemukan pada triwulan yang akan datang
ditambah cadangan untuk 1 bulan.

Stok cadangan OAT (buffer-stock) disediakan untuk mengatasi adanya


kemungkinan penambahan kasus TB diluar perkiraan pada triwulan berikutnya
atau untuk mengantisipasi jika terjadi keterlambatan pengiriman OAT dari
kabupaten/kota.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan di atas, maka OAT yang diajukan ke


kabupaten/kota setiap triwulan adalah sebagai berikut:

Jumlah OAT diajukan = Kebutuhan 1 triwulan + Cadangan 1 bulan -


sisa stok yg ada

Dalam mengajukan permintaan OAT DPM menggunakan formulir yang


disediakan oleh Puskesmas/Dinkes Kab/Kota.

Contoh:
DPM Mahesa pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengobati pasien
kategori 1 sebanyak 6 orang, sedangkan stok OAT Kat.1 yang ada sebanyak 1
paket.
 Pasien 6 orang = 6 paket,
 Cadangan 1 bulan yaitu 6 x 1/3 = 2 paket,
 Stok = 1 paket,

Maka OAT Kat. 1 yang diajukan = 6 + 2 – 1 = 7 paket

OAT Kombipak disediakan oleh pengelola program TB di kabupaten/kota


untuk pengganti OAT KDT bagi pasien TB yang mengalami efek samping OAT
KDT.

SELAMAT !!!! anda telah menyelesaikan pembelajaran ke 10


mengenai logistik program pengendalian TB yang terdiri
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..
KEGIATAN BELAJAR 12
PENGISIAN FORMAT TB 01 DAN TB.02

Dalam pelaksanaan tatalaksana pasien TB khususnya


pengobatan TB diperlukan monitoring dan evaluasi
dalam bentuk sistem pencatatan dan pelaporan baku yang
dilakukan dengan baik dan benar, sehingga diperoleh data
yang valid, yang dapat diolah, dianalisis, diinterpretasi.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu memahami pengisian
format TB 01 dan TB 02.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS:


Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, peserta mampu melakukan pengisian
format pencatatan TB untuk pengobatan, yang terdiri dari :
1. Formulir TB. 01.
2. Formulir TB. 02.

POKOK MATERI

Format pencatatan untuk pengobatan pasien TB:


1. Formulir TB.01
2. Formulir TB.02

Anda telah mengetahui tujuan pembelajaran 12, yaitu mengenai


pencatatan TB untuk pengobatan, selanjutnya mari kita pelajari formulir-
formulir tersebut dengan sebaik-baiknya.

URAIAN MATERI
Pencatatan dalam kegiatan pengobatan dimulai setelah suspek TB ditegakkan
diagnosisnya sebagai pasien TB dan pasien memutuskan untuk berobat ditempat
anda.
Anda atau perawat yang membantu anda akan melakukan pencatatan dengan
mengisi TB.01 sebagai bentuk rekam medis untuk dapat mengikuti perkembangan
penyakit maupun hasil pengobatan pasien TB.
Pengisian Kartu Pengobatan (TB.01) diikuti dengan pengisian Kartu Identitas Pasien
(TB.02).
Formulir TB.01 (Kartu Pengobatan Pasien TB). Kartu ini disimpan di poli faskes.
PETUNJUK CARA PENGISIAN FORMULIR PENCATATAN DAN PELAPORAN

(Kartu Pengobatan Pasien TB) Formulir TB 01.

