You are on page 1of 12

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415

Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

PETROGRAFI KARAKTERISTIK BATUPASIR FORMASI GAMPING


WUNGKAL IMPLIKASI UNTUK PROVENAN, DIAGENESIS, DAN PROSES
PENGENDAPAN, FORMASI GAMPING WUNGKAL, KECAMATAN BAYAT,
KABUPATEN KLATEN, PROVINSI JAWA TENGAH

Aaf Aji Pangestu1, Danis Agoes Wiloso2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
2
Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
1 2
Email: aafaji65@gmail.com, danisagoes@akprind.ac.id

Masuk: 05 Juli 2019, Revisi masuk: 18 Juli 2019, Diterima: 19 Juli 2019

ABSTRACT
Gamping Wungkal Formation, middle Eocene to Upper Eocene, which consists of
sandstones, sandy marl, claystone and limestone which are the problems of provenance
rock, diagenesis and its deposition process. Retrieval of stratigraphic data to determine
the deposition process which is divided into several facies and determine its depositional
environment, petrographic observations to determine the type of rock, provenance,
tectonic settings. Interpretation of tectonic settings of sandstones Gamping Wungkal
Formations on QFL diagram plots include recycled orogens, foreland uplift sub-zones
while the plot in the QmFLt diagram of the provenance rock is the same as the QFL
diagram, which is recycled orogen, sub-zone foreland uplift, rock model from recycled
orogen foreland uplift sub-zone. The sandstone diagenesis of the Gamping Wungkal
Formation in the study area is included in the mesodiagenesis stage where the
compaction or burial process still dominates, the depositional environment in the study
area is an area formed in the transitional environment or intertidal flat (Middle tidal flat)
and subtidal (Lower tidal flat).

Keywords: Compaction, Diagenesis, Mesodiagenesis, Provenance.

INTISARI
Formasi Gamping Wungkal, berumur Eosen tengah sampai Eosen atas yang
terdiri dari batupasir, napal pasiran, batulempung dan batugamping yang menjadi
permasalahan adalah batuan asal (provenan), diagenesis dan proses pengendapannya.
Pengambilan data stratigrafi untuk mengetahui proses pengendapan yang dibagi menjadi
beberapa fasies dan menentukan lingkungan pengendapannya, pengamatan petrografi
untuk mengetahui jenis batuan, batuan asal (provenan), tatanan tektonik. Interpertasi
tatanan tektonik dari batupasir Formasi Gamping Wungkal pada plot diagram QFL
termasuk kedalam recycled orogen, sub-zona foreland uplift sedangkan plot pada
diagram QmFLt batuan asalnya berada sama dari diagram QFL-nya, yaitu recycled
orogen, sub-zona foreland uplift, model batuan asal recycled orogen sub-zona foreland
uplift. Diagenesis batupasir Formasi Gamping Wungkal pada daerah penelitian termasuk
kedalam tahap mesodiagenesis yang mana proses kompaksi atau burial masih
mendominasi, lingkungan pengendapan pada daerah penelitian merupakan area yang
terbentuk di lingkungan transisi atau tidal flat berada pada intertidal (Middle tidal flat) dan
subtidal (Lower tidal flat).

Kata-kata kunci: Diagenesis, Kompaksi, Mesodiagenesis, Provenan.

PENDAHULUAN Tengah. Daerah penelitian berada di


Secara administratif lokasi penelitian sebelah timur kota Yogyakarta sekitar 40
ini berada di Dusun Gunung Gajah, Desa km dan dapat ditempuh dengan
Gemaharjo, Kecamatan Bayat, menggunakan kendaraan bermotor
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa selama kurang lebih 1 jam 30 menit.

37
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Secara astronomi daerah penelitian peluang yang baik untuk melakukan


terletak pada koordinat -07 46 0.9 LS – analisis provenan sehingga dapat
110 40 14.4 BT. diperoleh gambaran tatanan tektonik dan
Batupasir berumur Eosen Formasi kesebandingan batuan asal, diagenesis
Gamping Wungkal tersingkap di daerah serta proses pengendapan pada Formasi
Perbukitan Jiwo, Bayat (Gambar 1). Gamping Wungkal.
Keterdapatan batupasir ini memberikan

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian terletak di Dusun Gunung Gajah, Desa Gemaharjo,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Kajian mengenai karakteristik Stratigrafi regional Pegunungan


batupasir berdasarkan pengamatan Selatan didominasi oleh batuan-batuan
petrografi terbatas pada kajian tentang vulkanik klastik, vulkanik dan karbonat,
provenan yang dapat mengetahui batuan susunan stratigrafinya dari tua ke-muda
asal dari presentase mineral-mineral antara lain, Batuan Malihan, Formasi
kuarsa, feldspar, litik fragmen pada Gamping Wungkal, Formasi Kebo-Butak,
klasifikasi Dickinson dan Suczek (1979), Formasi Semilir, Formasi Ngelanggeran,
penentuan dari tingkat diagenesis pada Formasi Sambipitu, Formasi Oyo,
perubahan mineralogi dan tekstur asli. Formasi Wonosari, Formasi Kepek dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk Endapan Quarter.
mengetahui Petrografi Karakteristik Struktur geologi yang berkembang di
batupasir Formasi Gamping Wungkal Pegunungan Selatan sangat bervariasi,
implikasinya untuk provenan, diagenesis, dari lipatan sampai sesar berupa sesar
dan proses pengendapan Formasi mendatar, sesar turun dan sesar naik.
Gamping Wungkal, Kecamatan Bayat, Menurut Sudarno (1997) sesar-sesar di
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Pegunungan Selatan lebih banyak
Tengah. berorientasi Baratdaya-Timurlaut, Utara-
Fisiografi Jawa daerah penelitian Selatan, Baratlaut-Tenggara dan Barat-
merupakan termasuk dalam zona Timur, dengan genesa pembentukannya
Pegungan Selatan Jawa Timur (Smyth dari kompresi Utara Timurlaut-Selatan
dkk, 2003). Zona Pegunungan Selatan Baratdaya, Utara-Selatan dan Baratlaut-
bagian Jawa Timur merupakan kompleks Tenggara. Mengacu pada periode
endapan gunungapi pada zaman tektonik regional oleh Purnomo dan
Paleogen (Gambar 2). Purwoko (1994) dibagi menjadi 3 periode
yaitu: Periode pertama (Paleogen

38
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Extensional Rifting) terjadi pada kala disebabkan oleh tumbukan lempeng


Eosen-Oligosen yang menyebabkan Hindia dengan lempeng Eurasia.
terbentuknya cekungan tersier Pulau Periode terakhir yakni Periode ketiga
Jawa yang umumnya berupa graben dan (Plio-Plistosen Compressional Thrust-
half-graben yang mempunyai arah Folding) yang ditandai oleh terbentuknya
tertentu. antiklinorium dan sesar naik yang
Periode kedua (Neogen umumnya berarah Barat-Timur.
Compressional Wrenching) ditandai Berbagai acuan stratigrafi, struktur
dengan pembentukan struktur sesar geologi, periode tektonik dan proses
mendatar. Struktur sesar mendatar ini tektonik regional dapat dirangkum pada
merupakan hasil reaktivasi dari sesar tabel tektonostratigrafi Pegunungan
turun pada zaman Paleogen yang Selatan (Gambar 3).

Gambar 2. Zonasi fisiografi Jawa bagian Timur dan lokasi penelitian (Smyth, dkk., 2003)

Gambar 3. Tektonostratigrafi daerah Karangsambung, Nanggulan, Bayat, dan Cekungan


Jawa Timur, kotak merah merupakan fokus penelitian (Prasetyadi, 2007)

Batupasir adalah campuran dari batuan secara alami (Pettijohn, 1975).


butiran mineral dan fragmen batuan yang Kehadiran dan perubahan suatu butiran
berasal dari hasil erosi berbagai jenis mineral pada batupasir sangat dikontrol

39
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

oleh proses sedimentasi selama matrik dan semen (Folk, 1980). Proses
pengendapannya, seperti proses kimiawi dalam pembentukan batupasir
pelapukan pada area sumber, akan mempengaruhi variasi mineral
transportasi dan penambahan jarak dari penyusun batupasir karena perbedaan
area sumber kelingkungan sedimentasi, stabilitas kimia dari tiap mineral
dan oleh proses diagenesis (Pettijohn, penyusun batuan. Urutan stabilitas kimia
1975). mineral batuan sedimen merupakan
Proses sedimentasi batupasir akan kebalikan dari seri reaksi Bowen dimana
terekam jelas pada komposisi mineral, kuarsa merupakan mineral yang paling
tekstur dan struktur sedimen yang stabil, sedangkan olivin merupakan yang
dihasilkan. Komposisi batupasir paling tidak stabil (Folk, 1980).
mencerminkan sifat provenan sedimen, Pettijohn (1975) membuat
yaitu dengan melihat proposi butiran klasifikasi batupasir berdasarkan
detrital sedimen dalam batupasir, mineralogi dan material penyusunnya.
sedangkan tekstur berperan dalam Klasifikasi Pettijohn (1975) juga dikenal
penentuan lingkungan pengendapan dan dengan QFL plot (Quartz, Feldspar, Lithic
paleogeografi (Dickinson dan fragment). Komponen utama adalah tiga
Suczek,1979). material kerangka penyusun batupasir
Batupasir umumnya tersusun berukuran pasir yaitu kuarsa, feldspar,
oleh material terigen (asal daratan), yang dan fragmen batuan (Fragmen litik).
merupakan produk erosi dari batuan di Banyak klasifikasi yang diutarakan
area sumber (Folk, 1980). Secara umum, bervariasi modelnya tapi tetap saja tiga
komposisi batupasir disusun oleh mineral komponen tadi (QFL) merupakan unsur
kuarsa, mineral feldspar, mineral paling utama dalam klasifikasi manapun,
lempung, fragment batuan dan mineral namun Pettijohn (1975) menambahkan
tidak stabil lainnya. Perbedaan unsur matrik agar klasifikasi lebih
kelimpahan mineral disetiap kompoisi sistematis bukan terpaku hanya pada
batupasir merupakan pencerminan dari komponen butiran kasar penyusun
stabilitas mekanik dan kimiawi mineral, (Gambar 4). Provenance berasal dari
serta ketersedian mineral yang berasal bahasa Prancis, yaitu “provenir” yang
dari batuan sumber (Folk, 1980). berarti “berasal dari” (to originate or to
Proses mekanik dalam come from), atau secara spesifik dapat
pembentukan batupasir akan mengontrol diartikan sebagai studi untuk mengetahui
variasi ukuran material-material sumber atau asal dari batuan sedimen
penyusun batupasir, yang dapat (Pettijohn, 1975).
dibedakan atas butiran atau fragmen,

Gambar 4. Segitiga klasifikasi batupasir (Pettijohn, 1975)

40
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Beberapa metode dapat digunakan berdasarkan tempat terbentuknya yaitu


untuk menentukan provenan suatu batuan beku/plutonik, vulkanik, sekistose,
sedimen/batuan sedimen yaitu dengan metakursit meregang (stretched
mengunakan analisis petrografi melalui metaquarzite), metakuarsit terkristalisasi
pengamataan sifat optik mineral kuarsa (recrystallize metaquarzite), dan
(Krynine, 1963, dalam Folk, 1974). hidrothermal. Klasifikasi ini berdasarkan
Analisa mineral berat, dan juga dengan pada jenis gelapan, inklusi, dan bentuk
menggunakan parameter kehadiran butir kuarsa (Folk, 1974).
mineral kuarsa, feldspar, dan fragmen Analisis variasi kuarsa
batuan (QFL) sebagai indikator dimaksudkan untuk mengetahui batuan
menentukan provenan sedimen atau asal (parent rock) mengacu pada Basu,
butiran sedimen (Pettijohn, 1975). (1985) dan Tortosa, dkk., (1991).
Mineral kuarsa (SiO2) merupakan Berdasarkan variasi kuarsa monokristalin
mineral utama penyusun batuan bergelombang (Qmu), kuarsa
sedimen. Mineral ini yang paling sering di monokristalin tidak bergelombang
jumpai pada batuan sedimen silisiklastik. (Qmnu), kuarsa polikristalin 2-3 kristal
Bentuk butir mineral kuarsa dapat (Qp 2-3), dan kuarsa polikristalin >3 (Qp
dibagi menjadi dua tipe, yaitu kristal >3). Basu (1985) menyebutkan bahwa
tunggal (monocrystalline grain), dan kuarsa monokristalin berasal dari batuan
kristal banyak (polycrystalline grain) yang beku plutonik atau batuan metamorf
terdiri dari dua atau lebih unit kristal yang berderajat rendah yang memiliki
berbeda orientasi optiknya (Folk, 1974). karakteristik undulatory extinction
Butiran kuarsa polikristalin meliputi (Gambar 5).
batuan beku dan batuan metamorf, Berdasarkan Dickinson dan Suczek
kuarsit, batupasir, dan rijang, karena (1979), kontrol tektonik batuan-batuan
rijang memiliki butiran yang halus. asal difokuskan kepada komposisi
Kuarsa polikristalin secara umum penyusun batuan yaitu mineral kuarsa,
terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk mineral fledspar dan fragmen batuan.
komposit dan semikomposit. Kuarsa Penentuan kedudukan tektonik batuan
komposit terdiri dari dua atau lebih unit asal memiliki beberapa tahapan
kristal yang berbeda orientasi pengkerjaannya yang pertama
pemadaman terpisah serta batas antar menjadikan kehadiran QFL menjadi
unit kristal rata. Jumlah rata–rata unit 100%, dimana Q merupakan total
kristal kuarsa polikristalin batuan plutonik kehadiran mineral kuarsa, F merupakan
terdiri dari dua hingga lima unit, total kehadiran mineral feldspar, L
sedangkan pada batuan metamorf lebih merupakan total kehadiran fragmen
dari lima unit kristal. Kelimpahan dan batuan.
karakteristik mineral kuarsa dalam suatu Dickinson dan Suczek (1979)
batuan sering dijadikan sebagai indikator membagi tipe provenance ke dalam tiga
untuk mengetahui batuan asal dari kelas utama, yaitu continental block (blok
batuan sedimen (Folk, 1974). Menurut kontinen), magmatic arc (busur
Krynine (1963 dalam Folk, 1974), magmatik), dan recycled orogen
penentuan batuan asal dapat dilakukan provenance (orogen terdaurkan) yang
dengan pendekatan genetik mineral terbagi menjadi beberapa subprovenan
kuarsa. Klasifikasi genetik adalah (Gambar 6).
pengelompokan butiran-butiran kuarsa

41
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Gambar 5. Segitiga klasifikasi batuan asal dari komposisi kuarsa (A) Basu, 1975 (B)
Tortosa, dkk, 1991

Gambar 6. (A) Diagram QFL (kiri) dan QmFLt (kanan),dan (B) Ilustrasi model tektonik
daerah provenan batupasir berdasarkan diagram QFL (Dickinson dan Suczek,
1979)

Berdasarkan diagram pada Gambar 6, kuarsa polikristalin (Qp), F= Feldspar, L=


Q= Qm+Qp, dimana Q adalah jumlah Lm+Ls jumlah detritus fragmen batuan
total detritus kuarsa monoklin (Qm) dan sedimen (Ls) dan fragmen batuan

42
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

metasedimen (Lm), dan dibawah lingkungan pengendapan,


L + Qp kedalaman relatif sebesar 1-10 m).
Lt = , Lt adalah jumlah
total titik 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
 Mesodiagenesis, fase ini berlangsung
detritus dan kuarsa polikristalin dibagi
pada kedalaman yang lebih besar
total titik point counting (Dickinson dan
dibanding eodiagenesis dimana
Suczek, 1979).
terjadi perubahan suhu dan tekanan
Menurut Burley dan Worden (2003)
diikuti dengan berkurangnya
diagenesis biasanya dibagi menjadi tiga
porewater.
tahap (Gambar 7), yaitu:
 Telodiagenesis, merupakan tahap
 Eodiagenesis, merupakan tahapan
terakhir pada proses diagenesis yang
paling awal dari proses diagenesis
diikuti oleh pengangkatan (Uplifting).
yang terjadi pada kedalaman yang
relatif dangkal (kondisi berada

Gambar 7. Tahap-tahap diagenesis (Burley dan Worden, 2003)

METODE kemudian diamati di bawah mikroskop


Pembagian fasies dibuat untuk polarisasi. analisis provenan, analisis
mengetahui karakteristik antar lapisan mineral yang telah terdiagenesiskan.
yang mempunyai kondisi fisik, kimia dan Analisis petrografi juga dilakukan
biologi yang sama, khususnya pada untuk mempelajari tekstur dan mineralogi
bagian fisik dan asosiasi batuan serta proses-proses sekunder
pengendapannya. Deskripsi yang seperti adanya gejala ubahan mineral
disajikan berdasarkan deskripsi fasies dan deformasi mikroskopis yang
yang telah dibagi, hal ini bertujuan untuk menghasilkan mikro struktur.
lebih mendetilkan karakter fisik, kimia
dan biologinya pada setiap lapisan. PEMBAHASAN
Analisis petrografi dilakukan terhadap Data yang dianalisis berjumlah 3
sampel batuan yang berada pada jalur sampel untuk analisis provenan dalam
pengukuran stratigrafi terutama pada setiap sayatan secara umum mengamati
batupasir. Analisis ini dilakukan dengan butiran-butiran; kuarsa (Q), feldspar (F),
metoda point counting, setelah sampel dan litik (L) seperti yang tercantum pada
batuan disayat setebal 0,03 mm (Tabel 1)

43
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Tabel 1. Hasil point counting sampel batupasir pada daerah penelitian


Contoh Q% L%
NO F% M% Nama Batuan
Batuan Qm Qp Total Ls Lm Total

1 SM 1 60 19 79 9 11 20 0.1 8 SUBLITHARENITE

2 SM 2 57 22 80 4 15 19 0.2 12 SUBLITHARENITE

3 SM 3 59 15 75 3 22 25 0 13 SUBLITHARENITE
Keterangan:
Q = Kuarsa total Qm = Kuarsa monokristalin Lm = Litik metamorf
F = Feldspar total Qp = Kuarsa polikristalin M = Matriks
L = Litik total Ls = Litik sedimen

Karakteristik ketiga sampel batupasir


yang diamati meliputi butiran-butiran:
kuarsa (Q), feldspar (F), dan fragmen
batuan (L). Kuarsa monokristalin (Qm)
terdiri atas kuarsa dengan pemadaman
bergelombang (undulatory quartz) dan
kuarsa dengan pemadaman tak-
bergelombang (non undulatory quartz),
sedangkan kuarsa polikristalin (Qp)
dicirikan oleh butiran 2 atau lebih, butiran
feldspar, serta jenis fragmen batuan yang
terkandung berikut karakteristik batupasir
Formasi Gamping Wungkal yang
ditemukan dari pengamatan petrogarfi
dengan perbesaran 40x dengan
mengunakan mikroskop polarisasi di
dapatkan sebagai berikut:
1. Kuarsa monokristalin (Qm)
Kuarsa monokristalin menupakan Gambar 8. Petrografi sayatan tipis (nikol
komponen yang paling banyak dijumpai silang) contoh butiran Qm (A)
pada batupasir Formasi Gamping Butiran Qm dengan pemadaman
Wungkal. Kelimpahan Kuarsa bergelombang (undulatory
quartz), dan Butiran Qm dengan
monokristalin dalam ketiga sampel gejala embayment; (B) Butiran
bervariasi dari 58% sampai 60%. Pada Qm dengan pemadaman tak-
sayatan tipis dapat dikenali 4 bergelombang (non undulatory
karakteristik kuarsa monokristalin (Qm): quartz), dan Butiran Qm dengan
(a) Butiran Qm dengan pemadaman inklusi
bergelombang (undulatory quartz), (b) 2. Kuarsa polikristalin (Qp)
Butiran Qm dengan pemadaman tak- Butiran-butiran kuarsa polikristalin
bergelombang (non undulatory quartz), umumnya memiliki ukuran lebih besar
(c) Butiran Qm dengan inklusi, dan (d) dibandingkan butiran monokristalin dan
Butiran Qm dengan gejala embayment terdapat pada batupasir dengan ukuran
(Gambar 8). butir lebih kasar. Kelimpahan kuarsa
polikristalin (Qp) pada ketiga sampel
bervariasi dari 14% sampai 22% dari
total butiran terigennya. Pada sayatan
tipis dapat dikenali 4 jenis kuarsa
polikristalin (Qp) terdiri dari: (a) Butiran
Qp yang tersusun oleh 2-3 kristal, (b)
Butiran Qp yang tersusun oleh >3 kristal,

44
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

(c) Butiran Qp dengan kontak butir garis


lurus sampai cekung-cembung (concave-
convex), dan (d) Qp yang tersusun oleh
butiran yang teregang (stretched grains)
(Gambar 9).

Gambar 10. Petrografi sayatan tipis (nikol


silang) contoh butiran
plagioklas yang terdiri dari: (A)
Plagioklas, (B) plagioklas
teralbitisasi

Gambar 9. Petrografi sayatan tipis (nikol


silang) contoh butiran Qp yang
terdiri dari: (A) Butiran Qp yang
tersusun oleh >3 kristal, dan
butiran Qp dengan kontak butir
garis lurus sampai cekung-
cembung (concave-convex); (B)
Qp yang tersusun oleh butiran
yang teregang (stretched grains),
dan butiran Qp yang tersusun
oleh 2-3 kristal Gambar 11. Petrografi sayatan tipis (nikol
3. Feldspar (F) silang) contoh butiran fragmen
Kelimpahan butiran felspar dari ketiga batuan yang terdiri dari: (A)
sampel bervariasi dari 0.1% sampai fragmen batupasir; (B)
Fragmen sekis; (C) Fragmen
0.2%. Jenis plagioklas yang teramati allochem
terdiri plagioklas kembaran kalsbad-albit Data petrografi yang diamati
dan telah teralbitisasi. Butiran plagioklas menggunakan sampel yang sama untuk
ini bersumber bisa dari material vulkanik analisis provenan yang mana
ataupundan juga terdapat pana sumber pengamatan dilakukan untuk
batuan plutonik dan batuan metamorf menemukan semua perubahan dari
(Gambar 10). aspek fisik, kimia dan biologi untuk
4. Fragmen Batuan (L) mengetahui proses diagenesis yang
Fragmen batuan dapat dijumpai terjadi pada lokasi penelitian,
diketiga sampel yang dianalisis. karakteristik dari hasil analisis diagenesis
Kelimpahan butiran fragmen batuan dari data petrografi didapat beberapa
secara volume berkisar dari: 18% sampai perubahan; (1) Kontak Qp cembung-
25%. Butiran fragmen batuan yang cekung (convex-concave), (2) Plagioklas
dijumpai terdiri dari fragmen batuan teralbitisasi, (3) Rekahan butiran kuarsa,
sedimen (Ls) seperti batupasir, allochem, (4) kontak panjang kuarsa dan terotasi,
dan fragmen batuan metamorf (Lm) (4) Porositas jenis rekahan pengamatan
berupa sekis (Gambar 11). nikol sejajar dan (5) Mineral autigenesis
siderit (Gambar 12).

45
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Gambar 14. Hasil plot diagram QFL


(Dickinson dan Suczek, 1979)

Batupasir Formasi Gamping Wungkal


pada plot diagram QFL termasuk
kedalam recycled orogen, sub-zona
foreland uplift. Sedangkan plot pada
diagram QmFLt provenannya berada
sama dari diagram QFL-nya, yaitu
recycled orogen, sub-zona foreland uplift
(Gambar 15).

Gambar 12. (A) Kontak Qp cembung-cekung


(convex-concave); (B) Plagioklas
teralbitisasi; (C) Rekahan butiran
kuarsa, dan kontak panjang
kuarsa dan terotasi; (D) Porositas
Gambar 15. Model provenan recycled
jenis rekahan pengamatan nikol orogen sub-zona foreland
sejajar dan (E) Mineral uplift (modifikasi, Dickinson
autigenesis siderit dan Suczek, 1979)
Berdasarkan plot komponen Qm
menunjukan bahwa semua sampel Proses diagenesis didominasi oleh
batupasir yang dianalisis titik plotnya proses kompaksi atau burial di cirikan
jatuh di bidang low and middle rank dari kenampakan kontak Qp cembung-
metamorphic rock (Gambar 13). cekung (convex-concave), Rekahan
butiran kuarsa, kontak panjang kuarsa
dan terotasi, Plagioklas teralbitisasi yang
mana proses ini dipengaruhi oleh
peningkatan intensitas rekahan butiran
detrital yang memicu pelarutan khusus
albit. Tahap pelarutan juga masih
dijumpai yaitu mineral autigenesis siderit
yang terdapat pada foraminifera test,
menurut klasifikasi Burley dan Worden
Gambar 3.13. Segitiga klasifikasi batuan asal (2003) dapat diketahui batupasir Formasi
dari komposisi kuarsa Gamping Wungkal pada daerah
menunjukan low and middle rank penelitian termasuk ke dalam tahap
metamorphic rock sebagai mesodiagenesis.
batuan sumber sampel yang Lingkungan pengendapan pada
dianalisis
daerah penelitian merupakan area yang
Diagram pada Gambar 13 dapat
terbentuk di lingkungan transisi atau tidal
dijadikan sebagai acuan untuk
flat berada pada intertidal (Middle tidal
menentukan provenan dari sampel-
flat) dan lingkungan pengendapan
sampel batupasir yang
subtidal (Lower tidal flat) lihat Gambar
dianalisis. Plot hasil analisis sampel
16.
batupasir pada diagram QFL dan QmFLt
ditunjukan oleh (Gambar 14).

