14 61 1 PB PDF

You might also like

You are on page 1of 12

Karateristik Campuran Aspal Panas

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PANAS (ASPHALT CONCRETE-BINDER


COURSE) MENGGUNAKAN ASPAL POLIMER

Oleh:
Bambang Edison

Abstract

Nearly 99% of Indonesia's flexible pavement made of bituminous mixtures. Damage to the
pavement road in general is cracking and permanent deformation. Therefore, the use of additive
(additive) on the hot asphalt mix is one way to resolve the issue. One of the ingredients that can
improve the quality of pavement is to use materials with a polymer modified bitumen (asphalt
modifier).
This study aimed to analyze the characteristics of Marshall from the use of asphalt with the
addition of polymer additives Starbit E-55 brands in the mix (AC-BC) through the Marshall with
the durability testing modifications.
To get the mix AC-BC with a good performance it is recommended ranges used asphalt
content range should be between 4.9% -5.0%. The test results on the parameters of the AC-BC
Marshall mix using asphalt Starbit E-55 has good characteristics, such as VIM values are (4.453%)
for AC-BC mix with asphalt Starbit E-55, VIM value is a space where the shift of aggregate and
asphalt pavement when the temperature rises, this will prevent the occurrence of bleeding.
Meanwhile, standard Marshall test results of AC-BC mix with asphalt Starbit E-55 obtained
stability was 1160.2 kg. Lower flow value of 2.60 mm for AC-BC mix with asphalt Starbit E-55 is
also a parameter that mix with the AC-BC Starbit more durabel E-55, next will be more resistant to
the possibility of deformation. For the stability to the rest of the mix was an AC-BC that uses
asphalt Starbit E-55 at 1097.6 Kg, with differences in strength of the remaining 90.25% and
84.49%.
Overall, the mix was an AC-BC that uses asphalt Starbit more durabel E-55, making it more
resistant to traffic load repetitions and not easily changed due to changes in temperature or low
susceptibility.

Keyword: Polimer, characteristics of Marshall, durability testing modifications.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dataran rendah di pulau Jawa, adalah penuaan dini (cracking) dan deformasi
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua permanen (bleeding). Aspal mempunyai
merupakan daerah sentra-sentra pertumbuhan pengaruh yang cukup besar dalam dalam suatu
ekonomi di Indonesia. Suatu hal yang campuran beraspal, karenanya penentuan
terpenting dalam mendukung kegiatan pada grade aspal perlu disesuaikan dengan kondisi
daerah tersebut adalah jalan raya. Tetapi hal iklim dan temperatur dimana aspal tersebut
yang kurang menguntungkan adalah bahwa akan digunakan.
kondsi iklim yang kurang stabil menyebabkan Oleh sebab pada daerah beriklim
pada waktu musim penghujan, pada daerah- tropis seperti Indonesia, diperlukan campuran
daerah tersebut lapisan perkerasan jalannya aspal yang dapat mempertahankan stabilitas,
terendam air. Hampir 99% perkerasan jalan di fleksibilitas dan durabilitas. Salah satu
Indonesia terbuat dari campuran beraspal. kelemahan aspal Pertamina penetrasi 60/70
Kerusakan perkerasan jalan pada umumnya adalah titik lembeknya hanya mencapai 48º C

Page 60 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010


Karateristik Campuran Aspal Panas

– 49 º C, hal ini merupakan batas minimal situasi ini. Oleh sebab itu perlu diproduksi
atau berada pada batas ambang bawah dari aspal yang mampu memenuhi keperluan aspal
spesifikasi yang ditetapkan Bina Marga. Selain dengan ketahanan tinggi seperti diatas, cukup
itu aspal pertamina pen 60/70 mempunyai ekonomis dan mudah pelaksanaannya.
keleketan yang rendah karena kandungan Kerusakan perkerasan dapat
nitrogennya yang sangat kecil. Hal inilah yang didefinisikan sebagai manifestasi akibat dari
menyebabkan hotmix di sebagian besar terlampauinya batas-batas kemampuan
perkerasan beraspal di Indonesia mutunya masing-maing elemen perkerasan jalan.
sangat rendah. Dilihat dari sumber penyebab kurasakan,
Selain itu akibat dari repetisi beban kerusakan perkerasan dapat dikelompokkan
yang berulang-ulang, temperatur permukaan dalam dua kategori ’kerusakan teknis’ dan ’
jalan yang tinggi dan pengaruh air yang kerusakan wajar’.
merembes diantara aspal dan batuan juga Kerusakan wajar, adalah kerusakan
merupakan penyebab terjadinya kerusakan yang terjadi akibat dilampauinya tegangan
pada perkerasan jalan. Untuk meminimalkan kritis tertentu pada lapisan-lapisan perkerasan
hal tersebut, diperlukan upaya peningkatan oleh tegangan yang timbul akibat
kualitas perkerasan jalan dengan menggunakan pembebanan yang berulang. Beban lalu lintas
bahan pembentuk campuran beraspal yang akan mengakibatkan lendutan dan regangan,
sesuai dengan kondisi perkerasan saat ini. baik dilapisan perkerasan maupun pada tanah
Untuk itu maka penggunaan aspal dasarnya, yang bersifat sesaat, yaitu pada saat
modifier pada campuran beraspal panas beban lalu lintas berada diatasnya. Akumulasi
merupakan salah satu cara untuk mengatasi dari regangan-regangan tetap ini, selama masa
masalah tersebut. Penggunaan aspal modifier layanan akan menimbulkan deformasi dan
diharapkan akan meningkatkan efek stabilitas retakan-retakan pada perkerasan atau dengan
dan fleksibilitas hotmix. kata lain timbul kerusakan pada perkerasan.
Bahan aspal dalam perkerasan jalan Kerusakan teknis yaitu kerusakan
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat yang terjadi akibat tegangan-tegangan, yang
batuan baik agregat maupun filler menjadikan bukan secara langsung bersumber dari repetisi
hal yang sangat penting untuk dipertahankan beban lalu lintas, misalnya oleh perbedaan
kemampuannya terhadap kelekatan, titik temperatur, pemampatan, konsolidasi tanah
lembek dan kelenturannya. Akan tetapi dengan dasar, susut muai, pengembangan, kehilangan
semakin majunya proses teknologi kilang daya ikat, reaksi kimia, longsoran dan
maka semakin banyak short residu yang bencana-bencana lainnya.
merupakan bahan dasar aspal diarahkan Kita ketahui bahwa pada musim
menjadi pelumas. Salah satu syarat pelumas hujan, permukaan aspal tidak selalu dalam
adalah tidak ada parafin, kandungan parafin kondisi kering maka permukaan aspal akan
yang merupakan kandungan short residu tergenang atau dibasahi oleh air. Sebagaimana
terbuang dan tercampur dalam aspal. Dampak sifat air pada dasarnya lebih menyukai air dari
dari situasi ini adalah tingginya kadar parafin pada aspal oleh karena itu aspal yang
dalam aspal, yang menurunkan daya ikat kelengketannya rendah, air akan mudah sekali
aspal, titik lembek dan kelenturan pada masuk dan mengusir aspal yang melekat pada
perkerasan aspal. Guna mengantisipasi agregat.
dampak berkurangnya daya ikat aspal maka
diperlukan modikasi terhadap aspal. Salah
satunya adalah dengan menggunakan aspal
polimer.
Semakin mendesaknya keperluan
akan lapis perkerasan jalan yang memiliki
ketahanan lebih terhadap cuaca (panas dan
hujan), beban kendaraan yang berat dan lalu
lintas yang padat, diperlukan suatu terobosan Gambar 1. Daya tarik air pada perkerasan
baru terhadap bahan aspal yang memenuhi jalan.

Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 61
Karateristik Campuran Aspal Panas

Tujuan dari modifikasi aspal dengan 2.2. Acuan Normatif


polimer adalah (1) Agar aspal/binder lebih
lunak pada temperatur rendah sehingga Metode pengujian tentang
mengurangi potensi cracking; (2) Agar SNI 03-1968-1990 analisis saringan agregat
aspal/binder lebih kuat dan kaku pada halus dan kasar
temperatur tinggi sehingga mengurangi potensi Metode pengujian berat jenis
SNI 03-1969-1990 dan penyerapan air agregat
rutting; (3) Mengurangi viskositas pada
kasar
temperatur penghamparan; (4). Meningkatkan Metode pengujian berat jenis
stabilitas dan kekuatan campuran beraspal; (5) SNI 03-1970-1990 dan penyerapan air agregat
Meningkatkan ketahanan terhadap abrasi; (6) halus
Meningkatkan ketahanan lelah ( fatigue) Metode pengujian keausan
campuran beraspal; (7) Meningkatkan daya SNI 03-2417-1991 agregat dengan mesin abrasi
tahan oksidasi dan penuaan campuran; (8) Los Angeles
Mengurangi ketebalan lapisan dan (9) Metoda pengujian daktilitas
SNI 06-2432-1991
Menurunkan biaya sistem pelapisan. bahan-bahan aspal
Metoda pengujian titik nyala
SNI 06-2433-1991 dan titik bakar dengan alat
1.2. Tujuan Pengkajian
cleveland open cup
Mengkaji dan mengevaluasi prilaku
Metoda pengujian titik
anatara campuran Laston AC-BC yang SNI 06-2434-1991
lembek aspal dan ter
menggunakan aspal polimer Starbit E-55 atas Metoda pengujian berat jenis
kemampuan mempertahankan kualitas dari SNI 06-2441-1991
aspal padat
kerusakan setelah dilakukan perendaman Metoda pengujian penetrasi
SNI 06-2456-1991
modifikasi yaitu 0 jam, 48 jam, 72 jam dan 96 bahan-bahan bitumen
jam. Metode pengujian agregat
halus atau pasir yang
SNI 03-4428-1997
2. METODE DAN DESAIN mengandung bahan plastis
dengan cara setara pasir
Penelitian ini dilakukan di
Metode pengujian bobot isi
laboratorium dengan dasar menggunakan
SNI 03-4804-1998 dan rongga udara dalam
metode pengujian yang mengacu pada agregat
Standart Nasional Indonesia (SNI), Tentang Spesifikasi bahan pengisi
Tata Cara Penentuan Kepadatan Mutlak SNI 03-6723-2002
untuk campuran beraspal
Campuran Beraspal Panas Revisi Spesifikasi Tata cara pengambilan
SNI 03-6399-2000
Bina Marga edisi terakhir Agustus 2001 contoh aspal
maupun metode American Association of Spesifikasi agregat halus
SNI 03-6819-2002
Highway and Transportation Officials untuk campuran beraspal
(AASHTO). Metode pengujian berat jenis
Tahapan pelaksanaan penelitian nyata campuran beraspal
SNI 03-6757-2002
padat menggunakan benda
yang dilakukan dilaboratorium yaitu
uji kering permukaan jenuh
pemeriksaan bahan (agregat dan aspal),
Metode pengujian campuran
penentuan gradasi campuran (target gradasi), RSNI M-01-2003 beraspal panas dengan alat
mix desain campuran dan pengujian Marshall Marshall

2.1. Bahan Penelitian


Bahan dan material yang dipergunakan 2.3. Tahapan Penelitian
penelitian ini antara lain: Penelitian dilakukan dalam beberapa
1. Bahan ikat: tahapan, mulai dari persiapan bahan,
Aspal Polimer produk dari merk Starbit pemeriksaan bahan, perencanaan campuran,
E-55. sampai dengan pengujian dengan Marshall
2. Agregat: Test.
1. Batu Pecah (BP.) Maks 1/2”, 3/8”,
dan Abu batu.
2. Pasir

Page 62 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010


Karateristik Campuran Aspal Panas

2.4. Perencanaan Campuran dengan maka benda uji dibuat pada kadar aspal
Metode Marshall yaitu 5,5%; 6,0%; 6,5%; 7,0% dan 7,5%
Rancangan campuran metode Marshall 5. Lakukan pengujian Marshall, sesuai
ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah dengan SNI 06-2489-1991, untuk
distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO menentukan kepadatan, stabilitas,
melalui baberapa modifikasi, yaitu ASTM D kelelehan, hasil-bagi Marshal, VIM, VMA,
1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dan VFA.
dasar dari metode Marshall adalah 6. Gambarkan grafik hubungan antara Kadar
pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), Aspal dengan parameter Marshall sebagai
serta analisis kepadatan dan pori dari berikut :
campuran padat yang terbentuk. - Kepadatan
Prosedur perencanaannya adalah sebagai -Stabilitas
berikut: - Kelelehan
1. Mempelajari spesifikasi gradasi agregat - Hasil-bagi Marshall
campuran yang diinginkan dari spesifikasi - VFA
campuran pekerjaan. - VMA
2. Merancang proporsi dari masing-masing - VIM
fraksi agregat yang tersedia untuk 7. Buat minimum tiga contoh uji tambahan
mendapatkan agregat campuran dengan dengan kadar aspal berikut: satu kadar
gradasi sesuai butir 1. Rancangan aspal pada VIM 5% dan dua kadar aspal
dilakukan berdasarkan gradasi masing- terdekat yang memberikan VIM di atas dan
masing fraksi agregat yang akan dicampur. di bawah 5% dengan perbedaan kadar
Berdasarkan berat masing-masing agregat aspal masing-masing 0,5%. Masing-
dan proporsi rancangan ditentukan berat masing replika kadar aspal dibuat
jenis agregat campuran. Untuk Laston, minimum 2 buah. Padatkan sampai
perencana dapat memulai pada garis mencapai kepadatan mutlak (sesuai dengan
gradasi yang diinginkan dengan cara Tata Cara Penentuan Kepadatan Mutlak
menentukan sendiri garis gradasi di antara Campuran Beraspal, RSNI Bina Marga
titik-titik kontrol. 1999).
3. Hitung perkiraan awal kadar aspal 8. Untuk masing-masing parameter
optimum (Pb) sebagai berikut : gambarkan batas-batas spesifikasinya.
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 9. Pada grafik tersebut gambarkan rentang
(% filler) + K kadar aspal yang memenuhi persyaratan
Keterangan: 10. Tentukan bahwa kadar aspal rencana
CA=persen agregat tertahan saringan berada dekat atau pada titik tengah dari
No.8 rentang kadar aspal yang memenuhi
FA =persen agregat lolos saringan No.8 seluruh parameter yang disyaratkan.
dan tertahan saringan No.200 11. Pastikan bahwa rentang kadar aspal
filler= persen agregat minimal 75% lolos campuran yang memenuhi seluruh kriteria
No.200 mendekati 0,6% atau lebih, sehingga
K = konstanta = 0,5-1,0 untuk laston memenuhi toleransi produksi yang cukup
= 2,0-3,0 untuk lataston realistis.
Bulatkan perkiraan nilai Pb sampai 0,5% 12. Buat 6 benda uji Marshall pada kadar
terdekat. Contoh, Jika hasil perhitungan aspal optimum. Untuk tiga benda uji
diperoleh 6,3% maka bulatkan menjadi pertama dilakukan perendaman dalam air
6,5%. pada suhu 60 °C selama 24 jam dan
4. Siapkan benda uji Marshall untuk lakukan pengujian sesuai dengan
pengujian Marshall 1 (2x75 tumbukan). Pedoman.RSNI- M-06 1997-03. Sisanya
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum dilakukan pengujian Marshall sesuai
umumnya dibuat 15 buah benda uji dengan dengan SNI 06-2489-1991.
5 variasi kadar aspal yang masing-masing 13. Pastikan bahwa campuran yang digunakan
berbeda 0,5%. Contoh bila Pb = 6,5 % memenuhi seluruh kriteria.

Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 63
Karateristik Campuran Aspal Panas

VMA VS KADAR ASPAL


3. ANALISA HASIL PENELITIAN
18,0
Pertamina
3.1 Analisis pengaruh kadar aspal 17,5
17,0 Starbit

VMA (%)
Batas Min
terhadap VMA 16,5
16,0
Rongga di antara mineral agregat 15,5

(VMA) adalah ruang di antara partikel agregat 15,0


14,5
pada suatu perkerasan beraspal, termasuk 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5
Kadar Aspal (%)
rongga udara dan volume aspal efektif (tidak
termasuk volume aspal yang diserap agregat). Gambar 2. Grafik Pengaruh Kadar Aspal
Nilai VMA yang terlalu kecil terhadap VMA
menimbulkan masalah durabilitas, karena akan
membatasi besarnya rongga terisi aspal, Seperti terlihat pada gambar 2. nilai
sehingga beton aspal menjadi kurang kedap VMA kedua jenis benda uji cenderung naik
terhadap air dan udara. VMA yang terlalu seiring dengan meningkatnya kadar aspal yang
besar menimbulkan masalah stabilitas serta digunakan. Ini dikarenakan dengan
tidak ekonomis, karena dengan rongga antar bertambahnya kadar aspal dalam campuran,
agregat yang terlalu besar maka kondisi berarti memberikan persentase rongga/ ruang
gesekan internal (internal friction), kosong yang lebih banyak kepada aspal dalam
penguncian (interlocking), dan kemampuan aspal beton padat. Rongga inilah yang
saling mengisi diantara butir-butir agregat nantinya akan diisi aspal sebagai VFA dan
menjadi turun. VIM dalam campuran.
Jenis gradasi agregat yang digunakan, Beton aspal dengan menggunakan
faktor pemadatan, kadar aspal dan jenis aspal bahan ikat (aspal) yang beda, tentunya akan
yang dipakai dalam campuran aspal beton, menghasilkan sifat campuran yang berbeda
akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pula. Pada grafik VMA (Gambar 3) terlihat,
VMA yang diperoleh. Untuk pemilihan jenis nilai VMA beton aspal Starbit E-55 cenderung
gradasi, nilai VMA yang lebih besar bisa lebih tinggi dari VMA beton aspal Pertamina
diperoleh bila gradasi agregat yang digunakan Pen 60/70. Hal ini bisa disebabkan karena
merupakan gradasi dengan celah (gap) yang pada kadar aspal yang sama, Starbit E-55
besar. Karena dengan rongga dalam struktur dengan sifat aspal yang lebih kaku/ kental dari
agregat yang lebih besar, selimut aspal yang aspal Pertamina Pen 60/70, akan lebih sulit
terjadi juga lebih besar. Semakin tebal selimut dalam menyelimuti dan mengisi rongga antar
aspal maka akan semakin besar pula nilai VMA butir agregat sehingga selimut aspal (VFA)
(Silvia Sukirman, 2003). Pada kadar aspal yang terbentuk akan semakin kecil. Hal ini
yang sama, usaha pemadatan yang lebih tinggi bisa dilihat pada grafik VFA (Gambar 3.)
akan mengakibatkan rongga udara (VIM) dan dimana grafik VFA Starbit E-55 cenderung
rongga di antara mineral agregat (VMA) berada di bawah Pertamina Pen 60/70. Dengan
berkurang (Pedoman Perencanaan Campuran jumlah aspal yang lebih sedikit dalam
Beraspal Panas Dengan Pendekatan Kepadatan campuran, menyebabkan rongga udara yang
Mutlak, 1999). tersisa (VIM) semakin tinggi, dan agak lebih
Nilai VMA erat kaitannya dengan nilai sulit untuk dipadatkan. Dari sini terlihat bahwa
VIM dan VFA dalam campuran. Karena VIM nilai VIM memberikan pengaruh yang lebih
dan VFA itu sendiri merupakan bagian dari dominan terhadap naik turunnya kurva VMA
VMA. Semakin besar nilai dari VIM dan VFA, daripada nilai VFA yang terjadi. Meski pada
maka akan semakin besar pula VMA yang kondisi kadar aspal tertentu, aspal Pertamina
diperoleh. Begitu juga sebaliknya. Pen 60/70 menghasilkan VMA yang lebih
tinggi.
Hasil pengujian menunjukkan, beton
aspal Starbit E-55 dan beton aspal Pertamina
Pen. 60/70 pada kadar aspal 4,5-6,5%

Page 64 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010


Karateristik Campuran Aspal Panas

memenuhi syarat VMA dari Laston lapis aus, Dari hasil pengujian terlihat bahwa
yaitu minimal sebesar 15%. pengaruh dari penggunaan aspal Starbit E-55
sebagai bahan ikat pada beton aspal
3.2. Analisis pengaruh kadar aspal menyebabkan VFA yang diperoleh menjadi
terhadap VFA lebih rendah daripada VFA yang dihasilkan
VFA merupakan volume pori beton oleh beton aspal dengan aspal Pertamina Pen
aspal padat yang terisi oleh aspal, atau biasa 60/70. Hal ini bisa disebabkan karena
disebut dengan selimut aspal. Dengan begitu perbedaan sifat-sifat dari aspal itu sendiri,
nilai VFA akan terus naik seiring dengan seperti angka penetrasi dan berat jenis
bertambahnya kadar aspal. Kriteria VFA aspalnya. Aspal Starbit E-55 dengan angka
nantinya akan membantu perencanaan penetrasi yang lebih rendah dan berat jenis
campuran dengan memberikan VMA yang aspal yang lebih besar, yang berarti aspal lebih
memenuhi syarat. VFA juga dapat membatasi keras/ kental dari aspal Pertamina Pen 60/70,
VIM yang diizinkan (DPU, Pedoman akan lebih sulit dalam menyelimuti dan
Perencanaan Campuran Beraspal Panas mengisi rongga antar butir agregat. Sehingga
Dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak, 1999). rongga-rongga antar butiran agregat yang terisi
Untuk Laston lapis aus persentase VFA yang aspal akan lebih kecil. Pada kadar aspal yang
disyaratkan adalah minimal 68%. sama, dengan usaha pemadatan dan kondisi
Nilai VFA berpengaruh pada sifat agregat yang sama pula, nilai VFA yang
kekedapan campuran terhadap air dan udara dihasilkan aspal Starbit E-55 akan lebih kecil.
serta sifat elastisitas campuran. Semakin tinggi
VFA berarti semakin banyak rongga dalam 3.3. Analisis pengaruh kadar aspal
campuran yang terisi aspal, film aspal semakin terhadap VIM
tebal, semakin kedap terhadap air dan udara VIM (Void in the Mix) merupakan
sehingga campuran lebih awet dan lentur, volume pori yang masih tersisa setelah
dengan demikian ketahanan terhadap lelah campuran aspal beton dipadatkan. VIM ini
(fatig) menjadi lebih baik. dibutuhkan sebagai tempat bergesernya butir-
butir agregat akibat pemadatan tambahan
VFA VS KADAR ASPAL
akibat repetisi beban lalu lintas, atau tempat
jika aspal menjadi lunak akibat meningkatnya
100
Pertamina
temperatur. Besar kecilnya VIM nantinya akan
90 Starbit berpengaruh terhadap keawetan aspal beton.
VFA (%)

80 Batas Min

70
Untuk AC-BC dengan lalu lintas sedang, nilai
60 VIM yang disyaratkan adalah 3,9 - 4,9%
50 Seperti halnya VMA, faktor-faktor
4,5 5 5,5 6 6,5
Kadar Aspal (%)
yang mempengaruhi besar kecilnya VIM
antara lain gradasi agregat, faktor pemadatan,
kadar aspal dan jenis aspal yang dipakai. Nilai
Gambar 3. Grafik Pengaruh Kadar Aspal VIM yang lebih besar akan diperoleh pada
terhadap VFA beton aspal dengan gradasi senjang maupun
terbuka dari pada yang menggunakan gradasi
Gambar 3. menunjukkan grafik VFA menerus. Gradasi menerus memiliki komposisi
beton aspal Starbit E-55 dan beton aspal campuran agregat kasar dan halus dalam porsi
Pertamina Pen 60/70 yang terus naik seiring berimbang, sehingga mempunyai sedikit
dengan bertambahnya kadar aspal. Untuk rongga dalam struktur agregatnya, dengan
beton aspal Pertamina Pen 60/70 nilai tingkat pemadatan yang sama, akan
minimum VFA 68% dipenuhi pada menghasilkan campuran yang lebih rapat,
penggunaan kadar aspal sebesar 5,6% keatas. sehingga VIM akan semakin kecil. Usaha
Sedangkan untuk beton aspal Starbit E-55 pemadatan yang lebih tinggi juga akan
persyaratan dipenuhi pada penggunaan kadar mengakibatkan rongga udara (VIM) semakin
aspal 6 % keatas. kecil.

Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 65
Karateristik Campuran Aspal Panas

persyaratan berkisar pada kadar aspal 6,10-


VIM VS KADAR ASPAL
6,45%. Sedangkan untuk beton aspal Starbit
E-55 rentang kadar aspal yang memenuhi
10,0
9,0 Pertamina
persyaratan diperoleh pada kadar aspal 6,3-
8,0 Starbit 6,5%.
VIM (%)

7,0 Batas Min


6,0 Batas Max
5,0 3.4. Analisis pengaruh kadar aspal
4,0
3,0 terhadap Stabilitas
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5
Stabilitas merupakan kemampuan lapis
Kadar Aspal (%)
perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
Gambar 4. Grafik Pengaruh Kadar Aspal terjadi perubahan bentuk tetap seperti
terhadap VIM gelombang, alur ataupun bleeding (Silvia
Sukirman, 2003) .
Kurva VIM akan terus menurun dengan Stabilitas terbentuk dari kondisi
bertambahnya kadar aspal. Karena dengan gesekan internal yang terjadi diantara butir-
bertambahnya kadar aspal, proporsi agregat butir agregat, saling mengunci dan mengisinya
dalam beton aspal semakin berkurang. butir-butir agregat, dan masing-masing butir
Ditambah dengan jumlah rongga terisi aspal saling terikat, akibat gesekan antar butir dan
(VFA) yang lebih banyak, menyebabkan adanya aspal. Kepadatan campuran
rongga udara yang tersisa dalam beton aspal menentukan pula tekanan kontak, dan nilai
(VIM) menjadi berkurang. Hal ini juga terlihat stabilitas beton aspal . Selain itu faktor lain
pada hasil analisis VIM kedua jenis benda uji. yang mempengaruhi nilai stabilitas beton aspal
Benda uji dengan aspal Starbit E-55 maupun adalah kohesi, yaitu gaya ikat aspal yang
benda uji dengan aspal Pertamina Pen 60/70 berasal dari daya lekatnya, sehingga mampu
memperlihatkan grafik nilai VIM yang. terus memelihara tekanan kontak antar butir agregat.
menurun seiring dengan bertambahnya kadar Daya kohesi terutama ditentukan oleh
aspal dalam campuran. penetrasi aspal, perubahan viskositas akibat
Pada gambar 4.8. terlihat bahwa temperatur, tingkat pembebanan, komposisi
dengan kadar aspal yang sama, VIM yang kimiawi aspal, efek dari waktu dan umur
dihasilkan beton aspal dengan aspal Starbit E- aspal. (Silvia Sukirman, 2003). Dengan
55 terlihat lebih tinggi dari aspal Pertamina demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh
Pen 60/70. Hal ini sejalan dengan hasil analisa dengan mengusahakan penggunaan:
VMA dan VFA sebelumnya. Bila ditinjau dari 1. Agregat dengan gradasi yang rapat (dense
grafik hasil analisis VMA (Gambar 2), VMA graded)
beton aspal dengan aspal Starbit E-55 2. Agregat dengan permukaan yang kasar
cenderung lebih tinggi daripada beton aspal 3. Agregat berbentuk kubus
Pertamina Pen 60/70. Sedangkan dari nilai 4. Aspal dengan penetrasi rendah
VFA campuran aspal Pertamina Pen 60/70 5. Aspal dalam jumlah mencukupi untuk
selalu berada di atas Pertamina Pen 60/70. ikatan antar butir.
Dari sini bisa kami simpulkan, bahwa dengan Kecenderungan bentuk lengkung
kapasitas rongga yang lebih besar dari hubungan kadar aspal dengan stabilitas
Pertamina Pen 60/70 dan jumlah aspal yang biasanya ditunjukkan dengan meningkatnya
masuk ke dalam rongga butiran lebih sedikit, nilai stabilitas seiring dengan meningkatnya
rongga udara yang tersisa dalam beton aspal kadar aspal sampai mencapai nilai stabilitas
Starbit E-55 akan lebih besar. maksimum, dan setelah itu stabilitas akan
Dari grafik pengaruh kadar aspal menurun.
terhadap nilai VIM (Gambar 4.) terlihat bahwa
tidak semua rentang kadar aspal yang diuji
dalam penelitian ini menghasilkan beton aspal
dengan nilai VIM yang sesuai dengan yang
disyaratkan. Untuk beton aspal Pertamina Pen
60/70 rentang kadar aspal yang memenuhi

Page 66 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010


Karateristik Campuran Aspal Panas

STABILITAS VS KADAR ASPAL


dalam rongga butiran agregat kedua jenis
benda uji berbeda. Dari grafik VFA (Gambar
1400 3) terlihat pada kadar aspal yang sama beton
Pertamina aspal Pertamina Pen 60/70 memiliki
Stabilitas (Kg)

1300
Starbit kandungan aspal yang lebih banyak. Bila
1200
fungsi aspal adalah sebagai bahan ikat, maka
1100 beton aspal Pertamina Pen 60/70 memiliki
1000
ikatan antar agregat yang lebih baik dari beton
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 aspal Starbit E-55. VMA dan VIM yang kecil
Kadar Aspal (%)
juga menunjukkan bahwa beton aspal
Gambar 5. Grafik Pengaruh Kadar Aspal Pertamina Pen 60/70 mempunyai tingkat
terhadap Stabilitas kepadatan yang lebih baik dari Starbit E-55.
Semakin baik agregat saling mengunci,
Gambar 5. menunjukkan nilai stabilitas mengisi, dan terikat satu sama lain akibat
dari kedua jenis benda uji mengalami gesekan antar butir dan adanya aspal.
penurunan seiring dengan semakin besarnya Stabilitas beton aspal yang dihasilkan juga
jumlah kadar aspal yang digunakan. Gejala akan lebih baik.
penurunan ini bisa disebabkan karena Dari semua rentang kadar aspal yang
beberapa hal. Penambahan kadar aspal diuji, nilai stabilitas yang dihasilkan dari
menyebabkan persentase agregat dalam beton kedua jenis benda uji masih memenuhi batas
aspal berkurang. Bila jumlah aspal yang spesifikasi untuk Laston lapis aus, yaitu
ditambahkan mengakibatkan ikatan antar minimal 800 kg.
agregat menjadi lebih baik, dan beton aspal
menjadi lebih padat, maka stabilitas bisa lebih 3.5. Analisis pengaruh kadar aspal
tinggi dari sebelumnya. Namun bila persentase terhadap Flow
kadar aspal dalam beton aspal terlalu banyak, Kelelehan (Flow) merupakan besarnya
lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan deformasi vertikal benda uji yang terjadi pada
untuk mengikat butiran agregat, gesekan awal pembebanan sehingga stabilitas menurun,
internal dalam beton aspal akan berkurang. yang menunjukkan besarnya deformasi yang
Selain karena berkurangnya jumlah agregat, terjadi pada lapis perkerasan akibat menahan
selimut aspal yang terlalu tebal menghalangi beban yang diterimanya (Subekti, 2006).
gesekan yang terjadi antar butiran agregat. Kecenderungan bentuk lengkung kurva
Aspal malah akan berperan sebagai pelicin. flow terhadap kadar aspal biasanya
Hal ini menyebabkan agregat dalam beton ditunjukkan dengan semakin tingginya nilai
aspal menjadi kurang stabil, sehingga stabilitas flow seiring dengan meningkatnya kadar aspal.
menurun. Hal ini juga ditunjukkan pada kurva flow yang
Dari grafik hubungan kadar aspal dihasilkan kedua jenis beton aspal dengan
dengan stabilitas (Gambar 5.) terlihat Starbit E-55 maupun Pertamina Pen 60/70
kecenderungan beton aspal Starbit E-55 (Gambar 6).
menghasilkan beton aspal dengan nilai
stabilitas yang lebih tinggi daripada beton FLOW VS KADAR ASPAL
aspal Pertamina Pen 60/70. Bila dilihat dari
nilai penetrasi kedua jenis aspal, beton aspal 3,00
Pertamina
dengan aspal Starbit E-55 yang mempunyai 2,50
Flow (mm)

Starbit

nilai penetrasi yang lebih rendah seharusnya 2,00


Batas Min

bisa memberikan nilai stabilitas yang lebih 1,50


tinggi daripada beton aspal yang menggunakan 1,00
aspal Pertamina Pen 60/70. Karena aspal 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5
Kadar Aspal (%)
dengan penetrasi yang lebih rendah, akan
menghasilkan beton aspal yang lebih getas/ Gambar 6. Grafik Pengaruh Kadar Aspal
kaku. Namun meski kadar aspal yang terhadap Flow
digunakan sama, jumlah aspal yang masuk

Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 67
Karateristik Campuran Aspal Panas