Kartu ini disimpan di Fasilitas Kesehatan (Puskesmas, RS, BBKPM/BKPM/BP4 dan


lain-lain) dimana penderita tersebut mendapat pengobatan.
Nama pasien : Tulis nama lengkap pasien.
No. Telp./HP : Bila ada tulis nomor telepon pasien yang
dapat dihubungi
Alamat lengkap : Tulis alamat lengkap pasien
Nama pengawas : Tulis lengkap, kemudian dalam kurung tulis
menelan obat/ PMO status PMO tersebut, misalnya: petugas
kesehatan, kader terlatih, dll.
No Telp./HP : Bila ada tulis nomor telepon PMO yang dapat
dihubungi
Alamat lengkap PMO : Tulis alamat lengkap PMO
Tahun : Tahun mulai pengobatan pasien
Nama Faskes : Tulis nama lengkap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang memberi pelayanan
pengobatan

Kabupaten/Kota dan : Tulis nama Kabupaten Kota dan Provinsi


Provinsi lokasi Faskes

No. Reg. TB.03 Faskes : Diisi oleh petugas di Fasilitas Kesehatan dan
dan No Reg TB.03 Kab Reg Kab/Kota diisi oleh Wasor Kab/Kota,
setiap awal tahun dimulai dari 001, dst

Nomor Identitas : Isi dengan NIK yang ada pada KTP pasien
Kependudukan (NIK)
Jenis kelamin : Beri tanda  pada kotak yang sesuai.

Tanggal Lahir : Tulis tanggal bulan dan tahun lahir pasien.

Umur : Tulis umur dalam tahun dan bulan

Berat Badan : Tulis Berat Badan pasien dalam Kg

Tinggi Badan : Tulis Tinggi Badan pasien dalam cm

Riwayat pengobatan ; Beri tanda rumput pada kotak yang sesuai


sebelumnya
Parut BCG : Beri tanda  pada kotak yang sesuai.

Skoring TB Anak : Beri tanda lingkaran pada keadaan dan nilai


yang sesuai
Pemeriksaan Lain-lain : Isi dengan hasil pemeriksaan yang sesuai

Catatan : Tulis hasil pemeriksaan lain yang dilakukan


misalnya foto toraks, tulis nomor dan tanggal
pemeriksaan dan kesimpulan hasil bacaannya,
demikian juga hasil pemeriksaan lain seperti
biopsi, kultur, skoring TB anak, semua
informasi pada tahap awal, dll.

Klasifikasi penyakit : Beri tanda  pada kotak yang sesuai. Jika


berdasarkan Riawayat pasien merupakan pasien pindahan, tulislah
Penyakit sebelumnya asal faskes dan lokasi nya dengan lengkap

Klasifikasi penyakit : Beri tanda  pada kotak yang sesuai. Jika


berdasarkan lokasi pilihan pada kotak ekstraparu, tulislah dimana
Anatomis dan Penyakit lokasinya, misalnya kelenjar limfe.

Hasil pemeriksaan : Hasil tersebut harus ditulis sesuai baris dari


dahak bulan pemeriksaan yang dilakukan, misalnya
baris bulan 0 (awal) untuk pemeriksaan awal
(kepentingan diagnosis). Baris bulan ke 2
untuk pemeriksaan pada akhir bulan ke 2,
dan seterusnya.

Tanggal : Adalah tanggal gradasi positif tertinggi

No. Reg. Lab : Nomor Register Lab sesuai formulir TB.05


yang dikirim kembali ke anda.

BTA : Tulis hasil tingkat positif (gradasi) yang


tertinggi (misal : 3+).

Untuk scanty: tulis jumlah kuman (misal: 3


BTA)

BB (kg) : Berat badan penderita (dalam kg).

Kategori OAT dan : Beri tand rumput  pada kotak yang sesuai
Sediaan Obat

Tahap Awal : Beri tanda  pada kotak kategori obat yang


sesuai.

Kolom pemberian obat : Di kolom bulan, tulis nama bulan


pengobatan. Di kotak-kotak tanggal, beri
tanda  jika pasien datang mengambil obat
atau pengobatan dibawah pengawasan
petugas. Jika obat dibawa pulang dan
ditelan sendiri dirumah, beri tanda 
(garis lurus) pada kotak-kotak tersebut
sebanyak dosis harian obat yang diberikan,
misalnya diberi 5 dosis maka beri tanda
garis lurus pada 4 kotak.
Contoh :

tanggal 6 7 8 9 10 11 12 13

tanda  

Tahap Lanjutan : Beri tanda  pada kotak kategori obat


yang sesuai.

Kolom pemberian : Cara pengisiannya hampir sama seperti


obat pada tahap awal. Pada kotak tanggal
beri tanda  jika penderita datang
mengambil obat atau pengobatan
dibawah pengawasan petugas
kesehatan. Beri tanda  (strip) pada
setiap “kotak-tanggal” dimana obat
akan diminum dan diberikan untuk
dibawa pulang.

Contoh :

tanggal 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18

 
tanda

Catatan : Disediakan untuk menulis informasi lain yang
dianggap penting dari penderita tsb.

Hasil akhir pengobatan : Tulislah tanggal hasil akhir pengobatan dalam


kotak yang sesuai.

Pasien dengan Ko-Infeksi TB-HIV

Riwayat tes HIV : Beri tanda √ pada kotak yang tersedia

Tanggal tes HIV : Bila pasien TB pernah melakukan riwayat tes


terakhir HIV, tulis tanggal tes HIV yang terakhir

Hasil : Beri tanda √ pada kotak yang tersedia


berdasarkan hasil tes HIV yang terakhir

Layanan Konseling : Kolom-kolom pada kotak layanan konseling dan


dan Tes Sukarela tes sukarela diisi bila pasien melakukan tes HIV,
adalah sebagai berikut:

Tgl. dianjurkan : Tulis tanggal pasien dianjurkan/ditawarkan untuk


tes HIV

Tgl. pre tes : Tulis tanggal pelaksanaan pre tes


konseling konseling/pemberian informasi awal tentang HIV

Tempat tes : Tulis tempat pelaksanaan tes

Tgl. tes : Tulils tanggal pelaksanaan tes

Hasil Tes : Tulis “R” bila hasil tes reaktif (positif); “NR” bila
hasil tes non reaktif (negatif) dan “I” bila hasil
indeterminate (belum pasti)

Tgl. pasca tes : Tulis tanggal pelaksanaan paska tes konseling/


konseling membuka hasil tes

Layanan PDP : Diisi untuk pasien TB HIV yang sudah mendapat


pengobatan
Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…
Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

Formulir TB.02 (Kartu Identitas Pasien TB) :

Kartu TB.02 adalah kartu yang disimpan oleh pasien. Pada kartu ini tercatat identitas
pasien, paduan obat yang diberikan kepada pasien, jumlah obat yang telah diberikan
kepada pasien, tanggal harus kembali, tanggal pemeriksaan ulang dahak, dan catatan
lain oleh dokter atau perawat.

Cara pengisian halaman depan cukup jelas.


Ikuti cara pengisian identitas dll sepert informasi yang sudah ditulis pada pada TB.01

Untuk paduan OAT yang diberikan tulis paduan obat bukan kategori pengobatan

Cara pengisian halaman belakang :


Tanggal : Tulis tanggal kunjungan pasien sekarang

Tahap pengobatan : Tulis awal atau lanjutan sesuai dengan tahap


pengobatan yang diberikan.

Jumlah obat yang : Tulis jumlah tablet pada dosis harian yang diberikan
diberikan termasuk jumlah yang dibawa pulang

Tanggal harus kembali : Tulis tanggal yang diminta pasien harus kembali untuk
mendapat pengobatan.

Tanggal perjanjian : Cukup jelas


untuk pemeriksaan
dahak ulang
Catatan penting oleh : Tulis catatan lain yang penting diketahui oleh penderita
dokter atau perawat

SELAMAT !!!! anda telah menyelesaikan pembelajaran ke 12


mengenai Pengisian Format TB. 01 dan TB.02. Anda telah
menyelesaikan modul pengobatan dengan baik. Lanjutkan
untuk modul selanjutnya.

Sekarang saya tahu ……………………………………………………………………..…


Bahan diskusi ……………………………………………………………………………….
Tugas …………………………………………………………………………………………
Test …………………………………………………………………………………………..

You might also like