46
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

DAFTAR PUSTAKA
Basu, A., 1985, Influence of Climate and
Relief on Compositions of Sandstone
Released at Source Areas, In: Zuffa,
G.G. (ed.), 1990, Provenance of
Arenites, NATO ASI Series, Series C:
Mathematical and Physical Sciences,
vol. 148, p. 1-18.
Burley, D. S., dan Worden, H. R.,
(editor), 2003, Sandstone Diagenesis:
Recent and Ancient, Reprint Series,
vol. 4, The International Association of
Sedimentologist, Wiley-Blackwell,
England.
Dickinson, W. R., dan Suczek, C. A.,
1979, Plate Tectonics and Sandstone
Compositions, The American
Association of Petroleum Geologists
Bulletin, vol. 63., No. 12, p. 2164-
2182.
Gambar 16. Lingkungan pengendapan Folk, R. L., 1974, Petrology of
pada lokasi penelitian Sedimentary Rocks, Hemphill
berada di middle tidal flat Publishing Company, Austin.
dan lower tidal flat Husein, S., Novian, I. M., 2014, Geology
Excursion to Bayat, Central Java,
Mekanisme sedimentasi pembentuk Guide Book, Santos (Sampang) Pty
fasies-fasies didaerah penelitian Ltd and Departement of Geological
dipengaruhi oleh arus pasang surut tinggi Engineering UGM.
hingga rendah. Sedimen yang Pettijohn, F. J., 1975, Sedimentary
terendapkan di zona ini dihasilkan dari Rocks, 3rd ed., Harper & Row, New
sistem arus traksi dengan energi yang York.
rendah dipengaruhi oleh pasang surut Prasetyadi, C., 2007, Evolusi Tektonik
gelombang air laut sehingga Paleogen Jawa Bagian Timur,
menghasilkan struktur lentikular dan Disertasi, Program Studi Teknik
flaser, struktur ripple mark. Struktur Geologi, Institut Teknologi Bandung,
laminasi silangsiur terbentuk ketika tidak dipublikasikan.
energi pengendapan berubah menjadi Purnomo J. dan Purwoko, 1994,
tinggi. Kerangka Tektonik dan Stratigrafi
Pulau Jawa Secara Regional dan
KESIMPULAN Kaitannya dengan Potensi
Berdasarkan hasil pengamatan Hidrokarbon, Prosiding Geology and
petrografi dan pengukuran penampang Geoteknik Pulau Jawa, Seminar
stratigrafi dapat disimpulkan bahwa Jurusan Teknik Geologi Fakultas
batupasir Formasi Gamping Wungkal Teknik UGM, Yogyakarta.
batuan asalnya adalah batuan metamorf Smyth, H., Hall, R., Hamilton, J., dan
dengan kisaran middle and upper rank Kinny, P., 2005, East Java: Cenozoic
metamorphic, tatanan tektoniknya Basins, Volcanoes, and Ancient
termasuk kedalam recycled orogen, sub- Basement, Proceedings 30th
zona foreland uplift, proses diagenesis Indonesian Petroleum Association
termasuk kedalam tahap Annual Convention and Exhibition,
mesodiagenesis, serta lingkungan Jakarta.
pengendapan pada daerah penelitian Sudarno, 1997, Kendali Tektonik
merupakan area yang terbentuk di Terhadap Pembentukan Struktur
lingkungan transisi atau tidal flat berada Pada Batuan Paleogen dan Neogen
pada intertidal (Middle tidal flat) dan di Pegunungan Selatan, Daerah
subtidal (Lower tidal flat).

47
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 12 No. 1 Agustus 2019

Istimewa Yogyakarta Dan Sekitarnya, menyelesaikan studi S-1 di Jurusan


Tesis, Program Studi Teknik Geologi, Teknik Geologi IST AKPRIND
Institut Teknologi Bandung, tidak Yogyakarta.
dipublikasikan. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T., lahir di
Tortosa, A., Palomares, M., dan Arribas, Purwodadi-Grobogan tanggal 29
J., 1991, Quartz Grain Types in Agustus 1969. Menyelesaikan studi
Holocene Deposits from The Spanish S1 Jurusan Teknik Geologi IST
Central System: Some Problems in AKPRIND Yogyakarta pada tahun
Provenance Analysis, In: 1997, dan S2 Jurusan Teknik Geologi
Developments in Sedimentary ITB pada tahun 2008 Saat ini
Provenance Studies, Geol. Soc. bertugas sebagai tenaga Pengajar
London Spec. Pub., vol. 57, p. 47-54. pada Jurusan Teknik Geologi IST
AKPRIND Yogyakarta dengan bidang
BIODATA minat geokimia, geologi, dan minyak
Aaf Aji Pangestu, lahir di Sragen bumi.
tanggal 10 Mei 1997, saat ini sedang

48

You might also like