You are on page 1of 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Medang) ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Sejarah
Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-
baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Makassar, 15 September 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II Pembahasan
A. Sejarah Berdirinya Mataram Kuno
B. Nama Raja-raja Mataram Kuno
C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Mataram Kuno
D. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
E. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni Mataram. Mataram
yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu
Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang atau Medang Kamulan
hingga tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata “Medang I Bhumi Mataram”.
Namun, hingga sekarang letak pasti ibukota ini belum diketahui.
Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja
Sanna. Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya, Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha,
saudara perempuan Raja Sanna (Sanna tidak memiliki keturunan). Sanjaya memerintah dengan
bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tenteram. Hal ini terlihat dari Prasasti
Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan padi dan emas. Selain pada Prasasti
Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada Prasasti Balitung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya kerajaan Mataram kuno?
2. Siapa saja nama-nama raja Mataram kuno?
3. Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi kerajaan Mataram kuno?
4. Bagaimana proses runtuhnya kerajaan Mataram kuno?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Mataram Kuno
Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa
raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun
tidak menyebut dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain
yang memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara
menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha,
saudara perempuan Sanna.
Sanna, juga dikenal dengan nama “Sena” atau “Bratasenawa”, merupakan raja Kerajaan
Galuh yang ketiga (709-716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari takhta
Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya melarikan diri
ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja
pertama Kerajaan Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan
Galuh) adalah sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang mendorong Tarusbawa mengambil
Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat
menuntut balas terhadap keluarga Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa
(mertuanya yang merupakan sahabat Sanna).
Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama istrinya.
Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan Kerajaan Kalingga
(setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi takhta Kerajaan Mataram
dari orang tuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian
kekuasaan antara putranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi
kekuasaan Tamperan, sedangkan Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru
Demunawan, putra bungsu Sempakwaja. Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat
dalam Carita Parahyangan yang baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar
abad ke-16.
B. Nama Raja-raja Mataram Kuno
Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di
Bhumi Mataram sampai berakhir di Wawatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang.
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra.
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra.
4. Rakai Warak alias Samaragrawira.
5. Rakai Garung alias Samaratungga.
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya.
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala.
8. Rakai Watuhumalang.
9. Rakai Watukura Dyah Balitung.
10. Mpu Daksa.
11. Rakai Layang Dyah Tulodong.
12. Rakai Sumba Dyah Wawa.
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur.
14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya.
15. Makuthawangsawardhana.
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir.
Pada daftar di atas hanya Sanjaya yang memakai gelar Sang Ratu, sedangkan raja-raja
sesudahnya semua memakai gelar Sri Maharaja.
C. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Mataram Kuno
Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa perubahan baru dalam
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur sosial dari masa Kutai hingga
Majapahit mengalami perkembangan yang ber-evolusi namun progresif. Dunia perekonomian
pun mengalami perkembangan: dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai tukar uang.
Sumber-sumber berita Cina mengungkapkan keadaan masyarakat Mataram dari abad ke-7
sampai ke-10. Kegiatan perdagangan baik di dalam maupun luar negeri berlangsung ramai. Hal
ini terbukti dari ditemukannya barang-barang keramik dari Vietnam dan Cina. Kenyataan ini
dikuatkan lagi dengan berita dari Dinasti Tang yang menceritakan kebesaran sebuah kerajaan
dari Jawa, dalam hal ini Mataram.
Dari Prasasti Warudu Kidul diperoleh informasi adanya sekumpulan orang asing yang
berdiam di Mataram. Mereka mempunyai status yang berbeda dengan penduduk pribumi.
Mereka membayar pajak yang berbeda yang tentunya lebih mahal daripada rakyat pribumi
Mataram. Kemungkinan besar mereka itu adalah para saudagar dari luar negeri. Namun, sumber-
sumber lokal tidak memperinci lebih lanjut tentang orang-orang asing ini. Kemungkinan besar
mereka adalah kaum migran dari Cina.
Dari berita Cina diketahui bahwa di ibukota kerajaan terdapat istana raja yang dikelilingi
dinding dari batu bata dan batang kayu. Di dalam istana, berdiam raja beserta keluarganya dan
para abdi. Di luar istana (masih di dalam lingkungan dinding kota) terdapat kediaman para
pejabat tinggi kerajaan termasuk putra mahkota beserta keluarganya. Mereka tinggal dalam
perkampungan khusus di mana para hamba dan budak yang dipekerjakan di istana juga tinggal
sekitarnya. Sisa-sisa peninggalan pemukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa kita
temukan di Yogyakarta dan Surakarta. Di luar tembok kota berdiam rakyat yang merupakan
kelompok terbesar.
Kehidupan masyarakat Mataram umumnya bersifat agraris karena pusat Mataram terletak di
pedalaman, bukan di pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber kehidupan kebanyakan rakyat
Mataram. Di samping itu, penduduk di desa (disebut wanua) memelihara ternak seperti kambing,
kerbau, sapi, ayam, babi, dan itik. Sebagai tenaga kerja, mereka juga berdagang dan menjadi
pengrajin. Dari Prasasti Purworejo (900 M) diperoleh informasi tentang kegiatan perdagangan.
Kegiatan di pasar ini tidak diadakan setiap hari melainkan bergilir, berdasarkan pada hari pasaran
menurut kalender Jawa Kuno. Pada hari Kliwon, pasar diadakan di pusat kota. Pada hari Manis
atau Legi, pasar diadakan di desa bagian timur.
Pada hari Paking (Pahing), pasar diadakan di desa sebelah selatan. Pada hari Pon, pasar
diadakan di desa sebelah barat. Pada hari Wage, pasar diadakan di desa sebelah utara. Pada hari
pasaran ini, desa-desa yang menjadi pusat perdagangan, ramai didatangi pembeli dan penjual
dari desa-desa lain. Mereka datang dengan berbagai cara, melalui transportasi darat maupun
sungai sambil membawa barang dagangannya seperti beras, buah-buahan, dan ternak untuk
dibarter dengan kebutuhan yang lain. Selain pertanian, industri rumah tangga juga sudah
berkembang. Beberapa hasil industri ini antara lain anyaman seperti keranjang, perkakas dari
besi, emas, tembaga, perunggu, pakaian, gula kelapa, arang, dan kapur sirih. Hasil produksi
industri ini dapat diperoleh di pasar-pasar tadi.
Sementara itu, bila seseorang berjasa (biasanya pejabat militer atau kerabat istana) kepada
Kerajaan, maka orang bersangkutan akan diberi hak memiliki tanah untuk dikelola. Biasanya
tempat itu adalah hutan yang kemudian dibuka menjadi pemukiman baru. Orang yang diberi
tanah baru itu diangkat menjadi penguasa tempat yang baru dihadiahkan kepadanya. Ia bisa saja
menjadi akuwu (kepala desa), senopati, atau adipati atau menteri. Bisa pula sebuah wilayah
dihadiahkan kepada kaum brahmana atau rahib untuk dijadikan asrama sebagai tempat tinggal
mereka, dan di sekitar asrama tersebut biasanya didirikan candi atau wihara.
D. Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno
Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno sejatinya merupakan dendam lama atas pengusiran
Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raja dari Sriwijaya
masih menyimpan dendam kepada Rakai Pikatan. Perselisihan antara dua raja tersebut lalu
berkembang menjadi sebuah permusuhan turun-temurun. Terjadi beberapa kali pertempuran
antara Sriwijaya dan Mataram seperti pertempuran yang terjadi di daerah Anjukladang (sekarang
wilayah Nganjuk, provinsi Jawa Timur) pertempuran ini di menangkan oleh Mpu Sindok ( yang
pada saat itu memimpin Mataram ). Kemudian ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang adalah
cicit dari Mpu Sindok memimpin. pada masa itu permusuhan Kerajaan Mataram dan Kerajaan
Sriwijaya sedang memanas. Sriwijaya pernah menggempur Mataram tetapi pertempuran itu
dimenangkan oleh pihak Raja Dharmawangsa.
Mahapralaya merupakan peristiwa dimana hancurnya istana Medang di provinsi Jawa
Timur berdasarkan info di dalam prasasti Pucangan. Muncul dua versi pendapat tentang kapan
tahun pasti runtuhnya kerajaan medang, hal ini dikarenakan tahun terjadinya peristiwa tersebut
tidak bisa dibaca dengan jelas. Sebagian ahli memperkirakan Kerajaan Medang runtuh pada
tahun 1006, sedang yang lain memperkirakan pada tahun 1016. Ketika dharmawangsa
mengadakan pesta pernikahan putrinya, istana kerajaan Medang di serang oleh Aji Wurawari
dari Lwaram. Ia di perkirakan merupakan sekutu dari Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa
penyerangan itu, Dharmawangsa tewas.
E. Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, yaitu
berbentuk prasasti dan candi-candi yang dapat kita temui sampai sekarang ini. Adapun untuk
prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti diantaranya :

1.      Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun
732 Masehi. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya
menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja
Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna
yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2.      Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis dalam
huru Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan
suci untuk Dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga
Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk Sanggha (umat Budha)
3.      Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah, berangka 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa KUno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Rakai Watukurai Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Raikai Garung, Rakai Pikatan, Rakai
Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4.      Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782 M. ditulis dalam huruf Pranagari
dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan permbuatan Arca Manjusri oleh Raja Indra yang
bergelar Sri Sanggramadananjaya.
Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi yang
masih ada hingga sekarang. Candi-candi tersebut antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan,
Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari,
Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ij, Candi Barong, Candi Sowijiwan, Candi Borobudhur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Mataram Kuno atau yang biasa di sebut Kerajaan mataram hindu merupakan
sebuah kerajaan dengan corak agraris ( pertanian ). Dari sejarah tercatat kalau terdapat 3 Wangsa
atau dinasti yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno antara lain Wangsa( dinasti )
Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana. Wangsa Sanjaya adalah pemeluk Agama Hindu
yang beraliran Syiwa sedang Wangsa Syailendra adalah pengikut agama Budha, dan Wangsa
Isana sendiri adalah dinasti baru yang di dirikan oleh Mpu Sindok.
Wangsa atau dinasti Sanjaya kembali memegang kekuasaan di Mataram setelah putri Raja
Samaratungga, Ia Pramodawardhani lalu menikah dengan Rakai Pikatan yang merupakan
keturunan dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu. Dari pernikahan itulah yang membuat
seorang Rakai Pikatan bisa menjadi seorang Raj. Selain itu Rakai Pikatan berhasil juga membuat
tersingkirnya seorang anggota Dinasti Sailendra yang bernama Balaputradewa yang sejatinya
masih saudara dari Pramodawardhani. Balaputradewa lalu mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya
yang nantinya ia akan menjadi seorang Raja di sana.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Medang
http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-mataram-kuno.html
http://www.kopi-ireng.com/2015/03/kerajaan-mataram-kuno.html
http://jagosejarah.blogspot.co.id/2015/08/sejarah-kerajaan-mataram-kuno.html

You might also like