Deformasi yang terjadi erat kaitannya Gambar 7. menunjukkan, nilai MQ


dengan sifat-sifat Marshall yang lain seperti yang semakin menurun seiring dengan
stabilitas, VIM dan VFA. VIM yang tinggi dan bertambahnya kadar aspal. Pada aspal Starbit
kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan E-55 nilai MQ tertinggi mencapai 965,49
kelelahan yang lebih cepat. Sedangkan VMA kg/mm pada kadar aspal 5,0%. Sedangkan
yang tinggi dengan kadar aspal yang tinggi pada beton aspal Pertamina Pen 60/70 dengan
dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi kadar aspal yang sama dihasilkan nilai MQ
lebih fleksibel (Silvia Sukirman, 1999). Nilai sebesar 568,30 kg/mm. Tingginya nilai MQ
flow juga dipengaruhi oleh kadar dan pada beton aspal Starbit E-55 disebabkan
viskositas aspal, gradasi agregat, jumlah dan karena tingginya nilai stabilitas tidak
temperatur pemadatan. diimbangi dengan nilai flow yang cukup
Dari hasil pengujian menunjukkan, (terlalu kecil). Pada penggunaan kadar aspal
penggunaan aspal Starbit E-55 dalam beton yang lebih tinggi nilai MQ menunjukkan
aspal AC-BC akan menghasilkan beton aspal adanya penurunan. Sampai pada kadar aspal
dengan nilai flow yang lebih rendah dari aspal 6,5% nilai MQ kedua jenis beton aspal
Pertamina Pen 60/70. Nilai penetrasi yang berkisar pada nilai 400-550 kg/mm. Secara
lebih rendah menyebabkan beton aspal dengan keseluruhan, nilai MQ kedua campuran ini
aspal Starbit E-55 menjadi lebih kaku. masih memenuhi syarat Laston lapis, yaitu >
Sehingga pada kadar aspal yang sama nilai 200 kg/mm.
flow yang dihasilkan Starbit E-55 akan lebih
kecil. Dari gambar 6. terlihat, syarat minimum 3.7. Analisis pada kadar aspal optimum
flow (> 2mm) diperoleh pada penggunaan Dari hasil analisis hubungan kadar
kadar aspal 4,6-6,5% untuk beton aspal aspal dengan parameter Marshall, kadar aspal
Pertamina Pen 60/70 dan 5,5% keatas untuk optimum yang diperoleh adalah 5,65% untuk
beton aspal Starbit E-55. beton aspal dengan menggunakan aspal
Pertamina Pen 60/70, dan 5,85% untuk aspal
3.6. Analisis pengaruh kadar aspal Starbit E-55. Perbedaan ini bisa disebabkan
terhadap Marshall Quotient karena perbedaan berat jenis dan nilai
Marshall Quotient merupakan rasio penetrasi dari kedua jenis aspal. Aspal
perbandingan dari stabilitas terhadap flow. Pertamina Pen 60/70 mempunyai nilai
Nilai dari Marshall Quotient ini digunakan penetrasi yang lebih besar dibandingkan aspal
untuk mengetahui sejauh mana tingkat Starbit E-55. Nilai penetrasi yang lebih tinggi
kekakuan dan fleksibilitas campuran. lebih mudah dalam menyelimuti dan mengisi
Campuran dengan nilai MQ yang terlampau rongga antar butir agregat sehingga untuk
tinggi, menandakan bahwa campuran tersebut mencapai karakteristik Marshall optimum
kaku dan nilai fleksibilitas yang rendah. membutuhkan kadar aspal yang lebih sedikit
Sebaliknya bila nilai MQ terlalu rendah, maka (Prinsip-Prinsip Beton Aspal dan Pengaspalan
campuran cenderung fleksibel dan plastis saat dengan Butas, Sudarsono, 1976).
menerima beban. Untuk melihat sejauh mana perbedaan
beton aspal yang dihasilkan dari kedua jenis
MARSHALL QUOTIENT VS KADAR ASPAL
aspal tersebut, maka dilakukan pengujian
Marshall dengan benda uji pada kondisi kadar
1000

850 Pertamina
aspal optimum untuk masing-masing
700 Starbit campuran dengan variasi rendaman. Hasil
MQ

550 analisa dari kedua campuran tersebut bisa


400

250
dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
4,5 5,0 5,5 6,0 6,5

Kadar Aspal (%)

Gambar 7. Grafik Pengaruh Kadar Aspal


terhadap MQ

Page 68 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010


Karateristik Campuran Aspal Panas

Tabel 1. Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum dengan Variasi rendaman (jam)
aspal Pertamina Pen. 60/70
Spesifikas Pertamina Pen. 60/70
Marshall Sat
i
Properties
Min Mak 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam
Stabilitas 800 - kg 1056 1036,6 1117,6 1117,5
Kelelehan 2 - mm 3,60 2,83 3,05 2,96
VIM 3,9 4,9 % 4,615 4,515 4,289 4,045
VMA 15 - % 15,449 15,360 15,160 15,830
VFB 68 - % 73,820 74,262 75,274 71,972
MQ 200 - kg/mm 285,00 358,68 359,25 370,54
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 2. Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum dengan Variasi rendaman (jam)
aspal Starbit E-55
Marshall Spesifikasi Starbit E-55
Propertie Sat
Min Max 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam
s
Stabilitas 800 - kg 1117,6 1048,6 1156,0 1209,0
Keleleha 2,27 2,08
2 - mm 3,82 2,84
n
VIM 3,9 4,9 % 4,532 3,653 5,151 3,873
VMA 15 - % 15,628 15,851 16,175 15,045
VFB 68 - % 74,540 78,568 71,903 77,528
MQ 200 - kg/mm 483,41 493,45 296,42 416,88
Sumber: Hasil Analisis

3.8. Durabilitas Modifikasi Pada pola kurva durabilitas hasil


Mengembangkan paramater tunggal pengujian perendaman Marshall modifikasi,
yang dapat menggambarkan kondisi keawetan terlihat bahwa kurva durabilitas untuk
suatu campuran beraspal panas, setelah campuran laston yang menggunakan aspal
melalui serangkaian periode perendaman pertamina pen. 60/70 berada dibawah dari
tertentu. Parameter ini dinamakan indeks kurva durabilitas campuran laston yang
keawetan terdiri dari dua jenis yaitu Indeks menggunakan aspal Starbit E-55. Hal ini
keawetan pertama dan indeks keawetan kedua. menunjukkan bahwa campuran laston yang
Dalam penelitian ini dilakukan variasi lama menggunakan aspal Starbit E-55 lebih
perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam pada tahan/awet terhadap infiltrasi air akibat
kondisi kadar aspal optimum. perendaman.
Berdasarkan nilai IKS dari variasi Nilai IDP campuran laston yang
perendaman tersebut diatas memperlihatkan menggunakan aspal Starbit E-55 mengalami
terjadinya penurunan kekuatan yang cukup penurunan kekuatan pada siklus 4 hari yaitu
signifikan dari kedua jenis campuran. Dimana 0,062797 %/hari dan juga pada siklus 4 hari
campuran laston yang menggunakan aspal yaitu 2,46 %/hr untuk IDK. Sedangkan
Pertamina pen. 60/70 mengalami penurunan campuran laston yang mnggunakan aspal
kekuatan yang lebih besar dibandingkan Pertamina pen. 60/70 mengalami penurunan
dengan laston dengan aspal Starbit E-55 pada yang cukup besar pada siklus 4 hari untuk IDP
siklus 4 hari. yaitu 0,328676 %/hari dan pada siklus 4 hari
untuk IDK yaitu 13,80 %/hari.
Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 69
Karateristik Campuran Aspal Panas

air akibat perendaman (mempunyai


Grafik IKS vs Lama Rendaman durabilitas yang lebih rendah)
dibandingkan dengan campuran laston
100
yang menggunakan pertamina pen.
98
Pertamina Pen
60/70 ..
IKS (%)

96 60/70
Starbit E-55
94 Starbit E-55
5. SARAN
92 Pertamina pen.
60/70
90
0 24 48 72 96
Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan
Variasi Rendaman (jam) untuk:
1. Melakukan pengujian dengan
Gambar 8. Kurva Pola Durabilitas modifikasi menggunakan variasi komposisi agregat
sebelumnya.
2. Penambahan benda uji dilakukan untuk
4. KESIMPULAN mendapatkan hasil yang lebih akurat.
3. Melakukan uji permeabilitas untuk
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan mengetahui rongga udara dalam
perhitungan dari karakteristik Laston lapis aus campuran.
(AC-BC) dengan menggunakan aspal 4. Melakukan pengujian tambahan untuk
Pertamina Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55, mengetahui sifat kohesi aspal.
didapat kesimpulan sebagai berikut: 5. Perlu adanya konsistensi pengaturan
1. Nilai Indeks kekuatan Sisa (IKS) suhu dan waktu perendaman benda uji,
akibat perlakuan perendaman Marshall karena hal tersebut cukup berpengaruh
(Marshall Immersion) selama 24 jam terhadap hasil uji Marshall campuran.
dari kedua jenis campuran masih
berada diatas nilai batas minimum 75
% yang disyaratkan. DAFTAR PUSTAKA

2. Nilai IDP campuran laston yang AASHTO, 1982, Standard Spesifications for
menggunakan aspal starbit E-55 Transportation Material and Methods
mengalami penurunan kekuatan yang of Sampling Sand Testing, Part I,
lebih besar pada siklus 4 hari yaitu Spesifications 13th Edition, page 10-80,
0,062797 %/hari dan juga pada siklus 4 Washington DC.
hari yaitu 2,46 %/hr untuk IDK.
Sedangkan campuran laston yang Adriansyah A.S dan Hermadi M., 1997,
mnggunakan pertamina pen 60/70 Penelitian Karakteristik dan Kinerja
mengalami penurunan yang cukup Campuran Aspal Emulsi, Pusat
besar pada siklus 4 hari untuk IDP Penelitian dan Pengembangan Jalan
yaitu 0,328676 %/hr dan pada siklus 4 Bandung.
hari untuk IDK yaitu 13,80 %/hr.
Ahmad Munawar, 2000, Pengamatan dan
3. Pada pola kurva durabilitas hasil Pengambilan Data, Simposium III,
pengujian perendaman Marshall Forum Studi Transportasi Antar
modifikasi, terlihat bahwa kurva Perguruan Tinggi (FTSP), Yogyakarta.
durabilitas untuk campuran Laston
yang menggunakan aspal pertamina Amirruddin Basir dan M. Isran Ramli,
pen. 60/70 berada dibawah dari kurva 2005. Evaluasi Kinerja Durabilitas
durabilitas campuran Laston yang Campuran Beraspal Yang
menggunakan aspal Starbit E-55. Hal Menggunakan Bahan Tambah Retona,
ini menunjukkan bahwa campuran Dalam Simposium VIII FSTPT. Unsri
Laston yang menggunakan Starbit E- Palembang, 2005.
55 lebih tahan/awet terhadap infiltrasi
Page 70 JURNAL APTEK Vol. 2 No. 1 Juli 2010
Karateristik Campuran Aspal Panas

Bagus Priyatno, 1999, Perancangan Bina Marga, 1983. Petunjuk Pelaksanaan


Prasarana Jalan, Dalam Penataran dan Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag) No.
Pelatihan Dosen Teknik Sipil 09/PT/B/1983 ; Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Bina Marga Jakarta.
Wilayah VI, September 1999.
Bina Marga, 1992. Spesifikasi Umum (Buku
Bagus Priyatno, 2001, Metode Campuran 3) ; Direktorat Jenderal Bina Marga
Beraspal Panas dengan Pendekatan Jakarta.
KepadatanMutlak (PRD) Berdasarkan
Spesifikasi yang disempurnakan, Bina Marga, 1994. Spesifikasi Khusus
Dalam penataran dan Pelatihan Dosen (suplemen Buku 3) Seksi 6.4.A ;
Teknik Sipil Perguruan Tinggi Swasta Direktorat Jenderal Bina Marga
Kopertis Wilayah VI, Semarang, Jakarta.
Oktober 2001

Bina Marga, 1976. Manual Pemeriksaan


Bahan Jalan ; Direktorat Jenderal Bina
Marga Jakarta.

Bambang Edison, Program Studi Teknik Sipil - Politeknik Pasir Pengaraian Page 71

You might also like