Professional Documents
Culture Documents
Jenis-Jenis Dana Primbangan
Jenis-Jenis Dana Primbangan
Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Dana Perimbangan terdiri atas:
a. DBH Pajak:
i. Pajak Bumi dan Bangunan
ii. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
iii. Pajak Penghasilan:
i. Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
ii. Pajak Penghasilan Pasal 21
b. DBH Sumber Daya Alam:
i. Kehutanan:
* Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH)
* Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
* Dana Reboisasi (DR)
ii. Pertambangan Umum:
* Iuran Tetap (Land-rent)
* Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royalty)
iii. Perikanan:
* Pungutan Pengusahaan Perikanan
* Pungutan Hasil Perikanan
iv. Pertambangan Minyak Bumi
* Setoran Bagian Pemerintah; atau
* Iuran Tetap dan Iuran Produksi
v. Pertambangan Gas Bumi
vi. Pertambangan Panas Bumi
6,5% dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota; dan
3,5% dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten/kota yang realisasi
penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya
mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan.
DBH BPHTB[sunting | sunting sumber]
Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% untuk Pemerintah
Pusat dan 80% untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% dibagi
dengan rincian sebagai berikut:
1. Kehutanan;
2. Pertambangan Umum;
3. Perikanan;
4. Pertambangan Minyak Bumi;
5. Pertambangan Gas Bumi; dan
6. Pertambangan Panas Bumi.
DBH Sumber Daya Alam Kehutanan[sunting | sunting sumber]
DBH Kehutanan berasal dari:
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0, menerima DAU
sebesar alokasi dasar ditambah celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0, menerima DAU
sebesar alokasi dasar.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih
kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah
diperhitungkan nilai celah fiskal.
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama
atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.
DAU untuk daerah otonom baru[sunting | sunting sumber]
DAU untuk suatu daerah otonom baru dialokasikan setelah undang-undang
pembentukan disahkan. Penghitungan DAU untuk daerah otonom baru dilakukan
setelah tersedia data celah fiskal dan alokasi dasar untuk daerah baru tersebut.
Dalam hal data dimaksud tidak tersedia, maka penghitungan DAU dilakukan dengan
membagi secara proporsional dengan daerah induk. Dalam hal ini, penghitungan
menggunakan data jumlah penduduk, luas wilayah, dan belanja pegawai.
DAU Tambahan[sunting | sunting sumber]
Kelebihan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi yang ditetapkan
dalam APBN Perubahan dialokasikan sebagai DAU tambahan. DAU tambahan
dialokasikan kepada daerah berdasarkan formula DAU atas dasar celah fiskal.
Penetapan Alokasi[sunting | sunting sumber]
Alokasi DAU per daerah ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Alokasi DAU
tambahan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Penyaluran[sunting | sunting sumber]
DAU disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke
Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran DAU dilaksanakan setiap bulan masing-
masing sebesar 1/12 dari alokasi DAU daerah yang bersangkutan. Tata cara
penyaluran DAU dan DAU tambahan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan.